Anda di halaman 1dari 83

PLATFORM POLITIK PARTAI NASDEM

PADA RPJMN 2015-20019, BOBOT PEMBANGUNAN :


EKONOMI, PRASARANA-SARANA DAN SDA-LH
oleh :
Dr Siti Nurbaya MSc
Ketua DPP Partai NASDEM

Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019


Universitas ANDALAS , Padang, 17 Februari 2014
MATERI PAPARAN
• VISI PARTAI NASDEM : RESTORASI
INDONESIA
• PLATFORM POLTIK PEMBANGUNAN
PARTAI NASDEM :
– BIDANG EKONOMI
– PRASARANA DAN SARANA
– SDA-LH
RESTORASI INDONESIA
RESTORASI INDONESIA adalah gerakan memulihkan,
mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan Indonesia
kepada cita-cita Proklamasi 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.

RESTORASI INDONESIA juga dimaknai sebagai proses


pewajaran dan pewarasan dari kondisi anomiali dan paradoks
yang terjadi. RESTORASI akan memperbaiki, memulihkan dan
membangkitkan kembali semangat kebangsaan dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berpegang teguh pada komitmen nasional yaitu Pancasila,
UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Restorasi Indonesia yang diusung dan akan terus dilakukan Partai
NasDem mencakup empat kata kerja, sekaligus “kata kunci” perjuangan
Partai NasDem, yaitu Memperbaiki, Mengembalikan, Memulihkan,
Mencerahkan.

I. Memperbaiki
Apa yang harus diperbaiki? segala sesuatu yang rusak. Dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, ada sesuatu yang selama ini
rusak, sehingga perlu diperbaiki.

II. Mengembalikan
Apa yang harus dikembalikan? segala sesuatu yang tidak pada tempatnya
dikembalikan ke tempatnya.
III. Memulihkan
Seperti kita ketahui, bangsa ini mengidap banyak “penyakit”, penyakit
tersebut ada di berbagai bidang kehidupan. Restorasi adalah salah satu cara
untuk menyembuhkan dan memulihkan sesuatu yang sakit.

IV. Mencerahkan
Restorasi Indonesia yang diperjuangkan Partai NasDem juga bertekad
mencerahkan sesuatu yang selama ini suram.
CATATAN KRITIS PARTAI NASDEM
ATAS KONDISI SAAT INI :
1. Krisis Ideologi dan Filososifi Hidup
Berbangsa dan Bernegara
2. Krisis Identitas dan Jatidiri Bangsa
3. Krisis Semangat Kebangsaan
4. Krisis Sistem Politik
5. Krisis Manajemen Negara
6. Krisis Kepemimpinan
7. Krisi Kepercayaan Publik
8. Krisis Kesejahteraan Rakyat
9. Krisis Kedaulatan Ekonomi
10. Krisis Lingkungan Dan Pengelolaaan SDA
AGENDA RESTORASI PARTAI NASDEM

1. Membangun kesadaran umum bahwa banyak hal keliru


sedang tumbuh dan berkembang yang berpotensi
mengancam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara
2. Membangunkan kesadaran umum bahwa perlu segera
dilakukan perbaikan di bidang moral, etika, sikap,
integritas dan solidaritas.
3. Membangun kehidupan politik yang bertanggung jawab
4. Membangun sistem ekonomi partisipatif , emansipatif, dan
berkeadilan
5. Melakukan revitslisasi budaya gotong royong dalam
kehidupan masyarakat
6. Membangun disiplin nasional sebagai modal dasar
melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan
bermasyarakat.
VISI RESTORASI INDONESIA

Terwujudnya kemerdekaan Indonesia seutuhnya, dalam rnagka


membangun masa depan bangsa yang maju dan sejahtera
dalam wadah NKRI yang kuat, berwibawa dan disegani dunia
internasional.

MISI RESTORASI INDONESIA

MISI UTAMA : Memperjuangkan perubahan mendasar untuk


membanguan sistem politik yang menjunjung tinggi etika dan
solidaritas, menggerakkan ekonomi partisipatif, emansipatif,
serta menumbuh-kembangkan budaya gotong royong.
SASARAN RESTORASI INDONESIA :

1. Perubahan sikap mental dan moral , membangun integritas, patriotik,


jujur dan produktif, melalui pendidikan keluarga, budi pekerti, sekolah,
penegakan hukum dan penerapan sanksi sosial.
2. Perubahan pola pikir berbangsa dan bernegara serta penghormatan
pada hukum, menghargai kebhinekaan, membangun kehidupan
masyarakat berdasarkan konstitusi, nilai-nilai demokratis dan
penegakan hukum.
3. Perubahan sistem politik dan ketatanegaraan, untuk menjamin
kedaulatan rkayta dan kemanatpan hubungan pusat dan daerah
4. Perubahan sistem ekonomi, pelaksanaan kegiatan ekonomi dengan
pemanfaatan SDA dan SDE bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
membangun kapasitas nasional, kemandirian dan kedaulatan ekonomi
serta ketahanan ekonomi.
5. Perubahan sistem pertahanan keamanan untuk membangun TNI yang
kuat, modern dan efisien serta profesioanl , membangun kesadaran
bela negara masyarakat serta membangun kepolisian yang berwibawa
dan penegakan kertertiban dan keamanan serta ketentraman
masyarakat.
PLATFORM PERJUANGAN RESTORASI INDONESIA :
1. Mengembalikan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
2. Revitalisasi kelembagaan Politik dan Ketata-negaraan
3. Memperkuat politik luar negeri
4. Mewujudkan kemandirian ekonomi nasional
5. Membangun Pertanian dan Mewujudkan kedaulatan pangan
6. Mewujudkan kedaulatan energi
7. Menata kembali Pengelolaan SDA Nasional
8. Membangun industri berbasis iptek dan sistem inovasi nasional
9. Menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran
10. Mewujudkan Layanan Pendidikan Berkualitas da Terjangkau bagi semua
11. Mewujdukan layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau bagi semua
12. Mengelola Pertumbuhan Penduduk, Mewujudkan Keluarga Kecil
Sejahtera, Pengentasan Kemiskinan dan Mengoptimalkan Peran
Perempuan dan Generasi Muda]
13. Mewujudkan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama
14. Mewujdukan Penegakan Hukum yang Berkeadilan
15. Membangun kekuatan pertahanan dan keamanan nasional
16. Revitalisasi sistem perencanaan Pembangunan Penganggaran dan
Pengelolaan APBN
17. Mewujudkan Birokrasi Profesional dan Bersih
PLATFORM POLITIK EKONOMI ,
PRASARANA-SARANA
DAN SDA-LH
PIJAKAN-PIJAKAN POKOK
1. Konsep Demokrasi
• FREEDOM AND AUTONOMY
• EQUALITY
• REPRESENTATION
• CITIZENSHIP
2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi
• Memberdayakan NEGARA
• Memantapkan nilai-nilai dan sasaran
• Mempersiapkan stabilitas pemerintahan
• Melindungi kebebasan
• Penataan NASIONAL
• Penataan Hubungan Nasional dan Sub Nasional

3. Arti Pemerintah bagi Rakyat


• STABILITY AND ORDER
• Providing MATERIAL WELFARE
• CITIZENSHIP
• Promoting DEMOCRACY
3) INTEGRASI KOMPONEN NEGARA
Demokrasi
Kepemimpinan
RAKYAT Sistem politik
PEMERINTAH
Legitimasi dan akuntabilitas pem
Pembangunan hukum
Solidaritas sosial, Sistem pemilu
pembauran, Otonomi dan desentralisasi Keterbukaaan
mobilitas horisontal dan Jaminan HAM rekrutmen elit,
vertikal, kerukunan intern Suksesi secara damai
dan antar umat beragama, sikrulasi elit, komunikasi
hubungan intern dan antar Politik, legislatif, eksekutif,
etnik, hubungan industrial, yudikatif,tour of duty dan
pekerja dan majikan, tour of area,etika
liputan pers
dan komunikasi profesional
massa WILAYAH birokrasi

Hak tradisional rakyat atas tanah


Tata ruang Jaringan infrasturktur, Perbatasan negara
Transmigrasi Kerjasama dengan negara tetangga
Hak pribadi dan komunal tanah
transportasi Penguasaan sumberdaya nasional
untuk kepentingan umum darat, laut, udara, Pembangunan hankam
Penegakkan kedaulatan di darat,
Lingkungan hidup sarana komunikasi dan laut dan udara
Telekomunikasi, Ruang angkasa,
Pemeliharaan lingkungan
sumber kekayaan alam

12
4) KONSEP LEGITIMASI NEGARA
(Sumber : Bruce Gilley, 2009)

MAIN ENDS OF GOVERNMENT :


external security, internal order, general welfare,
freedom and justice .

SUMBER LEGITIMASI NEGARA :


1. PARTICULARISTIC (vary across to time and space, historical
bound concept)
2. SOCIOLOGICAL (positive feelings about the state and
making governance efficient in LARGE STATE)
3. DEVELOPMENTAL (organization, production, distribution of
material well being)
4. DEMOCRATIC (human rights, meaning civil, political, physical
and social rights)
5. BUREAUCRATIC (strength and effectiveness of state
institutions, regime durability).
13
CATATAN KRITIS
PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI SAAT INI
ASUMSI MAKRO APBN

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013


Indikator
Real. Real. Real. Real. Real. APBNP APBN
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,8
Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,9
9.691 10.408 9.087
Nilai Tukar (Rp/US$)
9.140 8.779 9.000 9.300
Suku Bunga SBI/SPN 3
8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 5,0
Bulan (%)
Harga Minyak ICP
72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 100,0
(US$/Barel)
Lifting Minyak (ribu
899 931 944 954 898,5 930 900
barel/hari)
Sumber: Kementerian Keuangan, 2012.

Beberapa gambaran umum yang mengemuka seperti capaian makro yang dihadapkan
pada problema riil di tataran mikro. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat
inflasi yang stabil belum menunjukkan kualitas hingga saat ini: kesenjangan terus
meningkat.
KONFIGURASI APBN (Triliun Rp)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Keterangan
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBNP APBN
A. Pendapatan Negara dan Hibah 637,99 707,81 981,61 848,76 995,27 1.210,60 1.358,20 1.529,67
I. Penerimaan Dalam Negeri 636,15 706,11 979,31 847,10 992,25 1.205,35 1.357,40 1.525,19
1. Penerimaan Perpajakan 409,20 490,99 658,70 619,92 723,31 873,87 1.016,20 1.192,99
a. Pajak Dalam Negeri 395,97 470,05 622,36 601,25 694,39 819,75 968,29 1.134,29
b. Pajak Perdagangan Internasional 13,23 20,94 36,34 18,67 28,91 54,12 47,94 58,70
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 226,95 215,12 320,60 227,17 268,94 331,47 341,10 332,20
II. Hibah 1,83 1,70 2,30 1,67 3,02 5,25 0,80 4,48
B. Belanja Negara 667,13 757,65 985,73 937,38 1.042,12 1.295,00 1.548,30 1.683,01
I. Belanja Pemerintah Pusat 440,03 504,62 693,36 628,81 697,41 883,72 1.069,50 1.154,38
1. K/L 216,09 225,01 262,00 307,00 332,92 418,23 547,90 624,16
2. Non K/L 223,94 279,61 431,35 321,81 364,49 465,49 521,60 530,22
II. Transfer Ke Daerah 226,13 253,26 292,43 308,59 344,73 411,32 478,80 528,63
1. Dana Perimbangan 222,13 243,97 278,71 287,25 316,71 347,25 408,40 444,80
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 4,05 9,30 13,72 21,23 28,02 64,08 70,40 83,83
III. Suspen 0,92 (0,24) (0,06) (0,02) (0,02) 0,05 - -
C. Keseimbangan Primer 49,94 29,96 84,31 5,16 41,54 8,86 (72,30) (40,10)
D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (29,14) (49,84) (4,12) (88,62) (46,85) (84,40) (190,10) (153,34)
% terhadap PDB (0,90) (1,30) (0,10) (1,60) (0,70) 1,14 2,23 1,65
E. Pembiayaan 29,42 42,46 84,07 112,58 91,55 130,95 190,10 153,34
I. Pembiayaan Dalam Negeri 55,98 69,03 102,48 128,13 96,12 148,75 194,50 172,79
II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (26,57) (26,58) (18,41) (15,55) (4,57) (17,80) (4,40) (19,45)
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 0,27 (7,39) 79,95 23,96 44,71 46,55 - -
Sumber: Kementerian Keuangan dan BPK, 2012
PENERIMAAN NEGARA DAN HIBAH (TRILIUN Rp)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Keterangan
Real. Real. Real. Real. Real. APBNP APBN
I Penerimaan Dalam Negeri 706,1 979,3 847,1 992,2 1205,3 1357,4 1525,2
1. Penerimaan Perpajakan 491 658,7 619,9 723,3 873,9 1016,2 1192,9
a. Pajak Dalam Negeri 470,1 622,4 601,3 694,4 819,8 968,3 1134,3
1. Pajak Penghasilan 238,4 327,5 317,6 357 431,1 513,7 584,9
a. Migas 44 77 50 58,9 73,1 67,9 71,4
b. Nonmigas 194,4 250,5 267,6 298,2 358 445,7 513,5
2. PPN dan PPMBM 154,5 209,6 193,1 230,6 227,8 336,1 423,7
3. Pajak Bumi dan Bangunan 23,7 25,4 24,3 28,6 29,9 29,7 27,3
4. BPHTB 6 5,6 6,5 8 0 0 0,0
5. Cukai 44,7 51,3 56,7 66,2 77 83,3 92,0
6. Pajak Lainnya 2,7 3 3,1 4 3,9 5,6 6,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 20,9 36,3 18,7 28,9 54,1 47,9 58,7
1. Bea Masuk 16,7 22,8 18,1 20 25,3 24,7 27,0
2. Bea Keluar 4,2 13,6 0,6 8,9 28,9 23,2 31,7
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 215,1 320,6 227,2 268,9 331,5 341,1 332,2
a. Penerimaan SDA 132,9 224,5 139 168,8 213,8 217,2 197,2
1. Migas 124,8 211,6 125,8 152,7 193,5 198,3 174,9
a. Minyak Bumi 93,6 169 90,1 111,8 141,3 150,8 120,9
b. Gas Bumi 31,2 42,6 35,7 40,9 52,2 47,5 54,0
2. Non migas 8,1 12,8 13,2 16,1 20,3 18,8 22,3
a. Pertambangan Umum 5,9 9,5 10,4 12,6 16,4 15,3 17,6
b. Kehutanan 2,1 2,3 2,3 3 3,2 3,1 4,2
c. Perikanan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2
d. Panas Bumi 0 0,9 0,4 0,3 0,6 0,3 0,4
b. Bagian Laba BUMN 23,2 29,1 26 30,1 28,2 30,8 33,5
c. PNBP Lainnya 56,9 63,3 53,8 59,4 69,4 72,8 78,0
d. Pendapatan BLU 2,1 3,7 8,4 10,6 20,1 20,4 23,5
II Penerimaan Hibah 1,7 2,3 1,7 3 5,3 0,8 4,5
Penerimaan Negara dan Hibah 707,8 981,6 848,8 995,3 1210,6 1358,2 1529,7

Sumber: Kementerian Keuangan, 2012


BELANJA PEMERINTAH PUSAT (Triliun Rp)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Uraian
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBNP APBN
APBN 757,6 985,7 937,4 1042,1 1295 1548,3 1683
Belanja Pemerintah Pusat 504,6 693,4 628,8 697,4 883,7 1069,5 1154,4
1. Belanja pegawai 90,4 112,8 127,7 148,1 175,7 212,3 241,1
Kenaikan (%) 24.8% 13.2 % 16.0% 18.6% 20.8% 13.6%
2. Belanja Barang 54,5 56 80,7 97,6 124,6 186,6 166,9
3. Belanja Modal 64,3 72,8 75,9 80,3 117,9 168,7 216,1
Kenaikan (%) 13.2% 4.3% 5.8% 46.8 43.1% 28.1%
4. Pembayaran Bunga Utang 79,8 88,4 93,8 88,4 93,3 117,8 113,2
4.1. Dalam Negeri 54,1 59,9 63,8 61,4 79,6 84,7 80,7
4.2. Luar Negeri 25,7 28,5 30 26,9 13,6 33 32,5
5. Subsidi 150,2 275,3 138,1 192,7 295,4 245,1 315,6
5.1. Energi 116,9 223 94,6 140 255,6 202,4 273,1
5.2. Non Energi 33,3 52,3 43,5 52,8 39,7 42,7 42,5
6. Belanja Hibah - - - 0,1 0,3 1,8 3,6
7. Bantuan Sosial 49,8 57,7 73,8 68,6 71,1 55,4 65
8. Belanja Lain-lain 15,6 30,3 38,9 21,7 5,5 68,5 29,1
9. Tambahan Anggaran - - - - - 13,5 12,7
Sumber: Kementerian Keuangan, 2012.
TREND ALOKASI DANA DAERAH
TAHUN ALOKASI kenaikan% ALOKASI ALOKASI kenaikan %
TOTAL
% E=dY/dX
ANGGARAN (dX) PUSAT DAERAH (dY)

2001 354 79,70 272 82 n.r n.r/23.2%

2002 344 -2,82 246 -9,56 97 18,29 n.r/28.2%

2003 377 9,59 258 4,88 119 22,68 2,36/31.6%

2004 374 -0,80 255 -1,16 119 0,00 n.r/31.8%

2005 509 36,10 361 41,57 148 24,37 0,67/29.1%

2006 667 31,04 440 21,88 226 52.71 1,70/33.9%

2007 758 13,64 504 14,55 253 11.95 0,88/33.5%

2008 986 30.08 693 37.50 292 15,42 0,51/29.6 %

2009 937 0.14 629 (9.24) 309 5,82 4,16/32.98%

2010 1.042 11.21 697 10,81 345 11.65 1.04/33.1%

2011 1.295 24.28 883 26,69 411 19,13 0.79/31.7%

2012 1.548 19.54 1.070 21,18 479 16,55 0.85/30.9%

2013 1.683 8.72 1.154 7.85 529 10.43 1.20/31.4%

2014 1.842 9.45 1.249 8.23 593 12.10 1.28/32,2%


Transfer Ke Daerah

1.Mengurangi kesenjangan
fiskal antara pusat dan
daerah serta antar daerah.
2.Mendukung prioritas
pembangunan nasional yang
menjadi urusan daerah.
3.Meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
4.Meningkatkan penerimaan
daerah.
5.Memperluas pembangunan
infrastruktur daerah.
22
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Dana Bagi Hasil
UU No. 33/2004 menyediakan dana bagi hasil yang dibagi berdasarkan persentase tertentu bagi
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA)
memiliki 2 (dua) prinsip yaitu (DJPK RI, 2012):
1. By Origin yaitu daerah penghasil akan mendapatkan porsi DBH SDA lebih besar daripada
daerah lain dalam satu provinsi yang mendapatkan pemerataan dengan porsi tertentu.
2. Realisasi yaitu penyaluran DBH SDA dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan negaranya.

Penerimaan negara yang dibagihasilkan terdiri atas :


• Penerimaan Pajak, yang meliputi:
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
• PPh Orang Pribadi.
• Penerimaan Sumber Daya Alam, yang meliputi:
• Kehutanan;
• Pertambangan Umum;
• Perikanan;
• Pertambangan Minyak Bumi;
• Pertambangan Gas Bumi;
23
• Pertambangan Panas Bumi.
5 Daerah Penerima DBH Migas Tertinggi 5 Daerah Penerima DBH Migas Terendah

% thd % thd
Penyaluran TA
No. Se-Provinsi Penyaluran TA 2011 Total No. Se-Provinsi Total
2011
Nasional Nasional

KALIMANTAN
1 12.776.735.457.935 36,63% 1 MALUKU 3.135.801.356 0,009%
TIMUR

2 RIAU 10.298.445.778.591 29,52% 2 JAWA TENGAH 5.778.226.855 0,017%

SUMATERA SULAWESI
3 3.934.958.287.512 11,28% 3 6.006.271.072 0,017%
SELATAN TENGAH

KEPULAUAN SULAWESI
4 2.327.545.167.887 6,67% 4 6.175.615.020 0,018%
RIAU SELATAN

SUMATERA
5 ACEH 1.689.400.818.429 4,84% 5 7.820.963.021 0,022%
UTARA

24
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
Pesan Presiden pada Sidang Kabinet 22
Januari 2013 yaitu “ Tidak terselesaikannya
secara tepat isu kesenjangan pelaksanaan
pembangunan nasional diwaktu mendatang
akan diliputi persoalan sosial budaya, politik,
bahkan keamanan yang lebih besar dan sulit ”.
Wilayah yang Tingkat Kemiskinannya > 12,5% (kondisi Alert)
No Wilayah SEPT thn 2009 thn 2008
2013
1 PAPUA 31.53 37,52 37,08
2 PAPUA BARAT 27.14 35,71 35,13
3 MALUKU 19.27 28,22 29,66
4 GORONTALO 18.01 25,01 24,88
5 NUSA TENGGARA 20.24 23,31 25,66
TIMUR
6 NUSA TENGGARA 17.25 22,77 23,81
BARAT
7 ACEH 17.72 21,79 23,53
8 LAMPUNG 14.39 20,22 20,98
9 SULAWESI TENGAH 14.32 18,97 20,75
10 SULAWESI TENGGARA 13.73 18,97 20,75
11 BENGKULU 17.75 18,59 20,64
12 JAWA TENGAH 14.44 17,71 19,23
13 D.I. YOGYAKARTA 15.03 17,23 18,32
14 JAWA TIMUR 12.73 16,68 18,51
15 SUMATERA SELATAN 14.06 16,28 17,72
16 SULAWESI BARAT 12.23 15,3 16,73
17 SULAWESI SELATAN 10.32 12,31 13,32
Tingkat Kemiskinan Kondisi Warning
(10 s/d 20 %)

Kondisi Warning

No Wilayah Sep thn thn


2013 2009 2008
18 JAWA BARAT 9.61 11,96 13,01
19 SUMATERA 10.39 11,51 12,55
UTARA
20 MALUKU 7.64 10,35 11,29
UTARA
Tingkat Kemiskinan dalam kondisi Moderat (5 s/d 10 %)

No Wilayah SEPT thn 2009 thn 2008


2013
21 SULAWESI UTARA 8.50 9,78 10,09
22 SUMATERA BARAT 7.56 9,54 10,67
23 RIAU 8.42 9,47 10,62
24 KALIMANTAN BARAT 8.74 9,29 11,07
25 JAMBI 8.42 8,77 9,32
26 KEPULAUAN RIAU 6.35 8,26 9,18
27 KALIMANTAN TIMUR 6.38 7,77 9,50
28 BANTEN 5.89 7,64 8,15
29 KEPULAUAN BANGKA 5.25 7,46 8,59
BELITUNG
30 KALIMANTAN TENGAH 6.23 7,02 8,70
31 BALI 4.49 5,12 6,17
32 KALIMANTAN SELATAN 4.76 5,12 6,48
Tingkat Kemiskinan pada Kondisi
Sustainable (< 5%)

Kondisi Sustanaible
No Wilayah Sept thn thn
2013 2009 2008
33 DKI JAKARTA 3.72 3,62 4,29
Hasil penelitian ketimpangan antara kab/kota dengan berbagai indeks ketimpangan
menujukkan bahwa sistem transfer berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 dan UU no. 25
tahun 1999 belum mampu menurunkan ketimpangan antar daerah, malah makin
memperlebar horizontal imbalance.
Tabel trend ketimpangan 2002-2010 Grafik trend ketimpangan 2002-2010
Tahun Indeks E. Indeks J. Koefisien
Theil Bonet Variasi
2002 2,913 0,603 1,565

2003 3,171 0,692 2,288

2004 3,156 0,661 1,930

2005 3,162 0,645 1,909

2006 3,140 0,631 1,702

2007 3,214 0,690 2,112

2008 3,110 0,616 1,563

2009 3,100 0,610 1,531

2010 3,092 0,587 1,474


Variabel Independent Model 1 Model 2 Model 3
Model 4 Studi penyebab
ketimpangan antar
Konstanta (C)
-0,776 -0,707 -0,798 -0,798 daerah kabup/kota
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) menemukan bahwa:
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
-0,429*** -0,411*** -0,412*** -0,412***
Desentralisasi fiskal
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
melalui PAD dan DBH
0,125*** 0,135*** 0,307*** 0,307***
Dana Alokasi Umum (DAU)
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
signifikan mengurangi
Dana Alokasi Khusus -0,018*** -0,019***
ketimpangan antar
(DAK) (0,000) (0,000) kabupaten/kota di
-0,092*** -0,092*** -0,058*** -0,058*** Indonesia.
Dana Bagi Hasil (DBH)
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) DAU malah terbukti
Investasi (IVT)
0,033*** 0,028*** 0,054*** 0,054*** meningkatkan
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) ketimpangan antar
Belanja Daerah (BLJ) 0,019*** -0,02*** 0,205*** 0,205*** daerah di Indonesia.
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) Desain dana
Aglomerasi (AGLP) -0,128*** -0,471*** -0,471*** perimbangan (DAU,
(0,000) (0,000) (0,000) DBH, DAK) belum
Jumlah observasi 4050 4050 4050 4050 mampu menurunkan
R² 0,899 0,895 0,723 0,723 ketimpangan
Adjusted R² 0,899 0,895 0,723 0,723
antardaerah secara
Fstat 2340236 2590054 796064 796064
substansial.
Durbin Watson Stat 1,83 1,87 2,23 2,23
Akaike -6,926 -6,878 -5,91 -5,91
Politik anggaran: porsi untuk realisasi program “pro-poor” masih
kecil dibandingkan DAU, DBH, DAK dengan subsidi energi dll
tahun 2012 (dalam triliun Rp)

Sumber: KEMENTERIAN KEUANGAN (2013)


DANA PENYESUAIAN 2005-2011

33
Dana Penyesuaian Tahun 2011 dan 2012
NOMENKLATUR 2011 2012
15.Tunjangan Profesi Guru * *
16.Dana Penye
Penyesuaian Inf
Infras
rastr
truk
uktu
turr Daerah *
17.B
.Bantuan
antuan Operasio
Operasion
nal Se
Sekolah * *
18.Kurang Bayar Dana Sarana da
dan Prasarana *
19.Program Pemerintah Daerah dan Desentralisasi *

34
Pokok Persoalan Pembangunan Naisonal
1) Terkait dengan kesejahteraan yang meliputi :
• pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, pertumbuhan
pendudukdan “bonus demografi”,kemiskinan, ketenteraman/
ketertiban/keamanan/ perlindungan.
2) Lebih mendasar dirasakan indikasi terusiknya sistem nilai dan
tatanan kehidupan dalam masyarakat, yang mencakup :
• keadilan dan penegakan hukum, disiplin sosial, korupsi,
• problematika pemerintahan, hubungan pusat daerah dan
otonomi daerah serta dimensi-dimensi politik.
3) Kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan serta kebutuhan
sumberdaya alternatif;
4) Berkenaan dengan perdagangan internasional, belum efektifnya
upaya dalam peningkatan daya saing naisonal, belum efektifnya
penerapan IPTEK dan Inovasi serta secara umum masih ada
persoalan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia
BEBERAPA KENDALA PEMBANGUNAN EKONOMI
(1) Terbatasnya infrastruktur akibat kualitas belanja negara
yang rendah karena ruang gerak fiskal yang sempit,
(2) Ketergantungan pada aktivitas ekonomi berbasis
sumberdaya alam sehingga penciptaan nilai tambah
menjadi rendah,
(3) Tingginya nilai impor sebagai konsekuensi dari terbatasnya
jumlah industri dalam negeri,
(4) Pembangunan inklusif belum optimal karena sedikitnya
jumlah perusahaan menengah,
(5) Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah sehingga
pemanfaatan bonus demografi kurang optimal,
(6) Rendahnya kapasitas R&D sehingga belum optimalnya
pengembangan dan pemanfaatan teknologi
(7) Instrumen Kebijakan Pemerintah sifatnya parsial, tidak
inter-related dan piece-meal (DAYA SAING, MP3EI, SISLOGNAS,
PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIPS (PPP), SPIP/RISK MANAGEMENT, INFORMASI
GEOSPASIAL dan Instrumen Lingkungan : EIA, SEA, LCA
PROBLEM POLITIK ANGGARAN
• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat inflasi yang stabil
belum menunjukkan kualitas hingga saat ini: kesenjangan terus
meningkat.
• Dengan kebijakan suku bunga mengambang (floating exchange
rate), BI sebagai otoritas moneter sulit untuk mengendalikan nilai
tukar, hal ini diperparah dengan terus meningkatnya impor.
• Pertumbuhan kelas menengah membawa konsekuensi
bertambahnya konsumsi energi terutama BBM : nilai subsidi energi
terus meningkat.
• Peningkatan PDB tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan
perpajakan yang signifikan: peningkatan tax ratio sangat rendah.
PROBLEM POLITIK ANGGARAN
• Penerimaan negara yang berasal dari dividen BUMN tidak maksimal,
sementara biaya yang dikeluarkan dari APBN baik dalam bentuk PMN dan
SLA cukup besar, juga ditambah dengan pembayaran obligasi rekap baik
pokok maupun bunga.
• Total utang Pemerintah terus bertambah namun terjadi misalokasi :
kebutuhan akan dana infrastruktur masih mengalami banyak kendala.
• Perencanaan APBN yang tidak matang : 86,08% pembiayaan APBN dari utang
vs kelebihan pembiayaan yang terjadi dari tahun 2008-2011.
• Indikator kinerja anggaran belum diberlakukan di seluruh K/L, instansi
vertikal, dan SKPD.
• Terdapat kelemahan dalam politik aloaksi dana transfer daerah, berkaitan
dengan sistem kerja parlemen (DPR dan DPD).
• Problem regulasi antara UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 32 Tahun
2004, dan UU Nomor 25 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004, secara
resultante melemahkan konsepsi perencanaan dna capaian kemajuan
daerah.
• Perencanaan dan Pengelolaan anggaran beorientasi teknokratik, sistem
akuntansi, bukan berorientasi pembinaan NKRI dan akan sulit untuk
mencapai national goals establishment.
• Disorientasi Kebijakan Desentralisasi
- Tidak bermuara pada upaya mengatasi
kesenjangan antar wilayah
- Pilkada dan Pemekaran, orientasi
politik kekuasaan
- Ekses kerusakan lingkungan akibat
perijinan
MEKANISME DAN JADWAL PEMBAHASAN DANA PERIMBANGAN

NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN


Rapat Pembahasan Trilateral antar Depkeu,
Tidak membahas
1. Depdagri dan Bappenas mengenai Arah Mg.I April
pagu
Kebijakan DAK
Musrenbangnas (Kebijakan dana
2. Mg. II Mei
perimbangan (DAU, DAK dan DBH )
Penetapan RKP (Perpres) Memuat kebijakan
3. Mg. III Mei
Dana Perimbangan (Buku II)
Penentuan
Rapat Kesepakatan Awal antara Pemerintah
agenda
4. dengan Panja Transfer Ke Daerah DPR RI Mg. I Juni
pembahasan/
(Kebijakan Dana Perimbangan)
jadwal
Rapat Koordinasi antara Depdagri, Depkeu Pembahasan
Mg. II Juni
5. dan Departemen teknis mengenai Indikator indikator teknis
- Mg.III Juli
Teknis DAK dan data teknis
(tidak ada berita
Rekonsiliasi Data Belanja Pegawai di masing
masing-- acara
Mg. II Juni
6. masing Daerah (Pemda, Depdagri dan kesepakatan)
- Mg.I Juli
Depkeu) kecuali daerah 40
40
pemekaran
LANJUTAN
NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN
Depkeu, BPS,
dan Depdagri
Mg. II Juli -
7. Verifikasi Data Dasar penghitungan DAU (tidak ada
Agustus
berita acara
kesepakatan)
Pidato Presiden/Pengantar Nota Keuangan Mg. I
8.
dan RAPBN Agustus
Rapat Koordinasi Penetapan Daerah
Penghasil dan Dasar Penghitungan DBH SDA Mg.III
9.
Migas antara Depdagri dengan Dep. Teknis Agustus
(ESDM)
Mg.IV
Rapat Pembahasan antara Pemerintah
Agustus -
10. dengan Panja Belanja Ke Daerah (DBH, DAU
Mg. III
dan DAK)
Oktober
Penyampaian Hasil Kesepakatan Rapat Kerja
antara Pemerintah dan Panja Belanja Ke Mg. III
11.
Daerah DPR RI (Pagu alokasi DAU, DBH, Oktober
DAK, dana penyesuaian dan dana OTSUS) 41
41
LANJUTAN

NO KEGIATAN WAKTU KETERANGAN


Penyampaian pagu alokasi sementara Dana
Perimbangan (DAU dan DAK) ke Daerah melalui Mg.I
12.
Surat DJPK Depkeu (Via internet "Dana Nopember
Perimbangan.net")
(APBN 2010: tgl 29
Mg.I
13. Penetapan UU tentang APBN Okt 2009
Nopember
disahkan)
DAK ditetapkan 2
Penetapan Peraturan Menteri Teknis ttg Dasar
14. Mg. I Des. Mg setelah UU
Penghitungan DBH SDA
APBN ditetapkan
Penetapan Keppres DAU, PMK Alokasi DAK, PMK
mengenai Dana Bagi Hasil (PBB, BPHTB, DBH
Mg. I -
15. SDA, DBH Tembakau) dan PMK Dana OTSUS
Mg.II Des.
NAD, Papua, Papua Barat dan Dana tambahan
Infrastruktur Papua Barat
Juknis dittkan 2
Penetapan dan Penyampaian Juknis DAK ke
16. Mg. III Des Mg setelah PMK
Daerah
Alokasi DAK
Sosialisasi DAK masing-
masing-masing Bidang oleh Mg. III Des
17. 42
Dep.Teknis 42 - Jan
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN
EKONOMI , PRASARANA-SARANA
DAN SDA-LH
PADA RPJMN 2015-2019
Tujuan Indonesia Merdeka dalam
Pembukaan UUD 1945
Arah kebijakan pembangunan ekonomi ke depan
diprioritaskan pada perekonomian berbasis ilmu pengetahuan,
pembangunan yang berkelanjutan dan dengan orientasi nilai
tambah :
Pertama, memperkuat stabilitas makro ekonomi dan kebijakan
fiskal yang mendukung. Untuk itu, perlu reorientasi kebijakan
fiskal untuk meningkatkan pembiayaan infrastruktur,
perbaikan struktur ekonomi, pengembangan iptek, dan
pembangunan kapasitas inovasi nasional. Demikian pula,
kebijakan moneter dan perbankan yang mendukung stabilitas
ekonomi dan pembiayaan perekonomian.
Konsepsi pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan
pendekatan konwledge basis mensyaratkan : perubahan
mindset and academic culture, memberantas corruptive
culture, paradigma inklusifitas, mengurangi disparitas,
mempertimbangan karakteristik lokal dan menghargai karya
inovasi anak negeri.
Kedua, membangun struktur ekonomi dan kehandalan dunia
usahadengan cara :
• membangun struktur ekonomi untuk peningkatan nilai tambah
(hulu ke hilir)
• revitalisasi sektor pertanian dan kelautan yang berbasis
entrepreneurship menengah kecil yang handal
• ditopang oleh pengembangan bioteknologi,
• membangun kebijakan industri yang memungkinkan adanya
transfer pengetahuan melalui aliansi strategis perusahaan
besar-menengah-kecil, asing dan nasional,
.
• memperkuat insentif bagi peningkatan aktifitas aliansi strategis
dalam R&D, inovasi produk,
• training & human capital development oleh sektor swasta,
• pengembangan sektor energi alternatif yang mampu memasok
keperluan domestik dan memelopori kampanye dan
terwujudnya energi terbarukan yang tidak berbasis fosil.
• melakukan redistribusi pusat pertumbuhan dengan
mendekatkan industri/pabrik kepada bahan baku.
• pembangunan industri-industri strategis berbasiskan
ilmu pengetahuan dan teknologi
• menegakkan kemandirian pangan yang berkelanjutan
dengan mendorong konsep eco-corporate farming
untuk pembangunan yang berkelanjutan.
• perencanaan pembangunan dengan didasarkan
kapasitas daya dukung (carrying capacity) untuk
sustainable development.
Ketiga, membangun infrastruktur yang memperkuat Indonesia dalam
mendorong pertumbuhan wilayah, distribusi produksi , memperkuat
produktiviats daerah-daerah dalam NKRI , menjaga kedaulatan wilayah dan
ALKI serta mengatasi kesenjangan, dalam bentuk physical dan digital
connectivity.
•Pembangunan infrastruktur juga harus dikaitkan dengan sistem logistik
nasional dan mempertimbangkan kebijakan dan sistim distribusi sebagai
bagian dari paket insentif bagi masuknya investasi ( termasuk sistem
teknologi informasi)
•Pembangunan infrastruktur juga harus dikaitkan dengan sistem keamanan
wilayah dan kedaulatan wilayah (perbatasan).
•Pembangunan infrastruktur juga urgent dilakukan untuk mendukung
pembangunan pertanian dengan melakukan revitalisasi dam dan jaringan
irigasi di semua daerah irigasi di Indonesia.
•Pembangunan infrastruktur harus dituangkan dalam sistem transportasi
nasional yang harus dikaitkan sangat erat dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Keempat, pendalaman sektor keuangan dan perluasan akses
keuangan inklusif, dilakukan melalui pengembangan produk,
infrastruktur dan pasar untuk pembiayaan bagi perbaikan
struktur ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan
pengembangan iptek, serta memperluas akses dan layanan jasa
keuangan ke seluruh golongan masyarakat .

Kelima, membangun modal manusia dan kapasitas penerapan


teknologi, melalui penguatan institusi pendidikan, penguatan
institusi riset yang menghasilkan teknologi tepat guna,
memperkuat kolaborasi riset antara universitas, industri dan
lembaga-lembaga riset, serta memperkuat difusi iptek ke sektor-
sektor usaha, terutama untuk industri-industri menengah-kecil.
Keenam, Menyusun time frame untuk DAK beralih menjadi
dana yang diberikan kepada daerah
daerah.. Memberikan
pertimbangan dalam perencanaan DAK yang dikaitkan
dengan pendekatan kewilayahan dan menerapkan
mekanisme bottom-up guna menghindari mekanisme yang
bersifat sentralistik serta terpusat pada daerah tertentu.

Ketujuh, BAPPENAS merencanakan dana DEKONSENTRASI


(di waktu lalu
lalu,, Konsep REPELITA, disebut Buku IV). Ini
diperlukan untuk penataan secara nasional bagi
pembangunan daerah dalam perspektif nasional (prioritas).
Harus ada kejelasan prioritas dan orientasi pembangunan
dengan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan untuk
menghindari tumpang tindih dengan tugas – tugas yang
telah menjadi kewenangan pemerintah daerah.
50
50
Kedelapan, Kebijakan pengembangan iptek yang harus diarahkan pada :
• Inovasi sebagai bagian dari Masysarakat.
• Pendidikan yang berorientasi pada proses penciptaan. Ketiga,
• Perubahan mindset dari meminta menjadi mencipta.
• Kikis corruptive culture.
• Penghargaan pada karya inovatif.
• Menciptakan hubungan yang berkesinambungan antara pendidikan,
penelitian dan industri.
Menjadikan
Inovasi
sebagai bagian
dari
kehidupan Melaksanakan
Memanfaat masyarakat pendidikan
-kan hasil yang
inovasi
dalam Pembentuka berorientasi
pada proses
penciptaan
negeri
n /Sosialisasi
Budaya Melakuikan
Memberika
n Inovasi perubahan
mindset dari
meminta
penghargaa menjadi
n pada Mengikis mencipta
karya corruptive
inovasi culture
Kesembilan, memperkuat institusi dan reformasi birokrasi,
termasuk memperkuat capaian ease of doing business,
memperkuat institusi layanan publik, dan membangun birokrasi
yang efisien dan inovatif.
Penguatan birokrasi didalamnya meliputi :
•Kesadaran moral kenegarawanan dalam pengabdian, baik
sebagai leader maupun follower.
•Kesadaran dan internalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam
menjalankan tugas dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
•Pemahaman dan internalisasi nilai-nilai public life principles
•Penguatan dalam aspek-aspek kelembagaan yang meliputi :
aturan formal dan informal, karakter, sasaran, tujuan,
strategi, sistem nilai, pengambilan keputusan, interaksi dan
komunikasi, informasi dan teknologi, fleksibiltass-akomodatif,
kesiapan sumberdaya, organisasi , sdm dengan visi dan
vitalitasnya, pembiayaan, jaringan kerja dan kolaborasi
berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).
Kesepuluh, dalam perspektif mekanisme politik perencanaan
pembangunan, maka terdapat beberapa kebutuhan untuk :
(1) Membangun koherensi UU yang berkaitan dengan
pembangnunan (ekonomi) nasional yaitu UU Nomor 17
Tahun 2003, UU Nomor 25 Tahun 2004, UU Nomor 32 Tahun
2004, UU Nomor 33 Tahun 2004 dan UU Nomor 27 Tahun
2009 untuk keutuhan format dan sistem.
(2) Mengembangkan sistem perencanaan yang baru untuk
(terutama di daerah) dengan akomodasikan : civil society
secara efektif terlibat, DPRD secara aktif terlibat,, DPD sebagai
penghubung pusat-daerah, Kejelasan segmentasi APBN di daerah,
APBD Provinsi dan APBD Kab/Ko serta APBDesa, Ketegasan time
frame dan keterbukaan tentang informasi dana transfer daerah (untuk
menjadi sumber APBD) dan dana dekonsentrasi sebagai catatan
53
pembangunan untuk daerah. 53
PLATRFORM POLITIK PARTAI NASDEM
DALAM PEMBANGUNAN INSFRA-STRUKTUR
1. Embedded dengan Infrastruktur untuk Pembangunan Ekonomi
2. Infrasturktur unutk refleksi membangun kepercayaan publik
3. Infrastruktur untuk membuka isolasi dan pemerataan pembangunan wilayah
4. Infrastruktur untuk Pengendalian stabilitas wilayah
5. Infrastrukut untuk Menjaga Kedaulatan Negara
6. Infrastukrur untuk membangun daya saing nasional
7. Infrasturkutr untuk mendorong kemandirian nasional
8. Pembangunan khusus infrastruktur untuk sektor maritim.
9. Infrastruktur dalam kaitan efisiensi dan efektifitas pembangunan.
PLATFORM POLITIK
PARTAI NASDEM DALAM
PENGELOLAAN SDA-LH

1. Pendekatan Konseptual
2. Platform Politik SDA-LH
Pendekatan konsitusionalitas aspek :

- Demokrasi dan rasa untuk menjaga lingkungan


- Kaitan filosofis (insititutions yang mendorong
praktek atau rintisan untuk membangun nilai-nilai yang
menghargai lingkungan, deep-green pada penempatan
kebijakan).
- Pada konteks environmentalism orientasinya :
1. wider participation
2. adoption of greener policies
3. kaitan antara partisipasi dan greener outcome.
Kaitan antara pembangunan, populasi dan
lingkungan dalam 5 kategori
• Pertumbuhan dan pembangunan sosial
ekonomi
• Pertumbuhan dan penyediaan pelayanan sosial
• Pertumbuhan penduduk, pengelolaan
lingkungan hidup dan penggunaan lahan
• Distribusi penduduk dan pengelolaan
lingkungan, disparitas wilayah, masalah
perkotaan, lemahnya kohesi sosial dan
perubahan kepadatan penduduk
• Dinamika penduduk dan pencemaran tanah, air
dan udara.
Sumber : Agenda -21 KMNLH-UNDP (1997)
4
IMPLIKASI HASIL SP 2010
• Pada aspek lingkungan, implikasi yang paling sederhana
berupa ketersediaan sumberdaya alam serta polusi dan
pada pada variabel penduduk yaitu fertilitas, migrasi dan
mobilitas, untk menegjar kesejahteraan fisik, ekonomi
dan spiritual
• Kenyataannya, circumstances yang ada cukup kompleks
dengan berbagai situasi Indonesia pasca 1998 dengan
indikasi : bencana alam, terorisme, wilayah terbuka,
borderless dan transaksi illegal, perubahan kebijakan
sistem pemerintahan, dll yang sulit secara cepat di-
sistematika-kan.

6
IMPLIKASI menurut Human Development Indicators
(UNDP, 2005)
• Memperbesar ruang pilihan : HDI dan Human and Income poverty
• Mencapai tingkat hidup yang sehat dan panjang umur : trend
demografi, komitmen kesehatan, air, sanitasi, status gizi, krisis
kesehatan dan resiko, survival
• Memperoleh pengetahuan : komitmen anggaran pendidikan, tingkat
buta huruf dan tingkat partisipasi pendidikan, kreasi dan difusi
teknologi
• Akses kepada resources untuk hidup standard : kinerja ekonomi,
disparitas income dan konsumsi, struktur perdagangan, tanggung
jawab negara kaya untuk membrri bantuan dan membebaskan
hutang, aliran bantuan, modal privat dan hutang, prioritas belanja
publik dan tingkat pengangguran
• Menjaga untuk generasi yang akan datang: energy dan lingkungan
• Perlindungan keamanan pribadi : pengungsian dan senjata, Korban
kriminal
• Mencapai kesetaraan laki-laki dan perempuan : perempuan dalam
pembangunan, pemberdayaan, pendidikan, aktivitas ekonomi,
beban kerja dan waktu, partisipasi politik
• Hak-hak Kemanusiaan dan tenaga ekrja : status instrumen HAM
internasional, statrus konvensi hak-hak tenaga kerja. 7
(1) Tiga dimensi Generalized Support for Environment yaitu :
– kampanye informasi publik
– pengaturan harga dan pajak
– regulasi lingkungan
(2) Public Policy Preferences dalam lingkungan diukur dengan dua hal :
– general view on environmental policies including price, tax, serta
willingness to pay untuk peningkatan lingkungan
– Views on environmental policies untuk mengatasi issue spesifik
lingkungan (polusi udara, limbah rumah tangga, dll)

(3) Specific area for environment policy :


– domestic use
– car and transport policy
– household waste (karena bisa terjadi, kasat mata, pencemaran
lingkungan dan menyebabkan kerusakan terhadap siklus
kehidupan sehari-hari).
FUNGSI LINGKUNGAN
(Menurut Van der Maarel dan Dauvellier (1978) dan Braat et al (1979)
Ada 4 FUNGSI LINGKUNGAN

1. FUNGSI REGULASI :
terkait dengan kapasitas ekosistem untuk mengatur proses ekologis yang
esensial untuk menunjang sistem kehidupan dan sebaliknya juga
mempertahankan kesehatan lingkungan dengan menyediakan udara bersih,
air dan tanah

2. FUNGSI PEMBAWA/CARRIER
Eksositem alam menyediakan ruang dan bahan atau medium yang sesuai
untuk aktivitas manusia seperti kebiasaannya, rekreasi dan cocok tanam

3. FUNGSI PRODUKSI
Alam, menyediakan berbagai sumberdaya mulai dari pangan, bahan mentah
untuk industri, energi sampai kepada material genetik.

4. FUNGSI INFORMASI
Ekosistem alam membeir kontribusi kepada manusia kesehatan mental dengan
menyediakan kesempatan untuk refleksi, pencerahan spiritual, membangun
cognitif dan pengalaman estetika.
Links between societal benefit areas
New skills: governance
• Good science =understanding
• Conceptual framework
• Results to solutions
• Simple message -> societal relevance
• Liaise with planners
• Influence policy makers
GOOD GOVERNANCE
1. Control the misuse of natural resources and promotes their
sustainable management and use
2. Encourage local leadership and decentralization of power to
the grassroots level and build local capabilities
3. Promote sustainable economic development that is linked
with the sustainability of the natural environment
4. Promoting conservation and sustainable use of natural
resources to meet present needs without compromising the
needs of future generations.
5. Good environmental governance includes implementation
and evaluation to different international conventions,
treaties, and protocols it has signed.
KONSEP ENVIRONMENTAL
GOVERNANCE (UNEP, 2009).
• Environmental governance comprises the rules,
practices, policies, and institutions that shape how
humans interact with the environment.
• Good environmental governance takes into account
the role of actors that impact the environment.
From government to NGOs, the private sector and
civil society, cooperation is critical to achieving
effective governance that can help us move to
a more sustainable future.
• Some key principles in environmental
governance :
– Embeds the environment in all levels of decision
making and action
– Conceptualizes cities and communities, economic
and political life as a subset of the environment
– Emphiszes the connection of people to the
ecosystems in which they live.
– Promotes the transition from linier systems to the
circular systems.
ENVIRONMENTAL GOVERNANCE
ISSUES
• Ecological debt and environmental justice
• Soil deterioration
• Climate Change Management
• Biodiversity Management
• Water Management
• Ozone Layer
• Nuclear Risk
• Precautionary principle and transgenic organism
• Natural Hazards
(Sumber : UNEP, 2009 dan Peter J May et al, 1996).
PENDEKATAN SUSTAINABILITY
1. Untuk menyatukan konsep konservasi dalam pembangunan
ekonomi, diintroduksi konsep pembangunan berkelanjutan atau
sustainability
2. Konsep ini pertama kali diintroduksi pada World Conservation
Strategy (IUCN, UNEO and WWF pada tahun 1980).

3 Tujuan strategi tersebut yaitu :


a. menjaga proses ekologis esensial dan sistem pendukung
kehidupan (maintenance of essential ecological process and life
support system)
b. memelihara keaneka-ragaman genetik ( preservation of genetic
diversity)
c. penggunaan spesies dan ekosistem dengan memperhatikan
kesinambungannya (Sustainable utility of species and
ecosystems.)

4. Hal ini untuk membuktikan bahwa memelihara alam tidak selalu


berhadapan dengan pembangunan ekonomi.
32
• Pada pendalaman lanjut World
Commission and Enviroment and
Development (1987) Bruntland Report
mengembangkan :

1. Development that meets the needs of the present


without compromising the ability of future
generations to meet their own needs.

2. A process of change in which the exploitation of


resources, the direction of investment, the orientation
of technological development an institution change
are all in harmony and enhance both current and
future potential to meet human needs and aspirations

33
3. Ecological sustainability defined as natural
limits set by the carrying capacity of a given
ecosystem (physically, chemically and
biologically) so that human sue of the goods and
services provided by that system does not
irreversible impair the integrity and proper
functioning of this natruaL PROCESS AND
COMPONENT in the future.

4. Sustainable use of nature means that human


activities (economic development) should remain
within the limits set by the carrying capacity of
the natural ecosystems that support these
activities. 34
BEBERAPA UKURAN UNTUK
SUSTAINABILITY
KAPASITAS LINGKUNGAN
• Penggunaan sumberdaya dan limbah
• Polusi
• Keaneka-ragaman hayati

KUALITAS KEHIDUPAN
• Kebutuhan dasar : pangan, air, rumah, energi
• Informasi, pendidikan dan latihan
• Rekreasi dan kebudayaan
• Kebebasan (politik dan pribadi)
• Akses kepada barang dan jasa
• Pendapatan yang cukup dan adil
• Kesempatan kerja
• Kesehatan fisik dan mental
• Keindahan dan estetika
35
EKOSISTEM
• Adanya keterkaitan antara berbagai komponen
pemanfaatan kawasan dan sumberdaya
• Adanya keterkaitan ekologis antar
ekosistem/kawasan
• Pemanfaatan sumberdaya yang beragam (dapat
menimbulkan berbagai konflik)
• Wilayah dihuni oleh berbagai kelompok
masyarakat dengan preferensi yang berbeda
• Adanya sifat common property dan open access
What is the "Green Economy"?
• For the purposes of the Green Economy Initiative, UNEP has developed a working definition
of a green economy as one that results in improved human well-being and social equity,
while significantly reducing environmental risks and ecological scarcities. In its simplest
expression, a green economy can be thought of as one which is low carbon, resource
efficient and socially inclusive.
• Practically speaking, a green economy is one :
– whose growth in income and employment is driven by public and private investments
that reduce carbon emissions and pollution,
– enhance energy and resource efficiency, and
– prevent the loss of biodiversity and ecosystem services.
– These investments need to be catalyzed and supported by targeted public expenditure,
policy reforms and regulation changes.
– This development path should maintain, enhance and, where necessary, rebuild natural
capital as a critical economic asset and source of public benefits, especially for poor
people whose livelihoods and
– security depend strongly on nature.
LOW CARBON, GREEN GROWTH
Act No. 9931, Jan. 13, 2010 (South Korea)
to promote the development of the national economy :
• by laying down the foundation necessary for low carbon, green
growth and
• by utilizing green technology and green industries as new engines
for growth,
so as to pursue the harmonized development of the economy and
environment and to contribute to the improvement of the quality of life
of every citizen and the take-off to a mature, top-class, advanced
country that shall fulfill its responsibility in international society
through the realization of a low-carbon society.
• "low carbon" means lowering dependence on fossil fu
els, expanding the use and distribution of clean energy, and
rreducing greenhouse gases to an appropriate or lower level
by expanding carbon sinks;

• "green growth" means growth achieved by saving an


d using energy and resources efficiently to reduce climate ch
ange and damage to the environment, securing new growth
engines through research and development of green technol
ogy, creating new job opportunities, and achieving harmony
between the economy and environment;
• "green technology" means technology for minimizing the
emision of greenhouse gases and discharge of pollutants by saving an
d using energy and resources efficiently throughout the entire course
of social and economic activities, such as :
– technology for reducing greenhouse gases,
– technology for using energy efficiently,
– technology for clean manufacturing,
– technology for clean energy, technology for recycling of resources,
and
– environmentally friendly technology (including related
convergence technology);
• "green industries" means all industries for achieving low carbon, green g
rowth by producing goods and providing services for enhancing the efficiency of
energy and resources and improving the environment in all economic activities,
such as economy, finance, construction, transportation, logistics, agriculture, for
estry, fisheries, and tourism;
• "green products" means products that minimize the consumption of
energy and resources and the generation of greenhouse gases and pollutants;
• the term "green life" means a life style of being conscious of the seriousness of
climate change, saving energy in daily life, and minimizing the generation of gre
enhouse gases and pollutants.;
• "green management" means management through which an ent
erprise fulfills its social and ethical responsibilities by saving and using resources
and energy efficiently and by minimizing the emission of greenhouse gases and
the occurrence of environmental pollution in its business activities;
PLATFORM POLITIK PARTAI NASDEM DALAM
PENGELOLAAN SDA-LH

(1) Kebijakan SDA yang embedded dengan pembangunan ekonomi.


(2) Kebijakan SDA untuk kedaulatan pangan dan kedaulatan energi.
(3) Menata ulang kebijakan SDA sesuai dengan UUD 1945 maka Pasal
33 UUD 1945 harus secara konsekwen diterapkan. Dalam kaitan
ini perlu diteliti ulang semua UU yang memberi ruang perolehan
manfaat besar pihak asing atas SDA Indonesia.
(4) Pada sektor kehutanan di tata ulang pengelolaan hutan, reboisasi,
pembatasan izin pengusahaan hutan ( rentang waktu lebih dibatasi
dan penguasaan dibatasi hanya 49 %), konsersvasi hutan lindung,,
larang ekpsor bahan mentah, pengelolaan dengan partisipasi
masyarakat
(5) Pada sektor pertambangan perlu re-negosiasi kontrak pertambangan
dengan pihak asing yang merugikan kepentingan nasional
(6) Di sektor kelautan, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan.
Pencanangan pembangunan nasional berbasis kelautan.
Membangun industri jasa maritim, pengelolaan angkutan laut
seluruh wilayah Nusantara. Dibentuk coast guard untuk menekan
ekonomi biaya tinggi dan mengatasi duplikasi kewenangan di laut.
Harus ada satu kebijakan kelautan (ocean policy) untuk memayungi
semua peraturan di laut.
(1) Dengan prinsip bahwa pengelolaan SDA adalah mengambil dari lingkungan hal
yang bermanfaat, maka setiap pengambilan SDA harus dilakukan dengan
pendekatan kapasitas daya dukung untuk pembangunan yang berkelanjutan.
(2) Selain itu juga kepada lingkungan kita berikan beban, sehingga akan
membuatnya menjadi rusak. Untuk itu perlu dikelola udara dan atmosifir,
disertai dengan langkah-langkah pengendaliannya, yaitu :
- Pencemaran udara dari kendaraan bermotor,
industri, rumah tangga dan kebakaran hutan
- kualitas udara (hidrokrabon, NO, CO, SO2, Debu, Pb)
- Kebakaran hutan
- Perubahan Iklim
- Penipisan Ozon
(3) Dalam kaitan ini dengan penipisan Ozon dan akibat gas Carbon, maka
program pengelolaan karbon ditangani sesuai dengan standard
internasional dengan memperhatikan karakter masing-masing daerah
seperti daerah lahan gambut, wilayah hutan dengan riap tebal dan
sebagainya.
(4) Pengelolaan sumberdaya air dilakukan secara berkelanjutan dengan cara
memelihara sumber-sumber di hulu dengan fungsi hidro-orologis dan
catchment area. Terhadap sumber-sumber air tersebut harus dilindungi
dan dikurangi sekecil-kecilnya tekanan kepada sumber-sumber tersebut.
Dalam kaitan ini, maka pengelolaan air di tingkat petani untuk lahan
berpengiaran menjadi sangat penting, baik untuk mengatur distribusi air
irigasi dan juga dalam rangka memelihara lahan ririgasi. Eksploitasi
sumber air untuk keperluan komersial juga perlu dikontrol lebih ketat,
termasuk potensi pencemaran dalam pengusahaannya. Dengan
demikian kualitas dan kuantitas air secara berkelanjutan akan terjaga.
(5) Dalam hubungan hutan dan air, hutan sebagai wilayah penyimpanan air
secara alami, maka pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) harus
dilkelola baik dengan prinsip-prinsip pengelolaan DAS untuk selalu
terjaga daya dukung lahan dan dukungan kepada kehidupan dengan
partisipasi masyarakat dan senantiasa memeliharan kearifan lokal.
(6) Alam juga ahus dilindngi dari pencemaran limbah padat dan limbah cair.
Terhadap limbah B3 harus diberlakukan pengaturan perlakuan yang
ketat terutama bagi para pengusaha industri. Disisi lain terhadap limbah
rumah tangga juga diberlakukan standar dan dikampanyekan kesadaran
masyarakat akan pentingnya untuk menjaga dari pencemaran limbah
rumah tangga.
(7)Lahan kritis yang semakian berkembang akibat tekanan penduduk dan
saat ini terutama juga akibat bencana perlu dikelola. Beberapa
penyebab lahan kritis yang serius seperti ekstensifikasi pertanian,
illegal cutting,kebakaran hutan dan lahan, serta eksploitasi
pertambangan. Lahan kritis dikelola dengan prinsip-prinsip
pemulihan seperti reboisasi, reklamasi dan sebagainya.
(8) Erosi dan sedimentasi juga menjadi perhatian dan perlu dicegah dari
penyebabnya yaitu pengelolaan hutan di hulu. Sedimentasi yang
terjadi harus ditangani untuk menjaga normalitas fungsi sungai.
Terlebih lagi saat ini dengan banyak terjadi bencana alam banjir.
(9) Keursakan lingkungan pesisir laut berupa abrasi pantai dan hilangnya
ekosistem mangrove serta kerusakan terumbu karang dikelola untuk
pemulihannya. Upaya-upaya harus dilakukan dalam menjaga abrasi
pantai. Kampanye untuk menjaga ekosistem mangrove dan terumbu
karang kepada publik perlu terus menerus dilakukan untuk menjaga
salah satu sumber genetic resources tersebut.
(10) Hal yang paling penting dalam kebijakan SDA-LH ialah memelihara
keaneka-ragaman hayati, yang dapat dilakukan dengan cara menjaga
ekosistem-ekosistem endemic; dan sedapat mungkin dilakukan
pereka-yasaan genetic.
11.SDA secara kenyataan juga menjadi bagian dari sumber konfik, oleh
karena itu kebijakan SDA harus dikembangkan dalam kaitan
dengan menjaga lingkungan sosial yang senantiasa menjaga
kohesivitas dan kerukunan. Dalam kaitan ini, maka kearifan lokal
merupakan instrumen yang harus dikembangkan dan dipelihara
dengan baik.
12.Beberapa indikasi bencana akibat gejala alam dapat dideteksi,
untuk itu, dalam rangka antisipasi perubahan iklim, perlu dilakukan
penelitian dan pendalaman atas berbagai gejala serta langah-
langkah antisipastif yang perlu dijalankan oleh pemerintah sert
kampanye untuk kesiapan masyarakat.
13.Kebijakan SDA-LH berkenaan dengan organisme transgenik perlu
menjadi perhatian,
14.Kerawanan bencana alam sudah harus dideteksi sebaik-baiknya
dan dipetakan, serta dirancang penanganannya.
15.Menegaskan komitmen endorsement green-economy policy dalam
berbagai sektor serta menata regulasi pengelolaan SDA-LH dalam
hubungan pusat dan daerah terutama terkait dengan perijinan dna
penerimaan (bagi hasil).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai