Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sandra Sartika

NIM : 3140100321

RESUME
BAB 3
PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Teori akuntansi merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas yang
memberikan kerangka acuan umum yang dapat digunakan untuk menilai praktek akuntansi
memberi arah pengembangan prosedur dan praktek baru.
Tujuan teori akuntansi adalah untuk memberikan seperangkat prinsip logis yang saling
berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum bagi penilaian dan pengembangan praktek
akuntansi yang sehat.
Dalam pengembangan teori akuntansi selain pertimbangan kemampuan untuk
menjelaskan atau meramalkan, juga harus dipertimbangkan kesanggupan teori tersebut untuk
mengukur risiko, atau probabilitas prediksi untuk berfungsi sebagai pernyataan yang tepat
atas kejadian di masa depan.

Tingkatan Teori Akuntansi

Teori akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tingkat utama, yaitu:


1. Teori Sintaksis
2. Teori Interpretasional
3. Teori perilaku (pragmatis)

1. Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan
meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana
mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori praktek
akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan
praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga perolehan
(historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh pandangan yang lebih luas tentang
praktek yang sedang berlangsung. Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih
tepat, juga memungkinkan pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak
sesuai dengan teori tradisional. Teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji
untuk melihat konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu
bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan. Pengujian lain menunjukkan
bahwa meskipun teori tradisional tidak lengkap, namun sudah menunjukkan variabel-variabel
yang relevan.

2. Teori Interpretasional (Semantis)


Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau kejadian) dan istilah
atau simbol yang menunjukkannya.
Teori-teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk
memberikan pengertian dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran
konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi.
Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak mempunyai
arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi tertentu. Misalnya, laba akuntansi merupakan
konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban sesudah menerapkan
aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban. Teori interpretasi memberikan
interpretasi yang berguna terhadap konsep buatan dan menilai prosedur akuntansi alternatif
berdasarkan interpretasi. Namun, konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan
dan diberi pengertian yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda.

3. Teori Perilaku (Pragmatik)


Teori ini menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku
atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi
komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang
dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau
kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan
auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis,
dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.
Penalaran Deduktif Dan Induktif

Penalaran Deduktif
Metode penalaran deduktif dalam akuntansi adalah proses yang bermula dengan tujuan
dan postulat, yang dari sini diturunkan prinsip-prinsip logis yang memberikan landasan bagi
penerapan yang konkret dan praktis. Jadi, aturan atau penerapan praktis berasal dari
penalaran logis, postulat dan prinsip yang ditarik secara logis seharusnya tidak hanya
mendukung atau berusaha menjelaskan kelaziman akuntansi atau praktek yang sekarang telah
diterima.
Kelemahan metode deduktif adalah jika setiap postulat dan premis ternyata salah, maka
kesimpulannya juga akan salah. Metode ini juga dianggap menyimpang dari kenyataan untuk
bisa menurunkan prinsip yang realistis dan berguna, atau untuk memberikan dasar bagi
aturan-aturan praktis.

Pendekatan Induktif
Proses induktif meliputi penarikan kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran
yang terinci. Pendekatan induktif tidak dapat dipisahkan dari pendekatan deduktif, karena
pendekatan deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang akan ditelaah.
Dalam akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan perusahaan.
Jika terdapat hubungan yang berulang-ulang, maka generalisasi dan prinsip dapat
dirumuskan, sehingga ide dan prinsip yang baru dapat ditemukan, khususnya bila
pengamatan tidak dipengaruhi oleh prinsip dan praktek yang berlaku.
Misalnya pengamatan terhadap sejumlah perusahaan dapat dibuktikan kecenderungan
historis dari penjualan masa lalu merupakan alat ramal yang lebih baik untuk kas yang akan
diterima dari pelanggan pada masa yang akan datang ketimbang catatan kas yang
sesungguhnya diterima pada masa lalu karena adanya tenggang waktu dalam proses
penagihannya.
Keunggulan pendekatan induktif adalah tidak perlu dibatasi oleh model atau struktur
yang ditetapkan terlebih dahulu. Para peneliti bebas mengadakan pengamatan yang dianggap
relevan, generalisasi atau prinsip yang telah dirumuskan harus ditegaskan dengan proses logis
pendekatan deduktif dan pembuktian kesimpulan.
Kelemahan utama prosesi induktif adalah bahan pengamat mungkin dipengaruhi oleh
ide-ide di bawah sadar mengenai hubungan apa yang relevan dan data apa yang harus
diamati.

Anda mungkin juga menyukai