Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

Pengantar Penerbit

Pengantar Penyusun

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Istilah Penting

BAGIAN SATU : HAK ASASI DAN KEWAJIBAN ASASI INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN NEGARA
DIBIDANG PERPAJAKAN

BAB 1 HAK ASASI DAN KEWAJIBAN ASASI INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN NEGARA DIBIDANG

PERPAJAKAN - 1

A. Salah Satu Hak Asasi dan Kewajiban Asasi Manusia Terhadap Masyarakat Tempat Ia
Hidup Ialah Membayar Pajak - 1
A.1. Definisi Hak Wajib Pajak
A.2.Definisi Kewajiban Wajib Pajak
A.3.Definisi Hak Asasi Wajib Pajak
A.4.Definisi Kewajiban Asasi Wajib Pajak
B. Hak Asasi dan Kewajiban Asasi Individu, Masyarakat, Negara Dibidang Perpajakan
C. Pilar Pilar Perpajakan - 2
D. Sistimatika Penyusunan Buku - 8

BAGIAN DUA : DASAR DASAR PERPAJAKAN

BAB 2 PENGANTAR SEJARAH SINGKAT PERPAJAKAN - 9

A. Sejarah Singkat Perpajakan : di Roma, di Mesir, di Spanyol, dan di Benua Amerika - 9


B. Sejarah Singkat Perpajakan : Zaman Majapahit, Mataram, Kediri, Zaman Kolonial, dan
Sebelum Reformasi Perpajakan 1983 - 10
C. Reformasi Perpajakan di Indonesia - 14
C.1.Reformasi Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP) - 14
C.2.Reformasi Pajak Penghasilan ( PPh ) - 14
C.3.Reformasi Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
( PPn BM) - 14
C.4.Reformasi Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 15
C.5.Reformasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan ( BPHTB) - 15
C.6.Reformasi Bea Meterai ( BM) - 15
C.7.Reformasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( PDRD ) - 15
C.8.Reformasi Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ( PPSP ) - 16

1
C.9.Reformasi Pengadilan Pajak - 16

BAB 3 PUNGUTAN, PERPAJAKAN , RETRIBUSI DAN PENDEKATAN PERPAJAKAN - 17

A. Definisi Pungutan - 17
B. Definisi Pajak - 17
C. Definisi Retribusi - 18
D. Pendekatan Perpajakan - 18
E. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Falsafah - 20
F. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Hukum - 20
G. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Ekonomi - 14
H. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Keuangan - 22
I. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Sosiologi - 22
J. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Pembangunan - 23
K. Pendekatan Pajak Dari Segi Akuntansi - 23
L. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Administrasi.
M. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Manajemen - 23
N. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Politik - 24
O. Pendekatan Perajakan Dari Segi Teknologi Informasi ; Sistim Informasi Perpajakan -
24

BAB 4 FUNGSI DAN SISTIM PEMUNGUTAN PAJAK - 25

A. Fungsi Perpajakan - 25
B. Manfaat Perpajakan - 26
C. Sistim Pemungut Pajak - 26

BAB 5 PENGANTAR HUKUM PERPAJAKAN - 29

A. Pendekatan Pajak Dari Segi Hukum - 29


B. Hukum Perpajakan - 29
C. Kedudukan Hukum Perpajakan - 30
D. Hukum Perpajakan Materil - 30
E. Hukum Perpajakan Formil - 31
F. Asas Asas Hukum Perpajakan - 31
F.1. Asas Sesuai Dengan Konsepsi Negara - 32
F.2.Asas Sesuai Falsafah (Pancasila) - 32
F.3. Asas Keadilan - 32
F.4.Asas Daya Pikul - 33
F.5.Asas Yuridis - 33
F.6 .Asas Ekonomi - 33
F.7.Asas pemungutan yang tepat ( Convenience of payment ) - 34
F.8.Asas Kesesuain Dengan Tujuan - 34

2
F.9.Asas Efisiensi . Finansial - 34
F.10.Asas Non-Diskriminasi - 34
F.11.Asas non- opportunitas - 35
F.12.Asas non-analogi - 35
F.13. Asas – asas dalam Peradilan Pajak - 36
F.14.Asas kebebasan mencari kedila - 36.
F.15. Asas kesamaan dihadapan pengadilan - 36
F.16. Asas perlindungan para pihak - 36
F.17. Asas netralitas , tidak berat sebelah - 37
F.18. Asas masalah bersifat hukum - 37
F.19. Asas kekeluargaan dan kegotong royongan dalam pemutusan sengketa - 37
F.20. Asas obyektivitas penilaian - 38
F.21. Asas keterbukaan untuk umum ( “ openbaarheid “ ) - 38
F.22 . Asas mengikat para pihak - 38
F.23. Asas beban bukti - 39
F.24 . Asas motivasi / beralasan putusan - 39
F.25. Asas patuh putusan - 39
F.26 . Asas opportunitas / non-opportunitas - 39
F.27 .Asas naik banding - 39
F.28 . Asas penerapan Ordonansi Kepatuhan ( Billijkheids Ordonnantie ) - 40
F.29.Asas arbitrase - 41
F.30. Asas ne bis in idem - 41
F.31. Asas kepastian hukum - 41
F.32. Asas tertib hukum - 41
F.33. Asas legalitas - 42
F.34. Asas pengendalian - 42
F.35.Asas tanggungjawab, asas kejujuran, asas kepercayaan - 42
F.36. Asas daluarsa - 43
F.37. Asas hirarki , kejenjangan - 37
F.38.Asas jaminan , asas rahasia jabatan - 44
F.39. Asas konsistensi , asas saling menghargai - 44
F.40. Asas etika perpajakan - 44
F.41. Asas kerakyatan atau asas demokrasi - 45
G. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Perdata - 45
H. Hubungan Hukum Pajak Dengan Hukum Pidana - 46
I. Hukum Pajak Merupakan Hukum Yang Hidup, Yang Harus Selalu Menyesuaikan Diri
Dengan Perkembangan Masyarakat - 46
J. Hukum Perpajakan Positif Di Indonesia : Dasar Hukum Pemungutan Pajak di Indonesia
- 46

BAB 6 FALSAFAH PERPAJAKAN - 48

3
A. Falsafah Pajak di Indonesia Bersandar Pada Pancasila, Tidak Boleh Bertentangan
Dengan Pancasila, Pancasila Harus Dijabarkan Dalam Peraturan Perpajakan - 48
B. Dasar Hukum - 48
C. Mengapa Pajak Harus Berdasarkan UU ? - 48
D. Sila Keempat Pancasila - 48
E. Sila Kelima Pancasila - 49
F. Sila Kesatu Pancasila - 49
G. Sila Kedua Pancasila - 49
H. Sila Ketiga Pancasila - 49
I. Pembenaran Pemungutan Pajak - 49
J. Syarat Pembuatan Undang- Undang Pajak
K. Dasar Pelaksanaan UU Pajak - 50
L. Dasar Mendapatkan Keadilan Dalam Hukum Pajak - 50
M. Dasar Ekonomi Pajak, Sumber Keuangan Negara - 50
N. Dasar Sosiologi Pajak - 51
O. Dasar Penggunaan Hasil Pajak - 51
P. Dasar Politik dan Kebijaksanaan Pajak Pajak - 51
Q. Dasar Falsafah Sanksi. - 51

BAB 7 ASAS - DASAR PEMUNGUTAN PERPAJAKAN - 52

A. Asas – Prinsip Pemungutan Pajak - 52


B. Asas Asas Pemungutan Pajak - 52
B.1.Asas –asas Keadilan - 52
B.2.Teori Teori Perpajakan - 52
B.3.Teori Perjanjian dan Teori Kedaulatan Negara - 53
C. Kelompok Teori “ Mempertahankan Persoalan Pembenaran Dasar Keadilan “ dan
Kelompok Aliran Berusaha Kearah “Peniadaan Persoalan Pembenaran Dasar Keadilan
“ - 53
D. Asas Yuridis - 56
E. Asas Ekonomis - 56
F. Asas Finansial - 56
G. Asas Menurut Adam Smith - 56
H. Asas Menurut Sommerfield Ray M dkk. - 56
I. Asas menurut Richard A .Musgrave dan Peggy B. - 57
J. Asas Domisili/Asas Tepat Tinggal. - 57
K. Asas Kebangsaan - 57
L. Asas Sumber - 57
M. Prinsip Menurut Howell H Zee (1995). - 58
N. Prinsip menurut Glenn P. Jenkin dan Gangadhar P.Shukla - 58
O. Prinsip Menurut Hector S. De Leon - 60
P. Prinsip Pengenaan Pajak Atas Penghasilan. - 60

4
Q. Penggolongan Pajak. - 60
R. Cara Mengenakan Pajak. - 61
S. Stelsel Pemungutan Pajak - 62
T. Tarif Pajak . - 62
U. Utang Pajak - 63
V. Uang Pembasuh Batin ( Gewetensgeld ) - 64
W. Penafsiran UU Pajak ( Interpretatie) - 64
X. Kendala Pemungutan Pajak - 65
Y. Akibat Pengelakan Pajak - 65

BAGIAN TIGA : KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN ( KUP )

BAB 8 ISTILAH ISTILAH DALAM KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP) - 66

A. Dasar Hukum - 66
B. Istilah Istilah Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) - 66

BAB 9 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ( NPWP) DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

( PPKP ) - 69

A. Dasar Hukum - 69
B. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP) :
SAS ( Self Assessment System ). - 69
C. Masa Pajak - 72

BAB 10 KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN - 73

A. Dasar Hukum - 73
B. Kewajiban Pembukuan dan Dikecualikan Dari Kewajiban Pembukuan Tetapi Wajib
Pencatatan - 73
B.1.Kewajiban Wajib Pajak - 73
B.2.Dikecualikan Dari Kewajian Pembukuan Tetapi Wajib Pencatatan - 73
B.3.Itikad Baik Dalam Pembukuan - 73
B.4.Diselenggarakan di Indonesia - 73
B.5.Taat Asas - 73
B.6.Metode Pembukuan - 74
B.7.Isi Pembukuan - 75
B.8.Berdasarkan Pembukuan Dihitung Besarnya Utang Pajak - 75
B.9.Standar Akuntansi Keuangan - 75
B.10.Pembukuan Dalam Bahasa Asing - 75
B.11.Pencatatan - 75
B.12.Pembukuan Disimpan 10 Tahun - 75

BAB 11 PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK - 77

5
A. Dasar Hukum - 77
B. Pembayaran dan Penyetoran Pajak - 77
B.1.Pembayaran dan Penyetoran Pajak - 77
B.2.Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak - 77
B.3.Sanksi - 77
B.4.Kekurang Dibayar Sebelum SPT Masuk - 77
B.5.Sanksi Administrasi Berupa Bunga 2 % Per Bulan - 77
B.6.Sanksi Kurang Bayar Menurut Surat Pemberitahuan ( SPT ) - 77
B.7.Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran STP dan Surat Ketetapan Pajak - 77
B.8.WP Usaha Kecil dan WP di Daerah Tertentu - 78
B.9.Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak - 78
B.10.Persetujuan Mengangsur Atau Menunda Diberikan Dengan Hati Hati Paling lama
12 Bulan dan Terbatas - 78
C. Sarana Pembayaran Pajak dan Tempat Pembayaran Pajak -
D. Kelebihan Pembayaran Pajak - 78

BAB 12 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) PAJAK - 81

A. Dasar Hukum - 81
B. Surat Pemberitahuan ( SPT ) - 81
C. Pengisian SPT dan Lampirannya - 85
D. Dalam Hal Tertentu Penyampaian Surat Pemberitahuan ( SPT ) Di Tempat Lain - 86
E. Penyampaian / Pengiriman Surat Pemberitahuan ( SPT ) - 86
F. Sanksi Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Tidak Disampaikan - 87
G. Pembetulan Surat Pemberitahuan ( SPT) - 87

BAB 13 PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN - 92

A. Dasar Hukum - 92
B. Pemeriksaan Pajak - 92
C. Pemeriksaan WP Yang Mendaftarkan Sahamnya Di Bursa Efek - 94
D. Penyegelan Dalam Rangka Pemeriksaan Pajak - 94
E. Tata Cara Pemeriksaan Pajak - 95

BAB 14 PENETAPAN DAN KETETAPAN PAJAK - 96

A. Dasar Hukum - 96
B. Kewajiban Membayar Pajak dan Penetapan Pajak - 96
C. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ) - 97
D. Alpa Tidak Menyampaikan SPT/ Menyampaikan SPT,Tidak Benar/Tidak Lengkap /
Keterangan Tidak Benar Yang Menimbulkan Kerugian Negara Tidak Dikenai Sanksi
Pidana Apabila Kealpaan Tersebut Pertama Kali Dilakukan. - 100
E. Surat Tagihan Pajak ( STP ) - 100
F. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT ) - 102

6
G. Pembetulan SKP dan STP - 104
H. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ( SKPLB ) - 105
I. Surat Ketetapan Pajak Nihil ( SKPN ) - 105
J. Surat Pemberitahuan ( SPT ) Lebih Bayar - 106
K. Kriteria Tertentu : SK Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak ( SKPPKP) Wajib
Pajak KriteriaTertentu - 107
L. Persyaratan Tertentu : Pengembalian Pendahuluan Lebih Bayar WP Yang Memenuhi
Persyaratan Tertentu - 109
M. Pengembalian PPN Untuk Orang Pribadi Bukan Subyek Dalam Negeri. - 110

BAB 15 PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DALAM KEBERATAN DAN BANDING - 111

A. Dasar Hukum - 111


B. Keberatan - 111
C. Keputusan Keberatan. - 113
D. Tata Cara Keberatan - 114
E. Banding - 114
F. Imbalan Bunga - 115

BAB 16 PENAGIHAN DI BIDANG PERPAJAKAN - 118

A. Dasar Hukum - 118


B. Dasar Penagihan Pajak - 118
C. Bunga Penagihan Pajak - 118
D. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa - 119
E. Negara Mempunyai Hak Mendahulu - 121
F. Daluarsa Penagian Pajak - 121
G. Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak - 122
H. Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan - 122

BAB 17 KERAHASIAAN WAJIB PAJAK , DATA INFORMASI PERPAJAKAN DAN KETENTUAN

KHUSUS LAINNYA - 123

A. Dasar Hukum - 123


B. Wakil Wajib Pajak - 123
C. Kerahasiaan Wajib Pajak : Setiap Pejabat Dilarang Mengungkapkan Kerahasiaan Wajib
Pajak - 124
D. Keterangan/Bukti/Data/Informasi Perpajakan Dari Pihak Ketiga Dalam Rangka
Menjalankan UU Perpajakan - 125
E. Data Dan Informasi Perpajakan Dari Instansi Pemerintah, Lembaga, Asosiasi Dan Pihak
Lain Dan Kewajiban Instansi Pemerintah, Lembaga, Asosiasi Dan Pihak Lain - 126

7
F. Pengurangan, Penghapusan Dan Pembatalan Utang Pajak - 127
G. Sanksi Bagi Pegawai Pajak - 128
H. Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak - 128
I. Komite Pengawas Perpajakan - 129
J. Direktorat Jenderal Pajak Dapat Diberi Insentif Atas Dasar Pencapaian Kinerja Tertentu
- 129
K. Perubahan Besarnya Imbalan Bunga Dan Sanksi Administrasi Berupa Bunga, Denda,
Dan Kenaikan, Diatur Dengan Peraturan Pemerintah - 129
L. Sunset Policy : Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi - 129

BAB 18 TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN - 130

A. Dasar Hukum - 130


B. Tindak Pidana Fiskal - 130
C. Tindak Pidana Dibidang Perpajakan : Tindak Pidana Karena Alpa - 130
D. Tindak Pidana Dibidang Perpajakan : Tindak Pidana Dengan Sengaja - 131
E. Tindak Pidana Dibidang Perpajakan : Tindak Pidana Dengan Sengaja Menerbitkan Atau
Menggunakan Faktur Pajak Tidak Berdasarkan Transaksi Yang Sebenarnya / Belum
Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak - 132
F. Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Tidak Dapat Dituntut Setelah Lampau Waktu 10
Tahun - 132
G. Sanksi Bagi Pejabat Yang Tidak Memenuhi Kewajibannya Merahasiakan Kerahasiaan
WP - 132
H. Sanksi Pidana Bagi Bank, Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Pajak, Kantor
Administrasi dan Pihak Ketiga Yang Tidak Melaksanakan Kewajibannya - 133
I. Sanksi Bagi Setiap Orang Yang Dengan Sengaja Menghalangi Atau Mempersulit
Penyidikan - 133
J. Sanksi Pidana Bagi Instansi Pemerintah,Lembaga, Asosiasi Dan Pihak Lain Yang Tidak
Memenuhi Kewajibannya - 133
K. Sanksi Berlaku Juga Bagi Wakil, Kuasa, Pegawai WP,Pihak Lain Yang Menyuruh
Melakukan,Turut Serta Melakukan, Menganjurkan, Membantu Melakukan Tindak
Pidana Di Bidang Perpajakan - 134
L. Pajak Yang Diselundupi Tidak Hapus Dengan Dijatuhkannya Sanksi Pidana - 134
M. Grasi Terhadap Sanksi Pidana Tidak Menghapuskan Perbuatannya - 135
N. Aspek Aspek Pidana Dalam Hukum Pajak - 135

BAB 19 PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DIBIDANG PERPAJAKAN - 136

A. Dasar hukum - 136


B. Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan - 136
C. Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan - 136
D. Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan - 137

8
E. Untuk Kepentingan Penerimaan Negara, Atas Permintaan Menteri Keuangan, Jaksa
Agung Dapat Menghentikan Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan - 137

BAB 20 KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP KUP (KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

PERPAJAKAN) - 139

A. Dasar Hukum - 139


B. Ketentuan Peralihan KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan ) - 139
C. Ketentuan Penutup KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan ) - 139

BAGIAN EMPAT : PAJAK PENGHASILAN - 141

BAB 21 SUBYEK PAJAK PENGHASILAN - 141

A. Dasar Hukum - 141


B. Definisi Pajak Penghasilan - 141
C. Subyek Pajak - 141
D. Bentuk Usaha Tetap ( BUT ) - 142
E. Subyek Pajak Dalam Negeri dan Subyek Pajak Luar Negeri - 142
F. Subyek Pajak Dalam Negeri - 143
G. Subyek Pajak Luar Negeri - 144
H. Jenis Bentuk Usaha Tetap ( BUT) - 145
I. Tempat Tinggal Orang Pribadi Atau Tempat Kedudukan Badan - 146
J. Kewajiban Pajak Subyektif Orang Pribadi - 147
K. Kewajiban Pajak Subyektif Badan - 147
L. Kewajiban Pajak Subyekti Subyek Pajak Luar Negeri Melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) -
147
M. Kewajiban Pajak Subyektif Subyek Pajak Luar Negeri Tidak Dari Menjalankan Usaha
Atau Melakukan Kegiatan Usaha Melalui BUT - 148
N. Kewajiban Pajak Subjektif Warisan Yang Belum Terbagi - 148
O. Kewajiban Pajak Subjektif Orang Pribadi Hanya Meliputi Sebagian Dari Tahun Pajak -
149
P. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan - 149

BAB 22 OBYEK PAJAK PENGHASILAN - 151

A. Dasar Hukum - 151


B. Obyek Pajak Penghasilan - 151
C. Obyek Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final - 157
D. Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan - 157
E. Obyek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap ( BUT ) - 163
F. Biaya Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bentuk Usaha Tetap (BUT) - 165
G. Penentuan Laba Bentuk Usaha Tetap (BUT) - 165

9
H. Biaya Biaya Yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Bagi WP DN dan BUT -166
I. Konpensasi Kerugian - 171
J. Untuk WP Orang Pribadi Diberikan Pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-
171
K. Penghasilan TIdak Kena Pajak ( PTKP ) Untuk WP Orang Pribadi - 172
L. Penghasilan TIdak Kena Pajak (PTKP) Berdasarkan Keadaan Awal Tahun - 174
M. Penyesuaian Penghasilan TIdak Kena Pajak (PTKP ) Ditetapkan Dengan Peraturan
Menteri Keuangan - 174
N. Pajak Penghasilan Suami, Istri dan Anak Belum Dewasa : Penghasilan Atau Kerugian
Bagi Wanita Yang Telah Kawin - 174
O. Suami Istri Yang Dikenakan Pajak Penghasilan Secara Terpisah - 175
P. Penghasilan Anak Yang Belum Dewasa - 176
Q. Pengeluaran Yang Tidak Boleh Dibebankan Sebagai Biaya - 177
R. Penyusutan Atau Amortisasi : Pengeluaran Yang Mempunyai Masa Manfaat Lebih Dari
1 Tahun Dibebankan Melalui Penyusutan Atau Amortisasi - 180
S. Harga Perolehan/Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta - 181
T. Nilai Perolehan Atau Nilai Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar-Menukar Harta - 182
U. Nilai Perolehan Atau Pengalihan Harta Yang Dialihkan Dalam Rangka Likuidasi,
Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan, Atau Pengambilalihan Usaha- 182
V. Pengalihan Harta - 183
W. Pengalihan Harta : Pengganti Saham/Pengganti Penyertaan Modal - 183
X. Persediaan Dan Pemakaian Persediaan Untuk Penghitungan Harga Pokok - 184
Y. Penyusutan Metode Garis Lurus ( straight-line method) - 185
Z. Penyusutan Metode Saldo Menurun (declining balance method) - 185
AA. Saat Dimulai Penyusutan - 187
BB. Saat Dimulainya Penyusutan Dengan Persetujuan Direktur Jenderal Pajak - 187
CC. Penyusutan Bagi WP Yang Melakukan Penilaian Kembali Aktiva - 188
DD. Masa Manfaat Dan Tarif Penyusutan Harta Berwujud - 188
EE. Penyusutan Atas Harta Berwujud Bidang Usaha Tertentu - 189
FF. Pengalihan Atau Penarikan Harta Pasal 4(1) d Atau Penarikan Harta Karena Sebab
Lainnya - 189
GG. Hasil Penggantian Asuransi Yang Akan Diterima Jumlahnya Baru Dapat Diketahui
Dengan Pasti Di Masa Kemudian - 189
HH. Pengalihan Harta Yang Memenuhi Syarat Pasal 4 ayat (3) Huruf a dan Huruf b UU PPh -
190
II. Amortisasi - 190
JJ. Saat Dimulainya Amortisasi - 191
KK. Masa Manfaat Dan Tarif Amortisasi - 191
LL. Pengeluaran Untuk Biaya Pendirian Dan Biaya Perluasan Modal - 192
MM. Amortisasi Bidang Penambangan Minyak Dan Gas Bumi - 192
NN. Amortisasi HPH, HP Sumber/Hasil Alam Lainnya - 192
OO. Amortisasi Pengeluaran Sebelum Operasi Komersial - 193

10
PP. Amortisasi Pengalihan Harta Tak Berwujud Atau Hak-Hak - 193
QQ. Nilai Sisa Buku Apabila Terjadi Pengalihan Harta - 194
RR. Pasal 12 dan Pasal 13 UU PPh Dihapus - 194
SS. Norma Penghitungan Penghasilan Neto - 194
TT. WP Orang Pribadi Yang Boleh Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto -
195
UU. Wajib Menyelenggarakan Pencatatan Bagi WP Yang Menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. - 196
VV. WP Tidak Memberitahukan ke Dir.Jen.Pajak Dianggap Memilih Menyelenggarakan
Pembukuan - 196
WW. Wajib Pajak Tidak Menyelenggarakan Pembukuan Atau Pencatatan -
196Penghasilannya Dihitung Berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto - 196
XX. Besarnya Peredaran Bruto Dapat Diubah Dengan Peraturan Menteri Keuangan - 197
YY. Norma Penghitungan Khusus Wajib Pajak Tertentu - 197

BAB 23 CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN - 198

A. Dasar Hukum - 198


B. Penghasilan Kena Pajak ( PKP) - 198
C. Penghasilan Kena Pajak Bagi WP Yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto - 199
D. Penghasilan Kena Pajak Bagi WP Luar Negeri Bentuk Usaha Tetap (BUT) - 199
E. Penghasilan Kena Pajak Bagi WP Orang Pribadi Yang Hanya Meliputi Sebagian Dari
Tahun Pajak - 200
F. Tarif Pajak Penghasilan WP Orang Pribadi - 201
G. Tarif Pajak Penghasilan WP Badan Dalam Negeri Dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) - 202
H. Penghasilan Kena Pajak Dibulatkan Ke Bawah Dalam Ribuan Rupiah Penuh - 202
I. Pajak Penghasilan Terutang Dalam Bagian Tahun Pajak - 203
J. Tarif Tersendiri Untuk Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final - 203
K. Perbandingan Antara Utang Dan Modal Perusahaan - 204
L. Penetapan Saat Diperolehnya Dividen - 204
M. Menentukan Kembali Penghasilan Dan Pengurangan Serta Menentukan Utang Sebagai
Modal - 205
N. Menentukan Harga Transaksi Antar Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa - 206
O. Special Purpose Company - 207
P. Penjualan Atau Pengalihan Saham Perusahaan - 207
Q. Penghasilan WP Orang Pribadi Dalam Negeri Dari Pemberi Kerja Yang Memiliki
Hubungan Istimewa Dengan Perusahaan Lain - 208
R. Hubungan Istimewa - 208
S. Penilaian Kembali Aktiva Tetap - 210
T. Selisih Penilaian Kembali Aktiva - 210
U. Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan - 210

11
V. Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan Dilakukan Setiap Bulan Atau Masa Lain - 211
W. Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan Merupakan Angsuran Pajak Yang
Boleh Dikreditkan (Kredit Pajak) - 211

BAB 24 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 - 213

A. Dasar Hukum - 213


B. Definisi Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 21 - 213
C. Pemotongan Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 21 - 213
D. Tidak Termasuk Sebagai Pemberi Kerja Yang Wajib Melakukan Pemotongan PPh Pasal
21
E. Penghasilan Pegawai Tetap Atau Pensiunan Yang Dipotong PPh Pasal 21 - 215
F. Penghasilan Pegawai Harian, Mingguan, Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang
Dipotong PPh Pasal 21 - 215
G. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 - 216
H. WP Yang Tidak Memiliki NPWP Dikenakan Tarif lebih Tinggi 20% - 216

BAB 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 - 217

A. Dasar Hukum - 217


B. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 22 - 127
C. Subyek Pajak Penghasilan Pasal 22 - 127
D. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 - 127
E. Dasar Pemungutan, Kriteria, Sifat, Dan Besarnya Pungutan Diatur Peraturan Menteri
Keuangan - 219
F. WP Yang Tidak Memiliki NPWP Dikenakan Tarif Lebih Tinggi 100 % - 219

BAB 26 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 - 220

A. Dasar Hukum - 220


B. Definisi Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 23 - 220
C. Pemotong Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 23 - 220
D. Subyek Pajak Penghasilan (PPh ) Pasal 23 - 220
E. Tarif, Dasar Pemotongan Dan Obyek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 - 220
F. WP Yang Tidak Memiliki NPWP, Besarnya Tarif PPh Pasal 23 Lebih Tinggi 100% - 221
G. Ketentuan Imbalan Sehubungan Dengan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi,
Jasa Konsultan, Dan Jasa Lain Diatur Dengan Peraturan Menteri Keuangan. - 221
H. Orang Pribadi Sebagai WP Dalam Negeri Ditunjuk Oleh Dirjen Pajak Untuk Memotong
PPh Pasal 23 - 221
I. Tidak Dilakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 - 221

BAB 27 PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 - 223

A. Dasar Hukum - 223

12
B. Definisi Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 24 - 223
C. Pengkreditan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 24 Yang Dibayar Di Luar Negeri - 223
D. Kredit Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 24 Tidak Boleh Melebihi Penghitungan Pajak
Yang Terutang Berdasarkan UU PPh. - 224
E. Penentuan Sumber Penghasilan Untuk Menghitung Batas PPh Pasal 24 Yang boleh
Dikreditkan - 224
F. Penentuan Sumber Penghasilan Lain - 225
G. Pengurangan Atau Pengembalian Pajak Atas Penghasilan Yang Dibayar Di Luar Negeri
- 226
H. Ketentuan Pelaksanaan Kredit Pajak Penghasilan Pasal 24 Diatur Dengan Peraturan
Menteri Keuangan

BAB 28 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 - 227

A. Dasar Hukum - 227


B. Definisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 - 227
C. Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Tahun Pajak Berjalan - 227
D. Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT
Tahunan PPh - 228
E. Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Apabila Dalam Tahun Pajak Berjalan Diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) - 229
F. Angsuran Pajak Penghasilan Passal 25 Dalam Hal Hal Tertentu - 229
G. Angsuran Penghasilan Pasal 25 Bagi WP Tertentu - 231
H. Fiskal Luar Negeri - 232

BAB 29 PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 - 233

A. Dasar Hukum - 233


B. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 26 - 233
C. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26 - 233
D. Subyek Pajak Penghasilan Pasal 26 - 233
E. Obyek dan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 26 - 234
F. Negara Domisili Dari Wajib Pajak Luar Negeri - 235
G. Pajak Penghasilan Pasal 26 Atas Penghasilan Dari Penjualan Harta Di Indonesia Dan
Premi Asuransi - 236
H. Pajak Pengahasilan Pasal 26 Atas Penghasilan Dari Penjualan Atau Pengalihan Saham -
237
I. Pajak Penghasilan Pasal 26 Bentuk Usaha Tetap ( BUT ) - 237
J. Pajak Penghasilan Pasa 26 Yang Bersifat Final dan Tidak Bersifat Final - 237

BAB 30 PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN - 239

A. Dasar Hukum - 239


B. Pajak Penghasilan Yang Terutang Dikurangi Dengan Kredit Pajak - 239

13
C. Sanksi Administrasi Berupa Bunga, Denda, Dan Kenaikan Serta Sanksi Pidana Berupa
Denda Tidak Boleh Dikreditkan - 240
D. Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pada Akhir Tahun Dikembalikan - 240
E. Kekurangan PPh Pada Akhir Tahun Harus Dilunasi Sebelum SPT Tahunan PPh
Disampaikan. - 241

BAB 31 FASILITAS PERPAJAKAN, PEMBAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN, P3B,

DAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI - 243

A. Dasar Hukum - 243


B. Fasilitas Perpajakan - 243
C. Pembagian Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Untuk Pusat Dan Daerah - 244
D. Perpajakan Bagi Bidang Usaha Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi, Bidang Usaha
Panas Bumi, Bidang Usaha Pertambangan Umum Termasuk Batubara, Dan Bidang
Usaha Berbasis Syariah - 244
E. Fasilitas Berupa Pengurangan Tarif Sebesar 50% (Lima Puluh Persen) - 244
F. Tata Cara Pengenaan Pajak Dan Sanksi - 245
G. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak (P3B) -
246
H. Pajak Penghasilan Atas Bunga Atau Diskonto Obligasi Negara Yang Diperdagangkan Di
Negara Lain. - 246

BAB 32 KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP PAJAK PENGHASILAN - 248

