1. Definisi
Gambar 1. Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal. Kanan :gambar sendi lutut yang mengalami
osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)
2. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu osteoartritis
primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik,
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga
mudah rusak. Sedangkan osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang
didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan
makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti
obesitas dan sebagainya.
Pada osteoartritis primer / generalisata yang pada umumnya bersifat
familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang
distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP).
3. Epidemiologi
Distribusi osteoarthritis cukup luas di sluruh dunia dan mengenai
populasi yang cukup banyak. Di inggris dan Wales, sekitar 1,3 sampai 1,75
juta orang mengalami osteoarthritis. Osteoarthritis menyebabkan disabilitas
nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler.
Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita osteoartritis. Osteoartritis
menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab
ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.
Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun
menderita osteoartritis.5 Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari
osteoartritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga
dan lingkungan.
Di Indonesia, osteoartritis merupakan penyakit reumatik yang paling
banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan
data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan
osteoartritis di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko Osteoartritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormon,
jenis kelamin, penyakit otot, lingkungan.
a. Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan
karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan
kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. Rata – rata laki – laki
mendapat osteoartritis sendi lutut pada umur 59 tahun dengan puncaknya
pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya
pada usia 65 – 74 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang
dari 45 tahun osteoartritis lebih sering terjadi pada pria dari wanita.
c. Suku bangsa (Ras)
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun
terdapat perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis.
Orang kulit putih cenderung lebih sering terkena Osteoartritis
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi pada kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan
dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
osteoartritis sendi lain, diduga terdapat factor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung
koroner, diabetes melitus dan hipertensi.
f. Cedera sendi (trauma)
Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh
seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih
tinggi. Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut.
g. Pekerjaan
Penelitian menyebutkan bahwa pekerja yang banyak membebani
sendi lutut akan mempunyai risiko terserang osteoartritis lebih besar
dibanding yang tidak banyak membebani lutut.
h. Olah raga Berat
Osteoartritis juga behubungan dengan berbagai olah raga yang
membebani lutut dan atau panggul, seperti lari maraton, sepak bola dan
sebagainya.
5. Patogenesis
Pada osteoartritis terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi
yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang
subkondral. Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau
beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda.
Osteoartritis lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti
instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri
lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps
yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk
melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan
quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps
pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita osteoartritis lutut.
Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang
bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada osteoartritis adalah sebagai berikut:
a. Degradasi rawan
Perubahan yang mencolok pada osteoartritis biasanya dijumpai di
daerah tulang rawan sendi yang mendapatkan beban. Pada stadium awal,
tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi seiring dengan
perkembangan osteoartritis permukaan sendi menipis, tulang rawan
melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal
(fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang.
Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan
perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam
kemampuannya menahan stres mekanik. Semua kartilago secara metabolis
aktif, dan kondrosit melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon).
Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler. Proses degradasi yang
timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi)
dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi,
pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini
dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15
tahun, sedang yang lambat 20 – 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi
menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi.
b. Osteofit
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi.
Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral.
c. Sklerosis subkondral
Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sclerosis
(pemadatan/ penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai
rusak).
d. Sinovitis
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus
terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat
immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat
meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-
macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat
proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari
cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan
didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan
kantong yang disebut kista subkondral. Osteoarthritis sendiri tidak dapat
disembuhkan. Namun, penanganan yang tepat penting untuk membantu
mengatasi rasa nyeri, memperbaiki kemampuan bergerak dan beraktivitas,
serta menghambat perkembangan osteoarthritis.
e. Manifestasi klinis
Pada umumnya pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-
keluhannya sudah berlangsung lama tetapi berkembang secara perlahan-lahan
a. Nyeri sendi
Keluhan ini mrupakan keluha utama yang membawa pasien adatang ke
dokter (meskipun sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Nyeri pada osteoarthritis juga dapat berupa penjalaran misalnya
pada osteoarthritis servical dan lumbal. Osteoarthritis lumbal yang
menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di
betis yang biasa disebut claudicatio intermitten
b. Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya makin tambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan makin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan
dan menjadi kontraktur ambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerak) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja)
c. Kaku
Pada beberapa pasien, kaku sendi dapat timbul setelah imobilisasi (seperti
duduk lama atau bahkan setelah bangun tidur)
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang terdengar) pada sendi yang sakit. Dengan
bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu. Gjala ini muncul karena gesekan kedua permkaan tulang endi
pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi
e. Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya
tak banyak (< 100 cc). sebab lain karna adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi
f. Tanda peradangan
Tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang meata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda tersbut tidak
menonjol dan timbul belakangan, sering kali dijumpai di lutut,
pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki
g. Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, gaya
berdiri dan perubahan pada tulang dan perubahan permukaan sendi
g. Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gambaran klinis dan
radiologis. Gambaran klinis berupa nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku,
krepitasi, pembengkakan sendi, tanda peradangan, deformitas sendi yang
permanen, perubahan gaya berjalan. Gambaran radiologis berupa
penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban), peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral,
kista tulang, osteofit pada tepi sendi, perubahan struktur anatomi sendi.
h. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami osteoartritis
adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi
sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih
parah. Penatalaksanaan osteoartritis terdiri dari terapi non obat (edukasi,
penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal
dan tindakan bedah.
a. Terapi Non Farmakologis
Edukasi
Agar pasien mengetahui seluk beluk penyakitnya, bagaimana
menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya
tetap dapat digunakan
Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi melatih pasien agar persendiannya tetap dapat digunakan
sehingga pasien dapat mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan
penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan rehabilitasi dianjurkan
latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi
dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang
tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien
yang sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera
mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat
pembedahan
Penurunan berat badan
Untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang osteoarthritis
karena berat badan berlebih merupakan factor yang memperberat
osteoarthritis.
b. Terapi Farmakologis
Analgesic oral non opiat
Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada
penderita osteoartritis dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena
cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada
pasien usia tua.
Analgesik topical
Krim pengurang rasa sakit diaplikasikan pada kulit di atas sendi
dapat mengurangi nyeri ringan pada arthritis. Contohnya termasuk
capsaicin, salycin, metil salisilat, dan mentol.
Saat ini juga ada sebuah lotion anti-inflamasi, diclofenac, dan
pada osteoarthritis.
c. Terapi Bedah
Bagi penderita dengan osteoartritis yang sudah parah, maka
operasi merupakan tindakan yang efektif. Operasi yang dapat dilakukan
antara lain:
- Artroplasti: operasi menggantikan sendi yang rusak dengan sendi baru
yang terbuat dari bahan metal.
- Arthroscopic debridement dan joint lavage: menggunakan alat kecil
yang dimasukan ke dalam rongga sendi untuk membersihkan tulang
rawan yang rusak
- Osteotomi: operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang
sehingga posisi dan letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi rasa
nyeri pasien.
Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi
osteoartritis, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat
diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif
harus dipersiapkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA