I. Memperbaiki
Apa yang harus diperbaiki? segala sesuatu yang rusak. Dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, ada sesuatu yang selama ini
rusak, sehingga perlu diperbaiki.
II. Mengembalikan
Apa yang harus dikembalikan? segala sesuatu yang tidak pada tempatnya
dikembalikan ke tempatnya.
III. Memulihkan
Seperti kita ketahui, bangsa ini mengidap banyak “penyakit”, penyakit
tersebut ada di berbagai bidang kehidupan. Restorasi adalah salah satu cara
untuk menyembuhkan dan memulihkan sesuatu yang sakit.
IV. Mencerahkan
Restorasi Indonesia yang diperjuangkan Partai NasDem juga bertekad
mencerahkan sesuatu yang selama ini suram.
CATATAN KRITIS PARTAI NASDEM
ATAS KONDISI SAAT INI :
1. Krisis Ideologi dan Filososifi Hidup
Berbangsa dan Bernegara
2. Krisis Identitas dan Jatidiri Bangsa
3. Krisis Semangat Kebangsaan
4. Krisis Sistem Politik
5. Krisis Manajemen Negara
6. Krisis Kepemimpinan
7. Krisi Kepercayaan Publik
8. Krisis Kesejahteraan Rakyat
9. Krisis Kedaulatan Ekonomi
10. Krisis Lingkungan Dan Pengelolaaan SDA
AGENDA RESTORASI PARTAI NASDEM
12
4) KONSEP LEGITIMASI NEGARA
(Sumber : Bruce Gilley, 2009)
Beberapa gambaran umum yang mengemuka seperti capaian makro yang dihadapkan
pada problema riil di tataran mikro. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat
inflasi yang stabil belum menunjukkan kualitas hingga saat ini: kesenjangan terus
meningkat.
KONFIGURASI APBN (Triliun Rp)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Keterangan
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBNP APBN
A. Pendapatan Negara dan Hibah 637,99 707,81 981,61 848,76 995,27 1.210,60 1.358,20 1.529,67
I. Penerimaan Dalam Negeri 636,15 706,11 979,31 847,10 992,25 1.205,35 1.357,40 1.525,19
1. Penerimaan Perpajakan 409,20 490,99 658,70 619,92 723,31 873,87 1.016,20 1.192,99
a. Pajak Dalam Negeri 395,97 470,05 622,36 601,25 694,39 819,75 968,29 1.134,29
b. Pajak Perdagangan Internasional 13,23 20,94 36,34 18,67 28,91 54,12 47,94 58,70
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 226,95 215,12 320,60 227,17 268,94 331,47 341,10 332,20
II. Hibah 1,83 1,70 2,30 1,67 3,02 5,25 0,80 4,48
B. Belanja Negara 667,13 757,65 985,73 937,38 1.042,12 1.295,00 1.548,30 1.683,01
I. Belanja Pemerintah Pusat 440,03 504,62 693,36 628,81 697,41 883,72 1.069,50 1.154,38
1. K/L 216,09 225,01 262,00 307,00 332,92 418,23 547,90 624,16
2. Non K/L 223,94 279,61 431,35 321,81 364,49 465,49 521,60 530,22
II. Transfer Ke Daerah 226,13 253,26 292,43 308,59 344,73 411,32 478,80 528,63
1. Dana Perimbangan 222,13 243,97 278,71 287,25 316,71 347,25 408,40 444,80
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 4,05 9,30 13,72 21,23 28,02 64,08 70,40 83,83
III. Suspen 0,92 (0,24) (0,06) (0,02) (0,02) 0,05 - -
C. Keseimbangan Primer 49,94 29,96 84,31 5,16 41,54 8,86 (72,30) (40,10)
D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (29,14) (49,84) (4,12) (88,62) (46,85) (84,40) (190,10) (153,34)
