Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014

MODUL : POLARIMETRI
PEMBIMBING :

OLEH

KELOMPOK :

NAMA :

KELAS :

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014
I. Tujuan
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu
● Mengenal metode penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu
senyawa yang bersifat optik aktif.
● Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan gula.
● Menentukan kadar gula dalam larutan cuplikan.

II. Landasan Teori


Polarisasi adalah proses getaran-getaran suatu gerak gelombang dengan
dibatasi oleh pola tertentu. Seberkas sinar alami dapat diubah menjadi sinar
terpolarisasi dengan cara sebagai berikut.
-​ ​Pemantulan
-​ ​Pemantulan pembiasaan
-​ ​Pembiasaan ganda
-​ ​Absorpsi selektif
Peristiwa difraksi dan interfrensi cahaya membuktikan bahwa pada
hakekatnya cahaya adalah gelombang. Ditinjau dari cara merambatnya dengan arah
getaran, maka gelombang terbagi atas dua macam yaitu gelombang transversal dan
gelombang longitudinal.
Gambar 1. gelombang longitudinal dan transversal
Zat optik aktif adalah zat-zat yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya,
yaitu zat-zat yang molekul-molekulnya mempunyai pusat asimetris dan kurang
simetris disekitar bidang tunggal. Gejala pemutaranbidang polirasasi disebut
aktivitas optik.
Gambar 2-3. Skema Proses Polarimeter
Polarimeter ialah alat untuk mengukur besarnya pemutaran (rotasi) bidang
polarisasi larutan zat optik aktif. Beberapa senyawa organik seperti alkaloid,
antibiotika, gula dan komponen minyak atsiri mempunyai sifat memutar bidang
polarisasi sinar terpolarisasi yang melewati senyawa yang memutar bidang polarisasi
kearah kanan (searah dengan perputaran jarum jam) dinamakan pemutar kanan,
sedangkan senyawa yang memutar kiri disebut pemutar kiri. Biasanya didepan nama
senyawa tersebut diberi tanda dengan tanda + atau d (dexrorotatory) untuk pemutar
kanan dan L (Levororatory) untuk pemutar kiri. Suatu senyawa yang dapat sekaligus
menjadi pemutar kanan dan kiri dinamakan zat rasemi.
Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan
analisator. Polarimeter adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan
analisator adalah polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya.
Peristiwa polarisasi merupakan suatu peristiwa penyearahan arah getar suatu
gelombang menjadi sama dengan arah getar polaroid dengan cara menyerap
gelombang yang memiliki arah getar yang berbeda dan meneruskan gelombang
deengan arah getar yang sama dengan polaroid. Polarimeter juga dapat digunakan
untuk mengukur besar sudut putar jenis suatu larutan optik aktif. ​Poralimeter adalah
alat untuk mengukur besaran putaran bekas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optik
aktif. ​Zat yang bersifat optis aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan
tidak simetris sehingga mampu memutar bidang polarisasi radiasi. Contoh dari
materi yang bersifat optis aktif adalah kuarsa gula.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi
warna dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk
menghasilkan sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar
tertentu. Sinar monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu
kristal yang mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar,
sehingga dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu arah bidang getar yang
disebut sebagai sinar terpolarisasi. Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kearah
kiri (levo) dilihat dari pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri.
Demikian juga untuk peristiwa sebaliknya (dextro). Jika sudut putar jenis (​specific
rotation​) diketahui, maka konsentrasi larutan dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
C = 100α / ( l x [α]​t​D​]
Ket. :
C = konsentrasi larutan (g/mL)
α = nilai pengukuran (sudut pemutaran bidang polarisasi)
l = panjang tabung polarimeter (dm)
[α]​t​D​] = sudut putar jenis (​specific rotation​)
t = temperatur
D = cahaya monokromatis pada panjang gelombang sinar lampu D
Sudut putar jenis (​specific rotation​) ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram
zat dalam 1,00 mL larutan yang berada dalam tabung dengan panjang jalan (cahaya)
1,00 dm pada temperatur dan panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang
lazim digunakan ialah 589,3 nm (garis D natrium). Sudut putar jenis untuk suatu
senyawa (misalnya pada 20​o​C dapat dihitung dari sudut putar yang diamati, dengan
menggunakan persamaan :
[α]​t​D​] = α / l x C

Ket. :
α = sudut putar teramati pada 20​o​C
l = panjang tabung (dm)
C = konsentrasi larutan cuplikan (g/mL)
Karena panjang gelombang yang sering digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis
D lampu natrium dan suhu standar 20​o​C, maka [α]​T ​ ditulis menjadi [α].

A. Jenis – jenis polarimeter


1. Spektropolarimeter
Spektropolarimeter merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan
untuk mengukur aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula – mula
sinar berada dari lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu
polarisator untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan
langsung dengan modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang
terpolarisasi secara elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar
melewati sampel dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan
dapat dilakukan dengan pengamatan pada indikator.
2. Optical Rotatory Dispersion ( ORD )
Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama dengan
spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar diatur
berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor driven
yang menyebabkan polarisator bergerak – gerak dan membentuk sudut 1 atau 2
derajat atau lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada frekuensi
12 Hz sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan servomotor
juga memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.
3. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )
CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang
digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular ini
dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami
polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi
komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah komponen
menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe alat, yaitu the
Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator tekanan photo-elastic.
4. Saccharimeter
Saccharimeters membedakan antara gula yang memproduksi kidal rotasi
bidang polarisasi (dekstrosa) dan bidang kiri rotasi (levulosa atau fruktosa). Alat ini
hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula. ​Saccharimeter adalah alat
untuk mengukur rotasi bidang polarisasi dari cairan.
B. Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan
1. Jenis zat: Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap
bidang getar sinar terpolarisir.
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung: Jika lajur larutan diperbesar maka
putarannya juga makin besar.
3. Suhu: Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan
karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam
tabung akan berkurang.
4. Konsentrasi zat: Konsentrasi sebanding dengajn sudut putaran, jika konsentrasi
dinaikkan maka putarannya semakin besar.
5. Jenis sinar ( panjang gelombang): Pada panjang gelombang yang berbeda zat
yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6. Pelarut: Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut
yang berbeda.

C. Komponen-komponen alat polarimeter


1. Sumber Cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang
gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa
dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Lensa kolimator
Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber
cahaya sebelum masuk ke polarisator.
3. Polarisator dan Analisator.
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan
analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang
digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma
setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu
bayangan terang gelap dan gelap terang.
4. Skala lingkar.
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya
dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang
tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil,
biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus
dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang
terperangkap didalamnya.
6. Detektor.
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,
sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik. ​Sinar
monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator sehingga
berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma kalsit
atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan
keprisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan
melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua
ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang
getar sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator.
Besarnya sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang
diiamati dengan mata.

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:

No Nama Spesifikasi Jumlah


1. Botol Semprot - 1
2. Alat Polarimeter - 1
3. Botol Timbang - -
4. Labu Takar 50 mL 7
5. Pipet tetes & Pipet ukur - -
6. Gelas Kimia 250 mL 1
7. Batang Pengaduk - -
8. Corong Gelas - -
9. Neraca Analitik - -

Bahan yang diperlukan:

No Nama Spesifikasi Jumlah


1. Sukrosa - 50 gram
2. Gula Pasir - -
3. Aquades - 1 botol

IV. Skema Kerja


Kalibrasi Alat

Jika sisi kanan terang Tekan tombol R+ untuk


menyamakan terangnya
Jika sisi kiri terang Tekan tombol L- untuk
menyamakan terangnya

Jika kedua sisi sudah


menyala tekan “zero set”,
kalibrasi selesai

Pengukuran dan Penentuan Konsentrasi Sampel


V. Data Pengamatan
Penentuan kadar sukrosa dalam satuan konsentrasi O​​ Z

Pembacaa
n sudut
No Konsentrasi Sudut putar
putar
. larutan sukrosa spesifik (​O​)
optik aktif
(α)

1 2 Rata-rata

1. 5% 4,1 3,95 4,025 80,5

2. 10% 6,45 6,45 6,45 64,5

3. 15% 9,65 9,4 9,525 63,5

4. 20% 13,45 13,60 13,525 67,625

5. 25% 15,55 15,70 15,625 62,5

Ra 67,725
ta
-ra
ta

Penentuan kadar gula berdasarkan sudut putar optik aktif larutan standar

Pembacaa
n sudut
No Konsentrasi Kadar
putar
. larutan sampel sampel
optik
aktif (α)

1 2 3 Rata-rata

1. 5% 3,20 3,70 3,80 3,567 5,26%

2. 10% 6,95 6,75 7,15 6,95 10,26%

3. 15% 9,50 9,60 9,60 9,567 14,13%


4. 20% 12,65 12,70 12,75 12,7 18,75%

5. 25% 15,25 15,40 15,50 15,383 22,72%

Panjang tabung polarimeter : 100 mm = 1 dm

Gambar 4.Grafik Polarimetri

VI. Perhitungan
a. Pembuatan larutan standar sukrosa
● Sukrosa murni 25%

%b/v = 25% 25 gram sukrosa dalam 100 mL

● Sukrosa murni 20%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2
25%.V​1 = 20%.25 mL

V​1 = 20 mL

● Sukrosa murni 15%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 15%.25 mL

V​1 = 15 mL

● Sukrosa murni 10%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 10%.25 mL

V​1 = 10 mL

● Sukrosa murni 5%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 5%.25 mL

V​1 = 5 mL

b. Pembuatan larutan sampel gula putih


● Larutan sampel 25%

%b/v = 25% 25 gram gula putih dalam 100 mL

● Larutan sampel 20%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 20%.25 mL

V​1 = 20 mL

● Larutan sampel 15%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 15%.25 mL

V​1 = 15 mL
● Larutan sampel 10%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 10%.25 mL

V​1 = 10 mL

● Larutan sampel 5%

N​1​.V​1 = N​2​.V​2

25%.V​1 = 5%.25 mL

V​1 = 5 mL

c. Perhitungan sudut putar spesifik larutan standar sukrosa


100.∝ 100.∝
C= l.[α]tD
[α]​t​D​ = l.C

Diketahui :
C : Konsentrasi larutan (gram/100ml)
α : Nilai sudut putar (pengukuran)
l : panjang gelombang polarimeter (dm)
[α]​t​D : sudut putar spesifik, pada suhu t dan pada panjang gelombang sinar
lampu D

● Larutan Sukrosa 5%
100.∝
[α]​t​D​ = l.C
100(4,025)
[α]​t​D =
​ 1(5)

[α]​t​D =
​ 80,5​
0

● Larutan Sukrosa 10%


100.∝
[α]​t​D​ = l.C
100(6,45)
[α]​t​D =
​ 1(10)
[α]​t​D =
​ 64,5​
0

● Larutan Sukrosa 15%


100.∝
[α]​t​D​ = l.C
100(9,525)
[α]​t​D ​= 1(15)

[α]​t​D =
​ 63,5​
0

● Larutan Sukrosa 20%


100.∝
[α]​t​D​ = l.C
100(13,525)
[α]​t​D =
​ 1(20)

[α]​t​D =
​ 67,625​
0

● Larutan Sukrosa 25%


100.∝
[α]​t​D​ = l.C
100(15,625)
[α]​t​D ​= 1(25)

[α]​t​D =
​ 62,5​
0

d. Perhitungan konsentrasi larutan sampel gula putih


100.∝
C= l.[α]tD

Diketahui :
C : Konsentrasi larutan (gram/100ml)
α : Nilai sudut putar (pengukuran)
l : panjang gelombang polarimeter (dm)
[α]​t​D : sudut putar spesifik, pada suhu t dan pada panjang gelombang sinar
lampu D
Perhitungan konsentrasi sampel gula putih
● Larutan sampel 5%
100.∝
C= l.[α]tD
100x3,567
= 1x67,725

= 5,26%
● Larutan sampel 10%
100.∝
C= l.[α]tD
100x6,95
= 1x67,725

= 10,26%

● Larutan sampel 15%


100.∝
C= l.[α]tD
100x9,567
= 1x67,725

= 14,12%
● Larutan sampel 20%
100.∝
C= l.[α]tD
100x12,7
= 1x67,725

= 18,75%
● Larutan sampel 25%
100.∝
C= l.[α]tD
100x15,383
= 1x67,725

= 22,72%
VII. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar dari larutan glukosa


dengan menggunakan nilai sudut putarnya. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk menentukan konsentrasi sampel larutan gula/sukrosa, sehingga harus
diukur terlebih dahulu pengukuran sudut putar terhadap larutan deret standar
sukrosanya.

