Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI POST PARTUM

PUERPERALIS

Dosen Pembimbing : Ns. Septy Yanti S.Kep.,M.Pd

Di Susun Oleh :

1. Mardianto Prayogi
2. Ramadhan
3. Liska Saparina
4.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN
DIII KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Puerperalis.

Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Maternitas. Makalah ini disusun dengan tujuan memberitahukan kepada
para pembaca tentang masalah yang kami bahas dan kaji di dalam makalah ini.

Apabila di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan sehingga


jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk
kebaikan penulisan selanjutnya sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Terutama pada kelompok kami sendiri sehingga makalah ini dapat
dipergunakan dengan semestinya.

Bengkulu, April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR _________________________________________________ 2

DAFTAR ISI ________________________________________________________ 3

BAB I PENDAHULUAN _______________________________________________ 4

a. Latar belakang __________________________________________________ 4


b. Rumusan masalah _______________________________________________ 4
c. Tujuan ________________________________________________________ 4

BAB II PEMBAHASAN _______________________________________________ 5

a. Pengertian _____________________________________________________ 5
b. Etiologi _______________________________________________________ 5
c. Klasifikasi _____________________________________________________ 6
d. Patofisiologi ___________________________________________________ 7
e. Pathways ______________________________________________________ 9
f. Manifestasi klinis ______________________________________________ 10
g. Komplikasi ___________________________________________________ 10
A. Penatalaksanaan _______________________________________________ 10

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian ___________________________________________________ 12
b. Diagnosa keperawatan _________________________________________ 13
c. Rencana keperawatan __________________________________________ 14

PENUTUP

a. KESIMPULAN _______________________________________________ 17
b. SARAN _____________________________________________________ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja konsep dari infeksi post partum puerperalis ?
2. Bagaimanakah proses keperawatan jika pasien terkena infeksi postpartum ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian atau konsep dari infeksi puerparalis.
2. Agar mahasiswa paham dengan proses perawatan pasien infeksi post partum.
3. Agar mahasiswa bisa menerapkannya ilmu tentang infeksi post partum jika di
lapangan nanti bertemu dengan pasien infeksi postpartu.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya


kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

B. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat – alat yang tidak steril, tangan penolong,
dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichiacoli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

5
C. Klasifikasi

Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :


1). Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan endometrium.
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks
Tanda dan gejalanya :
• Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi
urine.
• Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
• Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar
38ᵒC, dan nadi kurang dari 100x/menit.
• Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa meningkat hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis
 Kadang – kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiametra.
 Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak,
lokhea berwarna merah atau coklat.
 Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya
sesuai dengan kurva suhu tubuh.
 Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
 Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan
biasanya sangat mengganggu.
 Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.
2). Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan
endometrium.
a. Septikemia dan piemia
 Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil
dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-
160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7 hari post
partum.

6
 Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigil yang terjadi
berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan
lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis.
b. Peritonotis
 Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula
kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta
terdapat facishipocratica.
 Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis
umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.
c. Selulitis pelvis
 Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvis.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
 Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula – mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil.
 Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
D. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman - kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva,
vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman
patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar
luka asalnya.

7
Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan
atau alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.

b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi


bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan
mulut petugas yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar bersalin.

c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari


penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa
oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang
tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.

d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,


kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban.

e. Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada


waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi
pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan
beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala - gejala ialah
kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia;
denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya
menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati
amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

f.

8
E. Pathways

Trauma jalan lahir Episiotomi yg lebar Gangguan koagulasi Kegagalan kompresi pembuluh darah
Laserasi perineum Miometrium hipotonus Retensi
Vagina dan Serviks Ruptur sisa plasenta

Perifer kompresi jantung ginjal mengeluarkan paru Eritroprotein

Hipovolemi (kurang suplai) vasokontriksi intake

GFR menurun hipoksia

Keterlambatan pengisian kapiler perdarahan

Pucat,kulit dingin/lembab kehilangan Vaskular yang berlebihan

Perubahan perfusi
F. Oliguria
jaringan
G.
Gangguan sirkulasi

Takikardi hipertropi

Tidak terkompensasi

Urine output menurun sianosis respiratorik

Resiko penurunan Takipnea Dyspnea


curah jantung

Gangguan pola Gangguan pola


eliminasi nafas
Hemato porsi atas vagina

Nyeri kemerahan,edema

Nyeri resiko tinggi


infeksi
9
F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :


a.Peningkatan suhu
b.Takikardi
c.Nyeri pada pelvis
d.Demam tinggi
e.Nyeri tekan pada uterus
f.Lokhea berbau busuk/ menyengat
g.Penurunan uterus yang lambat
h.Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi

G. Komplikasi

1. Komplikasi pada paru-paru : infark, abses, pneumonia,


2. Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan
hematuria,
3. Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan

H. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan
• Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik
• Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
• Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugasdalam kamar
bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila
perlu dan atas indikasi tepat.
• Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.

10
b. Penanganan medis
• Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
• Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah
dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
• Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
• Lakukan transfusi darah bila perlu.
• Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.

pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan thrombosis.

11
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi post partum
Puerperalis

A. Pengkajian
1. Identitas klien :
meliputi (nama,umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama dll).
2. Keluhan utama :
biasanya klien merasakan tanda-tanda yang tidak wajar setelah kehamilan seperti
demam yang lama, nyeri yang tidak normal, kelainan pada perineum serta infeksi lain
yang di dapat postpartum.
3. Aktivitas istrahat :
malaise, letargi. Kelelahan dan atau keletihan yang terus menerus ( persalinan lama,
stresor pasca partum multiple).
4. Sirkulasi : takikardia dengan berat bervariasi.
5. Eliminasi :
diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus.
6. Integritas ego : ansietas jelas ( peritonitis).
7. Makanan/cairan :
anoreksia , mual/muntah. Haus, membran mukosa kering. Distensi abdomen,
kekakuan,nyeri lepas ( peritonitis).
8. Neurosensori : sakit kepala.
9. Nyeri/ketidaknyamanan :
nyeri lokal, disuria, ketidak nyamanan abdomen. Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding ( endometritis). Nyeri /
kekakuan abdomen unilateral/ bilateral(salpingitis/ooferitis, parametritis)
10. Pernafasan : pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).

11. Keamanan :
Suhu ( 38,0 °c ) atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus , diluar 24jam
pasca partum , adalah tanda insfeksi,namun suhu lebih tinggi dari 38,9 °c pada 24jam
pertama menandakan berkelanjutan infeksi. demam ringan menunjukan infeksi insisi,
demam tinggi adalah petunjuk atau infeksi lebih berat ( misalnya : salfingitis,
parametritis, peritonitis ). Dapat terjadi mengigil :mengigil berat / berulang ( sering
berakhir 30-40 menit ), dengan suhu memuncak lebih dari 38 °c, menunjukan infeksi
velpis, tromboflebitis atau peritonitis. Melaporkan pemantauan internal , pemeriksaan
vagina intrapartum sering, kecerobohan pada teknik aseptik. Infeksi sebelumnya ,
termasuk HIV, pemanjanan lingkungan.
12. Seksualitas :
a. pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama ( 24 jam atau lebih ).
b. Retensi produk konsepsi, edema, keras, nyeri tekan, atau mimisan, dengan
drainase kurulen atau cairan sanguinosa .
c. sabin uterus mungkin ada .

12
d. lokhia mungkin bau busuk, tidak ada bau ( bila insfeksi oleh streptokokal beta
hemolitik ), banyak, atau berlebihan.
13. Interaksi sosial :
status sosio – ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
14. Penyuluhan dan pembelajaran :
kurang perawatan pranatal.perawatan perineal yang kurang atau tidak adekuat.
Kondisi kronis : misalnya malnutrisi, anemia, diabetes
15. Pemeriksaan diasnostik :
jumlah sel darah putih ( SDP ) : normal atau tinggi pergeseran diperensial kekiri .
Laju sedimentasi darah ( LED ) , dan jumlah sel darah merah ( SDM ) : sangat
meningkat pada adanya infeksi, Hemoglobin / hematokrit ( Hb / Ht ) : penurunan pada
adanya anemia, kultur ( aerobik/ anaerobik ) dari bahanintrauterus atau intraservikal
atau drainase luka, atau pewarnaan gram dari lokhia serviksdan uterus :
mengidentifikasi organisme penyebab urinalisis dan kultur : mengesamping kan
infeksi saluran kemih. Ultrasosnografi : menentukan adanya fragmen-fragmen
plasenta yang tertahan; melokalisasi abses peritonium, pemeriksaan biomanual :
menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis , massa atau pembentukan abses atau adanya
vena dengan trobosis.
B. Diagnosa
1. Infeksi b/d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokimial.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat,
anoreksia, mual,muntah dan pembatasan medis.
3. Nyeri berhubungan infeksi pada organ reproduksi

13
1. Infeksi b/d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokimial.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL Kalaborasi


Mandiri a) Anjurkan
penggunaan
a) Tinjau ulang catatan a) resiko tinggi pemanasan yang
prenatal, intrapartum, terhadap lembab dalam bentuk
dan pascapartum terjadinya/penyebara rendam duduk dan
b) Pertahankan n infeksi untuk pemanasan
kebijakan mencuci pascapartum yang kering dengan
tangan dengan ketat b) membantu mencegah menyinari
untuk staf,klien dan kontaminasi silang perinealpeineal
pengunjung c) mencegah selama 15 menit, 2
c) Berikan dan penyebaran infeksi sampai 4 kali sehari.
instruksikan klien d) pembersihan b) Demonstrasikan
dalam hal melepaskan penggunaan krim
pembuangan linen kontamina antibiotic
terkotaminasi, urinarius/fekal. perineum,sesuai
balutan, chux, dan Penggantian kebutuhan
pembalut dengan pembalut c) Pantau pemeriksaan
cepat. menghilangkan laboratorium, sesuai
Implementasikan media lembab yang indikasi :
pengadaan isolasi, menguntungkan kultur/sensitivitas
bila diindikasikan pertumbuhan bakteri jumlah darah
d) Demonstrasikan e) meningkatkan lengkap,jumlah
/anjurkan kontraktilitas uterus ; SDP,diferensial dan
pembersihan meningkatkan LED
perineum yang benar involusi dan jalan d) air meningkatkan
setelah berkemih dan dari adanya fragmen pembersihan, panas
defekasi dan sering plasenta yang menilatasikan
mengganti pembalut tertahan pembuluh darah
e) Demonstrasikan f) peningkatan tanda perineum.
masase fundus yang vital menyertai Menigkatkan aliran
tepat. infeksi ; fluktuasi asi derajat kehilangan
f) Tinjau ulang atau perubahan darah dan
pentingnya dan waktu gejala, menunjukan menentukan darah
prosedur perubahan pada lokal dan
g) Pantau suhu nadi dan kondisi klien. meningkatkan
pernapasan. g) Memungkinkan pemulihan
Perhatikan adanya identifikasi awal dan e) membasmi
menggigil atau tindakan ; organisme infeksius
laporkan anoreksia meningkatkan lokal,menurunkan
atau malaise. resolusi infeksi. risiko penyebaran
h) Observasi/catat tanda (catatatan meskipun infeksi.
infeksi lain(mis., infeksi lokal f) Membantu dalam
lokhia atau drainase biasanya tidak berat. jalur resulasi proses
yang berbau busuk; Kemajuan mejadi infeksius atau
subinvolusi uterus : faskulitas nekrotikon inflamasi.
nyeri tekan uterus dapat mengancam Mengidentifik

14
yang hebat; atau hidup) adanya anemia
kemerahan, edema, h) Peningkatan
drainase, atau masukan
pemisahan insisi ) menggantikan
i) Pantau masukan kehilangan dan
oral/parental, tekanan meningkatkan
kebutuhan sedikitnya volume sirkulasi.
2000 ml cairan per Mencegah dehedrasi
hari. Perhatikan dan membantu dalam
haluan urine, derajat reduksi demam
hidrasi, dan adanya i) Meningkatkan aliran
mual, muntah dan lokhia dan drainase
diare uterus/ pelvis
j) Tingkatnya ambulasi j) Meningkatkan
dini, yang sirkulasi;
diseimbangkan meningkatkan
dengan istirahat pembersihan sekresi
adekuat pernapasan dan
k) Selidiki keluhan- drainase lokhia ;
keluhan nyeri kaki tingkatkan
atau dada.perhatikan pemulihan dan
pucat,bengkak,atau kesejahteraan umum
kekakuan ekstrimitas k) Tanda Dn gejalah ini
bawah (rujuk pada adalah petunjuk
MK : trombofiebitis pembentukan
pascapartum) thrombus septik
l) Anjurkan bahwa ibu l) Sariawan oral pada
menyusui secara bayi baru lahir
periodic memeriksa adalah efek samping
mulut bayi terhadap umum dari terapi
adanya bercak putih. antibiotik ibu

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat,
anoreksia, mual,muntah dan pembatasan medis.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL Kalaborasi

m) Anjurkan pilihan m) Protein membantu a) Berikan cairan


makanan tinggi meningkatkan /nutrisi parenteral
protein,zat besi dan pemulihan dan sesuai indikasi.
vitamin C bila regenerasi jaringan b) Berikan preparat zat
masukan oral dibatasi baru, zat besi perlu besi dan atau vitamin
n) Tingkatkan masukan untuk sintesis hb. sesuai indikasi.
sedikitnya 2000 Vitamin c c) Bantu penempatan
ml/hari jus,sup dan memudahkan absorsi selang NGT sesuai
cairan nutrisi lain. zat besi dan perlu indikasi.
o) Anjurkan sentesis dinding sel
tidur/istirahat adekuat n) Memberikan kalori

15
dan nutrisi lain untuk
memenuhi kebutuhan
metolik serta
menggantikan
nutrien dan oksigen
untuk digunakan
untuk proses
pemulihan

3. Nyeri berhubungan infeksi pada organ reproduksi


Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri:
- Kaji lokasi sifat ketidak nyamanan atau - Membantu dalam diagnosa bandingan
nyeri keterlibatan jaringan pada proses infeksi.
- Berikan instruksi mengenai ,membantu, - Meningkatkan kesejahteraan umum dan
mempertahankan kebersihan dan pemulihan menghilangkan
kehangatan ketidaknyamanan berkenan dengan
- Instruksi klien dalam melakukan teknik menggigil.
relaksasi memberikan aktivitas pengalihan - Memfokuskan kembali perhatian klien
seperti,radio,televisi,atau membaca. meningkatkan perilaku yang positif dan
- Anjurkan kesinambungan menyusui saat kenyamanan.
kondisi klien memungkinkan .karenanya - Mencegah ketidaknyamanan dari
anjurkan dan berikan instruksikan dalam pembesaran payudara: meningkatkan
penggunaan pompa payudara listrik atau keadekuatan suplai ASI pada klien
manual. menyusui.

Kolaborasi : Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi


Berikan analgesic atau antipiretik. Kompres panas meningkatkan
Berikan kompres panas lokal dengan vasodilatasi,meningkatkan sirkulasi pada
mengggunakan lampu pemanas atau area yang sangat sakit dan meningkatkan
rendam duduk sesuai indikasi. kenyamanan lokal.

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada
waktu persalinan dan nifas.
Infeksi puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui permukaan
endometrium).

B. Saran
Sebaiknya perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan
infeksi dengan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

Http://aritangahu.blogspot.com/2011/04/askep-infeksi-puerperalis.html

18

Anda mungkin juga menyukai