PERTEMUAN 3
“MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI”
OLEH: KELOMPOK 6
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses memberi perhatian, menyeleksi, mengorganisasikan kemudian
menafsirkan stimulasi lingkungan (Indriyo Gitosudarmo, 1997). Robbins (2001) menyatakan
persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. Sedangkan menurut Kreitner dan
Kinicki (2003) persepsi adalah proses interpretasi seseorang terhadap lingkungannya.
Kedua pakar ini lebih tertarik menyebut persepsi itu sebagai persepsi sosial karena fokus
utama perilkau organisasi adalah manusia. Selanjutnya Kreitner dan Kinicki mengatakan
persepsi (sosial) tersebut meliputi rangkaian empat tahap proses informasi yang kemudian
disebutnya sebagai “proses informasi sosial”, yang terdiri dari:
Tahap 1: perhatian pemahaman yang selektif, adalah tahap di mana orang secara selektif
menerima rangsangan yang dibombardir oleh lingkungan karena tidak punya kapasitas mental
untuk menerima semua jenis rangsangan yang datang.
Tahap 2: pengkodean dan penyerdahanaan, suatu tahap di mana informasi diolah, dibandingkan,
dievaluasi dan diarahkan untuk menciptakan kesan.
Tahap 3: penyimpanan dan mengingat, suatu fase penyimpanan informasi pada ingatan jangka
panjang.
Tahap 4: mendapatkan kembali dan tanggapan, adalah suatu fase di mana orang mencari
kembali informasi dari dalam ingatannya kemudian membuat penilaian-penilaian dan keputusan.
Miffah Thoha mengatakan persepsi itu proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman. Ahli yang lain yakni Krech dalam Thoha (1988) berpedapat bahwa
persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik
tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Luthans dalam Thoha
(1988) mengatakan persepsi itu adalah lebih kompleks dan lebih luas dari penginderaan. Proses
persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran.
Menurut Nirman (1999) persepsi penting dalam membahas perilaku individu ataupun
kelompok karena perilaku manusia seringkali dituntun oleh persepsinya terhadap suatu realita,
bukan realitas sendiri. Persepsi orang berbeda satu sama lain terhadap obyek yang sama.
Pekerjaan yang menantang dalam suatu organisasi bisa jadi dipersepsikan secara berbeda, karena
alasan dan latar belakang yang mendorong persepsinya tersebut.
c. Kesalahan Persepsi
Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi, yaitu:
Berstereotipe (sterotyping)
Menilai seseorang atas dasar satu/beberapa sifat dari keompoknya. Seperti didasari oleh jenis
kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan atau jabatan.
Proyeksi
Kecenderungan menilai seseorang atas dasar perasaan dan sifatnya. Artinya menghubungkan
karakteristik diri sendiri dengan orang lain.
Efek Halo
Menarik kesan umum terhadap seseorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal.
2. Konsep Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang menguntungkan atau tidak tentang obyek,
orang atau peristiwa (Robbins, 2007). Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu. Misalnya “Saya menyenangi pekerjaan saya”.
Agar pengelolaan terhadap perilaku organisasi lebih efektif, sikap penting untuk
dipahami. Umar Nirman (1999) beralasan bahwa dari perspektif individu sikap dapat menjadi
dasar bagi interaksi seseorang dengan orang lain dan dengan dunia sekelilingnya. Sikap
seseorang dengan masalah sosial politik misalnya tentang AIDS, SDSB, hubungan dengan luar
negeri, akan dapat membantunya membentuk sikap terhadap kebijaksanaan pemerintah. Dengan
sikap seseorang dapat mempelajari sikap orang lain. Dalam organisasi sikap menjadi penting
karena dapat mempengaruhi prilaku kerja.
Individu sering dalam mengambil sikap tertentu mengacu kepada ketiga sumber di atas tersebut.
c. Tipe Sikap
Dari hasil riset prilaku keorganisasian disebutkan ada tiga tipikal sikap yaitu:
Kepuasan kerja, seorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan cenderung
menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan demikian sebaliknya.
Keterlibatan kerja, sampai sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaan, berpartisipasi
aktif di dalamnya serta menganggap kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
Komitmen pada organisasi, sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada
organisasinya dan bertekad setia di dalamnya.
a. Pengertian Stress
Kata stress bermula dari kata latin yaitu “stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan.
Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan
lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu.
Bilamana stress telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan
dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus (tugas yang berat atau tugas yang
dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stress yang dilakukan
dengan dasar rasa trauma). Berikut ini beberapa definisi tentang stress menurut para ahli, yaitu:
Pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
psikis dalam diri seseorang sebagai akibat lingkungan eksternal, organisasi, organisasi lainnya
(Szilagyi dalam Indriyo G, 1997).
Suatu keadaan yang timbul dari kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun
dirasakan dalam tindakan penyesuaian organ (Mikhail dalam Djanaid, 2001)
Respons seseorang baik yang berupa emosi fisik, kongnitif (konseptual) terhadap situasi yang
meminta tuntutan tertentu pada individu (Djanaid, 2001).
c. Sumber Stress
Sumber stress berasal dari beberapa faktor, yaitu:
Faktor- faktor yang melekat pada pekerjaan
Peranan dalam organisasi
Hubungan- hubungan dalam organisasi
Perkembangan karier
Struktur dan iklim organisasi
Hubungan organisasi dengan pihak luar
Faktor dari dalam individu yang bersangkutan
Kepemipinan