Jbptitbpp GDL Irvantaufi 27714 7 2007ta A PDF
Jbptitbpp GDL Irvantaufi 27714 7 2007ta A PDF
1. Pendahuluan
2. Isi dan Cakupan Standar Survei Hidrografi Baru (SP-44 IHO Edisi ke-4)
Di samping perubahan drastis dalam hal standar ketelitian penentuan posisi (berbasis
satelit) maupun cakupan area survei dasar laut 100 % (dengan echosounder
multibeam), pemakaian SP-44 edisi terbaru ini juga harus disertai pemahaman
tentang teori kesalahan, terutama pengertian tentang tingkat kepercayaan 95% yang
berkaitan dengan ketelitian posisi dan kedalaman. Uraian secara lengkap tentang
standar survei hidrografi (baru) akan diberikan di bawah ini.
Dalam SP-44 yang baru, klasifikasi survei hidrografi dibagi berdasarkan berbagai
persyaratan ketelitian untuk daerah yang disurvei. Standar ketelitian untuk masing-
masing orde survei mencerminkan kepentingan ini dan secara efektif menggantikan
standar penentuan posisi dan kerapatan data berdasarkan skala yang digunakan pada
B-1
standar survei hidrografi edisi sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 1
berikut ini.
Orde Spesial 1 2 3
Survei hidrografi Orde Spesial mencakup daerah dengan karakteristik dasar laut yang
berbahaya bagi keselamatan pelayaran, seperti bebatuan. Orde survei ini
membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar ketelitian
yang lama. Kantor atau Dinas Hidrografi Negara anggota IHO bertanggung jawab
untuk menentukan daerah mana saja yang harus disurvei dengan orde ini, termasuk
kualitas data hasil survei. Survei Orde 1 dimaksudkan untuk daerah pelabuhan,
perairan pantai dan pedalaman, termasuk alur masuk pelabuhan dimana karakteristik
dasar laut tidak begitu berbahaya (misalnya, pasir) dibandingkan dengan daerah
survei Orde Spesial. Standar yang digunakan pada orde ini telah digunakan pada
edisi-edisi SP-44 sebelumnya. Survei Orde 2 dapat dipakai untuk daerah dengan
kedalaman kurang dari 200 meter yang tidak tercakup oleh kriteria Orde Spesial atau
Orde 1. Sedangkan, spesifikasi untuk survei Orde 3 dapat dipakai untuk daerah
dengan kedalaman lebih dari 200 meter.
B-2
2.2 Standar Ketelitian Penentuan Posisi
Pada SP-44 Edisi ke-3, disebutkan bahwa kedalaman yang ditentukan relatif terhadap
titik kontrol, sedemikian rupa sehingga kemungkinan 95 % posisi kedalaman yang
benar terletak dalam lingkaran dengan jari-jari 1,5 mm pada skala survei. Sebagai
contoh, untuk skala survei 1 : 5.000, kedalaman terletak 0 - 7,5 meter terhadap posisi
sebenarnya dengan tingkat kepercayaan 95 %. Dengan demikian, semua peralatan
dan kemungkinan kesalahan yang berkaitan dengan penentuan posisi, serta kesalahan
penggambaran titik-titik kedalaman (baik secara manual maupun dengan alat
plotter), termasuk didalamnya.
Dalam standar survei hidrografi yang baru (SP-44 Edisi ke-4), ditetapkan berbagai
ketelitian posisi horisontal dengan tingkat kepercayaan yang sama yaitu 95 %,
namun untuk empat macam orde survei. Salah satu konsep baru yang muncul adalah
adanya standar ketelitian posisi yang bergantung pada faktor kedalaman (depth-
dependent) yang dikaitkan dengan ketidakpastian posisi kedalaman dari sistem sonar
multibeam dengan bertambahnya kedalaman. Standar keteltian posisi secara lengkap,
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Orde Spesial 1 2 3
Ketelitian 2m 5 m + 5 % 20 m + 5 % 150 m + 5 %
Horisontal kedalaman kedalaman kedalaman
Ketelitian relatif titik kontrol primer yang digunakan sebagai acuan untuk penentuan
posisi titik kedalaman dalam standar survei hidrografi edisi baru adalah 1 : 100.000
(survei teristris). Jika penentuan posisi dilakukan dengan satelit (GPS atau
GLONASS), maka kesalahan posisi titik kontrol yang dihasilkan tidak boleh
melebihi 10 sentimeter dengan tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan untuk titik
kontrol sekunder yang digunakan untuk penentuan posisi lokal (tidak boleh
digunakan untuk memperbanyak titik kontrol) mempunyai ketelitian relatif 1 :
B-3
10.000, jika penentuannya dilakukan secara teristris dan kesalahan posisi maksimal
50 cm, jika menggunakan teknik penentuan posisi dengan satelit.
Posisi horisontal alat-alat bantu navigasi dan fitur-fitur lainnya yang penting dalam
survei hidrografi dalam standar baru, ditentukan dengan standar ketelitian yang
diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar Ketelitian Posisi Alat Bantu Navigasi dan Fitur Penting Lainnya
Fitur Topografis 10 m 20 m 20 m
Kesalahan total dalam pengukuran kedalaman, mengacu pada SP-44 Edisi ke-3, tidak
boleh melebihi 0,3 meter untuk kedalaman kurang dari 30 meter atau 1 % dari
kedalaman untuk kedalaman yang lebih dari 30 meter, dengan tingkat kepercayaan
90 %. Ini tidak termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pengukuran pasut,
penentuan datum kedalaman, dan transfer datum kedalaman dari lokasi pengamatan
pasut (palem atau tide gauge). Kombinasi kesalahan-kesalahan yang berhubungan
dengan pasut tidak boleh melebihi kesalahan yang diizinkan untuk pengukuran
kedalaman.
Sedangkan konsep atau hal baru yang dimasukkan dalam SP-44 Edisi ke-4 terdiri
dari :
B-4
(1) peningkatan tingkat kepercayaan dari 90 % menjadi 95 % agar dapat digunakan
untuk pengukuran-pengukuran dalam survei yang lebih luas.
(2) standar ketelitian kedalaman terbagi menjadi kesalahan yang bersifat tetap (fixed
error) dan kesalahan yang bergantung pada kedalaman yang bervariasi untuk
masing-masing orde survei.
(3) kesalahan-kesalahan pengamatan pasut, penentuan datum, dan transfer datum
kedalaman telah termasuk dalam penentuan ketelitian kedalaman secara
keseluruhan.
Realisasi dari ketiga hal di atas, maka dalam SP-44 Edisi ke-4, batas-batas kesalahan
untuk ketelitian kedalaman dihitung menggunakan persamaan (1) sebagai berikut :
σ =± a 2 + (b x d )
2
Dalam hal ini, nilai a dan b untuk masing-masing orde survei ditentukan berdasarkan
Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Standar Ketelitian Kedalaman
Orde Spesial 1 2 3
B-5
survei dan interval titik kedalaman tidak boleh melebihi 4 hingga 6 sentimeter pada
skala survei kecuali pada daerah yang relatif datar atau dasar laut yang beraturan.
Pendekatan yang lebih ilmiah dilakukan oleh IHO sejalan dengan perkembangan
kemampuan komputer pengolah data serta kemajuan teknologi side scan dan
multibeam sonar yang telah dicapai.
Realisasi dari konsep baru tersebut adalah dengan penentuan kedalaman dasar laut
terbaik yang disebut model batimetrik (bathymetric model) dengan metode
interpolasi kedalaman hasil pengukuran. Data survei yang dapat diterima atau
ditolak, dinilai dengan membandingkan model kesalahan yang dihasilkan dengan
nilai yang didasarkan pada persamaan (1) di atas untuk ketelitian kedalaman dengan
nilai a dan b seperti yang terlihat pada Tabel 5. Jika melebihi standar yang diberikan,
maka titik-titik kedalaman harus lebih dirapatkan.
B-6
Tabel 5. Standar Kerapatan Data, Deteksi Fitur Bawah Laut, Lebar Lajur Maksimum,
dan Ketelitian Model Batimetrik
Orde Spesial 1 2 3
Berkaitan dengan lebar lajur survei, pada edisi-edisi sebelumnya bergantung pada
skala survei, sedangkan pada standar yang baru bergantung pada kedalaman rata-rata
perairan (lihat Tabel 5). Pengecualian berlaku untuk Orde Spesial yang
menggunakan cakupan dasar laut 100 %. Pembesaran lebar lajur survei dapat saja
dilakukan, jika prosedur-prosedur yang ada telah dipenuhi sehingga menjamin
B-7
deteksi bahaya secara baik. Sistem-sistem sonar yang digunakan untuk masing-
masing orde survei harus berkemampuan dalam mendeteksi fitur bawah laut, sesuai
dengan standar yang diberikan (lihat Tabel 5).
Dalam standar survei yang baru, persyaratan yang berkaitan dengan pengukuran
tinggi (pengamatan) pasut juga telah ditetapkan. Kesalahan pengukuran total tidak
boleh melebihi +/- 5 sentimeter pada tingkat kepercayaan 95 % untuk Orde Spesial
dan +/- 10 sentimeter untuk orde survei lainnya. Kesalahan pengukuran tinggi pasut
ini ditambah dengan kesalahan yang terjadi pada proses penentuan datum kedalaman
dan proses transfer datum dari stasiun pengamatan pasut ke daerah survei, harus
dikombinasikan dengan kesalahan pengukuran kedalaman untuk penentuan ketelitian
titik-titik kedalaman.
Agar dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif terhadap kualitas data survei,
maka diperlukan dokumen untuk memfasilitasi penggunaan data tersebut untuk
berbagai keperluan pengguna. Semua informasi yang berkaitan dengan kualitas data
(metadata) hendaknya tidak hanya berkaitan dengan kapal survei, daerah, tanggal
B-8
dan peralatan yang digunakan, tetapi juga tentang prosedur-prosedur kalibrasi,
penentuan kecepatan gelombang akustik, dan metode-metode reduksi pasut. Estimasi
tentang ketelitian data dan yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan sebaiknya
juga dimasukkan.
B-9
Luwuk
Manado
Gorontalo
Survey area
Palu Luwuk Rangkong-A
SULAWESI
SULAWESI Rangkong-C
Rangkong-B
Kendari
G
Makasar
N
Kintom
E
L
E
P
Tangkiang
T
A
L
E
S
S. Batui
Alap-alap-A
Maleo-A
A-1
A-12