Langkah pertama adalah melakukan kalibrasi alat polarimeter dengan


larutan sukrosa. Kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau
indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu yang memiliki tujuan untuk
menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan
suatu instrument ukur, menjamin hasil – hasil pengukuran sesuai dengan standar
– standar nasional maupun internasional, untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran melalui rangkaian perbandingan tak terputus, menentukan
kelayakan alat ukur yang digunakan sesuai dengan fungsinya, dan juga deteksi,
korelasi, melaporkan serta mengeliminasi setiap variasi keakuratan alat uji
sehingga dapat mendukung sistem mutu yang diterapkan berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki, dapat mengetahui seberapa
jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukan oleh alat ukur juga menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur
agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.

Didapat nilai kalibrasi larutan sukrosa yaitu sebesar 12 α (konsentrasi


0​
Z). Pada lensa muncul dua cahaya yang berbeda, yaitu sisi gelap dan sisi
terang. Dua cahaya tersebut disamakan dengan menekan tombol yang ada pada
alat yaitu L (left) atau R (right) menyesuaikan sesuai dengan sisi mana yang
lebih gelap, apabila sisi kiri lebih gelap maka ditekan tombol L, apabila sisi
kanan lebih gelap maka ditekan tombol R. Hal tersebut bertujuan agar cahaya
pada kedua sisi sama terang sehingga dapat ditentukan nilai sudut putar larutan
tersebut. Tabel berikut adalah hasil pengamatan dan perhitungan kadar sukrosa
dalam satuan konsentrasi O​​ Z.

Pembacaa
n sudut
No Konsentrasi Sudut putar
putar
. larutan sukrosa spesifik (​O​)
optik aktif
(α)

1 2 Rata-rata

1. 5% 4,1 3,95 4,025 80,5

2. 10% 6,45 6,45 6,45 64,5

3. 15% 9,65 9,4 9,525 63,5

4. 20% 13,45 13,60 13,525 67,625

5. 25% 15,55 15,70 15,625 62,5

Ra 67,725
ta
-ra
ta
Sedangkan pada tabel berikutnya merupakan hasil pengamatan dan
perhitungan kadar gula berdasarkan sudut putar optik aktif larutan standar.

Pembacaa
n sudut
No Konsentrasi larutan Kadar
putar
. sampel sampel
optik aktif
(α)

1 2 3 Rata-rata

1. 5% 3,20 3,70 3,80 3,567 5,26%

2. 10% 6,95 6,75 7,15 6,95 10,26%

3. 15% 9,50 9,60 9,60 9,567 14,13%

4. 20% 12,65 12,70 12,75 12,7 18,75%

5. 25% 15,25 15,40 15,50 15,383 22,72%

Dari hasil pengamatan dan perhitungan tersebut dapat disimpulkan


bahwa semakin besar nilai konsentrasi suatu larutan maka nilai sudut putar
spesifiknya semakin kecil. Penyimpangan pada praktikum ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu kekuatan, ketajaman dan ketelitian mata pada saat
pembacaan serta kekonstanan mata pada saat melihat, ada tidaknya gelembung
didalam tabung dan kering tidaknya tabung yang digunakan. Seharusnya pada
saat memasukkan larutan kedalam tabung, tidak boleh ada gelembung
sedikitpun, karena akan mempengaruhi pada penentuan sudut putar.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Hubungan antara konsentrasi dan sudut rotasi berbanding lurus


2. Konsentrasi sampel gula putih ke satu adalah 5,26% dari hasil perhitungan dan
% dari kurva.
3. Konsentrasi sampel gula putih ke satu adalah 10,26% dari hasil perhitungan dan
% dari kurva.
4. Konsentrasi sampel gula putih ke satu adalah 14,13% dari hasil perhitungan dan
% dari kurva.
5. Konsentrasi sampel gula putih ke satu adalah 18,75% dari hasil perhitungan dan
% dari kurva.
6. Konsentrasi sampel gula putih ke satu adalah 22,72% dari hasil perhitungan dan
% dari kurva.

IX. Daftar Pustaka


Tim Penyusun Analitik Instrument.2010.​Petunjuk Praktikum Kimia Analitik
Instrument​. Bandung: Politeknik Negeri Bandung
X. Lampiran
No Gambar Keterangan

1 Alat Polarimeter
Pembuatan Larutan Gula
2
Putih

Pemasukkan larutan ke dalam


3
tabung polarimeter

4 Penutupan tabung

Pengecekan sudut putar optis


5
aktif

Anda mungkin juga menyukai