Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PO ORIF E.C FRAKTUR FEMUR

DI RUANGAN MARJAN ATAS

RSUD dr. SLAMET GARUT

Disusun Oleh:

Ahmad Sarip

[KHGD.17048]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSAD
GARUT
2017/2018
A. DEFINISI
1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya.(bruner and sudarth, 2001)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan


oleh ruda paksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (silvia,
A. Price, 2005)

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan dengan
pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur.

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan


pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat
mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat,
sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang
dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan dengan


melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods,
plates dan protesa pada tulang yang patah

2. Etiologi

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.


Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan . Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

4. Manifestasi klinik

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang


diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

5. Pemeriksaan penunjang
Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah:
a. Pemeriksaan rotgen (sinar X) untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur/trauma.
b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI untuk memperlihatkan fraktur. Pemeriksaan
penunjang ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap
Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah
sel darah putih adalah respons stress normal setelah trauma.
e. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi
6. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau cedera hati

B. PATHWAY
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian Sekunder
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
1) Riwayat keluarga denga tumor
2) Terpapar radiasi berlebih.
3) Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
4) Kecanduan Alkohol, perokok berat
5) Terjadi perasaan abnormal
6) Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
1) Riwayat epilepsy
2) Nafsu makan hilang
3) Adanya mual, muntah selama fase akut
4) Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
5) Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
2) Bising usus negatif
d. Pola aktifitas dan latihan
1) Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran
2) Resiko trauma karena epilepsy
3) Hamiparase, ataksia
4) Gangguan penglihatan
5) Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)
e. Pola tidur dan istirahat
1) Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
1) Pusing
2) Sakit kepala
3) Kelemahan
4) Tinitus
5) Afasia motorik
6) Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
7) Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
8) Penurunan memori, pemecahan masalah
9) kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
10) Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
11) Tidak mampu merekam gambar
12) Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan tidak berdaya dan putus asa
2) Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesame
1) Masalah bicara
2) Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/
bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
1) Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
2) Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
2) Mekanisme koping yang biasa digunakan
3) Perasaan tidak berdaya, putus asa
4) Respon emosional klien terhadap status saat ini
5) Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
6) Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
1) Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

3. Diagnosa keperawatan

Post operatif

1) Nyeri berhungan dengan pembedahan invasive


2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitasr
fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka , bedah perbaikan
4) Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap konsep diri/citra
diri
4. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/outcome Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan mobilitas Setelah diberikan askep INDEPENDEN:
fisik berhubungan selama …x… jam 1. Kaji tingkat immobilisasi yang 1. Pasien akan membatasi gerak
dengan cedera diharapkan kerusakan disebabkan oleh edema dan karena salah persepsi (persepsi
jaringan sekitasr mobilitas fisik dapat persepsi pasien tentang tidak proporsional)
fraktur, kerusakan berkurang. Dengan KE: immobilisasi tersebut.
rangka 1. Meningkatkan
neuromuskuler. mobilitas pada tinggi 2. Mendorong partisipasi dalam
yang mungkin aktivitas rekreasi (menonton 2. Memberikan kesempatan untuk
2. Mempertahankan TV, membaca koran dll ). mengeluarkan energi,
posisi fungsional memusatkan perhatian,
3. Meningkatkan meningkatkan perasaan me-
kekuatan/fungsi ngontrol diri pasien dan
yang sakit membantu dalam mengurangi
4. Menunjukkan teknik isolasi sosial.
mampu melakukan
aktivitas 3. Menganjurkan pasien untuk 3. Meningkatkan aliran darah ke
melakukan latihan pasif dan otot dan tulang untuk
aktif pada yang cedera maupun meningkatkan tonus otot,
yang tidak. mempertahankan mobilitas
sendi, mencegah kontraktur /
atropi dan reapsorbsi Ca yang
tidak digunakan.
4. Membantu pasien dalam
perawatan diri 4. Meningkatkan kekuatan dan
sirkulasi otot, meningkatkan
pasien dalam mengontrol situasi,
meningkatkan kemauan pasien
untuk sembuh.

5. Bedrest, penggunaan analgetika


5. Auskultasi bising usus, monitor dan perubahan diit dapat
kebiasaan eliminasi dan menyebabkan penu-runan
menganjurkan agar bab teratur. peristaltik usus dan konstipasi.

