Anda di halaman 1dari 11

Produksi Cairan Obat Luar

Penerimaan Bahan Penimbangan Pencampuran Filling


Baku Awal Akhir

Pengemasan Pengemasan Pengemasan


Primer Sekunder Tersier

Produksi Injeksi

Penerimaan Bahan Penimbangan Sterilisai Alat dan Pencampuran


Baku Awal Kemasan

Filling Sterilisai akhir


Penyaringan produk

Pengemasan Pengemasan
Pemeriksaan Visual
Sekunder Tersier

Produksi Kapsul

Penerimaan Bahan Penimbangan Pembuatan Kapsul Pemeriksaan


Baku Visual

Pengemasan Pengemasan
Polishing Pengemasan Primer
Sekunder Tersier
Produksi Kapsul Lunak

Penerimaan Bahan Penimbangan Pembuatan massa Pelelehan gelatin


Baku Awal tambahan
cangkang

Encapsulasi Pengeringan
Pencampuran

Pengemasan Pengemasan
Pengemasan Primer
Sekunder Tersier

Produksi Syrup dan Suspensi

Penerimaan Bahan Penimbangan Mixing awal Mixing akhir


Baku

Penyaringan Filling dan Pengemasan


Larutan penutupan Primer

Pengemasan Pengemasan
Sekunder Tersier
Produksi Syrup Kering (Betalaktam)

Penerimaan Bahan Penimbangan Mixing awal Mixing akhir


Baku

Filing dan Pengemasan Pengemasan


Pengemasan Primer
Penutupan Sekunder Tersier

Produksi Kaplet (Betalaktam)

Penerimaan Bahan Penimbangan Mixing awal Pencetakan


Baku

Pengemasan Primer Pengemasan Pengemasan


Sortir
(Stripping) Sekunder Tersier
Alur Pengolahan Pure Water (Air Murni)

Air tanah Tangki air Tangki air Tangki air Tangki air
1 2 3 4

Tangki Tangki Tangki Tangki Tangki


karbon aktif catridge softener karbon aktif filter
filter 5 µ multimedia

Silica Tangki Break tank Membran EDI module


removal catridge filter

Distribusi UV Storage tank UV


desinfectan desinfectan

Sumber air untuk air murni ini berasal dari air tanah dengan kedalaman 120 meter. Air tanah
ini di alirkan ke tangki 1 dengan kapasitas 6000 liter menggunakan pompa. Sebelum masuk
ke tangki 1 air dialirkan ke pipa static mixer. Dalam static mixer ada penambahan klorin
untuk menghilangkan bakteri, dengan pembubuhan 70 tetes selama 30 detik atau setara
dengan 1,5 ppm. Pada tangki 1 telah terjadi proses klorinasi, dari proses koagulasi akan
terjadi penggumpalan menjadi flok-flo. Flok yang besar akan mengendap ke bawah tangki 1.
Air dari tangki 1 selanjutnya dialirkan ke tangki 2, flok flok besar akan mengandap ke bawah
tangki 2 dan tidak ada proses koagulasi. Hal serupa terjadi sampai dengan tangki 4.
Pemeliharaan ke empat tangki air ini dilakukan dengan cara dikuras setiap 2 bulan sekali
untuk membersihkan endapan, dan endapan tersebut dibuang ke TPS B3. Air yang berasal
dari tangki 4 selanjutnya dilirkan ke tangki filter multimedia dengan kapasitas 500 liter, yang
didalamnya berisikan media karbon aktif, pasir aktif dan zeolite. Pemeliharaan pada tangki
ini dengan melakukan backwash selama 30 menit setiap harinya. Proses dilanjutkan ke tangki
karbon aktif berkapasitas 500 liter dan hanya berisikan karbon aktif dari tempurung kelapa.
Pemeliharan dari tangki ini dengan menggunakan uap panas 100 derajat celcius setiap 3
bulan sekali. Selanjutnya air masuk ke tangki softener fungsinya untuk menghilangkan
kesadahan dan logam berat pada air, pada tangki ini menggunakan resin. Pemeliharaan pada
resin ini menggunakan NaCl untuk regenerasi setiap 3 hari sekali, proses regenerasi selama 3
jam. Setelah air melewati tangki softener, air masuk kedalam catridge filter 5µ, lalu masuk ke
proses berikutnya yaitu membran silica removal agar kandungan silica hilang. Dalam proses
ini terdapat 2 layer dengan masing-masing 4 membran, pada tahap ini bisa menghilangkan
99,9 % bakteri, partikel, dan logam. Terdapat sensor untuk mengetahui biofilm yang melebihi
hal ini dapat dihilangkan dengan pH adjustment yaitu NaOH 48 %. Bila terdapat kerak maka
dihilangkan dengan anti scalant. Jika masih ada klorin maka dihilangkan dengan
sodiummetabesulfit dalam hal ini terjadi reaksi redoks sehingga hasilnya bikarbonat, bila
hasil daya hantar listrik lebih dari 35 µS/cm air akan langsung dibuang ke badan air. Proses
selanjutnya air akan masuk ke catridge filter 3µ, lalu air masuk ke break tank dengan
kapasitas 1000 liter. Air masuk ke membrane RO ke 2 dimana terdapat 2 layer yang masing-
masing memiliki 3 membran. Dalam proses ini 0,01 % menghilangkan mineral, ion positif
dan negatif dalam proses ini air sudah menjadi air murni. Proses selanjutnya air masuk ke
EDI module (elektro diionisasi) . fungsinya untuk menghilangkan ion agar tidak terjadinya
ikatan-ikatan. Kemudian air masuk ke UV desinfeksi untuk menghilangkan bakteri yang
ditakutkan masih ada dalam proses sebelumnya, lalu air masuk ke tangki penyimpanan
dengan kapasitas 10.000 liter. Sebelum didistribusikan kepada user point dan sub looping, air
murni melewati proses desinfeksi lagi dengan menggunakan sinar UV karena ditakutkan
bakteri tumbuh di tangki penyimpanan. Setelah itu air murni pun siap didistribusikan.
Pengolahan Limbah Cair Sisa Produksi

Non betalaktam Betalaktam

Penampungan Bak stabilisasi

Bak stabilisasi Penambahan


NaOH dan HCL
Penambahan
NaOH dan HCL

Bak Aerasi

Koagulasi

Sedimentas
i

Bioindikator

Filtrasi

Limbah cair non betalaktam merupakan hasil dari produksi soft kapsul, larutan, kapsul, sirup,
injeksi, laboratorium kimia, dan laboratorium mikrobiologi yang kemudian ditampung
terlebih dahulu pada penampungan berkapasitas 2.000 liter. Sedangkan limbah cair
betalaktam adalah hasil dari pencucian baju, air bekas mandi, air bekas dust collector dan
lain-lain yang berhubungan dengan produksi betalaktam. Air limbah betalaktam ditampung
pada bak stabilisasi 1 dengan kapasitas 3 m3 begitupun limbah non betalaktam setelah
ditampung pada bak penampungan sementara lalu dilairkan ke bak stabilisasi 1, namun bak
stabilisasi antara betalaktam dan nonbetalaktam terpisah. Di bak stabilisai 1 limbah cair
betaklaktam diberi perlakukan dengan penambahan NaOH agar pH naik menjadi 12 untuk
menghilangkan cincin beta, perlakuan ini dilakukan selama 2 jam. Setelah cincin beta hilang
pH diturunkan agar normal dengan menggunakan HCL. Pada stabiliasai 1 limbah cair non
betalaktam tidak diberi perlakuan. Lalu limbah non betalaktam dan betalaktam di satukan
pada proses stabilisai 2 di bak satbilisai dengan kapasitas 6000 m3 dan di diamkan selama 7
hari sampai pH normal. Berikutnya yaitu proses aerasi, limbah cair masuk kedalam bak aerasi
dengan kapasitas 60.000 m3, proses ini menggunakan bakteri aerob yang dibantu dengan
aerator dan penambahan nutrient untuk makanan bakteri dengan NPK sehingga bakteri
berkembangbiak dan tetap hidup. Pada tahap aerasi dilakukan pemeriksaan COD, bila kadar
COD memenuhi baku mutu maka akan dilanjutkan ketahap berikutnya, jika tidak sesuai baku
mutu limbah cair akan dikembalikan ke proses sebelumnya. Tahap selanjutnya yaitu proses
koagulasi dengan pembubuhan PAC sebagai koagulan, kemudian dari proses tersebut
terbentuk flok-flok. Flok tersebut diendapkan pada proses sedimentasi. Bak sedimentasi
terbagi menjadi 4 bak dengan kapasitas masing-masing 2500 m3 Air limbah dari tahap
sedimentasi masuk ke bak bioindikator yang didalamnya terdapat ikan, pada bak pertama
terdapat ikan lele, pada bak kedua terdapat ikan mujair dan pada bak ke tiga terdapat ikan
mas. Ikan tersebut sebagai biomonitoring untuk air limbah. Pemeriksaan untuk kualitas air
limbah dilakukan pada bak ke empat bioindikator. Lalu air limbah masuk ke filtrasi dengan
media karbon aktif, pasir, dan zeoit setelah itu air di buang ke badan air.
Pengolahan Air Injeksi

1. Air murni masuk ke proses menjadi air injeksi sebanyak


2. Air masuk kedalam proses destilasi, terdapat 5 kolom proses destilasi.
3. Air masuk ke kolom pertama sebesar 650 L, pada proses ini air dipanaskan dengan
uap yang berasal dari plate steam (boiler) dengan suhu pemanasan 160o . Hasil
pemanasan menghasilkan uap.
4. Uap yang dihasilkan dari kolom pertama masuk ke kolom 2, uap dipanaskan lagi
dengan suhu pemanasan 160oC .
5. Uap yang dihasilkan dari kolom ke 2 masuk ke kolom 3, uap dipanaskan lagi dengan
suhu pemanasan 160oC.
6. Uap yang dihasilkan dari kolom ke 3 masuk ke kolom 4, uap dipanaskan lagi dengan
suhu pemanasan 160oC.
7. Uap yang dihasilkan dari kolom ke 4 masuk ke kolom 5, uap dipanaskan lagi dengan
suhu pemanasan 160oC.
8. Dari kolom 5 masuk ke proses pendinginan, terdapat 2 kolom. Pada proses
pendinginan terjadi proses penyubliman uap menjadi air, pendinginan ini didinginkan
dengan air cheler 20 oC (proses penyumbliman), uap tadi setelah didinginkan berubah
menjadi air kembali.
9. Selanjutnya air ditampung kedalam tangki dengan kapasitas 3000 liter
10. Pada proses air injeksi ini suhu dijaga dengan suhu 70o - 90o, bila suhu turun maka
diberi uap lagi dengan proses double jacket. Maksud dari Double jacket jadi didalam
tangki terdapat 2 chamber. Dimana antara chamber pertama dan chamber kedua
terdapat celah, celah tersebut berisi air yang panas dengan suhu 70 oC - 90 oC, ketika
air injeksi mengalami penurunan suhu, maka air yang didalam tangki akan
memberikan efek panas pada air yang berada di chamber 2.
11. Selanjutnya air dididtribusikan ke produksi.

Pengolahan Air Bersih untuk Toilet dan Mushola


Air untuk kebutuhan di toilet dan mushola berbeda dengan air untuk proses
produksi. Sumber air yaitu air tanah dengan kedalaman 40-60 meter. Air dalam tanah
dipompa kemudian dialirkan menuju proses filtrasi dengan menggunakan media karbon aktif,
zeolite dan pasir. Kemudian air masuk kedalam tangki ke-1 dengan kapasitas 2000 m3.
Selanjutnya air dialirkan ke tangki ke-2, dari tangki ke-2 ada yang langsung dialirkan ke
toilet dan mushola yang berada di area belakang PT. Lucas Djaja, ada pula yang masuk
kedalam tabung filter air untuk dilakukannya lagi proses filtrasi yang kedua dengan
menggunakan media yang sama dengan yang sebelumnya hanya saja beda tabung filter.
Setelah itu air dialirkan ke tangki ke-3 dengan kapasitas yang sama 2000 m3 dan dilanjutkan
ke tangki ke-4. Dari tangki ke-4 air didistribusikan ke toilet dan mushola yang berada di
office, Laboratorium, ruang pengemasan dll. Tangki 1 hingga tangki 4 dilakukan pengurasan
setiap 2 bulan sekali dan yang melukannya yaitu bagian operator.
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Debit Air Bersih pada Sarana Air Kran
PT. Lucas Djaja

Volume Jumlah
Waktu Q Q xjml keran
No Area Wadah Sarana yg
(s) (liter/detik) (liter/detik)
(liter) berfungsi
1. Keran Mushola 1 20,76 15,58 0,75 2 1,50

2. Keran Mushola 1 12,27 15,58 1,27 2 2,54

3. Keran Mushola 2 7,97 15,58 1,95 6 11,73

4. Keran Wastafel Reseptionist 18,54 15,58 0,84 1 0,84


5. Keran Mushola lantai 2 4,67 15,58 3,34 3 10,01
6. Keran WC satpam diluar 8,96 15,58 1,74 1 1,74
Keran 1 WC wanita
7. 55,01 15,58 0,28 1 0,28
belakang
Keran 2 WC wanita
8. 10,62 15,58 1,47 1 1,47
belakang
Keran 2 WC wanita
9. 10,62 15,58 1,47 1 1,47
belakang
10. Westafel WC belakang 10,96 15,58 1,42 2 2,84
11. Keran wudhu 10,67 15,58 1,46 4 5,84

Jumlah 24 40,25

Sumber: Data primer terolah Mei 2015

Hasil Pengukuran Fe

Hasil Standar Baku Mutu


No Area
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (PMK No 32 Tahun 2017)

1. Mushola 0,078 mg/L 0,079 mg/L 0,079 mg/L


2. Toilet
0,043 mg/L 0,047 mg/L 0,045 mg/L
Satpam 1
1 mg/L
3. Toilet
0,129 mg/L 0,125 mg/L 0,122 mg/L
Satpam 2
4. PT. Marin 0,071 mg/L 0,074 mg/L 0,070 mg/L
Hasil Pengukuran Mn

Hasil Standar Baku Mutu


No Area
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (PMK No 32 Tahun 2017)
1. Mushola 0,14 mg/L 0,14 mg/L 0,15 mg/L
2. Toilet
0,05 mg/L 0,06 mg/L 0,05 mg/L
Satpam 1
0,5 mg/L
3. Toilet
0,14 mg/L 0,15 mg/L 0,15 mg/L
Satpam 2
4. PT. Marin 0,14 mg/L 0,15 mg/L 0,15 mg/L

Hasil Pengukuran Nitrat

Hasil Standar Baku Mutu


No Area
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (PMK No 32 Tahun 2017
1. Mushola 8,0 mg/L 8,0 mg/L 7,8 mg/L
2. Toilet
7,6 mg/L 8,0 mg/L 8,3 mg/L
Satpam 1
10 mg/L
3. Toilet
9,7 mg/L 9,5 mg/L 9,4 mg/L
Satpam 2
4. PT. Marin 9,3 mg/L 8,8 mg/L 8,2 mg/L

Hasil Pengukuran Nitrit

Hasil Standar Baku Mutu


No Area
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (PMK No 32 Tahun 2017
1. Mushola 4,9 mg/L 4,6 mg/L 4,8 mg/L
2. Toilet
21 mg/L 21 mg/L 21,1 mg/L
Satpam 1
1 mg/L
3. Toilet
9,7 mg/L 9,5 mg/L 9,4 mg/L
Satpam 2
4. PT. Marin 9,3 mg/L 8,8 mg/L 8,3 mg/L

Anda mungkin juga menyukai