A. Dasar Hukum - 248


B. WP Yang Tahun Bukunya Berakhir Pada Tanggal 30 Juni 1984 Serta Yang Berakhir
Antara Tanggal 30 Juni 1984 Dan Tanggal 31 Desember 1984 - 148
C. Fasilitas Perpajakan Yang Telah Diberikan Sampai Dengan Tanggal 31 Desember 1983 -
248
D. Penghasilan Kena Pajak Bidang Penambangan Minyak Dan Gas Bumi Serta Dalam
Bidang Penambangan Lainnya Sehubungan Dengan Kontrak Karya Dan Kontrak Bagi
Hasil - 249
E. Wajib Pajak Yang Tahun Bukunya Berakhir Setelah Tanggal 30 Juni 1995 - 250
F. WP Yang Memperoleh Fasilitas Perpajakan Dan Telah Mendapat Keputusan Tentang
Saat Mulai Berproduksi Sebelum Tanggal 1 Januari 1995 - 250
G. Fasilitas Perpajakan Yang Telah Diberikan, Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 1994 -
250
H. WP Yang Menjalankan Usaha Di Bidang Pertambangan Berdasarkan Kontrak Atau
Perjanjian Pengusahaan Pertambangan Yang Masih Berlaku. - 251
I. Peraturan Pelaksanaan Di Bidang Pajak Penghasilan Yang Masih Berlaku. - 251
J. Ketentuan Penutup Pajak Penghasilan - 252

BAGIAN LIMA : PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ( PPN ) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG

14
MEWAH ( PPn BM ) - 253

BAB 33 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ( PPN ) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (

PPn BM ) - 253

A. Dasar Hukum - 253


B. Definisi Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) - 253
C. Istilah Istilah Dalam PPN - 253
D. Yang Termasuk Dan Tidak Termasuk Dalam Pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) - 255
D.1.Yang Termasuk Dalam Pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak.( BKP )- 255
D.2.Yang Tidak Termasuk Dalam Pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak ( BKP ) -
256
E. Hubungan Istimewa - 256
F. Kewajiban Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) - 258
G. Kewajiban Melaporkan Usaha Dan Kewajiban Memungut, Menyetor Dan Melaporkan
Pajak Yang Terutang - 258
H. Objek Pajak Pertambaan Nilai ( PPN ) - 258
I. Jenis Barang Yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai Dan Jenis Jasa Yang Tidak
Dikenai Pajak Pertambahan Nilai - 260
J. Obyek Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ( PPn BM ) - 263
K. Barang Kena Pajak Yang Dikembalikan Dapat Dikurangkan Dari Pajak Pertambahan
Nilai - 264
L. Pasal 6 UU No. 18 Tahun 2000 Dihapus.
M. Tarif Pajak Pertambahan Nilai - 265
N. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPn BM ) - 266
O. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) - 266
P. Pajak Masukan Dikreditkan Dengan Pajak Keluaran - 67
Q. Cara Menghitung Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ( PPn BM ) - 274
R. Saat Terutangnya Pajak - 276
S. Tempat Terutangnya Pajak - 277
T. Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak Wajib Membuat Faktur Pajak - 278
U. Orang Pribadi Atau Badan Yang Tidak Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak
Dilarang Membuat Faktur Pajak - 281
V. Pasal 15 UU No. 11 Tahun 1994 Dihapus. - 281
W. Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai - 281
X. Pasal 16 UU No. 11 Tahun 1994 Dihapus. - 282
Y. Pemungut PPN : Pajak Yang Terutang Atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dan Atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak Kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai : Dipungut,
Disetor, Dan Dilaporkan Oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. - 282

15
Z. Pajak Terutang Tidak Dipungut Sebagian Atau Seluruhnya Atau Dibebaskan Dari
Pengenaan Pajak, Baik Untuk Sementara Waktu Maupun Selamanya - 282
AA. Pajak Pertambahan Nilai Dikenakan Atas Kegiatan Membangun Sendiri - 284
BB. Pajak Pertambahan Nilai Dikenakan Atas Penyerahan Barang Kena Pajak Berupa
Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan Oleh Pengusaha
Kena Pajak. - 285
CC. PPN Dan PPn BM Yang Sudah Dibayar Atas Pembelian Barang Kena Pajak Yang Dibawa
Ke Luar Daerah Pabean Oleh Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri Dapat
Diminta Kembali. - 285
DD. Pembeli Barang Kena Pajak Atau Penerima Jasa Kena Pajak Bertanggung Jawab Secara
Renteng Atas Pembayaran Pajak - 286
EE. Ketentuan Lain-Lain - 286
FF. Ketentuan Peralihan PPN - 286
GG. Ketentuan Penutup PPN - 287

BAGIAN ENAM : PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ( PBB ) - 288

BAB 34 PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ( PBB ) - 288

A. Dasar Hukum - 288


B. Istilah Istilah Dalam Pajak Bumi Dan Bangunan ( PBB ) - 288
C. Objek Pajak Bumi Dan Bangunan ( PBB ) - 289
D. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 289
E. Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ( NJOPTKP) - 291
F. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 291
G. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 292
H. Dasar Pengenaan Pajak ( DPP ) : Nilai Jual Objek Pajak. ( NJOP ) - 292
I. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 293
J. Tahun Pajak, Saat, Dan Tempat Yang Menentukan Pajak Terhutang - 293
K. Pendaftaran, Surat Pemberitahuan Objek Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang, Dan Surat Ketetapan Pajak - 294
L. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang. ( SPPT ) dan Surat Ketetapan Pajak - 295
M. Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 296
N. Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 297
O. Surat Paksa Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 297
P. Pelimpahan Kewenangan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 298
Q. Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 298
R. Jangka Keputusan Direktur Jenderal Pajak Atas Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (
PBB ) - 298
S. Pasal 17 UU No. 12 Tahun 1994 Dihapus. - 299
T. Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 299
U. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 299
V. Pengurangan Denda Administrasi Karena Hal-Hal Tertentu - 300

16
W. Kewajiban Pejabat Yang Dalam Jabatannya Atau Tugas Pekerjaannya Berkaitan
Langsung Dengan Objek Pajak. - 300
X. Sanksi Bagi Pejabat Yang Tidak Memenuhi Kewajibannya - 300
Y. Hal-Hal Yang Tidak Diatur Secara Khusus Dalam UU PBB, Berlaku Ketentuan Dalam
UU KUP - 301
Z. Ketentuan Pidana Karena Alpha - 301
AA. Ketentuan Pidana Karena Dengan Sengaja - 301
BB. Tindak Pidana Tidak Dapat Dituntut Setelah Lampau 10 Tahun Sejak Berakhirnya
Tahun Pajak Yang Bersangkutan. - 302
CC. Pasal 27 (UU No. 12 Tahun 1994 Dihapus - 302
DD. Ketentuan Peralihan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 302
EE. Ketentuan Penutup Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) - 303

BAGIAN TUJUH : BEA METERAI - 304

BAB 35 BEA METERAI - 304

A. Dasar Hukum - 304


B. Istilah Istilah Dalam Bea Meterai - 304
C. Obyek, Tarif, dan Yang Terutang Bea Meterai - 304
D. Tidak Dikenakan Bea Meterai - 307
E. Saat Terhutang Bea Meterai - 308
F. Pihak Yang Terutang Bea Meterai - 308
G. Benda Meterai, Penggunaan, Dan Cara Pelunasannya - 308
H. Denda Administrasi Sebesar 200% (Dua Ratus Persen) - 309
I. Dokumen Yang Dibuat Di Luar Negeri - 310
J. Pemeteraian Kemudian - 310
K. Ketentuan Khusus Bagi Pejabat: Pejabat Pemerintah, Hakim, Panitera, Jurusita,
Notaris, Dan Pejabat Umum Lainnya - 310
L. Daluwarsa Setelah Lampau Waktu Lima Tahun - 310
M. Ketentuan Pidana Dibidang Bea Meterai - 310
N. Ketentuan Peralihan Bea Meterai - 311
O. Ketentuan Penutup Bea Meterai - 311

BAGIAN DELAPAN : PERPAJAKAN DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH - 312

BAB 36 ISTILAH ISTILAH DALAM PERPAJAKAN DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH - 312

A. Dasar Hukum - 312


B. Istilah Istilah Dalam Perpajakan Daerah dan Rerribusi Daerah - 312

BAB 37 PERPAJAKAN DAERAH PROVINSI - 317

A. Dasar Hukum - 317

17
B. Jenis Perpajakan Daerah Provinsi dan Perpajakan Daerah Kabupaten/Kota - 317
C. Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB ) - 317
D. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB ) - 320
E. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB ) - 322
F. Pajak Air Permukaan ( PAP ) - 324
G. Pajak Rokok - 325

BAB 38 PERPAJAKAN DAERAH KABUPATEN / KOTA - 328

A. Dasar Hukum - 328


B. Jenis Perpajakan Kabupaten / Kota - 328
C. Pajak Hotel - 328
D. Pajak Restoran - 329
E. Pajak Hiburan - 330
F. Pajak Reklame - 331
G. Pajak Penerangan Jalan - 332
H. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - 333
I. Pajak Parkir - 335
J. Pajak Air Tanah - 335
K. Pajak Sarang Burung Walet - 336
L. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ( PBB PP ) - 337
M. Bea Peroleha Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB) - 340

BAB 39 BAGI HASIL, PENETAPAN, MUATAN PERDA DAN PEMUNGUTAN PERPAJAKAN DAERAH
- 345

A. Dasar Hukum - 345


B. Bagi Hasil Penerimaan Perpajakan Provinsi - 345
C. Penetapan Dan Muatan Yang Diatur Dalam Peraturan Daerah Tentang Perpajakan
Daerah - 345
D. Pemungutan Perpajakan Daerah : Tata Cara Pemungutan - 346
E. SKPDKB ( Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) - 346
F. Ketentuan Jenis Pajak Yang Dapat Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah
Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Diatur Dengan Peraturan Pemerintah
G. Tata Cara Penerbitan SKPD, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT Diatur Dengan Peraturan
Kepala Daerah - 348
H. Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD) - 348
I. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Daerah - 348
J. Surat Paksa Pajak Daerah - 349
K. Keberatan Pajak Daerah - 349
L. Kepala Daerah Dalam Waktu 12 Bulan, Harus Memberi Keputusan Atas Keberatan
Yang Diajukan. - 349
M. Banding Pajak Daerah - 350

18
N. Imbalan Bunga Sebesar 2% Sebulan Untuk Paling Lama 24 Bulan - 350
O. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administratif - 350

BAB 40 RETRIBUSI DAERAH : JENIS RETRIBUSI JASA UMUM - 352

A. Dasar Hukum - 352


B. Retribusi Daerah : Objek dan Golongan Retribusi Daerah - 352
C. Retribusi Jasa Umum - 352
D. Jenis Retribusi Jasa Umum - 352
E. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Kesehatan - 353
F. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan - 353
G. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil - 352
H. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat -
353
I. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
J. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Pasar - 354
K. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor - 354
L. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran - 354
M. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta - 354
N. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus - 354
O. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pengolahan Limbah Cair - 355
P. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang - 355
Q. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pelayanan Pendidikan - 355
R. Retribusi Jasa Umum : Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi - 355
S. Subjek Retribusi Jasa Umum dan Wajib Retribusi Jasa Umum - 356
T. Retribusi Jasa Umum : Rertibusi Pengendalian Lalu Lintas.

BAB 41 RETRIBUSI DAERAH : JENIS RETRIBUSI JASA USAHA - 357

A. Dasar Hukum - 357


B. Retribusi Jasa Usaha : Objek Retribusi Jasa Usaha - 357
C. Jenis Retribusi Jasa Usaha - 357
D. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah - 357
E. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan - 358
F. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Tempat Pelelangan - 358
G. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Terminal - 358
H. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Tempat Khusus Parkir - 358
I. Retribusi Jasa Usaha : Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa - 359
J. Retribusi Jasa Usaha : Objek Retribusi Rumah Potong Hewan - 359
K. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan - 359
L. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga - 359

19
M. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Penyeberangan di Air - 359
N. Retribusi Jasa Usaha : Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah - 360
O. Subjek Retribusi Jasa Usaha dan Wajib Retribusi Jasa Usaha - 360

BAB 42 RETRIBUSI DAERAH : JENIS RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU - 361

A. Dasar Hukum - 361


B. Retribusi Perizinan Tertentu : Objek Retribusi Perizinan Tertentu - 361
C. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu - 361
D. Retribusi Perizinan Tertentu : Retribusi Izin Mendirikan Bangunan - 361
E. Retribusi Perizinan Tertentu : Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
- 361
F. Retribusi Perizinan Tertentu : Retribusi Izin Gangguan - 362
G. Retribusi Perizinan Tertentu : Retribusi Izin Trayek - 362
H. Retribusi Perizinan Tertentu : Retribusi Izin Usaha Perikanan - 362
I. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu dan Wajib Retribusi Perizinan Tertentu - 362
J. Teknis Pemberian Perizinan Tertentu - 362
K. Jenis, Rincian Objek, dan Kriteria Retribusi - 362
L. Jenis Retribusi Selain Yang Ditetapkan Dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal 127, dan
Pasal 141 UU PDRD - 363
M. Tata Cara Penghitungan Retribusi - 363
N. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
O. Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Jasa Usaha Didasarkan Pada Tujuan
Untuk Memperoleh Keuntungan Yang Layak. - 364
P. Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Perizinan Tertentu Didasarkan Pada
Tujuan Untuk Menutup Sebagian Atau Seluruh Biaya Penyelenggaraan Pemberian
Izin Yang Bersangkutan - 364
Q. Peninjauan Tarif Retribusi - 364
R. Penetapan Dan Muatan Yang Diatur Dalam Peraturan Daerah Tentang Retribusi -
365 .
S. Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

BAB 43 PENGAWASAN DAN EVALUASI PERATURAN DAERAH TENTANG PERPAJAKAN DAN

RETRIBUSI SERTA SANKSI - 366

A. Dasar Hukum - 366


B. Pengawasan Dan Evaluasi Peraturan Daerah Tentang Perpajakan Dan Retribusi
Daerah - 366
C. Pembatalan Peraturan Daerah Tentang Pajak Dan Retribusi Daerah - 367
D. Sanksi Penundaan Atau Pemotongan Dana Alokasi Umum Dan/Atau Dana Bagi Hasil
Atau Restitusi - 367

BAB 44 PEMUNGUTAN, LEBIH BAYAR ,PENAGIHAN, PEMBUKUAN. PEMERIKSAAN DAN

20
INSETIF - 368

A. Dasar Hukum - 368


B. Pemungutan Retribusi : Tata Cara Pemungutan - 368
C. Pemanfaatan Penerimaan Masing-Masing Jenis Retribusi Diutamakan Untuk
Mendanai Kegiatan Yang Berkaitan Langsung Dengan Penyelenggaraan Pelayanan
Yang Bersangkutan - 368
D. Keberatan Retribusi Daerah - 368
E. Kepala Daerah Dalam Jangka Waktu 6 Bulan Harus Memberi Keputusan Atas
Keberatan Yang Diajukan Dengan Menerbitkan Surat Keputusan Keberatan
Retribusi Daerah - 369
F. Imbalan Bunga Sebesar 2% Sebulan Paling Lama 12 Bulan - 369
G. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi Daerah - 369
H. Kedaluwarsa Penagihan Retribusi Daerah - 170
I. Hak Penagihan Retribusi Daerah - 370
J. Penghapusan Piutang Pajak dan/atau Retribusi Daerah - 170
K. Pembukuan Atau Pencatatan - 370
L. Pemeriksaan Pajak Daerah dan Reribusi Daerah - 371
M. Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retibusi Daerah - 371

BAB 45 KETENTUAN KHUSUS, PENYIDIKAN, PIDANA, PERALIHAN DAN PENUTUP PDRD - 372

A. Dasar Hukum - 372


B. Ketentuan Khusus - 372
C. Penyidikan Pajak Daerah dan Retibusi Daerah - 372
D. Ketentuan Pidana
E. Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Daerah Tidak Dituntut Setelah Melampaui 5
Tahun - 373
F. Wajib Retribusi Yang Tidak Melaksanakan Kewajibannya Diancam Pidana Kurungan
Paling Lama 3 Bulan Atau Pidana Denda Paling Banyak 3 Kali Jumlah Retribusi
Terutang Yang Tidak Atau Kurang Dibayar - 373
G. Sanksi Bagi Pejabat Atau Tenaga Ahli Yang Ditunjuk Oleh Kepala Daerah Yang
Karena Kealpaannya Tidak Memenuhi Kewajiban Merahasiakan Hal Yang
Dimaksud Pasal 172 (1) dan (2) UU PDRD - 373
H. Denda Merupakan Penerimaan Negara - 374
I. Ketentuan Peralihan PDRD - 374
J. Ketentuan Penutup PDRD - 374
K. Pajak Rokok Mulai Berlaku Pada Tanggal 1 Januari 2014 - 375
L. Persiapan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai
Pajak Daerah - 375
M. UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 Dicabut Dan
Dinyatakan Tidak Berlaku - 375 .

21
BAGIAN SEMBILAN : PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA ( PPSP ) - 376

BAB 46 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA ( PPSP ) - 376

A. Dasar Hukum - 376


B. Ketentuan Umum Dalam UU Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ( UU PPSP ) - 376
C. Pejabat Dan Jurusita Pajak - 377
D. Juru Sita Pajak - 378
E. Sumpah Jabatan Juru Sita Pajak - 378
F. Tugas Juru Sita Pajak. - 378
G. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus - 379
H. Surat Paksa Berkepala Kata Kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa “ - 380
I. Penerbitan Surat Paksa - 381
J. Surat Paksa Pengganti - 381
K. Pemberitahuan Surat Paksa - 382
L. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan - 384
M. Pelaksanaan Surat Paksa Tidak Dapat Dilanjutkan Dengan Penyitaan Sebelum
Lewat Waktu 2 Kali 24 Jam Setelah Surat Paksa Diberitahukan - 384
N. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. - 384
O. Pengajuan Keberatan dan Penagihan. Pajak - 385
P. Pelaksanaan Penyitan Terhadap Barang Milik Penanggung Pajak - 385
Q. Barang Bergerak Milik Penanggung Pajak Yang Dikecualikan Dari Penyitaan - 386
R. Penitipan Barang Yang Telah Disita. - 384
S. Penyitaan Terhadap Deposito Berjangka, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro
dan Bentuk Lainnya Yang Dipersamakan Dilaksanakan Dengan Pemblokiran.- 384
T. Barang Yang Telah Disita Oleh Kejaksaan Atau Kepolisian Sebagai Barang Bukti
Dalam Kasus Pidana. - 388
U. Penyitaan Tidak Dapat Dilaksanakan Terhadap Barang Yang Telah Disita Oleh
Pengadilan Negeri Atau Instansi Lain Yang Berwenang - 388
V. Objek Sita Berada Di Luar Wilayah Kerja Pejabat Yang Menerbitkan Surat Paksa-
389
W. Penyitaan Tambahan - 390
X. Pencabutan Sita - 390
Y. Larangan Bagi Penanggung Pajak - 390
Z. Lelang Barang Sitaan - 391
AA. Penjualan Secara Lelang Terhadap Barang Yang Disita Setelah Pengumuman Lelang
Melalui Media Massa. - 392
BB. Lelang dan Pengajuan Keberatan WP - 392
CC. Penggunaan Hasil Lelang. - 393
DD. Pencegahan Terhadap Penanggung Pajak - 394
EE. Pelaksanaan Pencegahan - 394

22
FF. Pencegahan Tidak Mengakibatkan Hapusnya Utang Pajak Dan Terhentinya
Pelaksanaan Penagihan Pajak - 394
GG. Pelaksanaan Penyanderaan. - 395
HH. Penanggung Pajak Yang Disandera Dapat Dilepas Dan Gugatan Penanggung Pajak
- 395
II. Penyanderaan Terhadap Penanggung Pajak Tidak Mengakibatkan Hapusnya Utang
Pajak Dan Terhentinya Penagihan . - 396
JJ. Tempat Penyanderaan, Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Dan
Pemberian Ganti Rugi - 396
KK. Gugatan Penanggung Pajak Terhadap Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Atau Pengumuman Lelang - 396
LL. Sanggahan Pihak Ketiga Terhadap Kepemilikan Barang Yang Disita - 397
MM. Ketentuan Khusus - 397
NN. Wajib Pajak Tidak Dapat Meminta Atau Tidak Berhak Menuntut Pengembalian
Barang Yang Telah Dilelang - 398
OO. Penagihan Pajak , Pengajuan Keberatan ,Permohonan Banding Dan Gugatan- 398
PP. Ketentuan Pidana - 398
QQ. Ketentuan Peralihan - 399
RR. Ketentuan Penutup - 399

BAGIAN SEPULUH : PENGADILAN PAJAK - 400

BAB 47 PENGADILAN PAJAK - 400

A. Dasar Hukum - 400


B. Ketentuan Umum Dalam UU Pegadilan Pajak - 400
B.1.Istilah Istilah Dalam UU Pegadilan Pajak - 400
B.2. Kedudukan Pengadilan Pajak . - 401
B.3.Tempat Kedudukan Pengadilan Pajak. - 401
B.4. Sidang Pengadilan Pajak Dilakukan Di Tempat Kedudukannya - 491
B.5.Pembinaan Pengadilan Pajak. - 401
C. Susunan Pengadilan Pajak - 401
C.1. Susunan Pengadilan Pajak - 401
C.2. Pengadilan Pajak Terdiri Dari Seorang Ketua Dan Paling Banyak 5 (Lima) Orang
Wakil Ketua.- 401
C.3. Pengangkatan Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Pajak - 402
C.4. Syarat Syarat Untuk Dapat Diangkat Menjadi Hakim - 402
C.5. Hakim Ad Hoc - 402
C.6. Sumpah dan Janji Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Pajak - 402
C7.Pembinaan dan Pengawasan Umum Pengadilan Pajak - 403
C.8.Larangan Bagi Hakim Pengadilan Pajak - 403
C.9. Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Pajak - 403
C.10. Pemberhentian Dengan Tidak Hormat . - 403

23
C.11. Usul Pemberhentian Setelah Membela Diri Dihadapan Majelis Kehormatan
Hakim . - 404
C.12. Majelis Kehormatan Hakim - 404
C.13. Pemberhentian Sementara Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Pajak.
- 404
C.14.Ketua,Wakil Ketua Atau Hakim Ditahan Atau Dituntut Di Pengadilan
Diberhentikan Sementara - 404
C.15.Ketua, Wakil Ketua Atau Hakim Tidak Terbukti Tindak Pidana Dikembalikan
Jabatannya. - 404
C.16. Penangkapan Atau Penahanan Ketua,Wakil Ketua Atau Hakim. - 405
C.17.Tata Cara Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua Atau Hakim Diatur Dengan
Peraturan Pemerintah. - 405
C.18. Protokoler dan Tunjangan - 405
C.19. Sekretaris, Wakil Sekretaris, dan Sekretaris Pengganti - 405
C.20.Sumpah Atau Janji Sekretaris/Wakil Sekretaris/Sekretaris Pengganti - 405.
C.21.Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan (Kementrian Keuangan) - 405
C.22.Syarat Untuk Dapat Diangkat Menjadi Sekretaris, Wakil Sekretaris, dan
Sekretaris Pengganti - 406
C.23.Diatur Dengan Keputusan Menteri Keuangan. - 406
C.24.Tugas, Tanggung Jawab, dan Susunan Organisasi Kesekretariatan Pengadilan
Pajak. - 406
C.25.Panitera - 406
C.26.Sumpah atau Janji Panitera, Wakil Panitera dan Panitera Pengganti . - 406
D. Kekuasaan Pengadilan Pajak - 406
D.1.Tugas dan Wewenang Pengadilan Pajak . - 406
D.2.Pengadilan Pajak.Mengawasi Kuasa Hukum . - 407
D.3. Pengadilan Tingkat Pertama dan Terakhir . - 407
E. Hukum Acara - 407
F. Banding - 408
F.1.Pengajuan Banding. - 408
F.2.Persyaratan Banding
F.3. Yang Dapat Mengajukan Banding . - 408
F.4. Pemohon Banding Meninggal Dunia Atau Pailit. - 408
F.5.Selama Proses Banding Pemohon Melakukan Penggabungan, Peleburan,
Pemecahan/Pemekaran Usaha , Likuidasi. - 409
F.6.Kelengkapan Banding Dapat Disusulkan - 409
F.7.Pencabutan Banding . - 409
G. Gugatan. - 409
H. Pengajuan Gugatan. - 410
I. Pencabutan Gugatan - 410
J. Gugatan dan Penagihan Pajak - 410
K. Persiapan Persidangan. - 411

24
L. Penyerahan Surat Uraian Banding Atau Surat Tanggapan. - 411
M. Pemohon Banding atau Penggugat Memberikan Keterangan Lisan. - 411
N. Penunjukan Majelis - 412
O. Jangka Waktu Sidang - 412
P. Pemeriksaan Dengan Acara Biasa - 412
Q. Terikat Hubungan Keluarga/Hubungan Suami Istri Wajib Mengundurkan Diri Dari
Persidangan - 412
R. Berkepentingan Langsung / Tidak Langsung Atas Satu Sengketa Yang Ditanganinya
Wajib Mengundurkan Diri. - 413
S. Pemanggilan Pemohon Banding Atau Penggugat. - 414
T. Hakim Ketua Menjelaskan Masalah Sengketa. - 414
U. Saksi Dalam Persidangan - 414
V. Saksi Wajib Mengucapkan Sumpah Atau Janji - 414
W. Yang Tidak Boleh Didengar Keterangannya Sebagai Saksi - 415
X. Pihak Yang Dapat Menolak Permintaan Hakim - 415
Y. Kewajiban Merahasiakan Ditiadakan . - 415
Z. Pertanyaan Kepada Saksi - 415
AA. Ahli Alih Bahasa - 415
BB. Pemohon Banding Atau Saksi Bisu dan/Atau Tuli - 415
CC. Sumpah Atau Janji Saksi. - 416
DD. Persidangan Sengketa . - 416
EE. Hukum Acara Pemeriksaan Dengan Acara Cepat. - 416
FF. Pembuktian. - 417
FF.1.Alat Bukti - 417
FF.2.Surat Atau Tulisan Sebagai Alat Bukti - 417
FF.3. Keterangan Ahli - 418
FF.4.Penunjukan Seorang Atau Beberapa Orang Ahli - 418
FF.5. Keterangan Saksi Sebagai Alat Bukti. - 418
FF.6. Pengakuan Para Pihak Tidak Dapat Ditarik Kembali. - 418
FF.7.Pengetahuan Hakim - 418
FF.8.Penetuan Kebenaran Materill. - 418
GG. Putusan Pengadilan Pajak. - 419
GG.1.Putusan Akhir - 419
GG.2.Berdasarkan Hasil Penilaian Pembuktian,UU Perpajakan dan Keyakinan
Hakim. - 419
GG.3.Putusan Diambil Dengan Suara Terbanyak. - 419
GG.4.Jenis Putusan Pengadilan Pajak - 419
GG.5.Jangka Waktu Putusan Pengadilan Pajak - 420
GG.6.Jangka Waktu Dengan Acara Cepat - 420
GG.7.Putusan Diucapkan Dalam Sidang - 420
GG.8.Isi Putusan Pengadilan Pajak - 421
GG.9.Berita Acara Sidang ( BAS) - 421

25
HH. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak GG.1.Putusan Langsung Dapat
Dilaksanakan - 421
HH.1.Putusan Langsung Dapat Dilaksanakan. - 421
HH.2.Lebih Bayar Dikembalikan Ditambah Imbalan Bunga 2 % Perbulan
HH.3.Jangka Waktu Pelaksanaan Putusan .
II. Pemeriksaan Peninjauan Kembali. : Permohonan Peninjauan Kembali - 422
II.1. Hanya Dapat Diajukan 1 Kali Kepada MA - 422
II.2. Hukum Acara Peninjauan Kembali. - 422
II.3.Alasan Alasan Peninjauan Kembali - 423
II.4.Jangka Waktu Pengajuan Permohonan Peninjau Kembali. - 423
II.5.Jangka Waktu Memeriksa Dan Memutus Peninjauan Kembali. - 423
JJ. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak Menjadi Pengadilan Pajak.
KK. Banding Atau Gugatan Yang Belum Diputus. - 424
LL. UU No.17 Tahun 1997 Tentang BPSP Dinyatakan Tidak Berlaku. - 424

BAGIAN SEBELAS : PENGANTAR PERPAJAKAN INTERNASIONAL - 425

BAB 48 PENGANTAR PERPAJAKAN INTERNASIONAL - 425

A. Definisi Hukum Pajak Internasional - 425


B. Yuridiksi Pemajakan - 425
C. Sumber Hukum Perpajakan Internasional Indonesia - 425
D. Prinsip Prinsip dan Azas Azas Hukum Perpajakan Internasional - 426
E. Yuridiksi Domisili Orang Pribadi - 427
F. Yuridiksi Domisili Badan - 427
G. Yuridiksi Sumber - 427
H. Pajak Ganda - 428
I. Sebab Sebab Terjadinya Pajak Ganda Internasional - 429
J. Unsur Unsur Pajak Ganda Internasional - 429
K. Tipe Pajak Berganda Internasional ( PBI) - 429
L. Cara Cara Penghindaran Pajak Ganda - 430
M. Kedudukan Hukum Antar Negara - 430
N. Primary Taxing Rights dan Residual Tax Claim - 431

BAGIAN DUABELAS : AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

BAB 49 AKSES INFORMASI KEUNGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

A. Dasar Hukum
B. Dasar Pertimbangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Akses Informasi Keuangan Untuk
Kepentingan Perpajakan
C. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017
Ditetapkan Menjadi Undang-Undang

26
D. Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2017
E. Dasar Pertimbangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1
Tahun 2017
F. Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1
Tahun 2017
G. Ruang Lingkup Akses Infomadsi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan
H. Wewenang; Kewajiban ; Isi Laporan ; Prosedur Identifikasi Rekening Keuangan ;
Larangan ; Dokumentasi Dalam Bahasa Lain Selain Bahasa Indonesia dan
Kewajiban Merahasiakan Tidak Berlaku Dalam Melaksanakan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2017.
I. Cara Penyampaian Laporan ; Perubahan Mekanisme; Mekanisme elektronik
melalui Otoritas Jasa Keuangan dan Mekanisme non-elektronik.
J. Informasi Dan/Atau Bukti Atau Keterangan ; Kewajiban Memberikan Informasi
Dan/Atau Bukti Atau Keterangan Dan Basis Data Perpajakan Direktorat Jenderal
Pajak.
K. Pertukaran Informasi Keuangan Internasional.
L. Tidak Dapat Dituntut Secara Pidana Maupun Digugat Secara Perdata.
M. Pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 .
N. Peraturan Yang Dinyatakan Tidak Berlaku Sepanjang Berkaitan Dengan
Pelaksanaan Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan
Berdasarkan Perppu No.1 Th 2017
O. Petunjuk Teknis Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
P. Perpu No.1 Tahun 2017 Mulai Berlaku Tanggal 8 Mei 2017

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA -

TENTANG PENYUSUN -

KEARIFAN LOKAL : Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter - 438

27

Anda mungkin juga menyukai