% terhadap PDB (0,90) (1,30) (0,10) (1,60) (0,70) 1,14 2,23 1,65
E. Pembiayaan 29,42 42,46 84,07 112,58 91,55 130,95 190,10 153,34
I. Pembiayaan Dalam Negeri 55,98 69,03 102,48 128,13 96,12 148,75 194,50 172,79
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (26,57) (26,58) (18,41) (15,55) (4,57) (17,80) (4,40) (19,45)
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 0,27 (7,39) 79,95 23,96 44,71 46,55 - -
Sumber: Kementerian Keuangan dan BPK, 2012
PENERIMAAN NEGARA DAN HIBAH (TRILIUN Rp)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Keterangan
Real. Real. Real. Real. Real. APBNP APBN
I Penerimaan Dalam Negeri 706,1 979,3 847,1 992,2 1205,3 1357,4 1525,2
1. Penerimaan Perpajakan 491 658,7 619,9 723,3 873,9 1016,2 1192,9
a. Pajak Dalam Negeri 470,1 622,4 601,3 694,4 819,8 968,3 1134,3
1. Pajak Penghasilan 238,4 327,5 317,6 357 431,1 513,7 584,9
a. Migas 44 77 50 58,9 73,1 67,9 71,4
b. Nonmigas 194,4 250,5 267,6 298,2 358 445,7 513,5
2. PPN dan PPMBM 154,5 209,6 193,1 230,6 227,8 336,1 423,7
3. Pajak Bumi dan Bangunan 23,7 25,4 24,3 28,6 29,9 29,7 27,3
4. BPHTB 6 5,6 6,5 8 0 0 0,0
5. Cukai 44,7 51,3 56,7 66,2 77 83,3 92,0
6. Pajak Lainnya 2,7 3 3,1 4 3,9 5,6 6,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 20,9 36,3 18,7 28,9 54,1 47,9 58,7
1. Bea Masuk 16,7 22,8 18,1 20 25,3 24,7 27,0
2. Bea Keluar 4,2 13,6 0,6 8,9 28,9 23,2 31,7
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 215,1 320,6 227,2 268,9 331,5 341,1 332,2
a. Penerimaan SDA 132,9 224,5 139 168,8 213,8 217,2 197,2
1. Migas 124,8 211,6 125,8 152,7 193,5 198,3 174,9
a. Minyak Bumi 93,6 169 90,1 111,8 141,3 150,8 120,9
b. Gas Bumi 31,2 42,6 35,7 40,9 52,2 47,5 54,0
2. Non migas 8,1 12,8 13,2 16,1 20,3 18,8 22,3
a. Pertambangan Umum 5,9 9,5 10,4 12,6 16,4 15,3 17,6
b. Kehutanan 2,1 2,3 2,3 3 3,2 3,1 4,2
c. Perikanan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2
d. Panas Bumi 0 0,9 0,4 0,3 0,6 0,3 0,4
b. Bagian Laba BUMN 23,2 29,1 26 30,1 28,2 30,8 33,5
c. PNBP Lainnya 56,9 63,3 53,8 59,4 69,4 72,8 78,0
d. Pendapatan BLU 2,1 3,7 8,4 10,6 20,1 20,4 23,5
II Penerimaan Hibah 1,7 2,3 1,7 3 5,3 0,8 4,5
Penerimaan Negara dan Hibah 707,8 981,6 848,8 995,3 1210,6 1358,2 1529,7
1.Mengurangi kesenjangan
fiskal antara pusat dan
daerah serta antar daerah.
2.Mendukung prioritas
pembangunan nasional yang
menjadi urusan daerah.
3.Meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
4.Meningkatkan penerimaan
daerah.
5.Memperluas pembangunan
infrastruktur daerah.
22
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Dana Bagi Hasil
UU No. 33/2004 menyediakan dana bagi hasil yang dibagi berdasarkan persentase tertentu bagi
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA)
memiliki 2 (dua) prinsip yaitu (DJPK RI, 2012):
1. By Origin yaitu daerah penghasil akan mendapatkan porsi DBH SDA lebih besar daripada
daerah lain dalam satu provinsi yang mendapatkan pemerataan dengan porsi tertentu.
