Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU KEORGANISASIAN

PERTEMUAN 3
“MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI”

OLEH: KELOMPOK 6

NI KETUT RATNA KUSUMAYANTI (1206305073/32)

KOMANG DYAH PUTRI GAYATRI (1206305074/33)

LUH AYU SETIADAMAYANTHI (1206305075/34)

DESAK NYOMAN YULIA ASTITI (1206305083/38)

GUSTI AYU YULIANI PURNAMASARI (1206305159/51)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2014
1. Konsep Persepsi

a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses memberi perhatian, menyeleksi, mengorganisasikan kemudian
menafsirkan stimulasi lingkungan (Indriyo Gitosudarmo, 1997). Robbins (2001) menyatakan
persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. Sedangkan menurut Kreitner dan
Kinicki (2003) persepsi adalah proses interpretasi seseorang terhadap lingkungannya.
Kedua pakar ini lebih tertarik menyebut persepsi itu sebagai persepsi sosial karena fokus
utama perilkau organisasi adalah manusia. Selanjutnya Kreitner dan Kinicki mengatakan
persepsi (sosial) tersebut meliputi rangkaian empat tahap proses informasi yang kemudian
disebutnya sebagai “proses informasi sosial”, yang terdiri dari:
Tahap 1: perhatian pemahaman yang selektif, adalah tahap di mana orang secara selektif
menerima rangsangan yang dibombardir oleh lingkungan karena tidak punya kapasitas mental
untuk menerima semua jenis rangsangan yang datang.
Tahap 2: pengkodean dan penyerdahanaan, suatu tahap di mana informasi diolah, dibandingkan,
dievaluasi dan diarahkan untuk menciptakan kesan.
Tahap 3: penyimpanan dan mengingat, suatu fase penyimpanan informasi pada ingatan jangka
panjang.
Tahap 4: mendapatkan kembali dan tanggapan, adalah suatu fase di mana orang mencari
kembali informasi dari dalam ingatannya kemudian membuat penilaian-penilaian dan keputusan.
Miffah Thoha mengatakan persepsi itu proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman. Ahli yang lain yakni Krech dalam Thoha (1988) berpedapat bahwa
persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik
tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Luthans dalam Thoha
(1988) mengatakan persepsi itu adalah lebih kompleks dan lebih luas dari penginderaan. Proses
persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran.
Menurut Nirman (1999) persepsi penting dalam membahas perilaku individu ataupun
kelompok karena perilaku manusia seringkali dituntun oleh persepsinya terhadap suatu realita,
bukan realitas sendiri. Persepsi orang berbeda satu sama lain terhadap obyek yang sama.
Pekerjaan yang menantang dalam suatu organisasi bisa jadi dipersepsikan secara berbeda, karena
alasan dan latar belakang yang mendorong persepsinya tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi (Robbins 2001)

 Pemberi kesan/pelaku persepsi


Bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba menginterpretasikan apa yang
dilihatnya tersebut, maka interpretasinya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristiknya
dalam hal ini adalah karakteristik si pemberi kesan/penilai.
 Sasaran/target/obyek
Ciri-ciri pada sasaran/obyek yang sedang diamati dapat mempengaruhi persepsi. Orang yang
penampilannya sangat menarik/tidak menarik lebih mudah untuk dikenal/ ditandai.
 Situasi
Situasi atau konteks di mana melihat suatu kejadian/ obyek juga penting. Unsur-unsur
lingkungan sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Obyek yang sama pada hari berbeda
bisa menyisakan persepsi yang berbeda.

c. Kesalahan Persepsi
Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi, yaitu:
 Berstereotipe (sterotyping)
Menilai seseorang atas dasar satu/beberapa sifat dari keompoknya. Seperti didasari oleh jenis
kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan atau jabatan.
 Proyeksi
Kecenderungan menilai seseorang atas dasar perasaan dan sifatnya. Artinya menghubungkan
karakteristik diri sendiri dengan orang lain.
 Efek Halo
Menarik kesan umum terhadap seseorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal.
2. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang menguntungkan atau tidak tentang obyek,
orang atau peristiwa (Robbins, 2007). Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu. Misalnya “Saya menyenangi pekerjaan saya”.
Agar pengelolaan terhadap perilaku organisasi lebih efektif, sikap penting untuk
dipahami. Umar Nirman (1999) beralasan bahwa dari perspektif individu sikap dapat menjadi
dasar bagi interaksi seseorang dengan orang lain dan dengan dunia sekelilingnya. Sikap
seseorang dengan masalah sosial politik misalnya tentang AIDS, SDSB, hubungan dengan luar
negeri, akan dapat membantunya membentuk sikap terhadap kebijaksanaan pemerintah. Dengan
sikap seseorang dapat mempelajari sikap orang lain. Dalam organisasi sikap menjadi penting
karena dapat mempengaruhi prilaku kerja.

b. Sumber sikap (Robbins, 2001)


 Orang tua
 Guru
 Anggota kelompok rekan sekerja

Individu sering dalam mengambil sikap tertentu mengacu kepada ketiga sumber di atas tersebut.

c. Tipe Sikap
Dari hasil riset prilaku keorganisasian disebutkan ada tiga tipikal sikap yaitu:
 Kepuasan kerja, seorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung
menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan demikian sebaliknya.
 Keterlibatan kerja, sampai sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaan, berpartisipasi
aktif di dalamnya serta menganggap kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
 Komitmen pada organisasi, sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada
organisasinya dan bertekad setia di dalamnya.

Komitmen pada organisasi berhubungan negatif dengan tingkat kemahiran maupun


dengan tingkat keluar masuknya pegawai dan berkorelasi positif dengan kepuasan kerja.
Komitmen pada organisasi merupakan suatu dimensi perilaku yang penting yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan para pekerja untuk bertahan pada suatu organisasi.

3. Konsep Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja


Banyak pakar yang mendefinisikan tentang kepuasan kerja tersebut seperti Locke,
Wexley, Blum, Porter, Robbins dan lain-lain. Dari beberapa pendapat tersebut maka definisi
Porter dirujuk untuk membahas tentang kepuasan kerja, yang mana pendapatnya Porter tentang
kepuasan kerja yang dimaksud adalah “selisih dari sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu
yang sesungguhnya ada (factual)”.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

 Menurut Herzberg ada lima aspek, yaitu:


 Kompensasi
 Promosi (peningkatan jabatan)
 Lingkungan fisik (ventilasi, warna, penerangan, bunyi dan lain-lain)
 Lingkungan non fisik ( hubungan kerja dengan atasan-bawahan, ataupun rekan kerja,
kesempatan dalam pengambilan keputusan)
 Karakteristik pekerjaan (variasi pekerjaan, prospek pekerjaan)

 Menurut Luthans ada enam aspek, yaitu:


 Pembayaran
 Work it-self
 Promosi
 Supervise
 Kelompok kerja
 Kondisi kerja
 Menurut Gilmer ada sepuluh aspek, yaitu:
 Kemanan
 Kesempatan untuk maju
 Perusahaan dan manajemen
 Upah/gaji
 Aspek intrinsik dari pekerjaan
 Supervisi
 Aspek sosial dari pekerjaan
 Komunikasi
 Kondisi kerja
 Benefits

c. Efek Kepuasan Kerja pada Kinerja Karyawan


Para pemimpin organisasi perlu menaruh perhatian yang sunguh-sungguh terhadap aspek
kepuasan kerja ini, karena memiliki rantai dengan sumber daya manusia organisasi, produktivitas
organisasi dan keberlangsungan hidup oganisasi itu sendiri. Kepuasan kerja yang tinggi sangat
mempengaruhi kondisi kerja dan memberikan keuntungan nyata tidak saja bagian pekerja, tetapi
juga bagi manajemen dan organisasi.

4. Konsep tentang Stres

a. Pengertian Stress
Kata stress bermula dari kata latin yaitu “stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan.
Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan
lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu.
Bilamana stress telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan
dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus (tugas yang berat atau tugas yang
dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang dilakukan
dengan dasar rasa trauma). Berikut ini beberapa definisi tentang stress menurut para ahli, yaitu:
 Pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
psikis dalam diri seseorang sebagai akibat lingkungan eksternal, organisasi, organisasi lainnya
(Szilagyi dalam Indriyo G, 1997).
 Suatu keadaan yang timbul dari kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun
dirasakan dalam tindakan penyesuaian organ (Mikhail dalam Djanaid, 2001)
 Respons seseorang baik yang berupa emosi fisik, kongnitif (konseptual) terhadap situasi yang
meminta tuntutan tertentu pada individu (Djanaid, 2001).

b. Mengapa Stress Perlu Dipahami ?


Stress perlu dipahami karena hal- hal sebagai berikut:
 Setiap orang tidak pernah steril dari stress
 Setiap orang memerlukan energi yang lebih banyak untuk menggapai sukses demi sukses
 Stress berhubungan erat dengan produktivitas
 Setiap individu mesti berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungan
 Stress tidak jarang menimbulkan berbagai penyakit

c. Sumber Stress
Sumber stress berasal dari beberapa faktor, yaitu:
 Faktor- faktor yang melekat pada pekerjaan
 Peranan dalam organisasi
 Hubungan- hubungan dalam organisasi
 Perkembangan karier
 Struktur dan iklim organisasi
 Hubungan organisasi dengan pihak luar
 Faktor dari dalam individu yang bersangkutan
 Kepemipinan

d. Dampak dari Stress


Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti sangat sering
terjadi. Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa diatasi
asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang
mendapatkan tekanan di luar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami
stress pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat.
Dampak stress (Indriyo Gitosudarmo, 1997) mengakibatkan hal- hal berikut:
 Faktor fisik, yaitu dengan meningkatnya tekanan darah, meningkatnya kolesterol, penyakit
jantung koroner.
 Faktor psikologi, yaitu ketidakpuasan kerja, murung, rendahnya kepercayaan dan mudah
marah.
 Faktor organisasi, yaitu ketidakhadiran, keterlambatan, prestasi kerja menurun, kecelakaan
kerja meningkat dan sabotase.

e. Cara Mengatasi Stress


Menurut Indriyo Gitosudarmo (1997) cara mengatasi stress sebagai berikut :
 Secara indiviu, yaitu seperti dengan menningkatkan keimanan, meditasi, olahraga, relaksasi,
minta dukungan social kepada keluarga dan teman, menghilangkan rutinitas.
 Secara organisasi, yaitu perbaikan iklim organisasi, perbaikan lingkunga fisik, menyediakan
sarana olahraga, analisis dan kejelasan tugas, mengubah struktur dan proses organisasi,
meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, restrukturisasi tugas,
menerapkan manajemen berdasarkan sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Stepphen P Robbins – Timothy A Judge, 2009, Organizational Behavior 13th edition,


(Terjemahan Diana Angelina) Pearson Eduction Inc Salemba Empat
Ardana (dkk), 2008 , Perilaku Organisasi, Fakultas Ekonomi, UNUD, Bali
http://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/makalah-stress-dalam-organisasi/

Anda mungkin juga menyukai