6. Mempercepat proses
6. Memberikan diit tinggi protein , penyembuhan, mencegah
vitamin , dan mineral. penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi
penurunan BB

2 . Setelah diberikan askep INDEPENDEN:


Nyeri berhubungan selama …x… jam 1. Mengkaji karakteristik nyeri : 1. Untuk mengetahui tingkat rasa
dengan prosedur diharapkan nyeri berkurang lokasi, durasi, intensitas nyeri nyeri sehingga dapat
invasif dengan KE: dengan meng-gunakan skala menentukan jenis tindak annya.
1. Klien menyatakan nyeri (0-10)
nyeri berkurang
2. Klien Nampak 2. Mempertahankan immobilisasi 2. Mencegah pergeseran tulang dan
rileks, mampu (back slab) penekanan pada jaringan yang
berpartisipasi dalam luka.
aktivitas /istirahat
dan tidur 3. Berikan sokongan (support) 3. Peningkatan vena return,
1. Ttv dalam batas pada ektremitas yang luka. menurunkan edem, dan me
normal ngurangi nyeri.

4. Menjelaskan seluruh prosedur 4. Untuk mempersiapkan mental


di atas serta agar pasien be-partisipasi
pada setiap tindakan yang akan
dilakukan.
KOLABORASI: 5. Mengurangi rasa nyeri
5. Pemberian obat-obatan
analgesik

3 Resiko infeksi Setelah diberikan askep INDEPENDEN:


berhubungan selama …x… jam 1. Kaji keadaan luka (kontinuitas 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
dengan jaringan diharapkan resiko infeksi dari kulit) terhadap adanya: infeksi.
terbuka , bedah tidak terjadi diatasi dengan edema, rubor, kalor, dolor,
perbaikan KE: fungsi laesa.
1. Tidak ada tanda-
tanda reeda 2. Anjurkan pasien untuk tidak 2. Meminimalkan terjadinya
2. Ttv dalam batas memegang bagian yang luka. kontaminasi.
normal
3. Nilai wbc <10 e3 3. Merawat luka dengan meng- 3. Mencegah kontaminasi dan
mg/dL gunakan tehnik aseptik kemungkinan infeksi silang.

4. Mewaspadai adanya keluhan 4. Merupakan indikasi adanya


nyeri mendadak, keterbatasan osteomilitis.
gerak, edema lokal, eritema
pada daerah luka.
KOLABORASI:
5. Pemeriksaan darah : leokosit 5. Lekosit yang meningkat artinya
sudah terjadi proses infeksi

Pemberian obat-obatan :
6. antibiotika dan TT (Toksoid 6. Untuk mencegah kelanjutan
Tetanus) terjadinya infeksi dan
pencegahan tetanus.

7. Persiapan untuk operasi sesuai 7. Mempercepat proses


indikasi penyembuhan luka dan dan
8. penyegahan peningkatan infeksi.
4 Ansietas b/d Setelah dilakukan Intervensi : 1. Rasional : Mendefinisikan
adanya ancaman tindakan 1) Dorong ekspresi masalah dan pengaruh
terhadap konsep keperawatan selama ketakutan/marah pilihan intervensi.
diri/citra diri 1 X 24 jam, klien 2) Akui kenyataan atau 2. Rasional : Memberikan
Tujuan memiliki rentang normalitas perasaan, dukungan emosi yang
respon adaptif, termasuk marah dapat membantu klien
dengan kriteria hasil 3) Berikan informasi melalui penilaian awal
: akurat tentang juga selama pemulihan
 Tampak relaks perkembangan 3. Rasional : Memberikan
dan kesehatan. informasi yang jujur
melaporkan 4) Dorong penggunaan tentang apa yang
ansietas menejemen stres, diharapkan membantu
menurun contoh : napas klien/orang terdekat
sampai dapat dalam, bimbingan menerima situasi lebih
ditangani. imajinasi, visualisasi. evektif.
 Mengakui dan 4. Rasional : membantu
mendiskusikan memfokuskan kembali
rasa takut. perhatian, meningkatkan
 Menunjukkan rentang relaksasi, dan
perasaan yang meningkatkan penigkatan
kemampuan koping.

5. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan outcome
DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Price Sylvia, A (2005), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .


Edisi 4. Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (2001). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi
8. Vol 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai