(B/MP)
Mata Pelajaran : Analisis Bahan Kimia
Kelas/Semester : XI/I
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 3x45 menit
A. Kompetensi Inti
C. Tujuan pembelajaran
Melalui model pembelajaran Discovery Learning (DL) peserta didik diharapkan
terlibat aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, mengali informasi dari berbagai
sumber belajar, penyelidikan sederhana dan mengolah informasi, , berperilaku jujur,
memberkan kritik dn saran dalam diskusi, teliti dalam mengamati, memiliki sikap rasa
ingin yang tinggi serta mampu membandingkan hasil pembuatan senyawa CuSO4 pada
skala laboratorium dengan teori yang ada
D. Uraian Materi
1. Unsur-unsur transisi periode keempat
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar
dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang
belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion,
aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur
hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran
atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat
memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama
yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang
lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan
unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah.
Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red
negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V).
Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat
dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali
unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode
keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan
oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur
Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat
inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode
keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur
transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan
Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang
terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik
leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih
tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
2. Sifat Fisis Unsur Transisi Periode Keempat
I. Unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat
khas unsur-unsur transisi periode keempat antara lain :
a. Unsur-unsur transisi bersifat logam, maka sering disebut logam transisi.
b. Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya
lebih dari satu.
c. Banyak diantaranya dapat membentuk senyawa kompleks.
d. Beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai katalisator.
e. Titik didih dan titik leburnya sangat tinggi.
f. Mudah dibuat lempengan atau kawat dan mengkilap.
g. Dapat menghantarkan arus listrik.
h. Persenyawaan dengan unsur lain mempunyai oksida positif.
II. Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena
konfigurasi elektron unsur transisi menempati sub kulit d, elektron-elektron pada
orbital d yang tidak penuh memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron
dengan energi rendah akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi
(tereksitasi) dengan menyerap warna misalnya energi cahaya dengan panjang
gelombang tertentu karena energi yang diserap besarnya pun tertentu. Struktur
elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna yang pula
Biloks +2 +3 +4 +5 +6 +7
Unsur
Sc - Tidak Tidak - - -
berwarna berwarna
Ti - Ungu Biru - - -
V Ungu Hijau - Merah Jingga -
Cr Biru Hijau - - Hijau -
Mn Merah - - - - Ungu
muda
Fe Hijau Kuning - - - -
mudah
Co Merah Biru - - - -
muda
Ni Hijau - - - - -
Cu Biru - - - - -
Zn Tidak - - - - -
berwarna
III. Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri dari ion logam sebagai ion
pusat yang menyediakan orbital d,s, dan p-nya yang kosong untuk elektron-
elektron yang berasal dari ion atau molekul yang diikatnya yang disebut dengan
ligan. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan
(ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi)
adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing
ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu
(kation logam transisi) adalah +2.
Sc Tidak dibuat
dalam skala
industri
Magnetite,
Fe3O4
Co Cobaltite, Co As Co3O4 Al
S
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1. Proses Bessemer :
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar
gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu dituang dan
dicetak.
2. Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida
besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi
besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C
berkurang.
3. Dengan dapur listrik.
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur
listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar
C yang tertentu.
5. Ekstraksi tembaga dari bijihnya dilaukan melalui rangkaian reaksi redoks
Pengolahan tembaga
Tembaga terdapat di alam dalam bentuk senyawa Cu2S, Cu2O. Bijih tembaga
dinaikan konsentrasinya dengan proses pengapungan (flotasi) lalu dikenakan proses
pemanggangan. Maka terjadi proses reduksi intramolekuler, diperoleh tembaga.
Reaksinya :
Cu2S + O2 2 Cu + SO2
2 Cu2S + 3 O2 2 Cu2O + 2 SO2
Cu2S + 2 Cu2O 6 Cu + SO2
Tembaga yang diperoleh belum murni tetapi sudah dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti pipa, bejana, dan lain-lain, tetapi belum baik untuk penghantar
listrik. Untuk memurnikan dilakukan proses elektrolis.
Proses pemurnian tembaga :
Susunan : - Katode : logam Cu dilapis tipis dengan karbon grafit.
- Anode : logam Cu tak murni
- Elektrolit : larutan CuSO4
Reaksi : Katode : Cu+2 + 2 e- Cu menempel katode.
Anode : Cu (An) Cu+2 + 2e-
Logam Tembaga dapat diperoleh melalui pemanggangan kalkopirit, seperti
yang dinyatakan dalam persamaan reaksi di bawah ini :
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat
pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi Tembaga adalah
+1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami disproporsionasi dalam
larutan.
Cu(Anode) Cu (katode)
Yang dapat tereduksi pada katode hanya Cu, sedang logam yang kurang reaktif (Ag,
Au) mengendap di dasar bejana, dan logam yang lebih reaktif (Fe) tetap dalam
larutan, sebagai ion Fe2+, Ag dan Au merupakan hasil tambahan.
1. Perbandingan pembuatan CuSo4 pada skala laboratorium dengan teori yang
ada
Data Pembuatan larutan CuSO4
Perlakuan Hasil Pengamatan
3M H2SO4 100 ml + 6 M H2SO4 100 Larutan tidak berwarna
ml
Cu berbentuk melingkar terletak di - Sebagai anoda (terjadi oksidasi)
kutub (+) - Logam Cu(s) berkurang karena terurai
menjadi ionnya yaitu Cu2+(aq), dan
ionnya ini ditunjukkan dengan warna
biru
Cu berbentuk lurus terletak di kutub (- - Sebagai katoda (terjadi reduksi)
) - Terdapat gelembung gas H2(g) dan
logam Cu bertambah karena terdapat
endapan logam Cu
Larutan CuSO4 - Berbau menyengat
Larutan H2SO4 + logam Cu - Dari tidak berwarna lama kelamaan
secara perlahan-lahan larutan menjadi
warna biru
Data diatas merupakan pembuatan CuSO4 dengan menggunakan metode
elektrolisis. Cu yang dipakai dalam percobaan ini adalah kabel tembaga yang
berukuran sedang. Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 100 ml larutan
Accu dengan 100 ml H2SO4 6 M menghasilkan larutan tidak berwarna. kemudian
pasang elektroda Cu yang berbentuk lurus pada kutub negative sebagai katoda dan
elektroda Cu yang bebentuk seperti melingkar pada kutub positif sebagai anoda
kemudian masukkan kedua elektroda ke dalam larutan Accu yang telah dicampurkan
dengan larutan H2SO4 6M. pada elktroda Cu yang berbentuk lurus terdapat
gelembung gas H2(g) dan logam Cu bertambah karena terdapat endapan logam Cu
sedangkan pada elektroda melingkar yang terletak di kutub positif logam Cu(s)
berkurang karena terurai menjadi ionnya yaitu Cu2+(aq) dan ionnya ditunjukkan
dengan warna biru.
Jadi kaitan antara data percobaan dengan teori berbanding lurus karena unsure Cu
umumnya berwarna biru
2. Menyimpulkan data hasil pembuatan senyaw transisi (pembuatan CuSO4)
Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Logam Cu bentuk spiral mengendap sedangkan bentuk lilitan tidak mengendap. Pada
percobaan ini menghasilkan larutan CuSO4 berwarna biru. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi, dan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Endapan Cu yang dihasilkan
merupakan hasil dari proses oksidasi dan reduksi.
E. Soal Latihan
1. Tuliskan reaksi yang terjadi dari data percobaan pembuatan senyawa CuSO4!
2. Jelaskan mengapa senyawa transisi yang di bentuk umumnya berwarna biru!
3. Berdasarkan data percobaan pembuatan CuSO4, berikanlah kesimpulan dari data
tersebut!
E. Kunci Jawaban
F. Pedoman Penskoran :
G. Daftar Pustaka :