ANALISA STRUKTUR
2.1. Umum
Analisa struktur pada bangunan Losmen yang berlokasi di Sumba. Pulau
Sumba ini dengan berbasis elemen hingga (finitie elemen) untuk berbagai
kombinasi untuk berbagai kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati,
beban hidup, dan beban gempa dengan pemodelan struktur 3‐D (space frame).
Pemodelan struktur dilakukan dengan Program ETABS v2013 (Gambar 2.1).
Dengan bentuk struktur yang relatif beraturan dan simetris, maka analisis
terhadap beban gempa akan menggunakan cara respon spektrum. Struktur
bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang
berlaku yaitu SNI 1726‐2012 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan
batas (ultimate- strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap
energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.
Gambar 2.1 Perangkat Lunak ETABS 2013 yang digunakan dalam Analisa Struktur
14
2.2. Peraturan dan Standar
Kriteria desain yang akan dijabarkan yaitu syarat‐syarat/peraturan‐peraturan,
misalnya untuk material struktur seperti : material beton dan baja harus mengacu
pada standard/peraturan yang sesuai untuk kondisi di Indonesia.
a. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
Lain (SNI 03-1727-2013)
b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 03‐1726‐2012).
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03‐
2847‐2013).
b. Mutu Bahan
- Beton f’c = 31 MPa
- Baja Tulangan Polos fy = 240 MPa
- Baja Tulangan Ulir fy = 420 MPa
c. Modulus Elastisitas dan Modulus Geser
- Baja Es = 2 x 105 MPa
- Beton Ec = 4700 √𝑓 ′ 𝑐 (MPa)
15
2.3.2 Definisi Material
Seluruh Material yang digunakan tersebut kemudian didefinisikan pada
perangkat lunak ETABS. Pendefinisian tersebut disajikan pada Gambar
2.2 berikut.
Gambar 2.2 Definisi Material Beton Bertulang pada ETABS (Satuan : kN, mm)
16
Gambar 2.3 Definisi Balok (Satuan : mm)
Contoh input data balok B1A 550/300 seperti pada Gambar 2.5, sedang untuk
kolom K1 500/500 seperti Gambar 2.6
17
Gambar 2.5 Input Data Balok B1A 550/300 pada ETABS (Satuan : m)
18
Gambar 2.7 Definisi Pelat (Satuan : mm)
19
2.5. Pemodelan Struktur Dimensi
20
Gambar 2.11 Denah Balok, Kolom-Pelat Lt.-2 El. +7.1
21
b. Beban – beban Vertikal
Asumsi perencanaan :
1. Reduksi beban hidup untuk mencari beban gempa juga
dilakukan sesuai peraturan. Begitu pula reduksi beban hidup
untuk dikombinasikan dengan beban lainnya.
2. Pusat massa dihitung berdasarkan massa kumulatif pada level yang
ditinjau.
3. Beban terbagi merata pada tiap lantai sesuai dengan ketentuan
yang diuraikan di atas.
4. Beban terbagi merata pada pelat lantai didistribusikan ke
balok‐balok berdasarkan teori “yields line”, sedangkan beban
yang langsung bekerja pada balok seperti beban dinding
ditempatkan pada frame balok.
c. Beban – Beban Horizontal
Asumsi perencanaan :
1. Beban horizontal yang diperhitungkan dalam disain struktur
bangunan ini, yaitu beban gaya gempa.
2. Sesuai dengan yang disyaratkan dalam peraturan, maka ditinjau
beban gempa penuh 100% dalam tiap‐ tiap arah utama bangunan
dan secara bergilir bersamaan dengan 30% beban gempa dalam
arah tegak lurus pada arah pertama.
22
pengali berat sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, seperti pada
Gambar 2.12.
Beban mati tambahan yang bukan merupakan elemen struktur seperti finishing
lantai, dinding, partisisi, dll., dihitung berdasarkan berat satuan (specific gravity)
menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03‐1727‐
1989‐F) sebagai berikut :
23
Penutup lantai dari semen
6 Portland, teraso, dan beton, 24 kg/m2
tanpa adukan, per cm tebal
Dinding direncanakan (bata
7 250 kg/m2
merah tebal 10 cm)
24
4. Beban Hidup
Beban yang diakibatkan oleh orang atau peralatan yang bergerak sifat sementara
yang mem bebani struktur. Beban hidup yang dipertimbangkan adalah beban
merata akibat aktivitas fungsi bangunan yang didasarkan pada Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
Dak atap (Atap datar, berhubung, dan lengkung)
Beban hidup yang bekerja pada dak atap adalah 0,96 kN/m2
Ruang kelas (Kursi dapat dipindahkan)
Beban hidup yang bekerja pada Ruang kelas adalah 0,96 kN/m2
Koridor (Semua ruang kecuali tangga)
Beban hidup yang bekerja pada koridor adalah 0,96 kN/m2
5. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang disebabkan oleh bergeraknya tanah akibat
proses alami. Beban gempa rencana yang digunakan adalah respon spektra untuk
wilayah tempat gedung hotel ini berada. Respon spektrum merupakan grafik respon
maksimum (perpindahan, kecepatan, percepatan maksimum ataupun besaran yang
diinginkan) dari fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan sistem berderajat
kebebasan tunggal (Mario Paz, 1985). Untuk menentukan respon dari suatu grafik
respon spektrum untuk suatu pengaruh tertentu, kita hanya perlu mengetahui
frekuensi atau periode natural dari sistem tersebut. Respon spektra yang diambil
adalah respon gempa kota Ternate yang sesuai dengan SNI 1726-2012 tentang
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Grafik
respon spektrum Kota Ternate dapat diperoleh dari website puskim dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Website Pusat Pengembangan dan Penelitian Pemukiman dibuka
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, kemudian
muncul tampilan seperti pada Gambar 2.13. Setelah itu, ganti jenis input dari
koordinat menjadi nama kota seperti pada Gambar 2.14.
25
Gambar 2.13 Tampilan Awal Website Pusat Pengembangan dan Penelitian Pemukiman
Gambar 2.14 Mengisi Nama Kota Pada Website Pusat Pengembangan dan Penelitian
Pemukiman
26
Hasil dari gempa kota Sumba, seperti tersaji di dawah ini :
Gambar 2.15 Hasil Dari Kota Sumba Pada Website Pusat Pengembangan dan Penelitian
Pemukiman
Gambar 2.16 Hasil Dari Kota Sumba Tanah Sedang Pada Website Pusat Pengembangan
dan Penelitian Pemukiman
27
Sesuai dengan tipikal jenis tanah hasil pengujian geoteknik, hotel berada diatas
kondisi tanah sedang. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai persyaratan spesifikasi
kategori jenis tanah ini dapat dilihat dalam peraturan.
Tingkat kepentingan suatu struktur terhadap bahaya gempa dapat berbeda‐beda
tergantung pada fungsinya. Oleh karena itu, semakin penting struktur tersebut maka
semakin besar perlindungan yang harus diberikan. Faktor Keutamaan (I) dipakai untuk
memperbesar beban gempa rencana agar struktur mampu memikul beban gempa dengan
periode lebih panjang atau dengan kata lain dengan tingkat kerusakan yang lebih kecil.
Gambar 2.17 Tabel 1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk
Beban Gempa
28
Dari tabel di atas, untuk jenis bangunan h o t e l (hunian) digolongkan dalam
gedung apartemen/rumah susun yang memiliki faktor keutamaan I = 1,0.
Dalam prosedur SNI 1726‐2012, struktur bangunan tahan gempa pada prinsipnya
direncanakan terhadap beban gempa yang direduksi dengan suatu factor modifikasi
struktur (faktor R) yang merepresentasikan tingkat daktilitas yang dimiliki oleh
struktur. Hal ini dimaklumi karena untuk merencanakan bangunan yang tahan terhadap
beban gempa elastis merupakan suatu yang mahal.
Gambar 2.19 Hasil Respon Spectrum Puskim Untuk Kota Sumba Dengan Tanah Sedang
29
Gambar 2.20 Input Pada ETABS Respon Spectrum Puskim Untuk Kota Sumba Dengan
Tanah Sedang
30
Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam koordinat global
R = faktor reduksi gaya gempa (Struktur Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen
Menengah, maks nilai R = 5)
Data mass source dan pemasangan diafragma tersaji pada Gambar 2.23 dibawah
ini :
31
Gambar 2.23 Pemasangan Diafragma
6. Beban Angin (W)
Beban angin dihitung berdasarkan geometrinya dengan memperhitungkan hisap
dan tekan angin, beban angin dapat dihitung sebagai berikut:
Angin tekan
P= 0,250 kN /m2
Angin Hisap
P= 0,250 kN /m2
32
Tekanan angin tekan W = Kt * L * T * P= -2,160 kN
Kemudian beban angin yang telah dihtung diilustrasikan seperti pada gambar
berikut :
Kombinasi 1 : 1,4D
33
2.9. Tahap Analisis Struktur
Setelah seluruh elemen struktur, beban‐beban, dan kondisi batas didefinisikan,
maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis struktur. Berdasarkan jenis struktur
dan definisi‐definisi sebelumnya, pada pilihan jenis analisis dipilih space frame
dengan derajat kebebasan 6. Hasil hasil analisis dengan kondisi tersebut tersaji
pada Gambar 2 . 2 5 sampai Gambar 2.31 berikut :
34
Gambar 2.27 Deformasi Akibat Beban Gempa Arah X (Mode 2)
35
Gambar 2.29 Bidang Momen Sumbu 3-3
36
Gambar 2.31 Bidang Axial
37