Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Praktikum yang dilakukan adalah mengenai kemampuan bakteri dalam menghidrolisis.


Digunakan 3 medium, yakni AA ( Amilum Agar), NAL (Nutrient Agar Lemak) serta SMA (
Skim Milk Agar). Bakteri sendiri membutuhkan bahan-bahan tersebut untuk mendukung
metabolismenya, pada medium-medium tersebut mengandung senyawa organik yang
diperlukan oleh bakteri. Di antara senyawa organik umum yang dapat dipecahkan oleh bakteri
adalah protein, asam nukleat, dan lemak. Pemecahan senyawa-senyawa tersebut terjadi karena
peran dari enzim hidrose (dihasilkan oleh bakteri) disebut demikian karena enzim ini
menghidrolisis molekul-molekul besar menjadi komponen-komponen kecil yang dapat
digunakan. enzim ini disekresi sel ke lingkungan luarnya, jadi senyawa besar yang tak larut
dapat dipecah menjadi molekul yang larut sehingga dapat memasuki sel bakteri dan menjadi
bahan makanan (Volk&Wheeler, 1988).

a. Uji Hidrolisis Amilum


Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida
merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan
dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan
atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan
gula bagi sel (Campbell, 2002). Dikarenakan amilum merupakan molekul yang terlalu
besar, maka amilum harus dilakukan penghidrolisisan ammilum agar dapat menjadi
molekul yang dapat diolah oleh sel. Pada pengujian hidrolisis ini bakteri A diketahui
mampu melakukan hidrolisis amilum dengan medium Amilum Agar yang ditandai
dengan adanya warna putih jernih pada sekeliling atau sekitar bakteri yang sebelumnya
telah diberikan larutan iodium.
Pemberian larutan iodium ini sebagai indikator amilum ( Hadioetomo, 1993).
Dengan adanya perubahan warna disekeliling bakteri, menunjukkan bahwa bakteri A
menghasilkan enzim amilase. Bakteri penghasil enzim amilase dapat menghidrolisis
amilum menjadi molekul- molekul maltosa glukosa dan dekstrin (Hadioetomo, 1993).
Sedangkan untuk bakteri B tidak ditemui warna jernih disekeliling bakteri menandakan
bakteri tidak menghasilkan enzim amilase sebagai pemecah amilum.
b. Uji Hidrolisis Protein
Pada pengujian hidrolisis protein diketahui menggunakan medium SMA yang bahan
dasrnya merupakan susu yang mengandung banyak sekali protein. Sedangkan protein
sendiri adalah molekul yang sanagat besar tersususn atas asam amino yang dikaitkan
dengan ikatan peptida (Volk&Wheeler, 1998). Bila suatu bakteri menghidrolisisn
protein, maka pada daerah tersebut akan muncul daerah jernih di sekitae koloni bakteri
tersebut (Wahyu, 2010).
Pada koloni bakteri A, diketahui kemampuan hidrolisis protennya rendah. Hal
ini dikarenakan pada bakteri A hanya menghasilkan sedikit enzim protease sebagai
pemecah lemak. Sedangkan pada Bakteri B tidak muncul bercak bening menunjukkan
bahwa bakteri tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease. Proses
terpecahnya gugus protein menjadi asam amino disebut dengan peptonisasi atau
proteolisis. Pengurain protein oleh enzim protease dapat menghidrolisiskan ikatan
peptida hingga dapat melepas masing-masing asam amino sehingga asam amino dapat
diserap ke dalam sel. (Volk&Wheelwe). Protease merupakan enzim penghidrolisis
protein, yaitu enzim yang memutus ikatan peptida pada rantai protein sehingga
dihasilkan asam amino atau peptida berantai pendek (Wahyu, 2010)
c. Uji Hidrolisis Lemak
Medium yang digunakan pada uji hidrolisis lemak ini adalah medium NAL (Nutrien
Agar Lemak). Medium ini mengandung 1% lemak mentega atau minyak zaitun dan
indikator Neutral Red. Berdasarkan data pengamatan, koloni bakteri A dan B memiliki
kemampuan tinggi dalam menghidrolisis lemak. Kemampuan menghidrolisis lemak ini
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada bagian bawah koloni bakteri, hal
ini berarti terjadi penurunan pH medium. Koloni bakteri A dan B memberikan hasil
yang sama, semakin banyak bakteri yang diinokulasikan berarti semakin besar
metabolisme yang terjadi di dalam medium sehingga hidrolisis lemak juga semakin
besar karena untuk memenuhi kebutuhan hidup bakteri dan sebaliknya.
Menurut Gaman (1981) lemak merupakan campuran trigleserida yang terdiri
atas 1 molekul gliserol yang berikatan dengan 3 molekul asam lemak. Lemak memiliki
sifat antara lain: tidak larut dalam air, bila dipanaskan akan terjadi perubahan pada titik
cair, titik asap dan titik nyala, serta plastis dan bentuknya mudah berubah-ubah bila
mendapat tekanan, bisa mengalami ketengikan, dan reaksi dengan alkali akan
membentuk sabun dan gliserol. Kemampuan bakteri untuk menghidrolisis lemak
dikarenakan pada tubuh bakteri dihasilkan enzim lipase. Enzim lipase ini termasuk
golongan ester yaitu esterase. Dimana enzim ini memiliki kemampuan menghidrolisis
lemak dan memecahkan menjadi 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et
al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.

Gaman. M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek (Teknik dan prosedur
dasar laboratorium). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Volk, Wesley A., dan Wheeler, Margaret F.. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

Wahyu, Febi. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum Identifikasi Bakteri Melalui Uji
Biokomia.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai