Anda di halaman 1dari 16

A.

PENGERTIAN
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia.

Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda. . Dalam

beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi yang membuat

pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon, penyakit tertentu (seperti

gout atau hiperparatiroidisme).

Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan dapat

mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. Setiap jenis pecah

tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis

tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .

Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang

pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon adalah

struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh

bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,

melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik

pada tulang menyebabkan gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot

ke tulang disebut tendon. Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon

B. FUNGSI TENDON

1. Membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang

2. Membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol

3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa

tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan

bisa bergerak.

4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.

5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi pada

efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon
peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir langkahnya,

sebagai kaki plantar-flexes (jari-jari kaki menunjuk ke bawah), yang disimpan energi

elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat berfungsi dengan

kurang atau bahkan tidak ada perubahan panjang, yang memungkinkan otot untuk

menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

6. Ketika otot gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari

otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak.

7. Sebagai memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan

yang memungkinkan seseorang untuk berdiri di ataskaki seseorang, berlari, melompat,

berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga.

C. LOKASI RUPTUR TENDON

Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon, antara lain :

1. Qudriceps

Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius

vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut (patella)

untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan

untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat.

2. Achilles

Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan

otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles

adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter,

dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan

melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk

berjalan, berlari dan melompat secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma

pada tendon Achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.


3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum
tendon paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini
berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan
menjaga bahu keluar dari soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke
arah bahu dengan menekuk siku.

D. ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul.

E. GEJALA
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau
betis

2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan

3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit

4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik

F. PATOFISIOLOGI
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

G. PATHWAYS
Penyakit tertentu (arthritis & diabetes) + Obat-obatan (kortikosteroid & beberapa antibiotik)
+ Cedera + Trauma benda tajam & tumpul + Obesitas

Menyebabkan stres tensil

Serat kolagen rusak

Beban Tendon
(Respon linear tendon )

Serat kolagen mulai meluncur melewati satu sama lain


(Ketegangan 4-8%)

Jalinan antar molekul rusak

Ruptur Tendon

Operatif
Non operatif (Repair tendon)
- Stabilisasi awal
- Terapi fisik, dll
Post Operatif
Pre Operatif

Pemasangan alat Hilangnya Hilangnya


yang mengikat (Bidai, Gips, dll) kemandirian kemandirian Prosedur Dampak masalah
Pembedahan muskuloskletal
Gangguan aliran balik vena
Perubahan Perubahan Pembengkakan Nyeri
Pemeliharaan Pemeliharaan Gangguan Citra
Kesehatan Kesehatan Tubuh
Perubahan Imobilisasi
Perfusi Jaringan
Pemasangan alat yang
Masalah ortopedi Dampak masalah mengikat (bidai) Nyeri Kerusakan
(Ruptur Tendon) muskuloskletal mobilitas
fisik
Inflamasi
Gangguan Gangguan peredaran darah
Pembengkakan
Citra Tubuh
Potensial Terhadap
E NUNJANG Perubahan Perfusi
H.Nyeri
PEM RIKSAAN
KerusakanPE
1. Pergerakan otot, jika pergerakan Jaringan
mobilitas
fisik
terseb ut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera
tendon.
2. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat
dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan
dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan
kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk
melihat kerusakan struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk
mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi
pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
3. Pemeriksaan dengan sinar-X.
I. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan memungkinkan
pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.Tindakan pembedahan
dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali dengan teknik
penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon
yang terputus.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak
untuk dilakukan tindakan operasi.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi rupture tendon yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya
bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada fase awal cidera, terlihat bengkak dan timbul memar pada area luka. Pada
kondisi yang telah lama dan pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu
jelas dan hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon walaupun dengan
melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan pada tendon. Pase kedua tinjau
adanya keluhan nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat dalam
melakukan planterfleksi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon, antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
b. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkan tungkai
dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon.
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran
keluarga, kondisi status sosioekonomi.
3. Rencana keperawatan
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan NOC: NIC:
agen injury (biologi, kimia, Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik, psikologis), kerusakan keperawatan selama 1x24 secara komprehensif termasuk
jaringan jam pasien tidak mengalami lokasi, karakteristik, durasi,
DS: nyeri dengan criteria hasil: frekuensi, kualitas dan factor
Mengungkapkan secara verbal 1. Mampu mengontrol presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
DO: nyeri.
dari
2. Melaporkan bahwa nyeri
Posisi untuk menahan
ketidaknyamanan
berkurang dengan
nyeri, tingkah laku berhati-hati, 3. Bantu pasien dan keluarga
menggunakan
gangguan tidur, terfokus pada untuk mencari dan
manajemen nyeri.
diri sendiri. menemukan
3. Mampu mengenali
dukungan
nyeri(skala, intensitas,
4. Control lingkungan yang dapat
frekuensi, dan tanda
mempengaruhi nyeri speerti
nyeri)
suhu ruangan, pencahayaan
dan
kebisingan
5. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
6. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat atau dingin
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
10. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
pertama kali
2 Resiko trauma NOC: NIC:
internal: Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman
Kelemahan, penglihatan keperawatan selama 2x24 untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan
menurun, penurunan sensasijam klien tidak mengalami
keamanan pasien sesuai
taktil, penurunan koordinasitrauma dengan criteria hasil:
dengan kondisi fisik dan fungsi
otot, tangan-mata, kurangnya Klien bebas dari trauma fisik
kognitif pasien dan riwayat
edukasi keamanan,
penyakit teradahulu
keterbelakangan mental,
pasien
Eksternal:
3. Menghindarkan lingkungan
Lingkungan. yang
berbahaya
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan tempat tidur
yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu
yang
mudah dijangkau pasien
7. Membatasi pengunjung
8. Control lingkungan
dari
kebisingan
9. Berikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga tau
pengunjung adnaya perubahan
status
kesehatan dan penyebab
penyakit
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Factor-faktor resiko: Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik aseptic
2. Batasi pengunjung bila perlu
Prosedur invasif, kerusakan tindakan keperawatan selama
3. Cuci tangan sebelum dan
jaringan dan peningkatan 2x24 jam pasien tidak sesudah
paparan lingkungan,
mengalami infeksi dengan melakukan tindakan
malnutrisi, peningkatan keperawatan
criteria hasil :
4. Gunakan baju, sarung
paparan lingkungan
1. Klien bebas dari tangan
pathogen, imunosupresi tidak
tanda dan gejala infeksi sebagai alat pelindung
adekuat pertahanan sekunder 2. Menunjukkan 5. Ganti letak IV perifer dan
dressing
(penurunan Hb, leucopenia, kemampuan untuk
sesuai dengan petunjuk umum
penekanan respon inflamasi) mencegah timbulnya
6. Gunakan kateter intermitten
penyakit kronik malnutrisi infeksi untuk
3. Jumlah leukosit
perubahan primer tidak adekuat menurunkan infeksi
(kerusakan kulit, trauma dalam batas normal
kandung kemih
4. Menunjukkan
7. Tingkatkan intake nutrisi
8. Berikan terapi antibiotic
9. Monitor tanda gejala
infeksi
sistemik dan local
10. Pertahankan teknik isolasi
jaringan, gangguan peristaltic) perilaku hidup sehat 11. Inspeksi kulit dan membrane
5. Status imun,
mukosa terhadap kemerahan,
gastrointestinal,
panas, drainase.
Genitourinaria dalam 12. Monitoring adanya luka
13. Dorong masukan cairan
batas normal
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam.
4 Gangguan mobilitas fisik NOC: NIC:
berhubungan dengan: Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelum
Gangguan metabolisme sel, keperawatan selama 7x24 atau sesudah latihan dan lihat
keterlambatan perkembangan jam gangguan mobilitas fisik respon pasien saat latihan.
2. Konsultasikan dengan terapi fisik
pengobatan, kurang support teratasi dengan kriteria hasil:
tentang rencana ambulasi sesuai
lingkungan, keterbatasan1. Klien meningkat dalam
dengan kebutuhan
ketahanan kardiovaskuler, aktivitas fisik
3. Bantu klien untuk menggunakan
2. Mengerti tujuan dan
kehilangan integritas struktur
tongkat dan cegah terhadap cedera
peningkatan mobilitas
tulang. 4. Ajarkan pasien atau tenaga
3. Memverbalisasikan
kesehatan tentang teknik
perasaan dalam
ambulasi.
meningkatkan kekuatan
5. Kaji kemampuan pasien dalam
dan kemampuan
mobilisasi
berpindah. 6. Latih pasien dalam pememnuhan
4. Memperagakan
kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat bantu
sesuai kemampuan.
untuk mobilisasi 7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5 Ansietas b.d factor keturunan,NOC: NIC:
situasional, stress, perubahan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
status kesehatan, ancamanselama 1x24 jam kecemasan menenangkan.
2. Nyatakan dengan jelas harapan
kematian, perubahan konsepklien teratasi dengan criteria
terhadap perilaku pasien
diri, hospitalisasi d.d insomnia,hasil:
3. Jelaskan semua prosedur dan apa
kontak mata kurang, kurang 1. Klien mampu
yang dirasakan selama prosedur.
istirahat, iritabilitas, takut, mengidentifikasi dan 4. Temani pasien untuk memberikan
nyeri perut, penurunan tekanan mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut.
5. Berikan informasi factual
darah, denyut nadi, gangguan cemas.
2. Vital sign dalam batas mengenai diagnosis, tindakan
tidur, peningkatan tekanan
normal. prognosis.
darah, nadi, RR.
3. Postur tubuh, ekspresi 6. Libatkan keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh, mendampingi klien.
7. Instruksikan pada pasien untuk
dan tingkat aktivitas
menggunakan teknik relaksasi.
menunjukkan
8. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya
perhatian.
kecemasan 9. Identifikasi tingkat kecemasan.
10. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan.
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
12. Kelola pemberian obat anti cemas

Anda mungkin juga menyukai