Cedera Kepala Berat
Cedera Kepala Berat
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Cedera kepala berat adalah cedera dengan skala koma glasgow 3 – 8 atau
Cedera kepala berat adalah cedera kepala dimana otak mengalami memar
dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi , pasien berada pada periode tidak
Cedera kepala berat atau memar otak terjadi perdarahan di dalam jaringan
otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron
berat adalah cedera dengan skala koma glasgow 3 – 8, dimana otak mengalami
B. Penyebab
perkelahian, jatuh dan cedera olah raga, peluru atau pisau pada cedera kepala
C. Gambaran klinik
dan/ atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam, kontusio serebral, laserasi, hematoma
intrakranial, dan skala koma glasgow 3 - 8 ( Hudak & Gallo, 1997: 226 ).
Sedangkan gejala lain yang lebih khas adalah pasien terbaring, kehilangan
gerakan, denyut nadi lemah, pernapasan dangkal, kulit dingin dan pucat, defekasi
dan berkemih tanpa disadari, tekanan darah dan suhu subnormal ( Smeltzer, S.C
D. Anatomi Patologi
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang. Pelindung lain
yang melapisi otak adalah meningen yang terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater,
araknoid, dan piameter. Sedangkan sifat anatomis yang paling penting dalam
tengkorak menjadi pelindung terhadap trauma yang lebih berat ia dapat berubah
1. Hematoma epidural
Timbul setelah ruptura dari salah satu dari arteri meningea media yang
ada diantara durameter dan tulang tengkorak. Dalam hal ruptura, biasanya
ada fraktur tulang tengkorak dan bersifat perdarahan arteri maka hematoma
yang progresif dan terjadi beberapa menit sampai beberapa jam sesudah
trauma.
2. Hematoma Subdural
terjadi pada trauma dapat merobek beberapa vena halus pada tempat dimana
ruang subdural.
3. Luka Parenkim
tempat benturan atau tempat yang berlawanan dengan tempat benturan. Otak
pada bagian yang tidak rata dalam tengkorak, misalnya sayap tulang sphenoid
dan tepian tulang orbita, yang menimbulkan cedera pada kutub frontal dan
temporal serta pada qirus orbitofrontalis ( Robbin & Kumar, 1995 : 492 ).
dikompensasi oleh sistem vena dan cairan serebrospinal. Apabila tekanan terus
meningkat, aliran darah otak akan turun dan terjadi perfusi yang tidak adekuat. Ini
akan menyebabkan meningkatnya pCO2, turunnya pO2 dan pH. Keadaan ini akan
E. Patofisiologi
Cedera kepala dapat terjadi karena cedera kulit, kepala, tulang kepala,
jaringan otak, baik terpisah maupun seluruh. Faktor yang mempengaruhi luasnya
cedera kepala adalah lokasi dan arah dari penyebab benturan, kecepatan kekuatan
yang datang, permukaan dari kekuatan yang menimpa, kondisi kepala ketika
mendapat benturan.
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai gegar otak luka
terbuka dari tengkorak disertai kerusakan otak. Luasnya luka bukan merupakan
indikasi berat ringannya gangguan, pengaruh umum cedera kepala dari ringan
sampai berat ialah edema otak, defisit sesorik, dan motorik, peningkatan
intrakranial. Hal ini akan mengakibatkan perubahan perfusi jaringan otak dimana
kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak, iskemi otak dan hipoksia, ( Long,
B.C, 1996 : 203 ). Pada saat otak mengalami hipoksia tubuh berusaha memenuhi
dilatasi pembuluh darah. Pada cedera kepala berat hipoksia atau kerusakan otak
menyebabkan gangguan fungsi. Dari gangguan fungsi otak akan muncul berbagai
gejala antara lain penurunan fungsi nervus vagus yang akan membuat penurunan
fungsi otot menelan dan beresiko tinggi terjadi perubahan nutrisi kurang dari
Kerusakan otak yang di jumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2
cara yaitu 1) efek langsung trauma pada fungsi otak , 2) efek-efek kerusakan dari
disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek
jaringan otak oleh pengaruh kekuatan yang diteruskan ke otak dan oleh efek
tenaga kecil. Kerusakan fungsi neurologik terjadi pada tempat terbatas dan
disebakan oleh benda / fragmen tulang yang menembus dura pada tempat
tengkorak ) tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak dan menyebabkan kerusakan dan
gangguan sepanjang jalan yang dilewati karena jaringan lunak menjadi sasaran
kekuatan itu.
Efek sekunder trauma yang menyebabkan neurologik berat, disebabkan
oleh reaksi jaringan terhadap cedera. Setiap kali jaringan mengalami cedera
dan ekstrasel, ekstravasasi darah, peningkatan suplai darah ketempat itu dan
menit pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan
sangat peka terhadap cedera metabolik apabila suplai terhenti sebagai akibat
darah beredar yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu
Aktivitas dan istirahat yaitu merasa lemah, lelah, perubahan kesadaran, letargi.
2). Sirkulasi yaitu hipertensi, bradikardi, perubahan tekanan darah. 3). Pola
integritas ego yaitu perubahan tingkah laku, cemas, bingung, mudah tersinggung.
intensitas dan lokasi yang berbeda, wajah menyeringai, respon menarik pada
perubahan pola napas ( apnea diselingi hiperventi lasi ), stridor, ronki. Keamanan
Interaksi sosial yaitu afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
H. Fokus Intervensi
dengan nilai skala koma glasgow normal, pantau tekanan darah, evaluasi
dan atur suhu lingkungan sesuai indikasi, pantau pemasukan dan pengeluaran,
trakeobronkinal.
kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi, anjurkan
pasien untuk untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien sadar,
catat karakter, warna dan kekeruhan sekret, auskultasi suara napas, perhatikan
daerah hipoventilasi, pantau penggunan dari obat-obat depresan pernapasan.
Serta kolaborasi dapat dipantau GDA, lakukan ronsen toraks ulang, berikan
oksigen.
penurunan kekuatan.
berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti
prosedur invasi.
luka tepat waktu bila ada. Intervensinya adalah berikan perawatan aseptik dan
antiseptik, observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang
terpasang alat invasif, pantau suhu tubuh secara teratur, anjurkan untuk
sesuai indikasi.
batuk dan mengatasi sekresi, auskultasi bising usus, timbang berat badan
tinggikan kepala tempat tidur, berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam
waktu yang sering dengan teratur. Kolaborasinya yaitu konsultasi dengan ahli
informasi.
dan jadwal mengenai aktivitas, obat dan faktor penting, identifikasi sumber-
kelemahan otot.
mandiri.
tenang.
Intervensinya adalah kaji tipe, lokasi dan durasi nyeri, jelaskan patologis
terjadinya nyeri akibat daripada cedera, batasi daerah yang cedera, kaji
Corwin, E.J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Brahm V, Pedit,
EGC, Jakarta.
Doenges, M.E, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa EGC,
Jakarta.
Long, B.C, 1996, Perawatan Medikal Bedah Alih Bahasa YIAPKP, Yayasan
IAPK Pejajaran, Bandung.
Price, 1999, Fisiologi Proses Penyakit Edisi 4, Alih Bahasa Peter Anugrah,
ECG, Jakarta.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 juli 2004 pukul 08.30 WIB oleh
Romadoniyah diruang barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien.
Tn. B berumur 45 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan SD,
pekerjaan tani, agama Islam, suku bangsa Jawa / Indonesia, alamat Munggu
2/5 Petanahan, tanggal masuk 11 juli 2004, diagnosa medis cidera kepala
2. Riwayat Keperawatan.
Pasien pernah sakit maag dan dirawat di RSU. PKU Muhammadiyah
Petanahan. Pada tanggal 6 Juli 2004 mengalami kecelakaan lalu lintas dan
medis observasi CKB post kecelakaan lalu lintas, dengan gelisah, mual,
muntah. Kemudian masuk ICU, masuk ke barokah tanggal 11 juli 2004 pukul
maupun keturunan, tidak ada yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.
3. Pengkajian Fokus.
Pada saat dikaji pasien mengatakn sakit kepala, kadang-kadang nyeri
sedang, skala 5 (skala 0 – 10), lemas diseluruh tubuh, males untuk minum
obat. Dari penjelasan istri pasien, suaminya tadi pagi hanya makan ½ porsi
yang disediakan,gelisah, malam sering terbangun dari tidur. Istri pasien ingin
pulang dan merawat suaminya sendiri di rumah, tetapi belum tahu cara
kotor, menghitam, sela ibu jari kaki ke 1 dan 2 basah, kotor, ada jahitam yang
sudah menghitam. Pasien tampak lemah, terpasang kateter no 18, kuku kotor,
rambut dan kulit kotor. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/mt,
intrakranial.
kelemahan fisik.
lintas..
edema serebral.
di antara waktu tindakan, atur posisi datar dan kolaborasi pemberian obat
sesuai program.
pukul 07.15 WIB mengkaji kesadaran pasien, respon pasien skala koma
peraksila 37,3 oC. Pada pukul 11.15 WIB memberikan obat latrofil 400 mg
melalui oral, respon pasien mau minum obat dengan bujukan / motivasi.
Evaluasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 juli 2004 pukul 13.00
WIB adalah didapatkan data pasien mengatakan sakit kepala berkurang, ingat
kejadian / saat kejadian pasien ingin ke jetis,tapi tidak ingat hari dan
110/70 mmHg, nadi 72 x/mt, pernapasan 20 x/mt, suhu peraksila 37o C.Hal
ini berarti masalah perfusi jaringan serebral belum teratasi, dan rencana
tekanan intrakranial.
skala 3, pasien tampak rileks, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60 - 100
mengikuti, pada pukul 11.45 WIB memberikan obat Nicholas 500mg respon
subyektf pasien mengatakan nyeri masih ada, sedikit berkurang, data obyektif
wajah tampak lebih rileks, tidak memegangi kepala terus, bisa tidur, skala 4,
peraksila 37,5 oC, pada pukul 07.40 mengkaji skala nyeri respon pasien skala
Evaluasi pukul 12.30 WIB maslah nyeri teratasi sebagian dengan data
nyeri ( sakit kepala ) sedang, data obyektif pasien tampak lebih tenang, rileks,
pasien lebih banyak tidur, skala 4, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
kebutuhan personal hygiene sendiri, rambut bersih, kuku dan kulit bersih.
2004 pukul 08.40 WIB mengkaji kemampuan pasien responnya pasien mandi
dan gosok gigi dibantu istrinya, pukul 08.45 WIB mengkaji kebiasan pasien
minggu tanpa bantuan, evaluasi dari tindakan pukul 13.00 WIB masalah
belum teratasi dengan data subjektif istri pasien mengatakan suaminya tadi
pagi sudah diseka, gosok gigi, pentingnya menjaga kebersihan diri sudah
mengerti, data obyektif rambut masih kotor, kuku kotor, kulit juga kotor,
bagian kuku tangan, sedangkan kuku kaki akan memotong sendiri karena
mengatakan lebih nyaman setelah dipotong kukunya, lebih segar tadi pagi
2004 pukul 11.00 WIB mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
respon pasien dan keluarga belum tahu perawatan pasien hanya tahu untuk
dengan betadin, pasien ingin merokok terus, data obyektif istri pasien
mengikuti program yang dianjurkan, pasien masih susah untuk ikut program
kesehatan di rumah respon rumah pasien dekat dengan mantri, pada pukul
penjelasan.
Evaluasi pukul 12.30 WIB masalah teratasi dengan data istri pasien
lalu lintas.
24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria tidak terjadi tanda-tanda infeksi
pemberian antibiotik.
37,2 oC.Pukul 10.00 WIB memberikan perawatan luka dengan teknik septik
dan antiseptik respon luka ditelapak tangan atas kanan kering, jahitan tiga
menghitam, luka-luka ± 4 cm, luka ditelapak kaki dekat jari ke tiga sampai
jari ke lima kering, ada lima jahitan , kotor, luka disela ibu jari dengan jari ke
satu ada dua jahitan dan menghitam, pukul 11.45 WIB memberikan obat
tidak ada rubor, dolor, kalor, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 64 x/mt,
semua.
37,3 oC, pukul 09.00WIB memberikan perawatan luka dengan teknik septik
dan antisepti dan mengangkat jahitan respon luka di telapak tangan kanan
atas terdapat pus dijahitan ke dua, jahitan masih satu belum dilepas, luka
disela ibu jari kaki dan jari ke satu basah, kotor, jahitan dilepas semua.
Pukul 11.15 WIB memberikan obat latrofil 400 mg respon pasien sempat
menolak minum obat, tetapi dengan motivasi akhirnya pasien mau minum
obat.
luka ditangan ada pus, masih ada jahitan satu, luka ditelapak kaki kering
jahitan sudah dilepas, luka disela ibu jari kaki dan jari ke satu basah, kotor,