Anda di halaman 1dari 6

“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA

SAING SECARA GLOBAL ”

Nama : Hafiz Ibnu Tufal

Nomor Peserta : 30211126010344

Formasi : Teknik Jalan dan Jembatan Terampil

Nama Kelompok : Berjiwa Seni (4)

[Type here]
“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA SAING SECARA GLOBAL”

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
manusianya, memilik garis pantai sepanjang 99.093 kilometer, pulau sebanyak
17.504 pulau dan penduduk sebanyak 261.890.900 jiwa. Dengan kekayaan yang
dimiliki serta pengelolaan yang benar, Indonesia akan mampu bersaing dengan
negara maju maupun negara berkembang lainnya dalam persaingan global. Dikutip
dari World Economic Forum (WEF), pada tahun 2016 posisi Indonesia dalam
persaingan global turun menjadi peringkat 41 dari yang sebelumnya peringkat 37 pada
tahun 2015 . Hal ini diakibatkan beberapa isu seperti maraknya korupsi, inefisiensi
birokrasi pemerintah, infrastruktur yang terbatas, akses pendanaan, inflasi,
ketidakstabilan kebijakan, tingkat pajak dan lainnya. Namun ketika memasuki tahun
2017 Indonesia naik 5 peringkat menjadi peringkat 36, meningkatnya peringkat ini
disebabkan oleh fokusnya pemerintah dalam hal pembangunan infrastruktur di
berbagai daerah hingga kemudahan berinvestasi. Selain itu Indonesia juga
meningkatkan pembangunan pada bidang institusi, lingkungan makroekonomi,
kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan yang lebih tinggi dan pelatihan, efisiensi
pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan pasar uang, kesiapan
teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis serta inovasi.

Pembangunan dalam bidang infrastruktur memiliki peran yang sangat penting


dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan,
rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur juga memegang
peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing
global.

Pemerintah melalui Kementeriannya yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat bertanggung jawab atas pembangunan dalam bidang
infrastruktur. Sebagai bagian dari bidang infrastruktur, Kementerian PUPR
berkewajiban untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing
global melalui pelaksanaan pembangunan yang terpadu, efektif dan efisien dengan
memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan serta berlandaskan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki Rencana


Strategis yang dibuat setiap jangka waktu 5 tahun sekali. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA SAING SECARA GLOBAL”

Nasional, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat untuk periode 2015–2019 telah disusun sebagai dokumen
perencanaan dan acuan penganggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat untuk periode lima tahun mendatang.

Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memuat visi,


misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan, kerangka
regulasi, kerangka kelembagaan, serta kerangka pendanaan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
disusun berdasarkan pada Peraturan Menteri PPN/ Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015-2019.
Substansi Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015–
2019 merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. RPJMN
merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005–2025 sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 dan memuat
Agenda Prioritas Nasional Presiden Republik Indonesia ke-7.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dibantu oleh beberapa


pembantunya dalam membangun infrastruktur di Indonesia, salah satu Direktorat
Jenderalnya yaitu Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga. Ditjen Bina Marga
mempunyai tugas yaitu menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang penyelenggaraan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan program penyelenggaraan jalan, Kementerian PUPR melakukan
beberapa kegiatan yaitu :

1. Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional


2. Dukungan Manajemen, Koordinasi, Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan
3. Pengaturan dan Pembinaan Pengembangan Jaringan Jalan
4. Pengaturan dan Pembinaan Pembangunan Jalan
5. Pengaturan dan Pembinaan Preservasi Jalan
6. Pengaturan dan Pembinaan Penanganan Jembatan
7. Pengaturan dan Pembinaan Fasilitasi Jalan Daerah, Metropolitan, Kota Besar dan
Bebas Hambatan
8. Pengaturan, Pengusahaan dan Pengawasan Jalan Tol
“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA SAING SECARA GLOBAL”

Secara umum, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Sedangkan jembatan adalah suatu struktur yang berfungsi untuk melewatkan
kendaraan atau orang melalui suatu hambatan, yang dapat berupa sungai atau jalan
atau lainnya seperti lembah, jalan, kereta api, dan harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga tujuan dan fungsinya dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Dari pengertian tersebut, jalan dan jembatan merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Jalan dan jembatan berfungsi sangat penting untuk memerangi
kebodohan, keterisoliran, serta mengurangi disparitas pembangunan ekonomi di
indonesia serta menjadi tulang punggung dalam pergerakan ekonomi dan daya saing
nasional, selain itu juga jalan merupakan urat nadi dalam kehidupan politik, sosial-
budaya dan pertahanan keamanan nasional.Kualitas infrastruktur jalan di Indonesia
dalam mendukung konektivitas dan daya saing saat ini berada pada tren yang cukup
positif. Berdasarkan penilaian dari Global Competitivness Index, kualitas infrastruktur
jalan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Perlu
adanya terobosan dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan untuk menjaga tren
positif kualitas infrastruktur jalan di Indonesia, sehingga mampu mencapai nilai yang
lebih baik pada tahun-tahun berikutnya.

Percepatan penyediaan infrastruktur jalan yang berkualitas menjadi salah satu


upaya bagi Indonesia untuk dapat keluar dari negara middle income trap. Dukungan
konektivitas nasional dalam penguatan daya saing masih menghadapi beberapa
kendala. Kendala yang paling mendasar adalah kualitas daya saing infrastruktur jalan
yang masih rendah. Oleh karena itu para Insan PUPR harus selalu berpegang teguh
pada prinsip iProve (Integritas, Professional, Orientasi Misi, Visioner dan Etika) agar
permasalahan permasalahan yang ada dapat segera teratasi serta tidak akan
berulang di kemudian harinya.

Ditjen Bina Marga bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan jalan di


Kementerian PUPR. Pembangunan infrastruktur jalan harus memperhatikan secara
bersamaan 3 (tiga) aspek utama yang sangat penting, yaitu : ekonomi, sosial, dan
“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA SAING SECARA GLOBAL”

lingkungan (sebagai dukungan pembangunan bekelanjutan dan Pro Green). Siklus


penyelenggaraan jalan ( pembangunan jalan baru) yang dilakukan sesuai dengen
Permen 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan teknis jalan dan kriteria perencanaan
teknis jalan dan SE Dirjen Bina Marga No 07/Db/2014 tentang petunjung praktis
pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yaitu :

1. Perencanaan Umum
Perencanaan umum yaitu kesesuaian tata ruangnya terhadap rencana
pembangunan dalam skala nasional. Provinsi maupun tata kotanya.
2. Perencanaan Teknis Awal
Dalam perencanaan teknis awal harus melakukakn studi kelayakan, penyusunan
dokumen lingkungan, dokumen andalalin dan dokumen perencanaan pengadaan
tanahnya.
3. Perencanaan Teknis Akhir
Pembuatan DED yang terintegrasi dengan rekomendasi RKL/ UKL – RPL/ UPL
dan Audit Keselamatan Jalan.
4. Pra Konstruksi
Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, implementasi RKL/ UKL, rencanaan
pengadaan lahan dan pembebasan lahan sudah harus sesuai dengan prosedur
dan standar yang diterapkan.
5. Konstruksi
Ketika masa konstruksi sudah berjalan, spesifikasi bahan, kesesuaian alat
konstruksi, tata cara pelaksanaan konstruksi, mobilisasi, serta pengawasan
dampak lingkungan sudah harus memenuhi standar SNI yang berlaku. Tidak
boleh ada tolerir sedikitpun dalam hal tersebut karena akan berpengaruh sangat
besar terhadap kekuatan struktur serta usia struktur dan kelaiakan strutktur
tersebut.
6. Pasca Konstruksi
Setelah masa konstruksi selesai tanggung jawab Ditjen Bina Marga tidak serta
merta selesai juga, melainkan harus menjalakan / melakukan operasional jalan/
jembatan tersebut, melakukan pemeliharaan, pengimplementasian RKL/ UKL-
RPL/ UPL serta pemantauan dan pelaporan.
7. Evaluasi Pasca Kegiatan
Evaluasi kinerja dan masukan kebijakan untuk peningkatan kinerja masa datang
“INDONESIA MENUJU PERINGKAT SATU DALAM DAYA SAING SECARA GLOBAL”

Untuk melengkapi agenda NAWA CITA yaitu membangun indonesia dari


pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara
Kesatuan dan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar profesional,
maka Ditjen Bina Marga juga menerapkan kebijakan-kebijakan untuk tahun 2015-
2019 yaitu :

1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda.


2. Mempercepat pembangunan transportasi mendukung sistem logistik nasional.
3. Melakakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.
4. Membangun kaitan sistem dan jaringan transportasi dengan investasi untuk
mendukung koridor ekonomi, kawasan industri prioritas, sistem logsitik
nasional, kawasan strategis pariwisata nasional prioritas dan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.

Kebijakan tersebut dibuat agar Renstra Kementerian PUPR tahun 2015-2019


dapat tercapai semua sehingga tidak ada perbedaan dukungan jaringan jalan nasional
terhadap pusat kegiatan nasional, pelabuhan, bandar udara, ASDP, terminal,
pelabuhan, industri, pariwisata pada kawasan indonesia bagian barat dan kawasan
indonesia bagian timur. Untuk mendukung agar Indonesia mampu menjadi peringkat
satu dalam persaingan global dibutuhkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat
serta ASN yang memadai. Selain itu juga diperlukan sinkronisasi antara Kementerian
PUPR dengan lembaga lembaga terkait.

Anda mungkin juga menyukai