BAB II
INDONESIA
Negara.28
diartikan sebagai (1) asal mula (yang menjadi sesuatu) ; bakal (binatang,
manusia, dan tumbuhan); (2) bentuk (rupa, wujud) yang asli; (3) acuan; ikatan;
(tentang mata cincin dsb); (4) badan (organisasi) yang tujuannya melakukan
sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha; dan (5) pola
prilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur di suatu
kerangka nilai yang relevan. Kamus tersebut juga memberi contoh frasa
28
Sri Soemantri, 2004, Eksistensi System Kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD
1945, Makalah Proseeding diskusi Publik, komisi Revormasi hokum Nasional (KRHN), Jakarta
31
yudikatif, legislatife).
berdasarkan:31
2. Kedududkan, atau
29
Moh. Kusnardi dan Bintang Saragih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Gaya Media
Pratama, Jakarta.
30
H. Ahmad roestandi, SH, 2006, Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab, Sekretariat
Jenderal dan kepaniteraan mahkamah Konstitusi, Jakarta, h. 53.
31
ibid, h. 107.
32
Ibid.
32
menjadi:
eksekutif, yudikatif).
Keputusan Presiden.
33
Firmansyah Arifin et.Al, Lembaga Negara Dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga
Negara. Konsorsium reformasi hokum Nasional (KRHN), Jakarta, h. 66.67.
33
1. The need to provide cultural or personal service supposedly free from the
1. Most are statutory and have separate legal identity. Their powers and
4. Some are entirely voluantary creations whose members have non special
legal status and who depend upon either consent or back government.
substantial shareholdings.
34
John Alder, Constitutions and Administrative Law, (London: The Macmillan Press
LTD, 1989), h. 225
35
Gerry Stoker, The Politic of Local Government, (London: The Mac. Millian Press,
1991), h. 63.
34
proses yang satu sama lain saling berhubungan dalam rangka penyelenggaraan
fungsi Negara atau istilah yang digunakan Sri Soemantri adalah actual
Negara yang adopsi setiap Negara bisa berbeda, secara konsep lembaga-
lembaga tersebut harus bekerja dan memiliki relasi sedemikian rupa sehingga
Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa melalui
11 Tahun 1998 tentang Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan
36
Sri Soemantri, 2004, Eksistensi System Kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD
1945, Makalah Proseeding diskusi Publik, komisi Revormasi hokum Nasional (KRHN), Jakarta.
35
PPP seperti Zein Badjeber, Ali Marwan Hanan dkk. Mereka mengusulkan
ingat usulan itu bukan ketikan komputer, tetapi manual,” kenang Ketua KPK
logis menambah bab dalam RUU. Kalau penambahan satu pasal atau ayat
biasa. Kedua, dilihat dari usulannya, penambahan bab ini belum dikaji secara
yuridis maupun semantik,” tutur Ruki yang ketika itu adalah juru bicara Fraksi
ABRI. Menurut Ruki, untuk membangun sebuah lembaga atau komisi yang
Harus dilakukan pengkajian yang betul dengan segala aspeknya. Karena itu,
Fraksi ABRI terpaksa menolak penambahan satu bab ini. Tapi soal
namun fraksi lain tidak setuju. "Agar barang itu (KPK) cepat jadi, akhirnya
36
korupsi", katanya.37
belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana
korupsi.
KPK adalah suatu komisi organik, yaitu komisi yang lahir dari
37
Pradirwan, 2014, “Sejarah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)”, available from :
URL : http://www.pradirwan.tk/2014/07/sejarah-komisi-pemberantasan-korupsi-kpk.html, diakses
tahun 2014.
37
KPK dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
pidana korupsi;
a. kepastian hukum;
b. keterbukaan;
c. akuntabilitas;
e. proporsionalitas.
38
Visi
Korupsi
Misi
Regulasi KPK
berikut ini:38
Pidana Korupsi
Pidana Korupsi
38
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2015, “Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia”, available from : URL :
https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesia, diakses
tanggal 21 Mei 2015.
39
Undang-Undang
Korupsi
Peraturan Pemerintah
Sampai dengan saat ini, tercatat ada 5 orang yang telah memimpin KPK.
39
Ibid.
40
Pasal 21
terdiri atas
40
Ermansjah Djaja, 2009, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Cet. II, Sinar Grafika,
Jakarta,h.197.
41
Korupsi.
Pasal 22
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b yang diajukan oleh
(2) Panitia seleksi pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
dari masyarakat.
(4) Calon anggota Tim Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(6) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5) dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
Pasal 23
Pasal 24
Pemberantasan Korupsi.
