Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,
2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg,
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
B. ETIOLOGI

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua.
Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang
kedua hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar
tiroid. Yang banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari
kasus hipertensi. Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak dapat
dipastikan penyebabnya (Marliani, 2007).
C. JENIS HIPERTENSI
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi
lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes
melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak
90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu
banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan
dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang
meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder


Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10
persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi
bukan faktor penyebab.
D. PATOFISIOLOGIS
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
E. KLASIFIKASI HIPERTENSI
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
1. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1. < 119 mmHg : Normal
2. 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3. 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4. > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic
1. < 79 mmHg : Normal
2. 80-89 mmHg : pra hipertensi
3. 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4. >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
F. GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
G. FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar
60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani
secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007).
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
1. Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi,
2008).
2. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningka
e. Minum alcohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi.
H. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja
lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah
berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung
dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang
yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan
pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat
mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan
intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa
kematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering
diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung
tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang
sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak,
maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga
dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh
yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan
adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan
cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
I. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya
(Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Menghindari kegemukan (obesitas)
c. Olahraga teratur.
d. Makan banyak buah dan sayuran segar.
e. Tidak merokok dan minum alkohol.
.DAFTAR PUSTAKA

Marliani 2007.Hipertensi.Jakarta,Elex media komputindo


Rohaendi 2008,Jakarta Gramedia.Pustaka Utama
Sutanto 2009,Cekal Penyakit modern Hipertensi,Strok,jantung,Yogyakarta.
Salma Elsanti 2009,Klasifikasi penyakit Hipertensi
Sustrani.2006.Kamus Kedokteran.Gitamedia Press.Surabaya.
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA “NY.W”
DI DESA SUATO LAMA KECAMATAN SALAM BABARIS
KABUPATEN TAPIN

Tanggal Pengkajian : 24 Januari 2017


Jam : 13.00 WITA
Oleh : Desy

SUBYEKTIF
1. Struktur Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga :Ny.W
b. Umur : 59 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Swasta
g. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
h. Alamat : Desa suato lama RT.14 RW.04
i. Daftar Anggota Keluarga (Extended Family)

Hubungan Gol. Umur


No. Nama L/P Pendidikan Agama Pekerjaan Imunisasi
Keluarga Darah (thn)

1 Ny.W KK P AB 59 SD Islam Swasta Lengkap

j. Tipe Keluarga : Keluarga Besar / Extended Family


k. Hubungan antar keluarga : Baik
2. Sifat Keluarga
Saling membantu apabila ada masalah,bermusyawarah untuk mendapatkan
jalan keluar.Saling mengerti antar keluarga satu dan yang lainnya.
a. Kebiasaan hidup sehari-hari:
1) Ibu mengatakan kebiasaan makan sehari-hari adalah:
a) Waktu makan : Pagi,siang,dan malam
b) Frekuensi makan : 3 kali sehari
c) Jenis makanan :
Makanan Pokok : Nasi
Lauk Pauk : Ikan,ayam,tahu,dan tempe
Sayuran : Kangkung,bayam,dll
Buah-buahan : Pisang,pepaya
Susu : Tidak ada
Makanan tambahan : Tidak ada
d) Minuman :
Jenis : Air putih
Frekuensi : 3-5 kali sehari
e) Cara Pengolahan makanan :Digoreng dan direbus
f) Makanan pantangan : Tidak ada
g) Kebiasaan menucui tangan : Seblum dan sesudah melakukan

pekerjaan

h) Kebiasaan BAB dan BAK : Normal


2) Hiburan : Nonton tv
3) Personel Hyegiene / Keluarga : Baik
4) Kebiasaan sehari-hari yang merugikan : Tidak ada
FAKTOR EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

1. Kegiatan sosial kemasyarakatan : Pada saat ada acara didesa keluarga


membantu dalam melaksanakannya seperti gotong royong.
2. Kebiasaan dalam keluarga terkait dengan budaya : Tidak ada

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga (tiga bulan terakhir) :

NAMA ANGGOTA JENIS UPAYA


No. KET.
KELUARGA PENYAKIT PENANGGULANGAN

Memberikan garam
1 Ny.W Hipertensi Terlaksana
lososa

2. Kesehatan Ibu dan Anak


a. Riwayat kehamilan yang lalu : Tidak ada

Tangga Jenis
Hamil Jenis Penyulit/ BB/PB Keadaan
l lahir Kelami Penolong
ke Persalinan komplikasi lahir anak
anak n Anak

- - - - - - - -

b. Riwayat Kontrasepsi yang pernah digunakan oleh Ny.W

Jenis Pasang Lepas


No.
kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Keluhan

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


1 Tidak ada
add ada ada ada ada ada ada ada
3. Kesehatan Lansia
a. Lansia ada atau tidak
: Ada
b. Keluhan penyakit yang diderita lansia
: Hipertensi
c. Tindakan yang dilakukan sehubungan dengan keluhan penyakit
tersebut: Pemberian garam lososa,memeriksakan tekanan darah ibu,dan
memberikan penyuluhan tentang bahaya hipertensi.
d. Lansia terbiasa melakukan aktifitas olah raga
: Iya
4. Riwayat spiritual Anggota Keluarga
Ibu masih bisa melakukan ibadah sholat 5 waktu dan ibadah lainnya.

5. Kesadaran Keluarga tentang Bahaya HIV/AIDS : Tidak Tahu

6. Tanggapan Keluarga terhadap Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Sosial


a. kesehatan selama ini adalah : Baik
b. Tanggapan keluarga tentang petugas kesehatan : Ibu percaya tentang
petugas kesehatan.
c. Keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan/penyuluhan informasi
kesehatan : Iya
d. Kunjungan petugas kesehatan puskesmas ke rumah : Tidak ada

7. Dana Sehat atau JPKM


a. Pengetahuan keluarga tentang Jaminan Kesehatan : Iya
b. Keikutsertaan keluarga dalam Jaminan Kesehatan : Iya

8. Persepsi dan Tanggapan Keluarga terhadap Masalah


a. Persepsi keluarga terhadap masalah yang dihadapi adalah : Tidak
ada
b. Tanggapan/mekanisme coping keluarga terhadap masalah : Tidak
ada

OBYEKTIF

A. Keadaan Fisik Keluarga


1. Saat dilakukan Pengkajian keadaan kesehatan anggota keluarga dalam
keadaan : Sehat
2. Pemeriksaan tanda vital pada anggota keluarga (seluruh anggota
keluarga)
a. Ny.W
TD : 160/100 mmHg
TB : 153 cm
BB : 47 kg

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Jelaskan 10 indikator dalam


PHBS)

PHBS TATANAN Ya Tidak


RUMAH TANGGA
Persalinan ditolong oleh Ya
tenaga kesehatan
Memberi Bayi ASI Ya
Eklusif
Menimbang balita (0-59 Ya
bulan) setiap bulan
menggunakan air bersih Ya
Mencuci tangan dengan Ya
air bersih dan sabun
menggunakan jamban Ya
sehat
memberantas air bersih Ya
makan buah dan sayur Ya
setiap hari
melakukan aktivitas fisik Ya
setiap hari
tidak meroko dalam Ya
rumah

C. Pemetaan Kadarsi
1. Kebiasaan makanan beraneka ragam : Iya
2. Pemantauan keadaan kesehatan anggota keluarga : Iya
3. Pengelola masakan : Iya
4. Kebiasan makan dan sarapan : Baik
5. Konsumsi suplemen gizi : Tidak ada

D. Kondisi Rumah dan Lingkungan Sekitar


1. Komponen Rumah
a. Langit-langit : ada
b. Dinding rumah : ada
c. Lantai Rumah : ada
d. Jendela pada setiap kamar : ada 2 jendela
e. Pintu pada setiap kamar : ada 1 pintu
f. Ventilasi : ada
g. Pencahayaan : ada
h. Lubang asap dapur : ada
2. Sarana Sanitasi
a. Sumber air bersih : ada
b. Keadaan Jamban : baik
c. Sarana pembuangan air limbah : ada
d. Tempat pembuangan air limbah : ada
3. Perilaku penghuni rumah terkait kesehatan
a. Membuka Jendela : setiap pagi
b. Membersihkan rumah : setiap hari
c. Perilaku BAB dan BAK : normal
d. Perilaku buang sampah : baik
e. Perilaku 3M : baik
4. Lain-lain
a. Kepadatan penghuni rumah : sendiri
b. Hewan peliharaan : tidak ada

ANALISA

Dari hasil analisa dan pemeriksaan telah diketahui bahwa Ny. W mengalami
Hipertensi.
PENATALAKSANAAN

1. Masalah : Hipertensi
Tanggal : 24 jaunari 2017
1). Melakukan hubungan baik antara ibu dan keluarga.
2). Memeriksa tanda-tanda vital ibu.
3). Menganjurkan kepada ibu untuk diet rendah garam
4). Menganjurkan kepada ibu untuk olahraga teratur

5). Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk
mengurangi atau menghilangkan stres,yang bisa menurunkan tekanan
darah.

6). Memberitahukan pada ibu gejala dari hipertensi.

7). Mengajurkan ibu untuk selalu menjaga dan mengatur pola makan yang
baik

2. Masalah : Hipertensi
Tanggal : 26 jaunari 2017
1). Hubungan baik dengan ibu sudah terjalin sangat baik
2). Memeriksa tanda-tanda vital ibu.
3). Menganjurkan kepada ibu untuk tetap diet rendah garam
4). Menganjurkan kepada ibu untuk selalu olahraga teratur

5). Mengajurkan pada ibu untuk istirahat cukup dan jangan terlalu stres
agar tekanan darah tetap dalam keadaan normal

6). Memberikan penyuluhan tentang hipertensi.

7). Menganjurkan ibu untuk selalu pergi ke tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai