Infeksi Postpartum
Infeksi Postpartum
PUERPERALIS
Di Susun Oleh :
1. Mardianto Prayogi
2. Ramadhan
3. Liska Saparina
4.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Puerperalis.
Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Makalah ini disusun dengan tujuan memberitahukan kepada
para pembaca tentang masalah yang kami bahas dan kaji di dalam makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
a. Pengertian _____________________________________________________ 5
b. Etiologi _______________________________________________________ 5
c. Klasifikasi _____________________________________________________ 6
d. Patofisiologi ___________________________________________________ 7
e. Pathways ______________________________________________________ 9
f. Manifestasi klinis ______________________________________________ 10
g. Komplikasi ___________________________________________________ 10
A. Penatalaksanaan _______________________________________________ 10
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian ___________________________________________________ 12
b. Diagnosa keperawatan _________________________________________ 13
c. Rencana keperawatan __________________________________________ 14
PENUTUP
a. KESIMPULAN _______________________________________________ 17
b. SARAN _____________________________________________________ 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja konsep dari infeksi post partum puerperalis ?
2. Bagaimanakah proses keperawatan jika pasien terkena infeksi postpartum ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian atau konsep dari infeksi puerparalis.
2. Agar mahasiswa paham dengan proses perawatan pasien infeksi post partum.
3. Agar mahasiswa bisa menerapkannya ilmu tentang infeksi post partum jika di
lapangan nanti bertemu dengan pasien infeksi postpartu.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat – alat yang tidak steril, tangan penolong,
dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichiacoli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
5
C. Klasifikasi
6
Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigil yang terjadi
berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan
lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis.
b. Peritonotis
Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula
kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta
terdapat facishipocratica.
Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis
umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.
c. Selulitis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvis.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula – mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil.
Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
D. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman - kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva,
vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman
patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar
luka asalnya.
7
Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
f.
8
E. Pathways
Trauma jalan lahir Episiotomi yg lebar Gangguan koagulasi Kegagalan kompresi pembuluh darah
Laserasi perineum Miometrium hipotonus Retensi
Vagina dan Serviks Ruptur sisa plasenta
Perubahan perfusi
F. Oliguria
jaringan
G.
Gangguan sirkulasi
Takikardi hipertropi
Tidak terkompensasi
Nyeri kemerahan,edema
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
• Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik
• Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
• Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugasdalam kamar
bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila
perlu dan atas indikasi tepat.
• Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.
10
b. Penanganan medis
• Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
• Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah
dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
• Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
• Lakukan transfusi darah bila perlu.
• Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.
11
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi post partum
Puerperalis
A. Pengkajian
1. Identitas klien :
meliputi (nama,umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama dll).
2. Keluhan utama :
biasanya klien merasakan tanda-tanda yang tidak wajar setelah kehamilan seperti
demam yang lama, nyeri yang tidak normal, kelainan pada perineum serta infeksi lain
yang di dapat postpartum.
3. Aktivitas istrahat :
malaise, letargi. Kelelahan dan atau keletihan yang terus menerus ( persalinan lama,
stresor pasca partum multiple).
4. Sirkulasi : takikardia dengan berat bervariasi.
5. Eliminasi :
diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus.
6. Integritas ego : ansietas jelas ( peritonitis).
7. Makanan/cairan :
anoreksia , mual/muntah. Haus, membran mukosa kering. Distensi abdomen,
kekakuan,nyeri lepas ( peritonitis).
8. Neurosensori : sakit kepala.
9. Nyeri/ketidaknyamanan :
nyeri lokal, disuria, ketidak nyamanan abdomen. Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding ( endometritis). Nyeri /
kekakuan abdomen unilateral/ bilateral(salpingitis/ooferitis, parametritis)
10. Pernafasan : pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
11. Keamanan :
Suhu ( 38,0 °c ) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus , diluar 24jam
pasca partum , adalah tanda insfeksi,namun suhu lebih tinggi dari 38,9 °c pada 24jam
pertama menandakan berkelanjutan infeksi. demam ringan menunjukan infeksi insisi,
demam tinggi adalah petunjuk atau infeksi lebih berat ( misalnya : salfingitis,
parametritis, peritonitis ). Dapat terjadi mengigil :mengigil berat / berulang ( sering
berakhir 30-40 menit ), dengan suhu memuncak lebih dari 38 °c, menunjukan infeksi
velpis, tromboflebitis atau peritonitis. Melaporkan pemantauan internal , pemeriksaan
vagina intrapartum sering, kecerobohan pada teknik aseptik. Infeksi sebelumnya ,
termasuk HIV, pemanjanan lingkungan.
12. Seksualitas :
a. pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama ( 24 jam atau lebih ).
b. Retensi produk konsepsi, edema, keras, nyeri tekan, atau mimisan, dengan
drainase kurulen atau cairan sanguinosa .
c. sabin uterus mungkin ada .
12
d. lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila insfeksi oleh streptokokal beta
hemolitik ), banyak, atau berlebihan.
13. Interaksi sosial :
status sosio – ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
14. Penyuluhan dan pembelajaran :
kurang perawatan pranatal.perawatan perineal yang kurang atau tidak adekuat.
Kondisi kronis : misalnya malnutrisi, anemia, diabetes
15. Pemeriksaan diasnostik :
jumlah sel darah putih ( SDP ) : normal atau tinggi pergeseran diperensial kekiri .
Laju sedimentasi darah ( LED ) , dan jumlah sel darah merah ( SDM ) : sangat
meningkat pada adanya infeksi, Hemoglobin / hematokrit ( Hb / Ht ) : penurunan pada
adanya anemia, kultur ( aerobik/ anaerobik ) dari bahanintrauterus atau intraservikal
atau drainase luka, atau pewarnaan gram dari lokhia serviksdan uterus :
mengidentifikasi organisme penyebab urinalisis dan kultur : mengesamping kan
infeksi saluran kemih. Ultrasosnografi : menentukan adanya fragmen-fragmen
plasenta yang tertahan; melokalisasi abses peritonium, pemeriksaan biomanual :
menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis , massa atau pembentukan abses atau adanya
vena dengan trobosis.
B. Diagnosa
1. Infeksi b/d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokimial.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat,
anoreksia, mual,muntah dan pembatasan medis.
3. Nyeri berhubungan infeksi pada organ reproduksi
13
1. Infeksi b/d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokimial.
14
yang hebat; atau hidup) adanya anemia
kemerahan, edema, h) Peningkatan
drainase, atau masukan
pemisahan insisi ) menggantikan
i) Pantau masukan kehilangan dan
oral/parental, tekanan meningkatkan
kebutuhan sedikitnya volume sirkulasi.
2000 ml cairan per Mencegah dehedrasi
hari. Perhatikan dan membantu dalam
haluan urine, derajat reduksi demam
hidrasi, dan adanya i) Meningkatkan aliran
mual, muntah dan lokhia dan drainase
diare uterus/ pelvis
j) Tingkatnya ambulasi j) Meningkatkan
dini, yang sirkulasi;
diseimbangkan meningkatkan
dengan istirahat pembersihan sekresi
adekuat pernapasan dan
k) Selidiki keluhan- drainase lokhia ;
keluhan nyeri kaki tingkatkan
atau dada.perhatikan pemulihan dan
pucat,bengkak,atau kesejahteraan umum
kekakuan ekstrimitas k) Tanda Dn gejalah ini
bawah (rujuk pada adalah petunjuk
MK : trombofiebitis pembentukan
pascapartum) thrombus septik
l) Anjurkan bahwa ibu l) Sariawan oral pada
menyusui secara bayi baru lahir
periodic memeriksa adalah efek samping
mulut bayi terhadap umum dari terapi
adanya bercak putih. antibiotik ibu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat,
anoreksia, mual,muntah dan pembatasan medis.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL Kalaborasi
15
dan nutrisi lain untuk
memenuhi kebutuhan
metolik serta
menggantikan
nutrien dan oksigen
untuk digunakan
untuk proses
pemulihan
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada
waktu persalinan dan nifas.
Infeksi puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui permukaan
endometrium).
B. Saran
Sebaiknya perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan
infeksi dengan benar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius.
Http://aritangahu.blogspot.com/2011/04/askep-infeksi-puerperalis.html
18