Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PEDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN BRONKITIS

A. PENGERTIAN
Bronkiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang
ditandai dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil ditandai edema
membran mukosa yang melapisi dinding bronkioli, ditambah infiltrasi sel dan
produksi mukus meningkat, yang menimbulkan obtruksi jalan nafas
(Keperawatan Pediatri, 2002)
Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang
seringdiderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada
usia 6 bulan.(Ngastiyah, 2005).
Bronkiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut
padasaluran nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2
tahundengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer, 2000)

B. TANDA DAN GEJALA


Selama beberapa hari pertama, tanda-tanda dan gejala bronkiolitis serupa
dengan flu, yaitu:

 Hidung meler

 Hidung tersumbat

 Batuk

 Demam ringan (tidak selalu terjadi)

 Hidung pilek (rinorea)

 Muntah setelah bayi menghabiskan makanan

 Pucat

 sianosis
C. PATOFISIOLOGI
Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri. Bronkiolitis
akut ditandai obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh edema, penimbunan
lendir serta debris- jebris seluler. Karena tahanan terhadap aliran udara di
dalam tabung berbanding terrbalik dengan pangkat tiga dari tabung tersebut,
maka penebalan kecil yang pada dinding brokiolus pada bayi akan
mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara. Tekanan udara pada lintasan
udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi maupun selama fase
ekspirasi, karena jari-jari suatu saluran nafas mengecil selama ekspirasi, maka
obstruksi pernafasan akan mengakibatkan terrperangkapnya udara serta
pengisian udara yang berlebihan.
Proses patologis yang terjadi akan mengganggu pertukaran gas
normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada alveolus
akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi karbon dioksida
(hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita yang terserang
hebat. Pada umumnya semakin tinggi pernafasan, maka semakin rendah
tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan
pernafasan melebihi 60 x / menit yang kemudian meningkat sesuai dengan
takipne yang terjadi, (Behrman, 1994).
D. PATHWAY
Faktor penyebab
virus, bakteri, orang lain yang terinfeksi

Infeksi saluran pernapasan atas

Penetrasi patogen pada mukosa


saluran pernapasan
Timbul respon inflamasi akut

Peradangan pada bronkiolus

Hipertrofi kelenjar Edema pada Kurang


Batuk
mukosa dan bronkiolus sesak bronkiolus Hospitalisasi Informasi

Aktivitas silia
Gangguan Penurunan Cemas Kurang
polafagositosis
dan tidur kapasitas vital paru Pengetahuan

Peningkatan sekresi bronkiolus Ketidakseimbangan


ventilasi
Penumpukan Obstruksi Anoreksia
Mukus bronkiolus Suplai O2

Nutrisi kurang
Bersihan Hiposekmia dari kebutuhan Pusat termoregulasi di
Jalan Napas tubuh hipotalamus merespon
Tidak Efektif
PaCO2
Peningkatan suhu tubuh
Pusat termoregulasi di
hipotalamus merespon
Hipertermi Peningkatan
Gangguan metabolisme tubuh
pertukaran gas
Resiko Kekurangan Volume Cairan

Aswhill & Droske,(2002). Wong, (2004). Suriadi, (2010) Modifikasi


E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik dari bronkiolitis akut biasanya didahului oleh
infeksi saluran nafas bagian atas, disertai dengan batuk pilek beberapa
hari, biasanya disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai
menderita sesak nafas. makin lama makin berat, pernafasan dangkal dan
cepat, disertai serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung
disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan
sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium
memenjang disertai dengan mengi (Wheezing).
Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir
ekpirasi atau permulaan ekpirasi. Pada keadaan yang berat sekali, suara
pernafasan tidak terdengar karena kemungk:inan obtruksi hampir total.
Foto rontgen menunjukkan paru-paru dalam keadaan hipererasi dan
diameter antero posterior membesar pada foto lateral. Pada sepertiga
pasien ditemukan bercak di sebabkan atelektasis atau radang.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi
dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis
respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora
bakteri normal.
Bila menjumpai pasien atau bayi anak di bawah umur 2 tahun
yang menunjukkan gejala pasien asma, harus hati-hati karena dapat
terjadi pada pasien dengan bronkiolitis akut. Bedanya, pasien asma akan
memberikan respon terhadap bronkodilator, sedangkan pasien brokiolitis
akut tidak (Ngastiyah, 2000).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk bronkiolitis menurut Mansjoer (2008).
a. Foto dada AP dan lateral
b. Analisis gas darah
c. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Oksigen 1 – 2 L / menit
2. IVFD dextrose 10 %; Na Cl 0,9 % = 3 : 1 + KCl 10 mq / 500 ml cairan
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feading drip.
4. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
:
a. Untuk kasus bronkiolitis community
base :
1) Ampicillin 100 mg / Kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
2) Chloramfenikol 75 mg / Kg BB / hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus bronkiolitis hospital base :
1) Cefotaxim 100 mg / Kg BB / hari dalam 2 hari pemberian.
2) Amikasin 10 - 15 mg / Kg BB / hari dalam 2 kali
pemberian (Mansjoer, 2000)

H. KOMPLIKASI
Menurut Mandal (2008)
1. Pada RSV primer, 1% kasus membutuhkan perawatan di Rumah Sakit.
2. Komplikasi utama adalah : gagal napas, Apnea, hipoksia dan Bronkiolitis
obliterans

I. PENGKAJIAN FOKUS

a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.


b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronkiolitis akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk mengandung sekret yang tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronkiolitis mulai dirasakan saat penderita mengalami
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada
saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih / kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernafasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter
AP, bunyi nafas crackles, warna kulit pucat dengan sianosis bibir,
dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronkiolitis sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang
dapat memicu terjadinya bronchitis yaitu riwayat merokok, terpaan
polusi kimia dalam jangka panjang misalnya debu / asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronkiolitis dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola yang tidak sehat seperti
kebiasaan merokok.
f. Pola fungsi kesehatan
i. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alcohol, dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
ii. Pola nutrisi dan metabolic
Pola nutrisi pasien dengan bronchitis perlu dikaji sebelum dan
selama di rumah sakit karena secara umum pasien dengan
bronkiolitis akan mengalami penurunan berat badan secara
significant.
iii. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya keluhan pasien dalam
memenuhi kebutuhan dalam bereliminasi baik pola eliminasi
BAB maupun BAK.
iv. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas pasien perlu dikaji karena pasien dengan bronchitis
akan mengalami gangguan akibat adanya sesak yang disebabkan
peningkatan sputum.
v. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pada pasien dengan bronkiolitis akan
mengalami gangguan akibat sesak dan kecemasan yang dialami.
vi. Pola persepsi sensori dan kognitif
Perlu dikaji adanya gangguan persepsi dan sensori akibat adanya
proses penyakit.
vii. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala bronchitis sangat membatasi pasien untuk menjalankan
kehidupannya ssecara normal. Pasien perlu menyesuaikan
kondisinya berhubungan dengan orang lain.
viii. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam
kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi stressor yang akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu penyakit.
ix. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya. Persepsi yang
salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara
memandang diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam
kehidupan pasien.
x. Pola mekanisme dan koping
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik
pencetus penyakit bronchitis, maka perlu dikaji penyebab
terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan
pasien serta cara penanggulangan terhadap stressor.
xi. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai
dapat meningkatkan kekuatan jiwa pasien. Keyakinan pasien
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya
merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi


pada bronchus, peningkatan produksi sputum, pembentukan
edema.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
3. Hipertermi berhubungn dengan penyakt, penurunan perspirasi,
peningkatan laju metabolisme ditandai dengan gelisah, kejang,
kulit terasa hangat, takikardi takipnea
4. Resiko kekurang volume cairan dibuktikan dengan peningkatan
metabolisme tubuh dan peningkatan kehilangan melalui ekshalasi.
5. Resiko infeksi dibuktikan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh primer.
6. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak napas dan
batuk serta stimulus lingkungan
7. Kecemasan keluarga berhubungan dengan penyakit dan atau
hospitalisasi anak.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
cara merawat anak di rumah.
K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan NOC
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan A. Monitor Tanda Tanda Vital
napas tidak keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Monitor nadi, suhu dan status
efektif diharapkan bersihan jalan nafas pernapasab dengan tepat
berhubungan pasien memenuhi kriteria hasil: B. Monitor Pernapasan
dengan inflamasi A. Status pernapasan: Kepatenan 1. Monitor kecepatan, irama dan
pada bronchus, jalan napas kedalaman dan kesulitan
peningkatan 1. Tidak ada suara napas bernapas
produksi sputum, tambahan 2. Catat pergerakan dada, catat
pembentukan 2. Tidak ada pernapasan kesimetrisan, penggunaan
edema. cuping hidung otot bantu pernapasan, dan
3. Tidak ada penggunaan retraksi pada otot
otot bantu pernapasan supraclaviculas dan interkosta
4. Tidak ada batuk 3. Monitor suara napas
5. Tidak ada akumulasi tambahan
spuntum 4. Auskultasi suara napas
B. Status pernapasan: ventilasi setelah tindakan untuk dicatat
1. Frekuensi pernapasan 5. Buka jalan napas
normal menggunakan meneuver chin
2. Kedalaman inspirasi lift atau jaw thrust dengan
normal tepat
3. Tidak ada dispnea saat 6. Kolaborasi dengan pemberian
istirahat obat
7. Berikan bantuan terapu napas
jika diperlukan (nebulizer)

2 Gangguan Setelah di lakukan asuhan Monitor Pernapasan


pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam Mandiri
berhubungan diharapkan status pernapasan 1. Auskultasi bunyi nafas
dengan gangguan pasien memenuhi kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien batuk efektif,
kapasitas Respon Ventilasi Mekanik napas dalam
pembawa oksigen Dewasa 3. Dorong perubahan posisi sering
darah, gangguan 1. Tidak mengalami kesulitan 4. Pertahankan duduk di kursi / tirah
penerimaan bernafas dengan ventilator baring dengan kepala tempat tidur
2. Suara napas tidak adventif
oksigen. tinggi 20-30 derajat, posisi semi
fowler. Sokong bantal dengan bantal.
Status Pernafasan
Kolaborasi
1. Frekuensi pernapasan normal
5. Berikan oksigen tambahan sesuai
2. Iramapernafasan normal
3. Suara auskultasi nafas indikasi

3 Hipertermi NOC : Thermoregulation Fever treatment


berhubungn Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
dengan penyakt, a. Suhu tubuh dalam rentang mungkin
penurunan normal 2. Monitor IWL
perspirasi, b. Nadi dan RR dalam rentang 3. Monitor warna dan suhu kulit
peningkatan laju normal 4. Monitor tekanan darah, nadi
metabolisme c. Tidak ada perubahan warna dan RR
ditandai dengan kulit dan tidak ada pusing, 5. Monitor penurunan tingkat
gelisah, kejang, merasa nyaman kesadaran
kulit terasa 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
hangat, takikardi 7. Monitor intake dan output
takipnea. 8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Berikan cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
16. Berikan anti piretik jika perlu
4 Resiko kekurang Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
volume cairan keperawatan selama......... x 24 jam Timbang popok/pembalut jika
dibuktikan diharapkan pasien membaik dengan diperlukan
dengan indikator: Pertahankan catatan intake dan
peningkatan 1. Keseimbangan cairan output yang akurat
metabolisme a. Tekanan darah Monitor position hidrasi
tubuh dan b. Denyut nadi radial ( kelembaban membran mukosa, nadi
peningkatan c. Keseimbangan adekuat, tekanan darah ortostatik ),
kehilangan intake&output dalam 24 jam jika diperlukan
melalui ekshalasi. d. Turgor kulit Monitor vital sign
e. Kelembaban membran Monitor masukan makanan / cairan
mukosa dan hitung intake kalori harian
Lakukan terapi IV
Monitor position nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan transfusi
Persiapan untuk tranfusi
5 Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan NIC label : Infection Control
dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Bersihkan lingkungan setelah
dengan tidak diharapkan klien memenuhi kriteria dipakai klien lain
adekuatnya : 2. Instruksikan pengunjung
pertahanan tubuh untuk mencuci tangan saat
keparahan infeksi
primer. berkunjung dan setelah
berkunjung
1 tidak ada demam
3. Gunakan sabun anti mikroba
untuk cuci tangan
4. Cuci tangan sebelum dan
2 kestabilan suhu
sesudah tindakan
keperawatan
3 peningkatan jumlah sel darah
5. Kolaborasi pemberian
putih
antibiotik
4 depresi jumlah sel darah putih 6. Kaji temperatur tiap 4 jam
7. Catat dan laporkan hasil
5 bebas dari tanda-tanda infeksi
laboratorium, WBC
8. Ajarkan keluarga bagaimana
mencegah infeksi

6 Gangguan pola setelah dilakukan asuhan A. Teknik Menenangkan


istirahat tidur keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Pertahankan sikap yang
berhubungan diharapkan pola tidur pasien tenang dan hati-hati
dengan sesak memenuhi kriteria hasil 2. Perhatikan kontak mata
napas dan batuk A. Tidur 3. Berada di sisi klien
serta stimulus 1. Jam tidur yang diobservasi 4. Peluk dan beri kenyamanan
lingkungan tidak terganggu pada bayi
2. Pola tidur tidak terganggu 5. Goyangkan bayi dengan cara
3. Kualitas tidur tidak yang tepat
terganggu B. Manajemen Lingkungan
B. Status kenyamanan lingkungan 1. Ciptakan lingkungan yang
1. Kebersihan lingkungan aman bagi pasien
2. Pencahayaan ruangan 2. Lindungi pasien dengan
3. Tempat tidur yang nyaman pegangan disisi /bantalan
3. Bersihkan tempat dan
peralatan makan, minum dan
lingkungan pasien

