Anda di halaman 1dari 4

Sejarah, Biografi, dan Kehebatan Ibnu Sina

Abu Ali al- Huseyn bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina atau yang lebih kita kenal dengan nama Ibnu
Sina juga populer di negara-negara Barat dengan nama Avicenna. Ia adalah seorang yang berbangsa Parsi.
Menurut Ibnu Abi Ushaybiah ia lahir pada tahun 375 H (980 M) , di desa Afshanah dekat kota
Kharmaitan Provinsi Bukhara. Desa tersebut dulunya termasuk wilayah Persia, namun sekarang
merupakan bagian dari Uzbekistan.

Ibnu Sina merupakan seorang tokoh filsafat, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir di zaman
keemasan peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks
ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India untuk selanjutnya dikembangkan demi kemaslahatan
umat. Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi.

1. Ibnu Sina, seorang jenius yang gemar belajar

fouman.com

Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah sejak kecil. Kecerdasannya
yang di atas rata-rata membuatnya sangat menonjol, sehingga seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke
dalam pekerjaan apapun selain belajar dan terus menimba ilmu. Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan
perhatiannya kepada aktivitas keilmuan.

Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu. Pendidikan awalnya ditempuh di tanah kelahirannya Bukhara dalam
bidang Bahasa dan Sastra. Selain itu, ia mempelajari juga Geometri, Logika, Matematika, Sains, Fiqh, dan Kedokteran
(pengobatan). Pada usia 10 tahun, ia telah hafal Al-Quran. Ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqh, perbandingan agama
(ushuluddin), tasawuf dan sebagainya juga sudah ia kuasai ketika usianya 10 tahun.

2. Ibnu Sina menuntut ilmu pada guru-guru ahli

panoramio.com

Ibnu Sina mempelajari ilmu fiqih dari seorang ulama besar bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat
yang tinggi, Ibnu Sina tidak keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat saat beliau
berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-Mages (ilmu
astronomi kuno) dan buku Ecludis (ilmu arsitektur).

Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara.
Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu
Sina berhasil menguasai filsafat.

3. Ibnu Sina produktif menulis


zhardem-smi.kz

Ibnu Sina juga seorang penulis yang produktif. Tidak kurang dari 450 buku telah ditulisnya, yang sebagian besar fokus pada
bidang filsafat dan kedokteran (pengobatan). Karena itu pula Ibnu Sina dianggap sebagai “Bapak Kedokteran Modern" dan
banyak sebutan lain yang disematkan kepadanya.

Ia mulai menulis pada usia 21 tahun, ketika berada di Khawarizm. Karya pertamanya yang berjudul “Al-Majmu" yang
mengandungi berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap. Nama-nama buku yang pernah dikarang Ibnu Sina, termasuk yang
berbentuk risalah ukuran kecil, dimuat dan di himpun dalam satu buku besar yang berjudul “Essai de Bibliographie Avicenna"
yang dihasilkan oleh Pater Dominican di Kairo. Antara yang terkandung dalam buku tersebut termasuklah buku karangan yang
amat terkenal yaitu al-Qanun fi ath-Thibb (The Canon of Medicine) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.

4. Al-Qanun Fi ath- Thibb, karya masterpiece Ibnu Sina

muslimheritage.com

Buku al-Qanun Fi ath- Thibb (Peraturan Pengobatan) yang terdiri dari 14 jilid, telah dianggap sebagai himpunan perbendaharaan
ilmu pengobatan. Ilmu pengobatan modern banyak terinspirasi dari Ibnu Sina, baik segi pengunaan obat, diagnosis, maupun
pembedahan.

Pada abad ke 12 M Gerard Cremona yang berpindah ke Toledo, Spanyol telah menerjemahkan buku Ibnu Sina ke bahasa Latin.
Buku ini menjadi buku rujukan utama di universitas-universitas Eropa hingga 1500 M. Bukunya telah disalin (cetak ) sebanyak
16 kali dan 15 edisi dalam bahasa Latin dan sebuah edisi dalam bahasa Yahudi (Hebrew). Di samping itu buku tersebut turut
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis , Spanyol dan Itali . Pada abad ke 16 M , buku ini dicetak 21 kali.

Al-Qanun Fi ath-Thibb juga digunakan sebagai buku teks kedoktoran di berbagai universiti di Perancis. Misalnya di Sekolah
Tinggi Kedoktoran Montpellier dan Louvin telah menggunakannya sebagai bahan rujukan pada abad ke 17 M. Sementara itu
Prof. Phillip K. Hitti telah menganggap buku tersebut sebagai “Ensiklopedia Kedokteran". Penulis- penulis Barat telah
menganggap Ibnu Sina sebagai ‘Bapak Doktor’ karena Ibnu Sina telah menggabungkan teori pengobatan Yunani Hippocrates dan
Galen serta pengalaman dari ahli-ahli pengobatan dari India, Parsi, dan pengalaman beliau sendiri.

5. Teori anatomi dan fisiologi ala Ibnu Sina

insuficienciacardiaca.org

Teori-teori anatomi dan fisiologi dalam buku-bukunya menggambarkan analogi manusia terhadap negara dan mikrokosmos
(dunia kecil) terhadap alam semester sebagai makrokosmos (dunia besar). Misalnya digambarkan bahwa surga adalah bulat dan
bumi adalah persegi, dengan demikian kepala itu bulat dan kaki itu empat persegi. Terdapat empat musim dan 12 bulan dalam
setahun, dengan itu manusia memiliki empat tangkai dan lengan (anggota badan) mempunyai 12 tulang sendi. Hati (heart) adalah
‘pangeran’-nya tubuh manusia, sementara paru-paru adalah ‘menteri’-nya. Leher merupakan ‘jendela’-nya sang badan, manakala
kandung empedu sebagai ‘markas pusat’-nya. Limpa dan perut sebagai ‘bumbung’ sedangkan usus merupakan sistem komunikasi
dan sistem pembuangan.

6. Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia

ishjenin.com
Ibnu Sina mendapat gelar “Medicorum Principal" atau “Raja Doktor" oleh kaum Latin Skolastik. Ia juga diberi gelar sebagai
“Raja Obat". Dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai “Zenith", puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran .

Gelar asy-Syeikh ar-Rais (Mahaguru Utama) juga disandang Ibnu Sina atas jasanya menyembuhkan penyakit. Kisahnya bermula
ketika Raja Bukhara, Nuh bin Mansur (memerintah 366-387 H) jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan
mengobatinya. Saat itu Ibnu Sina berusia 18 tahun. Pada waktu itu penyakit sultan dalam keadaan parah dan tidak ada dokter lain
yang berhasil mengobatinya. Akan tetapi berkat pertolongan Ibnu Sina, Raja kembali pulih.

7. Ibnu Sina, ahli geografi

fouman.com

Ibnu Sina juga seorang ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana sungai-sungai berhubungan dan berasal dari gunung-
gunang dan lembah-lembah. Ia mampu mengemukakan suatu hipotesis atau teori yang pada waktu itu gagal dilakukan oleh ahli
Yunani dan Romani sejak dari Heredotus, Aristoteles hingga Protolemaious. Menurut Ibnu Sina "gunung-ganang yang menjulang
tinggi itu merupakan lapisan dari kulit bumi, apabila ia diterjang maka berganti rupa karena sungai-sungai yang meruntuhkan
pinggiran-pinggirannya. Akibat proses seperti ini, maka terjadilah apa yang disebut sebagai lembah-lembah."

8. Ibnu Sina, ahli geologi, kimia, dan kosmologi

vandrell.deviantart.com

Ibnu Sina juga menyumbang ilmu dalam bidang geologi, kimia serta kosmologi. Menurut A.M.A Shushtery, karangan Ibnu Sina
mengenai ilmu pertambangan (mineral) menjadi sumber geologi di Eropa. Dalam bidang kimia , ia juga meninggalkan
penemuan-penemuan yang bermanfaat . Menurut Reuben Levy, Ibnu Sina telah menerangkan bahwa benda-benda logam
sebenarnya berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap logam terdiri dari berbagai jenis. Penerangan tersebut telah
mengembangkan ilmu kimia yang telah dirintis sebelumnya oleh Jabbir Ibnu Hayyan , Bapa Kimia Muslim. Sebahagian daripada
karyanya yang dapat dicatat di sini adalah daripada :

1. Bidang logika “Isaguji", “The Isagoge", ilmu logika Isagoge.


2. Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang
pembagian ilmu-ilmu rasional.

3. Bidang metafisika , “Ilahiyyat" (Ilmu ketuhanan)

4. Bidang psikologi , “Kitab an-Nayat" (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan


jiwa.

5. Fi ad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “Liber de


Mineralibus" yakni tentang pemilikan (mimeral).

6. Bidang sastra arab “Risalah fi Asab Huduts al-Huruf",risalah tentang sebab-sebab


terjadinya huruf.

7. Bidang syair dan prosa “Al-Qasidah al- Aniyyah" syair-syair tentang jiwa manusia.

8. Cerita-cerita roman fiktif , “Risalah ath-Thayr" cerita seekor burung.


9. Bidang politik “Risalah as-Siyasah" (Book on Politics) – Buku tentang politik.

9. Hari-hari terakhir hidupnya, Ibnu Sina tetap mendedikasikan dirinya untuk ilmu dan umat

fouman.com

Di hari tuanya, Ibnu Sina terserang penyakit Colic. Dikisahkan bahwa keinginan untuk sembuh sangat kuat hingga ia pernah
meminta obat delapan kali dalam sehari. Sekalipun kondisinya memburuk karena penyakit yang ia derita, ia masih saja tetap aktif
menghadiri sidang-sidang majelis ilmu di Isfahan. Kemudian ketika ad-Daulah bermaksud akan pergi ke Hamadan, Ibnu Sina
memaksakan ikut dalam rombongan tersebut.

Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Allah Swt, menyumbangkan hartanya untuk
fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas, menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca
Alquran sehingga beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali. Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput.

Ibnu Sina meninggal dunia di Hamdan ,dalam usia 58 tahun pada bulan Ramadhan 428 H/1037 M . Ia dimakamkan di sana.
Dalam rangka memperingati 1000 tahun hari kelahirannya (Fair Millenium) di Tehran pada tahun 1955 M ia telah dinobatkan
sebagai “Father of Doctor" untuk selamanya-selamanya , dan di sana (Tehran) telah dibangunkan sebuah monemun sejarah untuk
itu. Makam beliau di Hamdan kini dikelilingi oleh makam-makam doktor Islam yang lain.

Anda mungkin juga menyukai