2. Realisasi yaitu penyaluran DBH SDA dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan negaranya.
% thd % thd
Penyaluran TA
No. Se-Provinsi Penyaluran TA 2011 Total No. Se-Provinsi Total
2011
Nasional Nasional
KALIMANTAN
1 12.776.735.457.935 36,63% 1 MALUKU 3.135.801.356 0,009%
TIMUR
SUMATERA SULAWESI
3 3.934.958.287.512 11,28% 3 6.006.271.072 0,017%
SELATAN TENGAH
KEPULAUAN SULAWESI
4 2.327.545.167.887 6,67% 4 6.175.615.020 0,018%
RIAU SELATAN
SUMATERA
5 ACEH 1.689.400.818.429 4,84% 5 7.820.963.021 0,022%
UTARA
24
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
Pesan Presiden pada Sidang Kabinet 22
Januari 2013 yaitu “ Tidak terselesaikannya
secara tepat isu kesenjangan pelaksanaan
pembangunan nasional diwaktu mendatang
akan diliputi persoalan sosial budaya, politik,
bahkan keamanan yang lebih besar dan sulit ”.
Wilayah yang Tingkat Kemiskinannya > 12,5% (kondisi Alert)
No Wilayah SEPT thn 2009 thn 2008
2013
1 PAPUA 31.53 37,52 37,08
2 PAPUA BARAT 27.14 35,71 35,13
3 MALUKU 19.27 28,22 29,66
4 GORONTALO 18.01 25,01 24,88
5 NUSA TENGGARA 20.24 23,31 25,66
TIMUR
6 NUSA TENGGARA 17.25 22,77 23,81
BARAT
7 ACEH 17.72 21,79 23,53
8 LAMPUNG 14.39 20,22 20,98
9 SULAWESI TENGAH 14.32 18,97 20,75
10 SULAWESI TENGGARA 13.73 18,97 20,75
11 BENGKULU 17.75 18,59 20,64
12 JAWA TENGAH 14.44 17,71 19,23
13 D.I. YOGYAKARTA 15.03 17,23 18,32
14 JAWA TIMUR 12.73 16,68 18,51
15 SUMATERA SELATAN 14.06 16,28 17,72
16 SULAWESI BARAT 12.23 15,3 16,73
17 SULAWESI SELATAN 10.32 12,31 13,32
Tingkat Kemiskinan Kondisi Warning
(10 s/d 20 %)
Kondisi Warning
Kondisi Sustanaible
No Wilayah Sept thn thn
2013 2009 2008
33 DKI JAKARTA 3.72 3,62 4,29
Hasil penelitian ketimpangan antara kab/kota dengan berbagai indeks ketimpangan
menujukkan bahwa sistem transfer berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 dan UU no. 25
tahun 1999 belum mampu menurunkan ketimpangan antar daerah, malah makin
memperlebar horizontal imbalance.
Tabel trend ketimpangan 2002-2010 Grafik trend ketimpangan 2002-2010
Tahun Indeks E. Indeks J. Koefisien
Theil Bonet Variasi
2002 2,913 0,603 1,565
33
Dana Penyesuaian Tahun 2011 dan 2012
NOMENKLATUR 2011 2012
15.Tunjangan Profesi Guru * *
16.Dana Penye
Penyesuaian Inf
Infras
rastr
truk
uktu
turr Daerah *
17.B
.Bantuan
antuan Operasio
Operasion
nal Se
Sekolah * *
18.Kurang Bayar Dana Sarana da
dan Prasarana *
19.Program Pemerintah Daerah dan Desentralisasi *
34
Pokok Persoalan Pembangunan Naisonal
1) Terkait dengan kesejahteraan yang meliputi :
• pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, pertumbuhan
pendudukdan “bonus demografi”,kemiskinan, ketenteraman/
ketertiban/keamanan/ perlindungan.
2) Lebih mendasar dirasakan indikasi terusiknya sistem nilai dan
tatanan kehidupan dalam masyarakat, yang mencakup :
• keadilan dan penegakan hukum, disiplin sosial, korupsi,
• problematika pemerintahan, hubungan pusat daerah dan
otonomi daerah serta dimensi-dimensi politik.
3) Kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan serta kebutuhan
sumberdaya alternatif;
4) Berkenaan dengan perdagangan internasional, belum efektifnya
upaya dalam peningkatan daya saing naisonal, belum efektifnya
penerapan IPTEK dan Inovasi serta secara umum masih ada
persoalan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia
BEBERAPA KENDALA PEMBANGUNAN EKONOMI
(1) Terbatasnya infrastruktur akibat kualitas belanja negara
yang rendah karena ruang gerak fiskal yang sempit,
(2) Ketergantungan pada aktivitas ekonomi berbasis
sumberdaya alam sehingga penciptaan nilai tambah
menjadi rendah,
(3) Tingginya nilai impor sebagai konsekuensi dari terbatasnya
jumlah industri dalam negeri,
(4) Pembangunan inklusif belum optimal karena sedikitnya
jumlah perusahaan menengah,
(5) Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah sehingga
pemanfaatan bonus demografi kurang optimal,
(6) Rendahnya kapasitas R&D sehingga belum optimalnya
pengembangan dan pemanfaatan teknologi
(7) Instrumen Kebijakan Pemerintah sifatnya parsial, tidak
inter-related dan piece-meal (DAYA SAING, MP3EI, SISLOGNAS,
PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIPS (PPP), SPIP/RISK MANAGEMENT, INFORMASI
GEOSPASIAL dan Instrumen Lingkungan : EIA, SEA, LCA
PROBLEM POLITIK ANGGARAN
• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat inflasi yang stabil
belum menunjukkan kualitas hingga saat ini: kesenjangan terus
meningkat.
• Dengan kebijakan suku bunga mengambang (floating exchange
rate), BI sebagai otoritas moneter sulit untuk mengendalikan nilai
tukar, hal ini diperparah dengan terus meningkatnya impor.
• Pertumbuhan kelas menengah membawa konsekuensi
bertambahnya konsumsi energi terutama BBM : nilai subsidi energi
terus meningkat.
• Peningkatan PDB tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan
perpajakan yang signifikan: peningkatan tax ratio sangat rendah.
PROBLEM POLITIK ANGGARAN
• Penerimaan negara yang berasal dari dividen BUMN tidak maksimal,
sementara biaya yang dikeluarkan dari APBN baik dalam bentuk PMN dan
SLA cukup besar, juga ditambah dengan pembayaran obligasi rekap baik
pokok maupun bunga.
• Total utang Pemerintah terus bertambah namun terjadi misalokasi :
kebutuhan akan dana infrastruktur masih mengalami banyak kendala.
• Perencanaan APBN yang tidak matang : 86,08% pembiayaan APBN dari utang
vs kelebihan pembiayaan yang terjadi dari tahun 2008-2011.
• Indikator kinerja anggaran belum diberlakukan di seluruh K/L, instansi
vertikal, dan SKPD.
• Terdapat kelemahan dalam politik aloaksi dana transfer daerah, berkaitan
dengan sistem kerja parlemen (DPR dan DPD).
• Problem regulasi antara UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 32 Tahun
2004, dan UU Nomor 25 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, secara
resultante melemahkan konsepsi perencanaan dna capaian kemajuan
daerah.
• Perencanaan dan Pengelolaan anggaran beorientasi teknokratik, sistem
akuntansi, bukan berorientasi pembinaan NKRI dan akan sulit untuk
mencapai national goals establishment.
• Disorientasi Kebijakan Desentralisasi
- Tidak bermuara pada upaya mengatasi
kesenjangan antar wilayah
- Pilkada dan Pemekaran, orientasi
politik kekuasaan
- Ekses kerusakan lingkungan akibat
perijinan
MEKANISME DAN JADWAL PEMBAHASAN DANA PERIMBANGAN
1. Pendekatan Konseptual
2. Platform Politik SDA-LH
Pendekatan konsitusionalitas aspek :
6
IMPLIKASI menurut Human Development Indicators
(UNDP, 2005)
• Memperbesar ruang pilihan : HDI dan Human and Income poverty
• Mencapai tingkat hidup yang sehat dan panjang umur : trend
demografi, komitmen kesehatan, air, sanitasi, status gizi, krisis
kesehatan dan resiko, survival
• Memperoleh pengetahuan : komitmen anggaran pendidikan, tingkat
buta huruf dan tingkat partisipasi pendidikan, kreasi dan difusi
teknologi
• Akses kepada resources untuk hidup standard : kinerja ekonomi,
disparitas income dan konsumsi, struktur perdagangan, tanggung
jawab negara kaya untuk membrri bantuan dan membebaskan
hutang, aliran bantuan, modal privat dan hutang, prioritas belanja
publik dan tingkat pengangguran
• Menjaga untuk generasi yang akan datang: energy dan lingkungan
• Perlindungan keamanan pribadi : pengungsian dan senjata, Korban
kriminal
• Mencapai kesetaraan laki-laki dan perempuan : perempuan dalam
pembangunan, pemberdayaan, pendidikan, aktivitas ekonomi,
beban kerja dan waktu, partisipasi politik
• Hak-hak Kemanusiaan dan tenaga ekrja : status instrumen HAM
internasional, statrus konvensi hak-hak tenaga kerja. 7
(1) Tiga dimensi Generalized Support for Environment yaitu :
– kampanye informasi publik
– pengaturan harga dan pajak
– regulasi lingkungan
(2) Public Policy Preferences dalam lingkungan diukur dengan dua hal :
– general view on environmental policies including price, tax, serta
willingness to pay untuk peningkatan lingkungan
– Views on environmental policies untuk mengatasi issue spesifik
lingkungan (polusi udara, limbah rumah tangga, dll)
1. FUNGSI REGULASI :
terkait dengan kapasitas ekosistem untuk mengatur proses ekologis yang
esensial untuk menunjang sistem kehidupan dan sebaliknya juga
mempertahankan kesehatan lingkungan dengan menyediakan udara bersih,
air dan tanah
2. FUNGSI PEMBAWA/CARRIER
Eksositem alam menyediakan ruang dan bahan atau medium yang sesuai
untuk aktivitas manusia seperti kebiasaannya, rekreasi dan cocok tanam
3. FUNGSI PRODUKSI
Alam, menyediakan berbagai sumberdaya mulai dari pangan, bahan mentah
untuk industri, energi sampai kepada material genetik.
4. FUNGSI INFORMASI
Ekosistem alam membeir kontribusi kepada manusia kesehatan mental dengan
menyediakan kesempatan untuk refleksi, pencerahan spiritual, membangun
cognitif dan pengalaman estetika.
Links between societal benefit areas
New skills: governance
• Good science =understanding
• Conceptual framework
• Results to solutions
• Simple message -> societal relevance
• Liaise with planners
• Influence policy makers
GOOD GOVERNANCE
1. Control the misuse of natural resources and promotes their
sustainable management and use
2. Encourage local leadership and decentralization of power to
the grassroots level and build local capabilities
3. Promote sustainable economic development that is linked
with the sustainability of the natural environment
4. Promoting conservation and sustainable use of natural
resources to meet present needs without compromising the
needs of future generations.
5. Good environmental governance includes implementation
and evaluation to different international conventions,
treaties, and protocols it has signed.
KONSEP ENVIRONMENTAL
GOVERNANCE (UNEP, 2009).
• Environmental governance comprises the rules,
practices, policies, and institutions that shape how
humans interact with the environment.
• Good environmental governance takes into account
the role of actors that impact the environment.
From government to NGOs, the private sector and
civil society, cooperation is critical to achieving
effective governance that can help us move to
a more sustainable future.
• Some key principles in environmental
governance :
– Embeds the environment in all levels of decision
making and action
– Conceptualizes cities and communities, economic
and political life as a subset of the environment
– Emphiszes the connection of people to the
ecosystems in which they live.
– Promotes the transition from linier systems to the
circular systems.
ENVIRONMENTAL GOVERNANCE
ISSUES
• Ecological debt and environmental justice
• Soil deterioration
• Climate Change Management
• Biodiversity Management
• Water Management
• Ozone Layer
• Nuclear Risk
• Precautionary principle and transgenic organism
• Natural Hazards
(Sumber : UNEP, 2009 dan Peter J May et al, 1996).
PENDEKATAN SUSTAINABILITY
1. Untuk menyatukan konsep konservasi dalam pembangunan
ekonomi, diintroduksi konsep pembangunan berkelanjutan atau
sustainability
2. Konsep ini pertama kali diintroduksi pada World Conservation
Strategy (IUCN, UNEO and WWF pada tahun 1980).
33
3. Ecological sustainability defined as natural
limits set by the carrying capacity of a given
ecosystem (physically, chemically and
biologically) so that human sue of the goods and
services provided by that system does not
irreversible impair the integrity and proper
functioning of this natruaL PROCESS AND
COMPONENT in the future.
KUALITAS KEHIDUPAN
• Kebutuhan dasar : pangan, air, rumah, energi
• Informasi, pendidikan dan latihan
• Rekreasi dan kebudayaan
• Kebebasan (politik dan pribadi)
• Akses kepada barang dan jasa
• Pendapatan yang cukup dan adil
• Kesempatan kerja
• Kesehatan fisik dan mental
• Keindahan dan estetika
35
EKOSISTEM
• Adanya keterkaitan antara berbagai komponen
pemanfaatan kawasan dan sumberdaya
• Adanya keterkaitan ekologis antar
ekosistem/kawasan
• Pemanfaatan sumberdaya yang beragam (dapat
menimbulkan berbagai konflik)
• Wilayah dihuni oleh berbagai kelompok
masyarakat dengan preferensi yang berbeda
• Adanya sifat common property dan open access
What is the "Green Economy"?
• For the purposes of the Green Economy Initiative, UNEP has developed a working definition
of a green economy as one that results in improved human well-being and social equity,
while significantly reducing environmental risks and ecological scarcities. In its simplest
expression, a green economy can be thought of as one which is low carbon, resource
efficient and socially inclusive.
• Practically speaking, a green economy is one :
– whose growth in income and employment is driven by public and private investments
that reduce carbon emissions and pollution,
– enhance energy and resource efficiency, and
– prevent the loss of biodiversity and ecosystem services.
– These investments need to be catalyzed and supported by targeted public expenditure,
policy reforms and regulation changes.
– This development path should maintain, enhance and, where necessary, rebuild natural
capital as a critical economic asset and source of public benefits, especially for poor
people whose livelihoods and
– security depend strongly on nature.
LOW CARBON, GREEN GROWTH
Act No. 9931, Jan. 13, 2010 (South Korea)
to promote the development of the national economy :
• by laying down the foundation necessary for low carbon, green
growth and
• by utilizing green technology and green industries as new engines
for growth,
so as to pursue the harmonized development of the economy and
environment and to contribute to the improvement of the quality of life
of every citizen and the take-off to a mature, top-class, advanced
country that shall fulfill its responsibility in international society
through the realization of a low-carbon society.
• "low carbon" means lowering dependence on fossil fu
els, expanding the use and distribution of clean energy, and
rreducing greenhouse gases to an appropriate or lower level
by expanding carbon sinks;