7 Kecemasan setelah dilakukan asuhan NIC


keluarga keperawatan selama 2 x 24 jam Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan diharapkan pasien memenuhi kecemasan)
dengan penyakit kriteria hasil 1. Gunakan pendekatan yang
dan atau menenangkan
hospitalisasi anak. Anxiety self-control 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua prosedur dan
cemas. apa yang dirasakan selama
2. Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan 4. Pahami prespektif pasien
menunjukkan tehnik terhadap situasi stres
untuk mengontol cemas. 5. Temani pasien untuk
3. Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal. mengurangi takut
4. Postur tubuh, ekspresi 6. Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivfitas 7. Lakukan back / neck rub
menunjukkan 8. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian
kecemasan. 9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Kurang Pengetahuan: Menyusui Konseling Laktasi
pengetahu 1. Berikan informasi mengenai
an 1. Isyarat lapar bayi manfaat (kegiatan) menyusui
berhubung 2. Teknik yang tepat baik fisiologis maupun
an dengan menempelkan bayi ke psikologis
kurangnya payudara 2. Bantu menjamin adanya
informasi 3. Posisi bayi yang tepat saat kelekatan bayi ke dada
cara menyusui dengan cara yang tepat
merawat 4. Penghisapan non nutrisi (misalnya, monitor posisi
anak di versus penghisapan nutritif tubuh bayi dengan cara yang
rumah. 5. Evaluasi bayi dalam tepat, [bayi] memegang dada
menelan ibu serta [adanya] kompresi
6. Teknik yang tepat untuk dan terdengar [suara]
memutuskan hisapan bayi menelan)
7. Metode untuk 3. Intruksikan posisi menyusui
menyendawakan bayi yang bervariasi (misalnya,
8. Tanda tanda pasokan ASI menggendong bayi dengan
yang memadai posisi kepalanya berada di
9. Tanda tanda bayi bergizi siku/cross cradle,
baik menggendong bayi dibawah
10. Evaluasi puting susu lengn pada sisi yang
11. Tanda tanda mastitis, digunakan unyuk menyusui
saluran payudara /football hold, dan miring)
tersumbatdan trauma pada 4. Intruksikan ibu jika ada air
puting susu susu yang tercecer (misalnya,
12. Alasan untuk menghindari terdapat kebocoran air susu,
penggunaan puting buatan terdengar [suara] menelan,
terlalu dini dan sensasi “let
13. Alasan untuk menghindari down”/refleks pengeluaran
air dan suplemen untuk bayi ASI)
14. Ekspresi dan teknik 5. Diskusikan cara untuk
penyimpanan ASI yang memfasilitasi perpindahan
tepat ASI (misalnya, teknik
15. Zat zat yang ditransfer dari relaksasi, pijatan payudara
ibu ke bayi melalui ASI dan lingkungan yang tenang)
16. Hubungan antara menyusui 6. Tunjukan latihan menghisap,
dan imunitas tubuh bayi jika diperlukan (misanya,
17. Tanda tanda kesiapan menggunakan jari yang bersih
untukpenyapihan untuk menstimulasi releks
18. Strategi untuk mengakses menghisap dan latch on
layanan kesehatan /perlekatan mulut bayi ke
19. Kelompok dukungan yang areola ibu dengan tepat)
tersedia

L. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan dari rencana keperawatan yang sudah disusun.

M. Evaluasi Keperawatan
i. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervendi keperawatan)
ii. Evaluasi sumatif (mereflesikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisi
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu (Poer, 2012)). Menggunakan
metode SOAP.
Klungkung, 2018
Mengetahui Mahasiswa
PembimbingPraktik / CI

.............................................................. Made Ayu Ryas Prihatini


NIP. NIM. P07120216014

Mengetahui
PembimbingAkademik / CT

…………………………………………………………
NIP.
Mengetahui Bangli, 2018
PembimbingPraktik / CI Mahasiswa

..............................................................
NIP. Made Ayu Ryas Prihatini
NIM. P07120216014

Mengetahui
PembimbingAkademik / CT

…………………………………………………………
NIP.
Mengetahui Bangli, 2018
PembimbingPraktik / CI Mahasiswa

..............................................................
NIP.

Mengetahui
PembimbingAkademik / CT

…………………………………………………………
NIP.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk.2013.Nursing Interventions Clssification (NIC).Yogyakarta:


Mocomedia
Mandal , B. K, dkk, 2008. Lecture Notes : Penyakit Infeksi. Eisi 6. Alih Bahasa : dr.
Juwauta Surapsari. Jakarta : Erlangga.
Mansyoer, A., 2000, Kapita selekta kedokteran (Edisi ketiga jilid 2), Jakarta: Medika
Aesculapius FKUI. Ngastiyah, 2000, Keperawatan anak sakit, Jakarta : EGC
Moorhead, Sue dkk.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Yogyakarta:
Mocomedia
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta : ECG
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.
Speer, Kathleen M. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical
Pathways edisi 3. Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Wong donna L, 2004. Pedoman klinis Keperawatan pediatrik, Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKIOLITIS

Oleh :
MADE AYU RYAS PRIHATINI
(P07120216014)
KELAS 2.A
SEMESTER IV

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


PRODI D4 JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai