Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep negara hukum welfare state adalah negara yang pemerintahannya


menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya, pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan
rakyatnya menghendaki pemerintah untuk mencampuri kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat, sebagai langkah untuk mewujudkan kesejahteraan umum di samping
menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde).1
Penerapan konsep negara hukum kesejahteraan (welfare-rechtstaat) memegang
peranan penting dalam pemenuhan kesejahteraan warga masyarakat. 2 Pemenuhan
kesejahteraan negara dapat melalui Anggaran Pendapat Belanja Negara adalah wujud
dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk
mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.3

Melihat pentingnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam rangka


membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum
supaya dapat meningkatan penerimaan negara tersebut, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan dalam rangka peningkatan pendapatan keuangan negara agar
menjadi maksimal demi terkumpulnya devisa negara yang dapat mewujudkan cita-
cita bangsa yaitu kesejahteraan masyarakat. Hal ini berarti semua pembelanjaan
negara akan dibiayai oleh pendapatan negara.

1
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, hal. 15-16
2
Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, Kencana, 2012, hal.
xii

1
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 1 Angka 13 “Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.” Pendapatan negara berdasarkan pasal 11
ayat (3) meliputi 3 hal yaitu penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.

Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara


menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu
dilaksanakan secara professional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

Pemerintah sekarang ini mentargetkan rencana pendapatan negara dalam


APBN 2018 mencapai Rp 1.894.720.327.977.000,00 (satu kuadriliun delapan ratus
sembilan puluh empat trilliun tujuh ratus dua puluh miliar tiga ratus dua puluh tujuh
juta sembilan ratus tujuh puluh tujuh ribu rupiah).4Mengingat pentingnya Pendapatan
Negara dalam kehidupan bernegara, maka kami penulis akan melakukan pembahasan
terhadap Pengaturan Tentang Pendapatan Negara.

4
Pasal 3Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 Tenatang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2018

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerimaan Perpajakan

2.1.1 Pengertian Penerimaan Perpajakan


Pengertian Pendapatan Negara yang berasal dari Penerimaan Perpajakan
berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018 adalah :
“ Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas
Pendapatan Pajak Dalam Negeri dan Pendapatan Pajak Perdagangan
Internasional.”
Pajak merupakan peneriman negara terbesar yang dihimpun oleh negara
Indonesia. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat
wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya hasil pertambangan dan minyak
bumi tidak bisa diandalkan lagi. Penerimaan dari sumber daya alam tidak bisa
diandalkan lagi karena sifat dari sumber daya alam itu yang terbatas dan tidak dapat
diperbaharui lagi. Hal ini berbeda dengan penerimaan dari sektor pajak, sumber
penerimaan ini memiliki umur yang tidak terbatas, terlebih dengan bertambahnya
jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini.

Melihat pentingnya peningkatan penerimaan negara khususnya dari sektor


perpajakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam rangka peningkatan
penerimaan dari sektor pajak tersebut dengan adanya program ekstensifikasi dan
intensifikasi. Ekstensifikasi lebih berfokus mengacu pada perluasan objek pajak yang
akan dikenakan pajak misalnya intensifikasi pajak dari sektor-sektor tertentu.

2.1.2 Sumber Penerimaan Perpajakan

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, pemerintah merencanakan
penerimaan negara bersumber dari pajak adalah :
“(1) Penerimaan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
direncanakan sebesar Rp1.618.095.493.162.000,00 (satu kuadriliun enam ratus

3
delapan belas triliun sembilan puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh
tiga juta seratus enam puluh dua ribu rupiah), yang terdiri atas:
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri; dan
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional.”
Penjelasan Sumber Penerimaan Perpajakan berdasarkan Pasal 3 huruf a diatas
antara lain:
1. Pendapatan pajak dalam negeri menurut Pasal 4 Ayat (2) terdiri dari :
a. Pendapatan pajak penghasilan;
b. Pendapatan pajak pertambahan barang dan jasa dan penjualan atas barang
mewah, pajak bumi dan bangunan;
c. Pendapatan cukai;
d. Pendapatan pajak lainnya.

Pendapatan pajak dalam negeri berasal dari pendapatan pajak penghasilan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan atau badan
hukum lainnya atas penghasilan yang didapat.5 Dalam Pasal 2 Ayat (1), subjek pajak
penghasilan adalah:
a. 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
b. badan; dan
c. bentuk usaha tetap.

Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.6

Pendapatan pajak pertambahan barang dan jasa dan penjualan atas barang
mewah diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 merupakan pendapatan

5
Diakses melalui : https://www.cermati.com/artikel/pajak-penghasilan-pengertian-dan-cara-
menghitungnya pada, 13 April 2018, pukul 16.00 WIB
6
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

4
negara yang dikenakan pada barang yang berwujud yang menurut sifat dan hukumnya
barang bergerak maupun tidak bergerak, dan tidak berwujud; dan pendapatan negara
yang dikenakan pada jasa yang berarti setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesanan; serta merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau
mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.7
Pendapatan negara melalui pajak bumi dan bangunan diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1994. Di dalam pengaturan perundang-undangannya, pajak
bumi dan bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan
atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12
Tahun 1994.8 Objek Pajak Bumi dan Bangunan menurut Pasal 3 Ayat (1) adalah:9
a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan
untuk memperoleh keuntungan;
b. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak;
d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik;
e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.

Penerimaan perpajakan dari pendapatan cukai diatur dalam Undang-Undang


Nomor 39 tahun 2007, Cukai adalah pungutan negara yangdikenakan terhadap
barang-barangtertentu yang mempunyai sifat ataukarakteristik yang ditetapkan dalam

7
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Barang Dan Jasa Dan Penjualan Atas Barang Mewah
8
Diakses melalui : http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-ketentuan-umum-pajak-bumi-dan-
bangunan-pbb, pada 13 April 2018, pukul : 14.00 wib
9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

5
undang-undang ini. Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik,
yakni:10
a. konsumsinya perlu dikendalikan;
b. peredarannya perlu diawasi;
c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup; atau
d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan
keseimbangan, dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini.

2. Sedangkan pendapatan pajak perdagangan internasional berdasarkan Pasal 4 Ayat


(8), terdiri atas:
a. Pendapatan bea masuk; dan
b. Pendapatan bea keluar.

Pendapatan pajak perdagangan internasional yang berasal dari bea masuk dan
bea keluar diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabean.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1, Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean
serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan negara
berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.
Sedangkan Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang
dikenakan terhadap barang ekspor.

2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


2.2.1 Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Berdasarkan Pasal 1 Angka 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2017 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ahun 2018 mendefinisikan sebagai berikut :
“Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP adalah
semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk pendapatan
Sumber Daya Alam, Pendapatan dari kekayaan Negara dipisahkan,
Pendapatan PNBP lainnya, dan Pendapatan Badan Layanan Umum.”

10
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1995 Tentang Cukai

6
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, Pendapatan Negara
Bukan Pajak terdiri dari :

a) pendapatan Sumber Daya Alam;


b) pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan;
c) pendapatan PNBP lainnya;dan
d) Pendapatan Badan Layanan Umum.

Mengingat PNBP begitu besar pengaruhnya dalam pelaksanaan pembangunan,


maka dasar hukum untuk pengelolaannya juga sangat penting. Untuk itu aturan
mengenai PNBP saat ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.11

2.2.2 Jenis-Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak


Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak, jenis-jenis PNBP dikelompokkan sebagai berikut :

a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;


b. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
c. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;
d. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
e. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan
denda administrasi;
f. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
g. Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

2.2.3 Penentuan Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penentuan mengenai jenis dan tarif PNBP diatur lebih lanjut didalam Peraturan
Pememerintah, seperti yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (2)dan(3) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yaitu :

11
Diakses melalui : http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-20.pdf, Pada 13 April 2018, pukul 15.30
Wib.

7
“ (2) Kecuali jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang ditetapkan dengan
Undang-undang, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tercakup dalam
kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
(3) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum tercakup dalam
kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”

Penentuan Tarif atas penerimaan Negara bukan pajak, dengan memperhatikan


beberapa aspek. Seperti yang termuat didalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang berbunyi :

“Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan


memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan
usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan Pemerintah sehubungan dengan
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, dan aspek
keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat.”

2.2.4 Peraturan Perundang - Undangan Terkait PNBP

Untuk menerapkan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang


Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut, diperlukan regulasi lainnya, seperti:
1) PP No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak;
2) PP No. 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang bersumber dari kegiatan Tertentu;
3) PP No. 1 Tahun 2004 tentang tata cara penyampaian rencana dan laporan
realisasi penerimaan Negara Bukan Pajak;
4) PP No. 22 Tahun 2005 tentang pemeriksaan penerimaan Negara Bukan
Pajak.
Pengaturan selanjutnya, kecuali jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
ditetapkan dengan Undang-Undang. Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
tercakup dalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Demikian juga dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang belum tercakup dalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak tersebut

8
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai pelaksanaan ketentuan mengenai
penetapan jenis dan penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Untuk
pertama kalinya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara.
Penetapan PP Nomor 22 Tahun 1997 merupakan langkah penertiban, sesuai
dengan tujuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak, sehingga jenis dan besarnya pungutan yang menjadi sumber penerimaan
tersebut. Dalam PP Nomor 22 Tahun 1997, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
dibedakan menjadi dua, yaitu jenis-jenis PNBP yang berlaku umum dan jenis-jenis
PNBP yang berlaku khusus pada suatu kementerian negara/lembaga (bersifat
fungsional).
 Jenis-jenis PNBP yang berlaku umum pada semua kementerian negara/lembaga
berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997
Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:
1) Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran
pembangunan).
2) Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara.
3) Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara.
4) Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).
5) Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan).
6) Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah.
7) Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.

 Jenis PNBP Fungsional yang bersumber dari hasil penyelenggaraan tugas/fungsi


teknis suatu departemen/lembaga berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1997 terdapat
pada Lampiran I, IIA dan IIB sebagai berikut:
1) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Luar Negeri.
2) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertahanan Dan Keamanan.

9
3) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Kehakiman
4) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku Pada Departemen
Penerangan.
5) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku Pada Departemen
Keuangan.
6) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku Pada Departemen
Perindustrian Dan Perdagangan.
7) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertanian
8) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertambangan Dan Energi
9) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Kehutanan
10) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pekerjaan Umum
11) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Perhubungan.
12) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pariwisata, Pos, Dan Telekomunikasi.
13) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Tenaga Kerja
14) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
15) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Kesehatan.
16) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Agama.
17) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Sosial.
18) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kejaksaan
Agung.
19) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Lembaga
Administrasi Negara.

10
20) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pusat
Statistik.
21) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Tenaga
Atom Nasional.
22) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Lembaga
Penerbangan Dan Antariksa Nasional.
23) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
24) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Arsip Nasional
25) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan
Koordinasi Survey Dan Pemetaan Nasional.
26) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi.
27) Jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan
Pertanahan Nasional.

2.3Penerimaan Hibah

2.3.1 Pengertian Hibah

Pengertian sumber pendapatan negara yaitu Penerimaan hibah menurut Pasal 1


angka 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2018 adalah :

“Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan baik dalam bentuk devisa


dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, jasa, dan/atau surat berharga yang
diperoleh dari pemberian hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan yang tidak
mengikat, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.”

Pengertian serupa mengenai penerimaan hibah juga dimuat dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah, sedangkan dalam pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang Mekanisme Penerimaan Hibah
memberikan Pengertian lebih lanjut mengenai pendapatan hibah bahwa :

11
“Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam
bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi
hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau
luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat
secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau
diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan
Usaha Milik Daerah.”

2.3.2 Prinsip Penerimaan Hibah

Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.10 tahun 2011 tentang Tatacara Pengadaan


Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, menetapkan prinsip pengadaan pinjaman
luar negeri dan penerimaan hibah yaitu :

a. Transparansi,
yaitu proses penerimaan hibah dilakukan secara terbuka kepada pihak yang
berkepentingan;
b. Akuntabilitas
yaitu penerimaan hibah dilakukan sesuai dengan prosedur yang dapat
dipertanggung jawabkan;
c. Efisien dan efektif,
yaitu penerimaan hibah dilakukan sesuai dengan tujuannya dan biaya yang timbul
dapat ditekan seminimal mungkin;
d. Kehati-hatian,
yaitu proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mengutamakan kehati-
hatian, dengan menghindari keputusan yang bersifat spekulatif ;
e. Tidak disertai ikatan politik,
yaitu Penerimaan hibah tidak mempengaruhikebijakan politik Negara;
f. Tidak memiliki muatan, yang dapat mengganggu stabilitas keamananNegara.

12
2.3.3 Bentuk Hibah
Bentuk Hibah menurut pasal 3 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang Mekanisme Penerimaan Hibah, hibah
dibagi menjadi :
a. hibah uang, terdiri diri:
1) uang tunai; dan
2) uang untuk membiayai kegiatan.
b. hibah barang/jasa; dan
c. hibah surat berharga

Penjelasanpasal 3 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang Mekanisme Penerimaan Hibah :

a. Uang Tunai;
Hibah dalam bentuk uang yang diterima Pemerintah dan
penggunaannya sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah melalui
mekanisme APBN

b. Uang untuk Membiayai Kegiatan;


Hibah yang diterima Pemerintah yang peruntukannya ditentukan
dalam Perjanjian Hibah dan dilaksanakan oleh Kementerian Negara /
Lembaga / Pemerintah Daerah penerima hibah.
c. Barang/Jasa;
 Barang: Hibah yang diterima Pemerintah yang
pengadaannyadilaksanakan oleh Pemberi Hibah untuk mendukung
kegiatan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN
 Jasa: Hibah yang diterima Pemerintah berupa jasa tertentu
yangkegiatannya dilaksanakan oleh Pemberi Hibah untuk mendukung
kegiatan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN
d. Surat Berharga:
Dapat berupa saham kepemilikan pada perusahaan

13
2.3.4 Jenis Hibah
Penerimaan hibah menurut jenisnya berdasarkan Pasal 48 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar
Negeri dan Penerimaan Hibah terdiri atas:
a. Hibah yang direncanakan; dan/atau
b. Hibah langsung.

Pasal 48 ayat (2) : Hibah yang direncanakan adalah hibah yang dilaksanakan
melaluiMekanisme perencanaan;

Pasal 48 ayat (3) : Hibah langsung adalah hibah yang dilaksanakan tidak
melaluimekanisme perencanaan.

Penjelasan Pasal 48 ayat (3), Hibah yang dimaksud pada ayat ini mencakup :

1) Hibah untuk penanggulangan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung
meletus; banjir; kekeringan; angin topan;

2) Hibah dalam rangka kerjasama tehnik antara K/L dengan Donor seperti workshop,
pelatihan,seminar), Hibah Bersaing ( seperti riset dosen, riset peneliti);

3) Hibah yang atas permintaan donor diserahkan langsung ke Kementerian/Lembaga.

2.3.5 Sumber Hibah

Berdasarkan sumbernya, menurut pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 10


Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan
Hibah dibagi menjadi :

a. dalam negeri; dan


b. luar negeri.

Penjelasan Sumber Hibah dalam Pasal 50 Peraturan Pemerintah Nomor 10


Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah adalah :

“(1) Hibah yang bersumber dari dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 huruf a berasal dari:

14
a. lembaga keuangan dalam negeri;
b. lembaga non keuangan dalam negeri;
c. Pemerintah Daerah;
d. perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah
Negara Republik Indonesia;
e. lembaga lainnya; dan
f. perorangan. “

(2) Hibah yang bersumber dari luar negeri ebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
huruf b berasal dari:

a. negara asing;
b. lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c. lembaga multilateral;
d. lembaga keuangan asing;
e. lembaga non keuangan asing;
f. lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha
di luar wilayah Negara Republik Indonesia; dan
g. perorangan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pendapatan Negara tahun 2018 yang bersumber dari penerimaan perpajakan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2018, pasal 4 Undang-undnag tersebut membagi sumber
Penerimaan perpajakan menjadi 2 yaitu Pendapatan Pajak Dalam Negeri; dan
Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional. Pendapatan Pajak dalam negeri terdiri
atas Pendapatan pajak penghasilan, Pendapatan pajak pertambahan barang dan jasa
dan penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, Pendapatan cukai,
Pendapatan pajak lainnya. Sedangkan Pajak Perdagangan Internasional terdiri atas
pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar.
2. Pendapatan Negara tahun 2018 yang bersumber dari penerimaan negara bukan
pajakdiatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018, Penerimaan Negara Bukan Pajak
adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan
perpajakan. Jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam pasal 2 ayat (1)
Undang-undnag Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pasal meliputi penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah,
penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam, penerimaan dari hasil-hasil
pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan, penerimaan dari kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan Pemerintah, penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan
yang berasal dari pengenaan denda administrasi, penerimaan berupa hibah yang
merupakan hak Pemerintah, penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang
tersendiri.
3. Pendapatan Negara tahun 2018 yang bersumber dari hibah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2018,menurut pasal 3 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang Mekanisme Penerimaan Hibah, hibah
dibagi menjadi hibah uang, hibah barang/jasa; dan hibah surat berharga, yang
bersumber dari dalam negeri dan luar negeri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada
Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, Kencana, 2012

Peraturan Perundang-Undnagan
Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2018
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabean
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang bersumber dari kegiatan Tertentu;
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang tata cara penyampaian rencana
dan laporan realisasi penerimaan Negara bukan pajak;
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2005 Tentang pemeriksaan penerimaan
Negara bukan pajak.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
Luar Negeri dan Penerimaan Hibah
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang
Mekanisme Penerimaan Hibah

Internet

https://www.cermati.com/artikel/pajak-penghasilan-pengertian-dan-cara-menghitungnya

17
http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-ketentuan-umum-pajak-bumi-dan-bangunan-pbb

http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-20.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai