Anda di halaman 1dari 9

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.

1, November 2009 1

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK GIZI PADA REMAJA


DAN IMPLIKASINYA PADA SOSIALISASI
PERILAKU HIDUP SEHAT

Esi Emilia1
ABSTRAK : Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi sangat penting sebagai
informasi perilaku gizi remaja dan upaya mengubah perilaku gizi kearah yang lebih
baik serta mencegah penyebab penyakit degeneratif sejak dini. Tujuan penelitian adalah
menganalisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja sekolah dan putus
sekolah. Penelitian dilakukan selama 4 bulan di kota dan kabupaten Bogor. Jumlah
contoh 472 orang remaja sekolah dan putus sekolah. Analisis pengetahuan, sikap dan
praktek gizi remaja dilakukan secara deskriptif. Pengkategorian setiap peubah yang
menggunakan angka rata-rata dan standar deviasi. Untuk membandingkan peubah
seperti pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh sekolah dan putus sekolah, dilakukan
uji Anova sesuai dengan jenis datanya. Uji analisis Anova digunakan untuk
membandingkan rata-rata lebih dari dua kelompok sampel. Rata-rata skor pengetahuan
gizi contoh tergolong sedang dan rata-rata skor pengetahuan gizi contoh sekolah lebih
tinggi dibanding putus sekolah. Rata-rata skor sikap terhadap gizi contoh tergolong baik
dengan sikap positif terhadap gizi lebih tinggi dibanding sikap negatif. Rata-rata skor
sikap terhadap gizi contoh sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Rata-rata skor
praktek gizi contoh tergolong sedang dan rata-rata skor praktek gizi contoh sekolah
lebih tinggi dibanding putus sekolah. Pesan-pesan yang digunakan untuk sosialisasi
perilaku hidup sehat untuk remaja adalah pesan ke 1,6,7,8,9,11,17 dan 18 yaitu makan
beranekaragam makanan, mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat secukupnya,
batasi konsumsi lemak dan minyak, mengkonsumsi makanan sumber zat besi, konsumsi
fast food, konsumsi makanan berserat, hindari rokok dan minuman beralkohol,
memantau berat badans ecara teratur.

Kata Kunci : pengetahuan, sikap, praktek gizi, remaja, sosialisasi

PENDAHULUAN
Ketidak seimbangan antara makanan produktivitas rendah dan terhambatnya
yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada pertumbuhan organ reproduksi (Soekirman
remaja akan menimbulkan masalah gizi 2002; BPS 2004). Terhambatnya
kurang atau masalah gizi lebih. Gizi kurang pertumbuhan organ reproduksi pada wanita
pada remaja terjadi karena pola makan tidak mengakibatkan terlambat haid pertama
menentu, perubahan faktor psikososial yang (menarche), haid tidak lancar, rongga
dicirikan oleh perubahan transisi masa anak- panggul tidak berkembang maksimal
anak ke masa dewasa dan kebutuhan gizi sehingga sulit melahirkan, gangguan
yang tinggi untuk pertumbuhan cepat kesuburan dan kesulitan pada saat hamil.
(Cavadini et al. 2000; Escobar 1999; Masalah gizi lebih banyak dialami remaja
Rickert & Jay 1996). Kekurangan gizi pada disamping gizi kurang. Gaya hidup
remaja mengakibatkan menurunnya daya sedentary, konsumsi makanan yang tidak
tahan tubuh terhadap penyakit, seimbang memicu terjadinya gizi lebih dan
meningkatkan angka penyakit (morbiditas), obesitas (Wang et al. 2000). Gizi lebih dan
mengalami pertumbuhan tidak normal obesitas pada remaja berhubungan
(pendek), tingkat kecerdasan rendah, dengan penyakit degeneratif pada umur yang
lebih muda dan kecenderungan remaja
obesitas untuk tetap obesitas pada masa
1
Dr.Esi Emilia, M.Si. adalah Dosen Jurusan dewasa (Hadi 2005). Merokok dan minum-
PKK UNIMED minuman alkohol merupakan bagian dari
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 2

gaya hidup remaja di kota maupun di desa Oleh karena itu analisis pengetahuan,
yang dapat menyebabkan penyakit sikap dan praktek gizi pada remaja
degeneratif (Aditama 1997). diperlukan sebagai gambaran untuk
Dilain pihak tekanan yang berlebihan melakukan upaya peningkatan perilaku gizi
terhadap bentuk tubuh langsing, terutama pada remaja. Penelitian ini diharapkan dapat
pada remaja putri menyebabkan mereka menjawab masalah berikut : (1) bagaimana
melakukan berbagai upaya untuk pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada
menurunkan berat badan. Pengaruh remaja sekolah dan putus sekolah? dan (2)
lingkungan seperti kelompok atau teman, pesan-pesan perilaku hidup sehat apa saja
iklan di media massa dan tersedianya yang perlu disosialisasikan pada remaja?
berbagai macam makanan dengan
kandungan gizi yang tidak seimbang dapat METODE PENELITIAN
memicu terjadinya perubahan kebiasaan Penelitian pengetahuan, sikap dan
makan yang tidak baik (Ricket & Jay 1996). praktek gizi pada remaja merupakan
Banyak remaja tidak menyadari bahwa penelitian survey dengan disain penelitian
kebiasaan makan mereka saat ini akan cross sectional study. Lokasi penelitian
berdampak pada status kesehatan mereka di ditentukan secara sengaja (purpossive), yaitu
kemudian hari (Stang & Story 2004). Kota dan Kabupaten Bogor. Penentuan
Salah satu penyebab timbulnya masalah lokasi berdasarkan sosial, ekonomi dan
gizi dan perubahan kebiasaan makan pada lingkungan masyarakat yang sangat beragam
remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan,
dan terlihat pada kebiasaan makan yang sikap dan praktek gizi pada remaja.
salah. Permaesih (2003) menyatakan bahwa Penelitian dilaksanakan pada tiga desa dari
pengetahuan dan praktek gizi remaja yang tiga kecamatan yang ada di kota dan di
rendah tercermin dari perilaku kabupaten Bogor.
menyimpang dalam kebiasaan memilih Pengumpulan dan pengolahan data
makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan, sikap dan praktek gizi
pengetahuan gizi yang baik akan lebih dilakukan selama empat bulan, mulai bulan
mampu memilih makanan sesuai dengan Februari 2007 sampai Juni 2007. Populasi
kebutuhannya (Wong et al. 1999; Parmenter dalam penelitian ini adalah remaja yang
& Wardle 1999). tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor.
Pengetahuan gizi memberikan bekal Berdasarkan rumus proporsi jumlah sampel,
pada remaja bagaimana memilih makanan ditemukan jumlah contoh minimal adalah
yang sehat dan mengerti bahwa makanan 358 orang remaja (Cochran 1991).
berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan. Pemilihan contoh dilakukan secara sampling
Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada acak berlapis. Dari hasil pengacakan
saat dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada ditemukan jumlah contoh sebesar 472 orang
saat remaja melalui pemberian pengetahuan sehingga sudah melebihi jumlah minimal
dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan contoh yang diperlukan
gaya hidup yang sehat (Johnson & Haddad
1985). Pengumpulan Data
Penilaian perilaku gizi remaja Data yang dikumpulkan dalam
diperlukan untuk mengetahui pengetahuan, penelitian ini adalah data primer dan data
sikap dan praktek gizi saat ini dan mengubah skunder. Data primer terdiri dari data
perilaku gizi kearah yang lebih baik serta karakteristik sosial ekonomi contoh dan
dapat mencegah penyebab penyakit keluarga yang terdiri dari umur contoh, jenis
degeneratif (WHO 2005; Whati et al. 2005). kelamin contoh, pendidikan contoh,
Penilaian perilaku gizi pada remaja pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan
memberikan informasi penting tentang orang tua dan pendapatan perkapita perbulan
perilaku gizi remaja dan implikasinya untuk keluarga yang dikumpulkan dengan
kesehatan, sehingga diharapkan berperan pengisian kuesioner oleh contoh. Data
dalam upaya memperbaiki diet mereka. pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh
dikumpulkan dengan pengisian kuesioner
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 3

oleh contoh. Data status gizi dikumpulkan gizi kurang tertinggi adalah contoh yang
dengan mengukur berat badan dan tinggi sekolah baik yang tinggal didesa maupun
badan. Berat badan diukur menggunakan kota. Penderita gizi lebih tertinggi terdapat
timbangan yang telah ditera ulang dan tinggi pada contoh tidak sekolah. Nilai IMT contoh
badan diukur dengan microtoise. Hasil berkisar antara 15,03 sampai 29,49 dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan rata-rata 19,46. Hasil ini sama dengan rata-
dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT) di rata IMT remaja dari hasil penelitian
bandingkan dengan nilai IMT untuk remaja Puspitawati (2006) yang menemukan rata-
berdasarkan WHO (1995). Data skunder rata IMT remaja sekolah adalah 19,61.
terdiri dari nama desa dan sekolah yang
menjadi lokasi penelitian diperoleh dari Analisisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek
kecamatan, kelurahan, dinas pendidikan. Gizi pada Remaja
Secara keseluruhan, lebih separoh
Pengolahan dan Analisis Data tingkat pengetahuan gizi contoh berada pada
Pengolahan data dilakukan secara kategori sedang. Persentase tingkat
manual dan komputer menggunakan pengetahuan gizi baik pada contoh
program Microsoft Excel dan SPPS for bersekolah lebih tinggi dibanding putus
Windows versi 11.00. Data yang telah sekolah. Hal ini di tunjukkan oleh hasil uji t
terkumpul dikelompokkan menurut bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
peubahnya, ditabulasi dan dianalisis secara antara contoh sekolah dengan putus sekolah.
deskriptif. Analisis pengetahuan, sikap dan Persentase pengetahuan gizi kurang
praktek gizi remaja dilakukan secara tertinggi terdapat pada kelompok contoh
deskriptif. Pengkategorian setiap peubah putus sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
yang diteliti umumnya dilakukan dengan latar belakang pendidikan berhubungan
menggunakan angka rata-rata dan standar dengan tingkat pengetahuan contoh. Hampir
deviasi, atau menggunakan patokan normatif separoh contoh putus sekolah dalam
seperti dalam pengkategorian besar keluarga penelitian ini sekolah sampai tingkat SMP
dan pendapatan perkapita perbulan. dan 22,6 persen contoh sekolah hanya
Untuk membandingkan peubah seperti sampai tingkat SD. Secara keseluruhan, rata-
pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh rata skor pengetahuan contoh tentang Pola
sekolah dan putus sekolah, dilakukan uji Makan Seimbang tergolong sedang. Rata-
Anova sesuai dengan jenis datanya. Uji rata skor pengetahuan tentang Pola Makan
analisis Anova digunakan untuk Seimbang pada contoh yang bersekolah
membandingkan rata-rata lebih dari dua lebih tinggi dibanding putus sekolah. Hasil
kelompok sampel (Uyanto 2006). Sosialisasi uji beda t menunjukkan adanya perbedaan
perilaku hidup sehat dirumuskan dari nilai yang signifikan (p<0,05) pengetahuan Pola
rata-rata yang terendah pengetahuan, sikap Hidup Seimbang bersekolah dan putus
dan praktek gizi seimbang dan pola hidup sekolah.
sehat. Rata-rata skor pengetahuan tentang
Pola Hidup Sehat pada contoh bersekolah
(64±19) lebih tinggi dibanding dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN contoh yang putus sekolah (52±19). Hasil uji
t menunjukkan terdapat perbedaan yang
Karakteristik Contoh signifikan (p<0,05) pengetahuan Pola Hidup
Contoh dalam penelitian ini Sehat pada contoh bersekolah dan putus
berjumlah 472 orang yang terdiri 56% sekolah.
contoh bersekolah dan 44% putus sekolah. Berdasarkan kelompok sekolah dan
Secara keseluruhan contoh perempuan putus sekolah, rata-rata sikap tentang gizi
(53%) lebih banyak dibanding laki-laki seimbang antara contoh yang bersekolah
(48%). Rata-rata umur contoh 17±1,3 tahun lebih tinggi dibanding dengan contoh yang
untuk semua kelompok. putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan
Sebanyak 75,63 persen contoh adanya perbedaan yang signifikan (P<0,05)
berada pada status gizi normal. Penderita
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 4

rata-rata sikap gizi seimbang antara contoh signifikan (P<0,05) tentang pola makan
yang sekolah dan putus seimbang contoh bersekolah dan putus
sekolah. Sikap seseorang berhubungan sekolah.
dengan tingkat pendidikannya, semakin Rata-rata skor praktek contoh
tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik tentang pola hidup sehat tergolong sedang
pula sikap seseorang (Mar’at, 1984 ; Azwar, (69±14) dari skor maksimum 100. Rata-rata
1988). skor praktek tentang pola hidup sehat pada
Rata-rata skor sikap contoh tentang contoh bersekolah relatif hampir sama
pola makan seimbang tergolong sedang dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil
dengan skor maksimum 100. Rata-rata skor uji beda t menunjukkan tidak terdapat
sikap tentang pola makan seimbang pada perbedaan praktek pola hidup sehat pada
contoh yang bersekolah lebih tinggi contoh bersekolah dan putus sekolah.
dibanding dengan putus sekolah, baik yang
tinggal di kota maupun di desa. Hasil uji Pesan-pesan untuk Sosialisasi Perilaku
beda t menunjukkan adanya perbedaan yang Hidup Sehat
signifikan (p<0,05) sikap tentang pola Pengetahuan, sikap dan praktek gizi
makan seimbang contoh bersekolah dan terdiri dari konsep pola hidup seimbang dan
putus sekolah. pola hidup sehat (Tabel 1). Berdasarkan
Rata-rata skor sikap contoh tentang konsep tersebut dijabarkan dalam rata-rata
pola hidup sehat tergolong sedang dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja.
skor maksimum 100. Rata-rata skor sikap Rata-rata pengetahuan contoh tertinggi
tentang pola hidup sehat pada contoh terdapat pada indikator ke sembilan yaitu
bersekolah lebih tinggi dibanding contoh batasi konsumsi fast food. Indikator dengan
yang putus sekolah. Hasil uji t menunjukkan kategori rendah berturut-turut terdapat pada
terdapat perbedaan yang signifikan antara indikator pertama, sebelas, enam, tujuh dan
contoh bersekolah dan putus sekolah. delapan.
Secara keseluruhan, persentase Indikator pertama adalah makanlah
tertinggi contoh melakukan praktek gizi aneka ragam makanan. Rata-rata skor
berada pada kategori sedang. Persentase pengetahuan contoh sekolah (48±50) tentang
praktek gizi contoh sekolah lebih tinggi anekaragam makanan lebih tinggi daripada
dibanding putus sekolah. Sebesar 13,7 putus sekolah (34±47). Pengetahuan gizi dan
persen contoh melakukan praktek gizi tingkat pendidikan berhubungan dengan
dengan kategori kurang. Praktek gizi kurang kemampuan remaja dalam memilih makanan
pada contoh putus sekolah di kota lebih yang beragam (Vijayapuspham, 2003). Hasil
tinggi dibanding contoh bersekolah. Hal ini uji t menunjukkan adanya perbedaan
diduga karena rendahnya pendidikan dan pengetahuan tentang anekaragam makanan
pengetahuan contoh tentang gizi yang dapat pada contoh sekolah dan putus sekolah.
mempengaruhi praktek gizi contoh. Indikator sebelas adalah
Secara keseluruhan rata-rata praktek mengkonsumsi makanan berserat. Rata-rata
gizi contoh dalam penelitian ini tergolong skor pengetahuan contoh tentang serat
sedang (67±11) dari nilai maksimum 100. tergolong rendah (42±37) dari skor
Hasil uji beda t menunjukkan adanya maksimum 100. Contoh yang bersekolah
perbedaan yang signifikan antara praktek mempunyai pengetahuan tentang makanan
gizi contoh bersekolah dengan putus berserat yang lebih tinggi dibanding contoh
sekolah. putus sekolah. Rendahnya pengetahuan
Berdasarkan dimensi pola makan seseorang tentang gizi dapat dilihat dalam
seimbang, secara keseluruhan rata-rata praktek memilih dan mengkonsumsi
praktek contoh tergolong sedang (65±11) makanan. Pengetahuan gizi berpengaruh
dari skor maksimum 100. Praktek pola terhadap pemilihan bahan makanan yang
makan seimbang pada contoh yang akan di konsumsi seseorang (Sediaoetama,
bersekolah relatif hampir sama dengan 2000).
contoh putus sekolah. Hasil uji statistik Indikator enam adalah makanlah
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang makanan sumber karbohidrat sesuai
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 5

kebutuhan. Rata-rata skor pengetahuan contoh karena terbatasnya informasi yang


contoh sekolah (51±33) tentang makanan diperoleh tentang zat gizi terutama makanan
sumber karbohidrat relatif sama dengan sumber energi.
putus sekolah (50±34. Hasil uji t Indikator 17 adalah hindari merokok
menunjukkan tidak adanya perbedaan dan minum minuman beralkohol. Rata-rata
pengetahuan tentang makanan sumber skor pengetahuan contoh bersekolah tentang
karbohidrat pada contoh berdasarkan status minuman beralkohol lebih tinggi dibanding
sekolah. Rendahnya pengetahuan contoh contoh putus sekolah. Hasil uji t
tentang makanan sumber karbohidrat menunjukkan terdapat perbedaan
mempengaruhi praktek mengkonsumsi pengetahuan tentang akibat minum
makanan sumber karbohidrat. minuman beralkohol bagi kesehatan antara
Indikator delapan adalah contoh bersekolah dengan putus sekolah.
mengkonsumsi makanan sumber zat besi. Rata-rata sikap contoh tertinggi
Salah satu target program nasional Indonesia terdapat pada indikator ke sebelas yaitu
Sehat tahun 2010 adalah menurunkan mengkonsumsi makanan berserat. Indikator
prevalensi anemia termasuk remaja sebesar dengan kategori rendah terdapat pada
20 persen (Depkes, 2001). Resiko anemia indikator sembilan yaitu batasi konsumsi
selama remaja menjadi sangat besar ketika fast food. Rata-rata skor sikap contoh
seorang wanita menjadi hamil. Berdasarkan bersekolah dan putus sekolah tentang fast
kelompok umur, anemia gizi besi paling food relatif sama. Hasil uji beda t
banyak dialami oleh remaja menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
Rata-rata skor pengetahuan tentang nyata (p<0,05) konsumsi fast food antar
anemia pada contoh bersekolah relatif kelompok. Kebiasaan mengkonsumsi fast
hampir sama dibanding putus sekolah yaitu food merupakan salah satu perubahan gaya
59±28 dan 53±31. Berdasarkan uji t tidak hidup dan kebiasaan makan pada remaja
terdapat perbedaan pengetahuan tentang (Muniroh, 2002). Apalagi gencarnya iklan di
anemia antar kelompok. Berdasarkan uji t media massa tentang berbagai produk olahan
tidak terdapat perbedaan pengetahuan serta menjamurnya penjual makanan
tentang anemia antar kelompok. Hasil ini tersebut menyebabkan remaja dengan
berbeda sengan hasil survei yang dilakukan mudah mendapatkannya. Hal ini
oleh IYARHS (2003), menemukan bahwa membuktikan rata-rata sikap contoh
70 persen contoh menjawab dengan benar menyukai makanan fast food relatif sama
pengetahuan remaja tentang anemia. pada semua kelompok.
Rata-rata skor pengetahuan contoh Rata-rata sikap contoh tertinggi
tentang pola hidup sehat, dengan rata-rata pada kelompok pola hidup sehat terdapat
skor terendah terdapat pada indikator 18 dan pada indikator ke 16 yaitu melakukan
17. Indikator 18 yaitu memantau berat badan aktivitas fisik secara teratur. Indikator
secara teratur. Terpenuhinya kecukupan dengan kategori rendah terdapat pada
energi seseorang ditandai dengan berat indikator 18 yaitu memantau berat badan
badan yang normal. secara teratur. Secara keseluruhan, rata-rata
Rata-rata skor pengetahuan contoh skor sikap tentang menimbang berat badan
tentang makanan sumber energi hanya secara teratur sebesar 67±29 dari skor
18±38 dari skor maksimal 100, meskipun maksimum 100. Rata-rata skor sikap contoh
rata-rata skor pengetahuan contoh yang sekolah lebih tinggi dibanding putus
bersekolah lebih tinggi dibanding contoh sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan
putus sekolah. Berdasarkan uji t tidak terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05)
terdapat perbedaan pengetahuan tentang antara sikap contoh sekolah dan putus
memantau berat badan secara teratur antara sekolah. Namun tempat tinggal tidak
kelompok status sekolah. Salah satu membedakan sikap contoh tentang
penyebab rendahnya pengetahuan gizi memantau berat badan secara teratur.

Tabel 1 Rata-rata Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Contoh


Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 2

Pola Makan Seimbang dan Pengetahuan Sikap Praktek


Pola Hidup Sehat (rata-rata±SD) (rata-rata±SD) (rata-rata±SD)
Pola Makan Seimbang
1. Makan beranekaragam 41±49 73±26 56±15
2. Menggunakan garam beryodium 61±35 - 90±22
3. Memberikan ASI saja pada bayi sampai
umur 6 bulan
87±33 - -
4. Setiap hari makan pagi 63±31 87±22 70±31
5. Hubungan gizi dan kesehatan reproduksi 68±36 72±24 -
6. Makanan sumber karbohidrat
secukupnya
50±34 - 69±22
7. Batasi konsumsi lemak dan minyak 49±34 - -
8. Mengkonsumsi makanan sumber zat besi 56±29 - 56±21
9. Konsumsi Fast Food 92±27 65±24 64±30
10. Makan selingan secukupnya 79±41 - 68±24
11. Konsumsi makanan berserat 42±37 88±20 46±19
12. Konsumsi makanan sumber kalsium 88±31 - -
13. Minum air bersih 8 gelas sehari 75±31 85±24 -
14. Mengkonsumsi makanan yang aman 60±48 78±28 66±30
Pola Hidup Sehat
15. Baca label setiap membeli makanan
yang dikemas
75±31 85±24 72±30
16. Melakukan aktivitas fisik secara teratur 78±41 90±20 -
17. Hindari rokok dan minuman beralkohol 51±31 89±21 81±26
18. Memantau berat badan secara teratur 18±38 67±29 -
19. Body Image benar 71±24 77±17 58±23
20. Tidak melakukan Skipping meal 76±42 86±24 70±31

Rata-rata praktek contoh tertinggi terdapat garam yodium >90 persen karena angka
pada indikator ke lima yaitu menggunakan persentase konsumsi garam beryodium
garam beryodium. Indikator dengan kategori cukup bervariasi antar wilayah kabupaten,
rendah berturut-turut terdapat pada indikator mulai dari <40% sampai yang sudah >90%
sebelas yaitu mengkonsumsi makanan rumah tangga menkonsumsi garam
berserat, indikator ke delapan yaitu beryodium (Depkes, 2004).
mengkonsumsi makanan sumber zat besi Makanan berserat diperoleh dari
dan pertama yaitu mengkonsumsi konsumsi sayur dan buah-buahan. Rata-rata
anekaragam makanan setiap hari. konsumsi serat pada contoh sekolah dan
Rata-rata rumahtangga contoh yang putus sekolah serta yang tinggal di kota
menggunakan garam beryodium adalah maupun di desa sangat rendah. Berdasarkan
90±22 dari skor maksimum 100. Rata-rata uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang
menggunakan garam yodium di rumah pada nyata (P<0,05) konsumsi serat untuk semua
contoh sekolah dan putus sekolah relatif kelompok.
sama. Hasil uji t menunjukkan tidak adanya Konsumsi sayur dan buah paling
perbedaan yang nyata (p<0,05) antara banyak yang dilakukan oleh contoh adalah
kelompok. Persentase contoh yang 1-2 porsi. Menurut WHO (2001), dianjurkan
menggunakan garam yodium dalam untuk mengkonsumsi buah dan sayur ≥5
penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil porsi sehari. Berdasarkan anjuran tersebut,
Survei Nasional tentang rumah tangga yang hanya 4,5 persen contoh yang
mengkonsumsi garam beryodium >30 pp mengkonsumsi buah dan sayur ≥5 porsi
tahun 2003 sebesar 73,2 persen (Depkes, sehari. Sebesar 21,4 persen contoh
2004). Hal ini diduga lokasi penelitian mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 3-4
termasuk daerah yang telah mengkonsumsi porsi sehari.
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 7

Berdasarkan kelompok dan jenis dan 53±14 pada contoh putus sekolah. Hasil
kelamin, contoh yang tinggal dikota lebih uji beda t menunjukkan adanya perbedaan
banyak mengkonsumsi buah dan sayur yang nyata (p<0,05) konsumsi anekaragam
sebanyak ≥5 porsi sehari dibanding contoh makanan antara contoh sekolah dan putus
yang tinggal dikota. Konsumsi buah dan sekolah, sedangkan tempat tinggal tidak ada
sayur sebanyak ≥5 porsi sehari untuk contoh perbedaan yang nyata.
laki-laki relatif sama dengan contoh Berdasarkan persentase
perempuan mengkonsumsi anekaragam makanan,
Konsumsi buah dan sayur 3-4 porsi hampir separoh contoh kadang-kadang
contoh laki-laki lebih tinggi dibanding mengkonsumsi anekaragam makanan dan
contoh perempuan dan persentase contoh 20,1 persen yang tidak mengkonsumsi
yang tidak makan buah dan sayur laki-laki anekaragam makanan. Artinya contoh hanya
lebih tinggi dibanding perempuan. Sebesar mengkonsumsi dua atau tiga jenis kelompok
73,9 persen contoh tidak mengkonsumsi pangan.
buah dan sayuran sesuai dengan kebutuhan, Rata-rata praktek gizi dan gaya
artinya sebagian besar contoh tidak hidup tertinggi dilakukan oleh contoh adalah
mengkonsumsi buah dan sayur sesuai indikator 17 yaitu hindari merokok dan
dengan anjuran. Hal ini didukung oleh minuman beralkohol. Rata-rata contoh
Cavadini (2000) yang melakukan penelitian sekolah yang tidak merokok lebih tinggi
tentang trend konsumsi makanan remaja dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil
Amerika dari tahun 1965-1996 dan uji beda t menunjukkan bahwa terdapat
menemukan bahwa terdapat kecendrungan perbedaan yang signifikan praktek tidak
menurunnya konsumsi makanan berserat. merokok antara contoh yang sekolah
Konsumsi buah menurun terutama untuk dengan putus sekolah.
buah segar dan buah yang mengandung serat Berdasarkan status tempat tinggal,
dan meningkatnya konsumsi jus terutama jus rata-rata contoh yang tidak merokok di kota
dalam kaleng dan jus siap saji yang hampir sama dengan di desa. Hasil uji beda
mengandung rendah serat. t menunjukkan bahwa tidak terdapat
Rata-rata praktek gizi yang rendah perbedaan yang signifikan praktek tentang
dilakukan dalam penelitian ini adalah gizi dan gaya hidup antara contoh yang
mengkonsumsi makanan sumber zat besi. tinggal di kota dan di desa.
Kurang mengkonsumsi makanan sumber zat Secara keseluruhan, 22,7 persen
besi beresiko mengalami anemia. Rata-rata kadang-kadang merokok dan 17,4 persen
praktek mengkonsumsi makanan sumber zat merokok setiap hari. Berdasarkan jenis
besi pada contoh sekolah lebih tinggi kelamin, kebiasaan merokok contoh laki-laki
dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil lebih tinggi dibanding contoh perempuan.
uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang Sebesar 70,7 persen contoh laki-laki
nyata (p<0,05) konsumsi makanan sumber mempunyai kebiasaan merokok yang terdiri
zat besi antara contoh sekolah dan putus dari 39,1 persen kadang-kadang merokok
sekolah. dan 31,6 persen merokok setiap hari. Hanya
Rata-rata praktek terendah yang sebagian kecil contoh perempuan (4,45%)
dilakukan contoh adalah mengkonsumsi yang mempunyai kebiasaan merokok setiap
anekaragam makanan. Praktek contoh hari, dimana jumlah terbanyak contoh
mengkonsumsi makanan yang perempuan yang merokok setiap hari tinggal
beranekaragam dinilai dari skor yang di desa.
diperoleh apabila setiap hari mengkonsumsi Berdasarkan jenis kelamin dan
pangan yang meliputi paling tidak satu jenis kelompok contoh yang tinggal di kota dan
dari masing-masing kelompok pangan desa terlihat adanya perbedaan kebiasaan
berikut : makanan pokok, lauk pauk, sayur merokok setiap hari antar kelompok. Contoh
dan buah. Berdasarkan hal di atas, rata-rata laki-laki di desa mempunyai kebiasaan
contoh yang mengkonsumsi makanan merokok setiap hari yang lebih tinggi
pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap kali dibanding contoh laki-laki kota. Sebaliknya
makan adalah 59±15 pada contoh sekolah pada kelompok contoh laki-laki di kota
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 8

mempunyai kebiasaan merokok tidak setiap makan, menggunakan obat pelangsing atau
hari atau kadang-kadang yang lebih tinggi jamu dan olahraga berlebihan. Persentase
daripada contoh laki-laki di desa. Hasil terbesar contoh yang melakukan >3 dan 1-2
penelitian ini sama dengan hasil survei yang cara diet terdapat pada contoh putus sekolah
dilakukan oleh Indonesia Young Adult yang tinggal di kota dan sekolah di kota.
Reproductive Health Survey (IYARHS) Perhatian terhadap bentuk tubuh merupakan
2002-2003 bahwa persentase merokok setiap perkembangan normal remaja, namun
hari contoh laki-laki desa lebih tinggi pengaruh budaya dan iklan dari berbagai
dibanding persentase merokok setiap hari media masa yang menekankan bentuk tubuh
contoh laki-laki kota. yang Merokok remaja putri adalah kurus mendorong remaja
Pada contoh perempuan, 87,9 persen untuk melakukan diet (Cavadini, 2000).
contoh perempuan kota maupun desa tidak
merokok. Sebagian kecil contoh perempuan KESIMPULAN DAN SARAN
di desa (9,7%) dan 1,56 persen contoh
perempuan di kota merokok setiap hari. Hal Kesimpulan
yang sama ditemukan IYARHS (2003)
bahwa hanya 1,1 persen remaja perempuan (1) Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh
kota maupun desa yang merokok setiap hari. tergolong sedang dan rata-rata skor
Berdasarkan status sekolah terdapat pengetahuan gizi contoh sekolah lebih
perbedaan kebiasaan merokok setiap hari tinggi dibanding putus sekolah.
antara kelompok contoh yang bersekolah (2) Rata-rata skor sikap terhadap gizi
dengan putus sekolah. Contoh laki-laki contoh tergolong baik dengan sikap
putus sekolah mempunyai kebiasaan positif terhadap gizi lebih tinggi
merokok setiap hari lebih tinggi dibanding dibanding sikap negatif. Rata-rata skor
contoh laki-laki bersekolah. Hasil uji beda t sikap terhadap gizi contoh sekolah lebih
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata tinggi dibanding putus sekolah.
(P<0,05) kebiasaan merokok setiap hari (3) Rata-rata skor praktek gizi contoh
contoh laki-laki yang putus sekolah dengan tergolong sedang dan rata-rata skor
bersekolah. Sebaliknya kelompok contoh praktek gizi contoh sekolah lebih tinggi
laki-laki yang bersekolah (48,2%) dibanding putus sekolah.
mempunyai kebiasaan kadang-kadang (4) Pesan-pesan yang digunakan untuk
merokok yang lebih tinggi daripada contoh sosialisasi perilaku hidup sehat untuk
laki-laki putus sekolah (40,9%). remaja adalah pesan ke 1,6,7,8,9,11,17
Rata-rata praktek terendah konsep dan 18 yaitu makan beranekaragam
pola hidup sehat yang dilakukan contoh makanan, mengkonsumsi makanan
adalah indikator ke 19 yaitu diet dan sumber karbohidrat secukupnya, batasi
persepsi bentuk tubuh. Rata-rata 58±23 konsumsi lemak dan minyak,
contoh pada penelitian ini pernah melakukan mengkonsumsi makanan sumber zat
diet seperti mengurangi jumlah makan, besi, konsumsi fast food, konsumsi
mengurangi frekuensi makan, menggunakan makanan berserat, hindari rokok dan
obat pelangsing atau jamu dan olahraga minuman beralkohol, memantau berat
berlebihan. Rata-rata diet yang pernah badans ecara teratur.
dilakukan contoh sekolah dan putus sekolah
relatif sama. Hal yang sama ditemukan pada Saran
contoh yang tinggal di kota maupun di desa.
Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak Perlu intervensi gizi terutama tentang
terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pengetahuan, sikap dan praktek gizi
antara kelompok. seimbang pada remaja sebagai upaya untuk
Berdasarkan jenis diet yang meningkatkan pengetahuan, sikap dan
dilakukan, sebagain besar contoh pernah praktek gizi pada remaja.
melakukan diet lebih dari tiga dari empat
cara diet yang ditanyakan, yaitu mengurangi
jumlah makan, mengurangi frekuensi
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 9

DaftarPustaka Rickert VI, Jay MS. 1996. Behavior Change


and Compliance: The Dietitian as
Aditama TY. 1997. Rokok dan Kesehatan. Counselor. Di dalam : Rickert VI, editor.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Universitas Adolescent Nutrition Assessment and
Indonesia. Management. Ed ke-2. New York:
Azwar S. 1988. Sikap Manusia Teori dan Chapman & Hall. hlm 123-135.
Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Soekirman. 2002. Ilmu Gizi dan Aplikasinya
Cavadini C, Siega-Riz AM, Popkin BM. untuk Keluarga dan Masyarakat.
2000. US Adolescent Food Intake Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Trends from 1965 to 1996. Arch Dis Tinggi, Departemen Pendidikan
Child 83:18-24. Nasional.
Cochran WG. 1991. Teknik Penarikan Stang J, Story M. 2004. Guideline for
Sampel. Jakarta: Universitas Indonesia. Adolescent Nutrition Service.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2006. http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_bo
Pedoman Gizi Seimbang (Panduan untuk ok.shtm 29 Januari 2006.
Petugas). Jakarta: Depkes RI. Syarief H et al. 2001. Studi Integrasi Muatan
Escobar A. 1999. Factors Influencing Pengetahuan Pangan dan Gizi dalam
Children’s Dietary Practices: A Review. Pengembangan Kurikulum Sekolah
http://www.usda.gov/cnpp/FENR/fenry1 Menengah. Laporan Penelitian
2n4/fenry12n4p45.PDF. 9 February Depdiknas-IPB.
2004. Vijayapuspham T, Menon KK, Rao DR,
Hadi H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Antony GM. 2003. A Qualitative
dan Implikasinya terhadap Kebijakan Assessment of Nutrition Knowledge
Pembangunan Kesehatan Nasional. Levels and Dietary Intake of
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Schoolchildren in Hyderabad. Public
pada Fakultas Kedokteran, Universitas Health Nutrition 6;683-688.
Gadjah Mada. Yogyakarta. WHO. 2005. Nutrition in Adolescence
Johnston PK, Haddad EH. 1996. Vegetarian Issues and Challenges for the Health
and Other Dietary Practices. Di dalam : Sector: Issues in Adolescent Health and
Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Development.
Assessment and Management. Ed ke-2. Wong Y, Huang HC, Ohen SL, Yamanoto.
New York: Chapman & Hall. hlm 57-88. 1999. Is The College Environment
Parmenter K, Wardle J. 1999. Development Adequate for Accessing to Nutition
of a General Nutrition Knowledge Education? A Study in Taiwan. Nutrition
Questionnaire for Adults. European Research 19:1327-1337.
Journal of Clinical Nutrition 53:298-308.

Anda mungkin juga menyukai