ABSTRACT
Background: Nasal fracture is one of the facial fracture that often happened. Open reduction and close reduction are choices according to type and
severity of fracture. Management of nasal fracture appropriate to algorithm. The purpose of this study was to improve knowledge about management
of nasal fracture.Case: Four casesnasal fracture.
Case management: Close reduction.
Conclusion: Onset of fracture determines the output. Earlier management made a better output.
ABSTRAK
Latar belakang: Fraktur os nasal merupakan fraktur di wajah yang sering terjadi. Pilihan penatalaksanaan dapat dengan reduksi
tertutup atau reduksi terbuka dengan mempertimbangkan jenis dan beratnya fraktur. Kesempatan terbaik untuk penatalaksanaan
yang tepat dan paling akurat adalah dilakukan segera setelah cedera. Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan algoritma yang sudah
ada.Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai penanganan fraktur os nasal.
Kasus: Empat kasus fraktur os nasal.
Penatalaksanaan: Reduksi tertutup.
Simpulan: Keberhasilan dalam penatalaksanaan fraktur os nasal dapat dipengaruhi oleh onset fraktur. Semakin cepat penanganan
semakin baik hasil yang diperoleh.
1)
Departemen IK THT–KL Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro / SMFK THT–KL RSUP Dr. Kariadi, Semarang
Gambar 5. Nasoendoskopi : septum deviasi tidak ada, Gambar 7. . Fraktur komplit bentuk linier
jahitan submukosa reseksi terfiksasi baik, perforasi pada os nasal
septum tidak ada, hematom septum tidak ada
didapatkan gambaran fraktur depresi pada bagian padat ke dalam kavum nasi kanan dan kiri sebagai
anterior os nasal (Gambar 13). fiksasi internal.
Tampon intranasal dipertahankan sampai 5
hari pasca operasi. Evaluasi setelah pelepasan
tampon didapatkan mukosa kavum nasi hiperemis,
edema minimal dan tidak didapatkan perdarahan
aktif. Tanda-tanda komplikasi pasca operasi tidak
ditemukan. Pasien dipulangkan dengan pemberian
obat-obatan antibiotik, antiinflamasi dan cairan
NaCl 0,9% untuk irigasi nasal.
PASIEN 4
Seorang wanita berusia 34 tahun datang dengan
Gambar 13. Nasoendoskopi evaluasi 2 minggu pasca
operasi. Septum deviasi ke kanan perbaikan dibandingkan
keluhan hidung buntu setelah terpukul di daerah
preoperasi. hidung. Dua minggu yang lalu, penderita terpukul
di daerah hidung. Setelah terpukul, penderita
Pasien dilakukan tindakan operasi mengeluh hidung buntu hilang-timbul, bergantian
reduksitertutup dan septum koreksi. Operasi antara hidung kanan dan kiriTampak hidung
diawali dengan tindakan septum koreksi yang bengkokHidung tampak deformitas pada dorsum
dilanjutkan dengan reposisi fraktur os nasal nasi (Gambar 15). Tidak ditemukan nyeri tekan
menggunakan forsep Asch. Tindakan septum maupun krepitasi. Pemeriksaan rinoskopi anterior
koreksi diawali dengan injeksi pehacain pada ditemukan septum deviasi ke kiri.. Nasoendoskopi
mukosa septum, kemudian dilakukan insisi pada didapatkan septum deviasi ke kiri. kompleks
mukosa septum nasi kiri sampai terlihat ostiomeatal terbuka, dan tidak ditemukan
mukoperikondrium dan dipisahkan mukosa yang perdarahan (Gambar 16).
melekat pada mukoperikondrium dengan freer.
Evaluasi tulang rawan septum didapatkan
deviasikurang lebih 3 cm di posterior batas kaudal
septum, kemudian dilakukan pengambilan tulang
rawan septum yang deviasi. Mukosa septum nasi
dirapatkan kembali dan dilakukan penjahitan
dengan benang chromic 3.0. Setelah septum koreksi
selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan
melakukan reposisi fraktur os nasal dengan
menggunakan forsep Asch. Pemasangan tampon Gambar 15. Tampak deformitas pada dorsum nasi
PEMBAHASAN
Seluruh pasien pada laporan kasus ini minggu kedua dimana tulang sudah mengalami
berdasarkan anamesis ditemukan adanya riwayat penyembuhan sehingga deformitas lebih sulit
trauma pada hidung, epistaksis dan obstuksi dikoreksi.
hidung. Pemeriksaan fisik pada inspeksi hidung
luar ditemukan adanya deformitas, edema, nyeri, RINGKASAN
kesan hidung bengkok dan septum deviasi. Palpasi
pada pasien 1didapatkan adanya krepitasi, pasien Dilaporkan serial kasus penatalaksanaan
lainnya tidak ada krepitasi. Pemeriksaan x foto fraktur os nasal dengan reduksi tertutup.
cranium pada pasien 1 dan 2 menunjukkan adanya Diagnosisditentukan berdasarkan temuan tanda
fraktur os nasal. Pemeriksaan nasoendoskopi pada dan gejala pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
keempat pasien menunjukkan adanya septum seperti adanya epistaksis, deformitas dan krepitasi
deviasi. nasal.
Tujuan penatalaksanaan fraktur nasal adalah Penatalaksanaan pada dua pasien dilakukan
untuk membangun kembali fungsi premorbid dan setelah 24 jam onset sedangkan penatalaksanaan
penampilan kosmetik hidung. Untuk mencapai dua pasienlainnya dilakukan setelah minggu
tujuan tersebut harus diketahui dengan baik kedua. Hasil operasi keempat pasien menunjukkan
tentang pemahaman waktu untuk dilakukan perbaikan walaupun pada pasien yang dilakukan
tindakan dan pilihan teknik pembedahan.2 tindakan setelah minggu kedua masih terdapat
Penatalaksanaan fraktur pada pasien 1 dan 2 deformitas dorsum nasi minimal. Hal ini
dilakukan kurang dari 24 jam karena edema yang kemungkinan terkait dengan penyembuhan tulang
ditemukan belum signifikan. Untuk pasien 3 dan 4, setelah fraktur.
pasien baru datang pada 2 minggu setelah onset
sehingga penatalaksanaan dilakukan setelah pasien DAFTAR PUSTAKA
rawat inap.
1. Marcus BC, Wang TD. Management of the Post-Traumatic
Pilihan penatalaksanaan reduksi fraktur dapat
Nasal Deformity. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newland SD
dicapai dengan baik dengan teknik reduksi tertutup editors. Head And Neck Surgery - Otolaryngology, 4th ed,
atau reduksi terbuka dengan mempertimbangkan Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2006;
jenis dan beratnya fraktur sesuai algoritma p. 2580-93.
2. Bailey BJ. Nasal fractures. In: Bailey BJ, Johnson JT,
penatalaksanaan fraktur os nasal. Sebagian besar
Newland SD editors. Head And Neck Surgery -
fraktur dapat dikelola secara memadai dengan Otolaryngology, 4th ed, Vol I. Philadelphia: Lippincott
reduksi tertutup antara lain fraktur nasal unilateral Williams and Wilkins. 2006; p. 996-1008.
atau bilateral dan nasal bridge yang melebar, 3. Ondik MP, Lipinski L, Dezfoli S, Fedok FG. The treatment of
nasal fractures: a changing paradigm. Arch Facial Plast
sedangkan untuk reduksi terbuka dapat dilakukan
Surg. 2009; 11(5): p. 296-302.
pada kasus-kasus antara lain seperti adanya fraktur 4. Kucik CJ, Clenney T, Phelan J. Management of acute nasal
yang disertai dislokasi os nasal dan septum, fraktur fractures. American Family Physician. 2004; 70(7): p. 1315-
dan dislokasi septum bagian kaudal, deviasi 20.
5. Kim DW, Mau T. Surgical Anatomy of the Nose. In: Bailey
piramid hidung lebih dari setengah dari lebar nasal
BJ, Johnson JT, Newland SD editors. Head And Neck
bridge, fraktur septum terbuka dan adanya Surgery - Otolaryngology, 4th ed, Vol I. Philadelphia:
deformitas yang menetap setelah reduksi tertutup.. Lippincott Williams and Wilkins. 2006; p. 2512-31.
Seluruh pasien pada laporan kasus ini 6. Guideline Penyakit THT-KL di Indonesia, Perhimpunan
Dokter Spesialis THT-KL Indonesia, 2007.
dilakukan reduksi tertutup dan dilanjutkan
7. Modul Plastik Rekonstruksi, Kolegium Ilmu Kesehatan
dengan submukosa reseksi. Seluruh pasien Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, 2008.
dilakukan aff tampon cavum nasi pada hari kelima.
Evaluasi pasca pelepasan tampon tidak didapatkan
hidung buntu, tidak ada edema, dan tidak nyeri.
Pada pasien 1 dan 2 tidak didapatkan deformitas,
sedangkan pada pasien 3 dan 4 masih didapatkan
deformitas yang membaik daripada sebelum
operasi. Hal ini kemungkinan diakibatkan karena
pasien 3 dan 4 dilakukan reduksi tertutup setelah