Pasal 21 ayat (1) huruf c adalah warga negara Indonesia yang karena
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi.
43
Pasal 25
Pemberantasan Korupsi;
Pasal 26
Pemberantasan Korupsi.
a. Bidang Pencegahan;
b. Bidang Penindakan;
membawahkan:
Penyelenggara Negara;
b. Subbidang Gratifikasi;
membawahkan:
a. Subbidang Penyelidikan;
c. Subbidang Penuntutan.
(5) Bidang Informasi dan Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
membawahkan:
c. Subbidang Monitor.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6),
dan ayat (7) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Pasal 27
Sekretaris Jenderal.
(2) Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
(4) Ketentuan mengenai tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal ditetapkan lebih
Pasal 28
Komisi Pemberantasan Korupsi dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain
Korupsi.
46
41
KPK, 2015, “Struktur KPK ”, available from : URL : http/www.kpk.go.id/id/tentang-
kpk/struktur-organisasi, diakses tahun 2015.
47
a) Deputi Pencegahan
pemeriksaan LHKPN;
Penyelenggara Negara
antikorupsi;
42
KPK, 2015, “Deputi Pencegahan ”, available from : URL
:http/www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/deputi-pencegahan, diakses tahun 2015
48
publik;
dan Pengembangan;
bidangnya.
KPK;
43
Ibid.
49
2) Direktorat Gratifikasi;
b) Deputi Penindakan
Pidana Korupsi.
lain;
bidangnya.
KPK.
1) Direktorat Penyelidikan;
2) Direktorat Penyidikan;
3) Direktorat Penuntutan;
45
Ibid.
51
dan Data.
Monitor;
lingkungan KPK;
penyebab korupsi;
46
KPK, 2015, “Deputi Informasi dan Data ”, available from URL:
http/www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/deputi-informasi-dan-data, diakses tahun
2015
52
dan
bidangnya.
Pimpinan KPK;
47
Ibid.
53
Pengaduan Masyarakat.
Pengaduan Masyarakat;
Pimpinan;
Masyarakat;
Masyarakat; dan
dengan bidangnya.
48
KPK, 2015, “Deputi Pengawasan internal dan Masyarakat ”, available from : URL :
http/www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/deputi-pengawasan-internal-dan-
masyarakat, diakses Tahun 2015.
54
membawahkan:49
Masyarakat.
5. Sekretariat Jenderal
49
Ibid.
55
KPK;
50
KPK, 2015, “Sekretariat Jendral ”, available from : URL
:http/www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/secretariat-jendral, diakses tahun 2015
56
bidangnya.
Jenderal;
2. Biro Umum;
4. Biro Hukum;
6. Sekretariat Pimpinan
Indonesia
Telah banyak upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk
51
Ibid.
57
efek jera bagi pelaku kejahatan korupsi merajalela dan hampir merata di
pada masa orde baru sejak tahun 1965 sampai dengan 1997, bahwa aparat
optimal.”52
52
Evi Hertanti, 2009, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, h. 23.
53
Lilik Mulyadi, 2007, Hukum Acara Pidana Normatif Teoritis, Praktik dan
Permasalahannya, P.T Alumni , Bandung.
58
Indonesia.
tindak pidana korupsi semakin rumit. Itu sebabnya mengapa tak lama tim ini
dibubarkan sendiri oleh Presiden dan hanya berfokus untuk memperkuat dan
tetapi masih banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi, karena setiap
hasil pentidikan (berkas perkara) yang telah dibuat oleh penyidik polri oleh
kejaksaan selalu diambilalih untuk ditangani sendiri atau penuntut jaksa yang
ayat (1) bahwa penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
terhadap tindak pidana, tidak ada istilah pidana umum maupun khusus.
Dengan demikian semau tindak pidana yang diatur dalam KUHP maupun
26.
Undang”.
nepotisme (KKN).”54
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
54
Op Cit, h. 34.
61
secara jelas semua pekerjaan yang harus dilakuakan penyidik dari permulaan
b. Pasal 284 ayat (2) KUHAP menyatakan ,” dalam waktu dua tahun setelah
1. Melakukan penuntutan;
Undang-Undang;
Pembangunan Nasional.
63
Pidana Korupsi. 55
pidana korupsi yang telah ada dalam Undang-undang No. 31 Tahun 1999
penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
sendiri.
55
Anwari, 2012, Perang Melawan Korupsi Di Indonesia, Institute Pengkajian Masalah
Politik Dan Social Ekonomi, Jakarta, h.6.
56
Adami Chazawi, 2003, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia,
BayuMedia Publishing, Jawa Timur, h. 448.
64
berbunyi: