Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan
lingkungan. (Tamsuri.2004)

Kebutuhan cairan menurut berat badan


N UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24JAM)
O
1 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300

3 2 tahun 11,8 1300-1500

4 6 tahun 20 1500-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

2. Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (burner& sudarrth.2002)


a. Ketidakseimbangan volume cairan
1) Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah dari fistula atau selang.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan obat-obatan
diuretic.
2) Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan kadar aldosteron dan steroid di
dalam serum, asupan natrium berlebih.
3) Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka bakar
4) Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis ketoasidosis diabetic,
pemberian cairan hipertonik.
5) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih

b. Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin hipertonik lewat
IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain
melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat luka bakar dan
trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

3. Faktor Predisposisi (Burner & Suddarth.2002)


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang diperlukan dan
berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Kondisi stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan.
5. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy, proses ini
menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.

4. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. Produksi urin untuk semua usia 1ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi
urin sekitar 1,5 lt/ hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature
lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-
20ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.

5. Patofisiologi Terjadinya Penyakit (Faqih,2011)


Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini
di awali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
intraseluler menuju intraveskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Secara
umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, pendarahan dan pergerakan cairanke lokasi ketiga
( lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari sisi intravaskuler
menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi. Selain itu,
kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan ( Faqih, 2011).
6. Pathway
Usia, Temperatur lingkungan, diet, stress, penyakit tertentu

Vol cairan CES

Melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan

Sekresi ADH dan elektrolit

Reabsorsi, NA dan air

Rasa haus

Kekurangan volume cairan

Syok hipovolemik

7. Klarifikasi ( Brunner &


Suddarth.2002)
a. Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama
ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap
sama.
1. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES)
2. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3. Hipovolekmia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES).
b. Keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan cairan
intraseluler atau interstisial.
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonic dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan
natrium tubuh total yang ada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.

8. Gejala Klinis ( Burner& Suddarth.2002)


Tanda dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada klien hipovolemia antara lain:
pusing, kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, haus, muntah, kekacauan mental,
konstipasi. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai dengan
ketidakseimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompetensi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsangan system syaraf simpatis ( peningkatan frekuensi jantung, inotropik
( kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH) dan
pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, No
registrasi, dll.
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit
d. Status gizi pasien dapat dikaji dengan pedoman A,B,C,D
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, TTV, perilaku, ekspresi wajah.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Ada beberapa diagnose yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit yaitu:
a. Gangguan cairan dan elektrolit( kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan peningkatan
output cairan yang berlebihan di tandai dengan: muntah, poliksia, BAB cair, keringat yang
berlebihan.
b. Gangguan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulator sekunder akibat gagal ginjal.
c. Resiko kekurangan volume cairan.

3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi


No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan asuhan Jaga pola minum Meningkatkan
keperawatan 3x24 jam Kolaborasi dengan pengetahuan agar px
diharapkan kebutuhan ahli gisi tentang lebih kooperatif.
cairan elektrolit penentuan diet
terpenuhi dengan criteria
hasil :
Px mampu mengontrol
tentang menjaga pola
minum

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, di lakukan
dengan cara melibatkan pasien dan sesame tenaga kerja.

Daftar Pustaka

Potter, perry. 2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta : EKG


Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta : EKG
Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan kep.jakarta
:EGC
Nanda.2011. Diagnosa kep 2009-2011.Jakarta : EGC

Laporan Pendahuluan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Disusun oleh :
Nama : Intan NurKhasanah
Nim : 13021

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN


2014

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Untuk mempertahankan kesehatan di butuhkan keseimbangan cairan, elektrolit di dalam
tubuh.
1. Cairan
Lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan. Cairan
tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : ruang intraseluler (cairan dalam sel) dan ruang
ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua pertiga dari cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intraseluler dan kebanyakan berada pada masa otot skeletal. Pada pria
dengan berat badan 70 Kg (154 pound), cairan intraseluler berjumlah sekitar 25 L. Kurang lebih
sepertiga cairan tubuh merupakan cairan ekstraseluler dan berjumlah sampai 15 L pada pria
dengan berat badan 70 Kg.
Kompartemen cairan ekstraseluler lebih jauh di bagi menjadi 3 ruang cairan intravascular,
interstisiel dan transeluler.
2. Elektrolit
Elektrolit dalam cairan tubuh merupakan kimia aktif (kation, yang mengandung muatan
positif, dan anion yang mengandung muatan negatif). Kation-kation utama dalam cairan tubuh
adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Anion-anion utama adalah klorida, bikarbonat,
fosfat, sulfat, dan proteinat.

B. DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh di distribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni : cairan
ektrasel (CES) dan cairan Intrasel (CIS).
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan cairan interstisial (CIS) dan cairan Intravaskular.
Cairan interstisial mengisis ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sejmlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15 % berat tubuh merupakan cairan
interstisial. Cairan intravascular terdiri dari pasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan
tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspense leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma
menyusun 5 % berat tubuh.
Cairan Intrasel adalah cairan di dalam membrane sel yang berisi substasi terlarut atau
solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk mematabolisme. Cairan
intrasel membentuk 40 % berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute (zt
terlarut) yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi –
substansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel dari
pada dalam cairan ekstrasel (Potter & Perry, 2005)

C. PERGERAKAN CAIRAN TUBUH


Cairan ubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke
kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh. Cairan tubuh
dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transporasi aktif atau filtrasi. Perpindahan
ersebut tergantung pada permeabilitas membrane sel atau kemampuan membrane untuk di
tembus caira dan elektrolit.
1. Difusi
Adalah proses ketika materi padat, partikel, seperti gula di dalam cairan, berpindah dari
daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah., sehingga distriusi partikel di
dalam larutan menjadi merata.
2. Osmosis
Adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membrane semipermeabel yang
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi solute tinggi.
3. Filtrasi
Adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai
respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler.
4. Transpor Aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membrane sel.
(Potter & Perry, 2005)

D. ANATOMI FISIOLOGI PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM


TUBUH
Anatomi fisiologi pergerakan cairan dan elektrolit dalam tubuh menurut Brunner & Suddart
(2001).
1. Ginjal
Penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal berfungsi baik secara
otonom maupun dalam berespons terhadap pembawa pesan yang di bawa oleh darah, seperti
aldosterone dan hormone anti diuretic (ADH). Fungsi-fungsi utama ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut ini :
a. Pengatur volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selktif cairan tubuh.
b. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selekttif substansi yang di butuhkan dan
ekskresi selektif substansi yang tidak di butuhkan.
c. Pengaturan PH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
d. Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik
2. Jantung dan Pembuluh Darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk
menghasilkan urine. Kegagalan kerja pompa ini mengganggu perfusi ginjal dank arena itu
mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
3. Paru - Paru
Paru-paru juga vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui ekshalasi, paru-paru
membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa normal.
Paru – paru juga mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan asam
basa.
4. Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yang di kenal dengan nama hormone anti
diuretick (ADH), Yang di simpan dalam kelenjar pituitary posterior dan di lepaskan jika di
perlukan. ADH kadang di sebut sebagai hormone penyimpan air, karena ia menyebabkan tubuh
untuk menahan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotic sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
5. Kelenjar Adrenal
Aldosteron, mineralokortikoid yang di sekresikan oleh zonaglomerulosa (daerah terluar) dari
korteks adrenal, mempunyai efek yang mendalam dalam keseimbangan cairan.
6. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terdapat di sudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsiumdan fosfat
melalui hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorpsi kalsium dari
usus halus dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
7. Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang di bentuk oleh
hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Dengan kemmpuan vasokonstriktornya ,
meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus.
8. Hormon Anti Diuretik (ADH) dan Mekanisme Rasa Haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan cairan
oral. Masukan cairan oral di kendalikan oleh pusat rasa haus yang berada di dalam Hipotalamus.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH CAIRAN TUBUH
1. Umur
Orang yang lebih muda mempunyai presentase cairan tubuh yang lebih tinggi di bandingkan
dengan orang yang lebih tua
2. Jenis Kelamin
Pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh di bandingkan dengan wanita.
3. Kandungan Lemak Tubuh
Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit di bandingkan dengan orang
yang kurus , karena sel lemak mengandung sedikit air.
(Brunner & Suddart ,2001 )

F. GANGGUAN VOLUME CAIRAN


1. Kekurangan Volume Cairan (Hipovolemia)
Kekurangan volume cairan (FVD) terjadi akibat hilangnya cairan tubuh dan lebih cepat
terjadi jika di satukan dengan penurunan masukan air. FVD mungkin terjadi semata-mata akibat
masukan yang tidak adekuat jika penurunan masukan berlangsung lama.
Penyebab FVD termasuk kehilangan cairan yang tidak normal, seperti yang terjadi akibat
muntah – muntah, diare, suksion gastro intestinal, berkeringat dan penurunan masukan seperti
pada adanya mual atau ketidakmampuan untuk memperoleh cairan.
Faktor resiko tambahan termasuk diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, dieresis
osmotic, pendarahan dan koma. Selain itu, terbentuknya edema pada luka bakar atau asites pada
disfungsi hepar juga mengakibatkan FVD (Brunner & Suddarth, 2001).
2. Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan volume cairan terjadi saat natrium dan air di pertahankan dalam proporsi
isotonic sehinggga menyebabkan hipovolemia tanpa di sertai tanpa di sertai kadar elektrolit
serum . klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang
menderita gagal jantung kongesif, gagal ginjal dan sirosis (Weldy, 1992)

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering,
konsentrasi urine dan urine output.
-Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % Kematian
Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
- suhu : kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
- tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau
tetap
- nadi : kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
- pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/
menit
Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/
menit
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang
cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube
drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.

b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : mengkaji GCS
Kepala : mesocepal
Fontanel (Bayi) : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan
volume cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak ada
(kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan
volume cairan)
: bentuk simetris kanan dan kiri
n dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan
kering, salvias menurun, lidah di bagian longitudinal menurun
(kekurangan volume cairan)

Sistem Kadiovaskuler
Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum,
punggung, Lambatnya
Palpasi :
- Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh
dependent : punggung,sacrum, tungkai)
- Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun

Auskultasi :
Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia :
Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada
posisi orthostatic
Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Sistem Pernapasan
Inspeksi :
- Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi :
- Kelebihan volume cairan : krekels

Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
- Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
- Hiponatremia : diare
Auskultasi :
- Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik
Perkusi : Thympani
Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
kanan bawah

Sistem Ginjal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
- Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat jenis urine
meningkat
-
Kulit
Suhu tubuh :
- Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic
- Menurun : Kekurangan volume cairan
Inspeksi :
- kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
palpasi :
- Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab
(Potter & Perry, 2005)

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain:
a. Kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
d. Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan

3. Perencanaan Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


keperawatan Hasil
1 kekurangan volume NOC : keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. gangguan cairan, - Ukur intake dan output cairan
mekanisme Setelah dilakukan tindakan serta timbang berat badan setiap
pengaturan. keperawatan selama 3 x 24 hari.
jam, di harapkan volume - Pasang kateter urin, jika ada.
cairan kembali normal - Monitor status hidrasi (misalnya
dengan kriteria hasil: kelembaban membran mukosa, nadi,
-Tekanan darah, nadi, suhu dan tekanan darah ortostatik).
dalam batas normal - Monitor hasil laboratorium yang
- Nadi perifer dapat teraba berhubungan dengan retensi cairan
-Keseimbangan intake dan - Monitor TTV
output selama 24 jam - Pasang IV line, sesuai dengan
-Tidak terdapat rasa haus yang diresepkan.
yang abnormal - Berikan cairan
-Elektrolit serum dan - Atur kemungkinan tranfusi
hematokrit dbn - Persiapan untuk tranfusi
2 Kelebihan volume NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. kelebihan cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
intake cairan, Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
kompensasi selama 3x24 jam di - Monitor hasil laboratorium yang
mekanisme harapkan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
pengaturan. kembali normal dengan cairan
kriteria hasil: - Kaji lokasi dan luas edema
-Tekanan darah dalam - Lakukan pemberian diuretik sesuai
batas normal resep
-Berat badan stabil - Monitor TTV
-Tidak terdapat asites - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tidak terdapat distensi diresepkan.
vena jugularis - Batasi masukan cairan pada
-Tidak terdapat edema keadaan hiponatrermi dilusi dengan
perifer serum Na < 130 mEq/l
-Elektrolit serum dalam
batas normal
3 Risiko kekurangan NOC: Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
volume cairan b/d cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
kegagalan mekanisme Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
pengaturan keperawatan selama 3x24 - Pasang kateter urin, jika ada.
jam di harapkan volume - Monitor status hidrasi (misalnya
cairan dalam batas normal kelembaban membran mukosa, nadi,
dengan dengan kriteria dan tekanan darah ortostatik).
hasil: - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tekanan darah dalam diresepkan.
batas normal - Monitor indikasi terjadinya retensi
-Nadi perifer dapat teraba cairan (bunyi nafas crackles,
-Keseimbangan intake dan peningkatan CVP, dan peningkatan
output selama 24 jam osmolalitas urin)
-Tidak terdapat suara nafas
tambahan
-Tidak terdapat rasa haus
yang abnormal
-Hidrasi kulit adekuat
-Membran mukosa lembab
-Elektrolit serum dan
hematokrit dalam batas
normal
Resiko kelebihan NOC : Keseimbangan NIC : Manajement cairan
3 cairan
cairan b/d kelebihan
Setelah di lakukan tindakan
intake cairan keperawatan selama 3x24
jam, di harapkan intake dan
output cairan dalam batas
normal dengan criteria
hasil :

DAFTAR PUSTAKA

North American Nursing Diagnosis Association. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan.

Jakarta : Prima Medika.

Potter, P.A dan Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth.

Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KESEIMBANGAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
By : Mas Irul

1.Konsep Dasar
1.1 Pengertian
 Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

 Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2 Proportion Of Body Fluid


Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No. Umur Prosentase
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun) 60 %
b.Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel
(cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar
sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.

1.3 Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit
adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein,
urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang
lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan
positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci
dalam tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler


Plasma Interstitial
1. Kation :
• Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
• Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
• Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
• Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq

2. Anion :
• Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
• Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
• Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
• Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
• Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation :
• Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium
di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.

• Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

• Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk
membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion :
• Chloride (Cl -) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur
• Bicarbonat (HCO3 -) :
Bagian dari bicarbonat buffer sistem
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH.

• Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :


- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

1.4 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan
mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam
segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi
zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air
terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi
zat terlarut yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan
atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif
karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah
transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan
interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam
kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama
akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh
albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut
ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan
dinamis atau homeostatis.

1.5 Regulating Body Fluid Volumes


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai
dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka
tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit,
ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari,
sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000
ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah
kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah ini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).


1. 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin
II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

1.7 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
• Volume
• Osmolalitas
• Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut
kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga
berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut


bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang.
Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai
natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan
yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga
mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh
isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi
kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.

• Kelebihan Volume ECF :


Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan
proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF
(hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga
mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat
terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional


Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan
kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam
plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga
perubahan komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

2. Proses Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

2.4 Evaluasi/Kreteria hasil :


Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.

daftar pustaka

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison
Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,


Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995

GEDS
DIARE
DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3
x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

ETIOLOGI
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang
matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
PATOFISIOLOGI

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat


cemas
kembang dlm tik diserap

usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga

( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus


menyerap

makanan

D IAR E

Frek. BAB meningkat


distensi abdomen

Kehilangan cairan &


elekt integritas kulit
berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl


mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah
14 – 16 buah
o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi
otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

PENATALAKSANAAN DIARE
Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :


1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg :
maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi
elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan
dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan
out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air
terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan
dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB
(diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

abels: Kumpulan LP
Pengertian
• Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif.,
et all. 1999).
• Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
• Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
• Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
• Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
• Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang
disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Jadi dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang
patogen.
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dan gangguan sirkulasi darah.
Gejala Klinis
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah
Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, presyok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

• Memberikan asi.
• Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes
atau 13 tetes / kg BB / menit.
• 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
• 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan
2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
• 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes )
atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
• 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.


• 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20
tetes ).
• 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
• • Memberikan Asi.
• • Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin, makanan harus bersih.
d. Obat-obatan.
• Obat anti sekresi.
• Obat anti spasmolitik.
• Obat antibiotik.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
• Pemeriksaan tinja.
• Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
• Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien
diare kronik.
Tumbuh Kembang Anak
Berdasarkan pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari
pertumbuhan adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah menitik
beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ individu termasuk
perubahan aspek dan emosional.
Anak adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan miniatur orang
dewasa, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara
fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan masyarakat.
Tumbuh kembang pada bayi usia 6 bulan.
a. Motorik halus.
1. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.
5. Mencengkram dengan seluruh telapak tangan.
b. Motorik kasar.
1. Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan.
2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
3. Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.
c. Kognitif.
a. Berusaha memperluas lapangan.
b. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
c. Mulai mencari benda-benda yang hilang.
d. Bahasa.
Mengeluarkan suara ma.. pa.. ba.. walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita,
tetapi sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.
Dampak Hospitalisasi terhadap Anak
a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri,
sedih, kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan
orang lain dan menyukai lingkungan

Home Laporan Pendahuluan Per Kebutuhan LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN


CAIRAN & ELEKTROLIT

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

Selasa, 29 Mei 2012


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT
Disusun Oleh :
M11.01.0015 Satya Putra Lencana
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN CAIRAN

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan
eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung
dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari
cairan tubuh total.

Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :

1. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
Plasma darah.

2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk
kelebihan atau kekurangan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.

 KONSEP DASAR

a. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

1) Volume cairan

Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira2 60% dari BB pria
dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia.
Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas sampai dengan 39 th untuk pria 60% dari
BB dan untuk wanita 52 % dari BB. Usia 45-60 th untuk pria usia 55% dari BB dan wanita
47 % dari BB. Usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dai BB.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.

2) Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraselular.
Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan Cairan Ekstraseluler
(CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan
Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS)
(misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga
mata, dan lain-lain) 1-3 %.

b. Fungsi Cairan

1) Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.


2) Transport nutrient ke sel
3) Transport hasil sisa metabolism
4) Transport hormone
5) Pelumas antar organ
6) Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

c. Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari
minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar
1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-
paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
d. Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui 3 proses yaitu ;

1) Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan bergerak rai konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didisfusikan
menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran moleku, konsentrasi
larutan, dan temperature.

2) Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane semipermeabel dari
larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke kkonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik.

3) Transpor aktif
Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

e. Pengaturan Keseimbangan Cairan

1) Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :

a) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus.

b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi


jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

2) Anti Diuretik Hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisisi dari hipofisis posterior.
Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan
ekstrasel. Hormone ini meningkatkan rearbsorbsi air pada duktus koligentes, dengan
demikian dapat menghemat air.

3) Aldosteron

Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang konsentrasi kalium,
natrium serum dan system angiotensin rennin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.

4) Prostaglandin

Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespn
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastro intestinal. Dalam
ginjal, prostaglandin bereran mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada
ADH.

5) Glukokortikoid

Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi
natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan cairan
(volume darah).

f. Cara Penularan Cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :


1) Ginjal
a) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari.
b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c) Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d) Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2) Kulit
a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang aktivitas
kelenjar keringat
b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature lingkungan
yang meningkat dan demam.
c) Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3) Paru – paru
a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4) Gastrointestinal
a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 200
ml.
b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10
% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.

g. Masalah keseimbangan cairan

1) Hipovolemik

Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa
haus, pelepasan hormone ADH dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.

Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan brat badan akut , mata
cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya penurunana jumlah
air mata.
2) Hipervolemia
Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c) Kelebihan pembarian cairan
d) Perpindaha CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes,
edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.

h. Ketidakseimbangan asam basa

1) Asidosis respiratorik

Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam membuang CO2 dari cairan tubuh.
Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH <
7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan
(trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll).

2) Alkalosis respiratorik

Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih tinggi dari
produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin,
pneumonia dan emboli paru.

3) Asidosis metabolic

Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. pH arteri < 7,35, HCO3
menurun diawah 22 mEq/lt.
Gejala ; pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.

4) Alkalosis metabolic

Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada cairan tubuh.
Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45.
Penyebab : mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO 3 antasid, soda kue) untuk
mengatasi ulkus peptikumatau rasa keembung.
Gejala : apatis, lemah, gengguan mental, kram dan pusing
Perbandingan antara Bikarbonat, pH dan PaCo2 pada gangguan asam basa sederhana dapat
dilihat pada table di bawah ini :

Gangguan Asam
HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2
Basa
As. Metabolik
Alk. Metabolik
As. Respiratorik
Alk. Respiratorik
Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan.

CAIRAN (ML/24
NO UMUR BB (KG)
JAM)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45 2200 – 2700
7 18 tahun (Adult) 54 2200 - 2700

B. PENGERTIAN ELEKTROLIT

Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan
elektrolit yang paling esensial yaitu :

1. Pengaturan elektrolit

a. Natrium (sodium)
1) Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
2) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-
148 mEq/lt.

b. Kalium (potassium)
a) Merupakan kation utama dalam CIS
b) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
c) Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam
basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c. Kalsium
a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah serta
pembentukan tulang dan gigi.
b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
d) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.

d. Magnesium
a) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
b) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya
1,5-2,5 mEq/lt.

e. Klorida
a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt.

f. Bikarbinat
a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan CIS.
b) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
a) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan
pengaturan asam basa.
c) Pengaturan oleh hormone paratiroid

2. Gejala klinis kekurangan elektrolit :


a. Haus
b. Anoreksia
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Lemas atau pucat
e. Anak rewel
f. Kejang-kejang
g. Kulit dingin
h. Rasa malas

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang diperlukan dan
berat badan.

2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari.

3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.

4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormone akan
mengganggu keseimbangan cairan.

D. CARA MENGHITUNG INFUS

a. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)

Tetesan / menit = Jumlah cairan yang masuk


Lamanya infuse (jam) x 3

esan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan


Lama infuse (jam) x 60 menit
Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label infuse (10 per
menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).

b. Anak

Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk


Lamanya infuse (jam)
E. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar.
Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan
penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan
elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
3. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare
sangat berat.
4. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak
kecil dan lansia.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. PENGKAJIAN
Tanggal :
Jam :
Ruang :
1. BIODATA

a. Identitas klien
Nama :
Ttl :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. CM :
Tgl masuk :
Tgl pengkajian :
Sumber informasi :
Diagnosa medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
Kewarganegaraan :
Hub. dengan klien :

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan dan elektrolit antara lain:
nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi
abdomen, perasaan rektal penuh, fefes keras dan berbentuk, kaleatihan umum, sakit kepala,
tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah, konstipasi, inkontenensia defekasi,
diare.

 Konstipasi
Yaitu penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau
pengeluaran tidak lengkap feses dan atau pengeluaran feses yang keras, kering dan banyak
 Inkontenensia Defekasi
Perubahan pada kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikan dengan pasase feses
involunter.

 Diare
Adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien :
1) Waktu terjadinya sakit
Ditanyakan :
 Berapa lama sudah terjadinya sakit
2) Proses terjadinya sakit
Ditanyakan :
 Kapan mulai terjadinya sakit
 Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3) Upaya yang telah dilakukan
Ditanyakan :
 Selama sakit sudah berobat kemana
 Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
Yang perlu dikaji dan ditanyakan :
 TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
 Adanya patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri abdomen, sakit kepala, kram,.
 Apakah merasa mual, muntah, anoreksia dsb.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Ditanyakan:

1) Pengobatan saat ini dan masa lalu


2) Alergi terhadap obat dan makanan
3) Tempat tinggal / lingkungan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan :
1) Apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
2) Adakah riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
e. Genogram
Dikaji :
1) Jumlah anggota keluarga
2) Garis keturunan / silsilah keluarga
3) Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan paien
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit yang sama dengan pasien
5) Anggota keluarga yang berpotensi memiliki penyakit menular.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)

a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan


1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
 Apakah pasien mengetahui penyakitnya, cara perawatannya dan cara pengobatannya.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
 Apa yang dilakukan jika pasien sakit, bagaimana cara untuk mengobati penyakitnya.
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
Perlu ditanyakan :
 Apakah pasien minum – minuman beralkohol
 Sering merokok
b. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas yang didasarkan pada skala 0 sampai 4, meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
c. Pola istirahat tidur
Ditanyakan :
1) Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur
2) Sonambolisme
3) Kualitas dan kuantitas jam tidur
d. Pola nutrisi - metabolic
Ditanyakan :
1) Berapa kali makan sehari
2) Makanan kesukaan
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
e. Pola eliminasi
Dikaji :
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kuantitas
f. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
g. Pola konsep diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
h. Pola koping
Ditanyakan :
1) Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
2) Hasil koping dari metode yang dilakukan
i. Pola seksual – reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminnya.
j. Pola peran hubungan
1) Hubungan dengan anggota keluarga
2) Dukungan keluarga
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k. Pola nilai dan kepercayaan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Data klinik, meliputi:


1) Pengukuran Klinik
a) Berat Badan
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan asam
basa cairan :
+2% : ringan
+5% : sedang
+ 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
b) Keadaan Umum
1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
2) Tingkat kesadaran
c) Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral ; NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
d) Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kelernihan/kepekatan
2) Fesef : jumlah dan konsisten
3) Muntah
4) Tube drainase
5) IWL
e) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc
2) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan bunyi jantung.
c) Mata : cekung, air mata kering.
d) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah dan bising usus.
b. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
c. Tanda umum masalah elektrolit
d. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
e. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
f. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
g. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
h. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan elektrolit,
b. Darah lengkap,
c. pH,
d. Berat jenis urin,
e. AGD.( Analisa Gas darah)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler
(CES) dan Vaskuler (CIV).
 Berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Berkeringant secara terus menerus
c. Menurunnya intake oral
d. Penggunaa diuretic
e. Pendarahan
 Ditandai dengan :
a. Hipotensi
b. Takhikardia
c. Pucat
d. Keklemahan
e. Konsentrasi urin pekat
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Penyakit Addison
b. Koma
c. Ketoasidosis pada disbetik
d. Pendarahn gastrointestinal
e. Muntah diare
f. Intake cairan tidak adekuat
g. AIDS
h. Pendarahan
i. Ulcer kolon
 Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahnkan keseimbangan cairan
b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan darah normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Ukur dan catat setiap 4 jam : Menentukan kehilangan makan dan
 Intkae dan output cairan minum
 Warna muntahan, urine dan feses
 Monitor turgor kulit
 Tanda – tanda vital
 Monitor IV infuse
 CVP
 Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb
 Status mental
 Berat badan
2 Berikan makanan dan cairan Memenuhi kebutuhan makan dan
minum
3 Berikan pengobatan seperti antidiare dan Menurunkan pergerakan usus dan
antimuntah muntah
4 Berikan dukungan verbal dalam Meningkatkan konsumsi yang lebih
pemberian cairan
5 Lakukan kebersihan mulut sebelum Meningkatkan nafsu makan
makan
6 Ubah posisi pasien setiap 4 jam Meningkatkan sirkulasi
7 Berikan pendidikan kesehatan tentang : Meningkatkan informasi dann
 Tanda dan gejala dehidrasi kerjasama.
 Intake dan output cairan
 Terapi

2. Volume cairan tubuh


Definisi: Kondisi diman terjadi peningkatan retensi dan edema
 Berhubungan dengan :
a. Retensi garam dan air
b. Efek dari pengobatan
c. Malnutrisi
 Ditandai dengan :
a. Orthopnea
b. Oliguria
c. Edema
d. Distensi vena jugularis
e. Distress pernafasan
f. Anasarka
g. Edema paru
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Obesitas
b. Hipothiroidism
c. Pengobatan dengan kortikosteroid
d. Cushings syndrome
e. Gagal ginjal
f. Sirosis hepatis
g. Kanker
h. Toxemia
 Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan

NO INTERVENSI RASIONAL
1  Ukur dan monitor : Dasar pengkajian kardiovaskuler dan
 Intake dan output cairan, BB, tensi, CVP respon terhadap penyakit.
distensi vena, jugularis dan bunyi paru
2 Monitor rongtgen paru Mengetahui adanya edema paru
3 Kolaborasi dengan dokter dalam Kerjasama disiplin ilmu dalam
pemberian cairan, obat dan efek perawatan
pengobatan
4 Hati – hati dalam pembarian cairan Mengurangi kelebihan cairan
5 Pada pasien yang bedrest : Mengurangi edeme
 Ubah posisi setiap 2 jam
 Latihan pasif dan aktif
6 Pada kluit yang edeme, berikan losion, Mencegah kerusakan kulit
hindari penekanan yang teruis – menerus.
7 Berikan pengetahuan kesehatan tentang : Pasien dan keluarga mengetahui dan
 Intake dan output cairan kooperatif.
 Edema, Berat badan
 Pengobatan

Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit
kronik (serosis hati).

http://www.scribd.com/doc/36196080/Askep-Keb-Cairan-Dan-Elektrolit

Anda pengunjung yang baik, silahkan tinggalkan komentarnya ya,.. Terimakasih,...


Powered by : Satya Excelent

Share this article :

Anda mungkin juga menyukai