Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.S DENGAN RUPTURE TENDON PEDIS


DI RUANG IGD RSI MASYITHOH BANGIL

MARIATUL QIFTIYAH
P17221171011

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gadar pada Tn. S dengan diagnosa Rupture
Tendon Pedis di ruang HCU RSI Masyithoh Bangil.

Ini telah diperiksa dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Mahasiswa

( )

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR TENDON PEDIS

I. PENGERTIAN
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia.
Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi
yang membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon,
penyakit tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme).
Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan
dapat mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. setiap
jenis pecah tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi
atau medis tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian
belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon
adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. otot rangka
dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara.
Ketika otot kontraksi, hal itu menarik  pada tulang menyebabkan gerakan ini. "truktur
yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon. Ruptur tendon
merupakan jejas akut terhadap tendon akibat faktor dominan eksternal meskipun ada juga
kontribusi faktor internal messki lebih kecil (Griffin et al, 2014).
II. PATOFISIOLOGI
A. ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes.
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah.
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola.
4. Trauma benda tajam atau tumpul.
B. TANDA DAN GEJALA
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki
atau betis.
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang
tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik
C. PATHWAY
Penyakit tertentu (arthritis dan diabetes) + Obat-obatan (kortikosteroid dan beberapa
antibiotik) + Cedera + Trauma benda tajam dan tumpul + Obesitas

Ruptur Tendon

Operatif
(Repair Tendon)

Pre Operatif Post Operatif

Pemasangan alat yang Hilangnya Post Operatif Prosedur Dampak


mengikat (Bidai, Gips, Kemandirian Pembedahan Muskulloskeleta

Gangguan aliran
Perubahan Perubahan Dikontinuitas Gangguan
balik vena
Pemeliharaan Pemeliharaa jaringan Ctira
Kesehatan n Kesehatan
Perubahan
Perfusi

Pemasangan alat Nyeri


Masalah ortopedi yang mengikat
(Ruptur Tendon) (Bidai)

Diskontinuitas Gangguan
jaringan mobilitas
Pembengkakan Fisik
Nyeri Gangguan
mobilitas
fisik

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pergerakan otot jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada makan dicuriggai cedera tendon
2. Muskuloskeletal ultasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon karakter,
dan kehadiran air mata. Ia akan bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari
suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan
interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisi dan
dihitung kedalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat sangat
membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan
cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat
kerusakan struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi
jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan,
di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
3. Pemeriksaan dengan sinar –X
IV. PENATALAKSANAAN
a. Stabilisasi awal
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dalam equinus dengan baik
empuk untuk membantu elevasi mengendalikan pembengkakan.
b. Nonoperative
orthosis pergelangan kaki indikasi treatment harus individual kepada pasien Selama 10
minggu berikutnya, pergelangan kaki secara bertahap dibawa ke posisi plantigrade dengan
perubahan cor kira-kira setiap 2 minggu. Berat tubuh diperbolehkan setelah 6
minggu.Setelah casting, angkat tumit biasanya dipakai selama beberapa bulan.

c. Operative
- perbaikan langsung : indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)

- rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.

d. Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan
kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada tiga hal yang perlu
diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:
- rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran ketatnya
tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan
dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.

- kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang
dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa
inci sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk
mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada
tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan.
Peregangan ini harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan,
yang membantu reorientasi dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka.
Sebuah hamparan populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki
pada permukaan yang tinggi.

- kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan peregangan atau
memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga pasien nyaman. Ini adalah
menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan membantu dengan
pronasi tepat kaki, yang merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.

e. Operasi
- Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan
kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus.
- Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya
dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk
dilakukan tindakan operasi.

Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


- operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon Achilles dijahit
bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius tendon plantaris atau otot vestigial lain
dipanen dan melilit tendon Achilles, meningkatkan kekuatan tendon diperbaiki. Jika
kualitas jaringan buruk, misalnya cedera telah diabaikan, ahli bedah mungkin
menggunakan mesh penguatan ( kolagen , Artelon atau bahan lainnya degradable).

- perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan besar,
dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan. Pembedahan mungkin
tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan
turun. Untuk pasien menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk
penyembuhan miskin, perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih
baik daripada perbaikan bedah terbuka. (v.sammarco, MD, et al. 2009)

V. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial dari
kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahnkan
hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
jika hal tersebut memungkinkan
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = airway
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress peernafasan
- Tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan mrlalui hidung ataua mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembapan kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS tentukan respon A= alert, V= verbal, P= pain/respon nyeri, U= unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e. Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
f. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
j. Paru
- Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
- Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
- Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
a. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
d. Abdomen
e. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
f. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
g. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
h. Auskultasi
Peristaltik usus normal
i. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada pengkajian
primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari
riwayat keperawatan (riwayat peyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon, antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
b. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkan
tungkai dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon.
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi fisik,
perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.
d. Rencana keperawatan
No DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA


INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :
agen injury (Biologi, Kimia, Setelah dilakukan tidakan 1. Lakukan pengkajian
Fisik, Psikologis), keperawatan selama 1 x 24 nyeri secara
Kerusakan jaringan. jam. Pasien tidak mengalami komprehensif termasuk
nyeri dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik,
DS : 1. Mampu mengontrol nyeri. durasi, frekuensi,
Mengungkapkan secara 2. Melaporkan bahwa nyeri kualitas dan faktor
verbal. berkurang dengan presitiasi.
menggunakan manajemen 2. Observasi reaksi non
DO : nyeri. verbal dari
Posisi untuk menahan nyeri, 3. Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan
tingkah laku berhati-hati, (skala, intensitas, 3. Bantu pasien dan
gangguan tidur, terfokus frekuensi, dan tanda keluarga untuk mencari
pada diri sendiri. nyeri). dan menemukan
dukungan
4. Kontrol lingkungan yang
dapat memengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
5. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menenutkan
6. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi : nafas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat
atau dingin.
7. Berikan analgetik untuk
mengurngi nyeri.
8. Tingkatkan istirahat.
9. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, bebrapa
ama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaksamaan dari
prosedur.
10. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
2 Resiko Trauma NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan
Internal : Keperawatan selama 2x24 yang aman untuk pasien.
Kelemahan,penglihatan jam klien tidak mengalami 2. Identifikasi kebutuhan
menurun, penurunan trauma dengan kriteria hasil : keamanan pasien sesuai
sensai jam taktil, dengan kondisi fisik
penurunan koordinasi Klien bebas dari trauma fisik. pasien dan riwayat
otot, tangan dan mata, penyakit terdahulu
kurangnya keamanan, pasien.
keterbelakangan mental, 3. Menghindari lingkungan
yang berbahaya
Eksternal : 4. Memasang side rail
- Lingkungan tempat tidur.
5. Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih.
6. Menempatkan saklar
lampu yang mudah
dijangkau pasien.
7. Membatasi pengunjung.
8. Kontrol lingkungan dari
kebisingan
9. Berikan penjelasan
kepada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

3 Resiko infeksi NOC : NIC :


Faktor-faktor resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik
Prosedur invasif, kerusakan keperawatan selama 2x24 jam aseptic
jaringan dan penginkatan pasien tidak mengalami 2. Batasi pengunjung bila
peparan lingkungan infeksi dengan kriteria hasil : perlu.
malnutrisi, peningkatan 1. Klien bebas dari tanda dan 3. Cuci tangan sebelum dan
paparan lingkungan gejala infeksi sesudah melakukan
pathogen, immunosupresi 2. Menunjukkan kemampuan tindakan keperawatan
tidak adekuat, pertahanan untuk mencegah 4. gunakan baju, sarung
sekunder (Penurunan Hb, timbulnya infeksi. tangan sebagai alat
Leucopenia, peneknan 3. Jumlah leukosit dalam pelindung
respon inflamasi) penyakit batas normal 5. ganti letak IV perifer
kronik malnutrisi, 4. Menunjukkan perilaku dan dressing sesuai
perubahan primer tidak hidup sehat dengan petunjuk umum
adekuat (kerusakan kulit, 5. Status imun, 6. gunakan kateter
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal, intermitten untuk
peristaltic). genitourinaria dalam batas menurunkan infeksi
normal. kandung kemih
7. tingakan intake nutrisi
8. berikan terapi antibiotik
9. monitor tanda gejala
infeksi sistemik dan lokal
10. pertahankan teknik
isolasi.
11. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
drainase
12. Monitoring adanya luka
13. Dorongn masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam.

4 Ansietas b.d faktor NOC : NIC :


keturunan situasional, Setalah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan
stress, perubahan status selama 1x24 jam kecemasan yang menenagkan.
kesehatan, ancaman klien teratasi dengan kriteria 2. Nyatakan dengan jelas
kematian, perubahan konsep hasil : harapan terhadap
diri, hospitalisasi d.d 1. Klien mampu perilaku pasien
insomnia, kontak mata mengindentifikasi dan 3. Jelas semua prosedur dan
kurang, kurang istirahat, mengungkapkan gejala apa yang dirasakan
iritabilitas, takut, nyeri cemas selama prosedur.
perut, penurunan tekanan 2. Vital sign dalam batas 4. Temani pasien untuk
dara, denyut nadi, gangguan normal. memberikan keamanan
tidur, peningkatan tekanan 3. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut.
darah, nadi, RR. wajah, bahsa tubuh, dan 5. Berikan informasi
aktivitas menunjukkan faktual mengenai
berkurangnya kecemasan. diagnosis, tindakan
prognosis.
6. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien.,
7. Intrusksikan pada pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Kelola pemberian obat
anti cemas.

NIC :
5 NOC : 1. Monitoring vital sign
Ganguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan sebelum atau sesudah
Gangguan metabolisme sel keperawatan selama 7x24 jam latihan dan lihat respon
keterlambatan gangguan mobilitas fisik pasien saat latihan.
perkembangan pengobatan, teratasi dengan kriteria hasil : 2. Konsultasi dengan terapi
kurang support lingkungan, fisik tentang rencana
keterbatasan ketehanan 1. Klien meningkatkan ambulasi sesuai dengan
kardiovaskuler, kehilangan dalam aktivitas fisik kebutuhan
integritas struktur tulang. 2. Mengerti tujuan dan 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
3. Meverbalisasikan dan cegah terhadap
perasaan dalam cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien atau
dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
berpindah teknik ambulasi
4. Memperagakan 5. Kaji kemampuan pasien
penggunaan alat bantu dalam mobilisasi
untuk mobilisai. 6. Latiah pasien dalam
pemenuhan kebutuhal
ADLs secara mandiri
sesuai kebutuhan.
7. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebuthan ADLs.
8. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A. dan 9orley, Neil &.  At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3 2006. Jakarta
: Erlangga Medical Series
Sjamsuhidajat, &. dan de Jong, Cim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk.  Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2003 Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Saladin : Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function,
Ed.3.2003). The McGraw HILL Companies
Geert 0. P agenstert, Victor Valderrabano, Beat , Hintermann, Tendon injuries of the foot
and ankle in athletes, Clinic of Or ho edic Tra matology, Orthopedic Surgery
Department, UniVersity Clinics Basel, SwitEerlandCH-4031' Basel; "Schweizerische
Geitschrift fur Sportmedizin und Sporttraumatologie 52 (1), 11-21, 2004
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR DI ICU & IW

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS


Pengkajian diambil tanggal : 4 Februari 2020 jam: 10.00
Tanggal masuk : 3 Februari 2020 Reg: 187296
Ruangan : HCU
Diagnosa masuk : Ruptur Tendon Pedis
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 40 th
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Wiraswasta
9. Alamat/No. Telp : Bangil
10. Penanggung Jawab : Tn. N
II. RIWAYAT SEBELUM SAKIT
1. Penyakit berat yang pernah diderita : Tidak menderita penyakit berat
2. Obat – obatan yang biasa dikonsumsi : Tidak mengkonsumsi
3. Kebiasaan berobat : Puskesmas
4. Alergi obat / makanan : Tidak ada alergi
5. Alat bantu yang digunakan : Tidak ada
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan utama : px mengatakan kakinya terasa berat, bengkak, dan
susah digerakkan
2. Tanggal mulai sakit : 3 Februari 2021
3. Proses terjadinya sakit : tiba – tiba Berangsur – angsur

Faktor pencetus : Terprosok saat banjir

4. Upaya yang telah dilakukan : luka hanya dibebat untuk menghentikan


perdarahan
5. Tanda – tanda vital : S:36C, N:80 x / menit, T: 90/60 mmHg

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : klien mengatakan keluarga
tidak ada yang menderita penyakit degeneratif
2. Penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga : Tidak ada
3. PENGKAJIAN SISTEM
1. Sistem pernafasan ( B1 = Breathing )
Data subjektif: klien mengatakan tidak sesak dan bernafas dengan baik
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): tidak ada pernafasan cuping
hidung, RR : 22x/menit
2. Sistem kardiovaskular ( B2 = Blood )
Data subjektif: klien mengatakan sedikit pusing
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): klien tampak memegangi
kepala, TD : 90/60 mmhg, N : 80x/menit, Auskultasi S1 dan S2 tunggal
3. Sistem neurologi ( B3 = Brain )
Data subjektif: -
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): klien tampak berinteraksi
dengan orang yang ada disekitarnya, Kesadaran klien : Compos Mentis, GCS : 4,5,6
4. Sistem perkemihan ( B4 = Bladder )
Data subjektif: klien mengatakan tidak menggunakan selang kateter
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): BAK : 3x/hari, warna urin
kuning, Bau khas urin.
5. Sistem pencernaan ( B5 = Bowel )
Data subjektif: klien mengatakan belum BAB
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): -
6. Sistem muskuloskeletal ( Bone )
Data subjektif: klien mengatakan nyeri pada telapak kaki kiri
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): klien tampak kesakitan,
meringis, tampak ada balutan luka post op, dari foto terdapat ruptur tendon pedis
7. Sistem lain yang terkait ( Sistem endokrin, Reproduksi, Imunologi, dsb )
Data subjektif: -
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): Tidak ada pembesaran pada
kelenjar tiroid
8. Pola istirahat
Data subjektif: px mengatakan susah tidur dikarenakan nyeri pada kakinya
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): px tampak gelisah, bingung
mencari posisi yang nyaman
9. Pola personal higiene
Data subjektif: Px mengatakan hanya diseka 1x/hari dengan keluarganya
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): kulit tampak bersih,
lembab, kuku tangan bersih

V. PSIKOSOSIAL
1. Sosial / interaksi : px berinteraksi dengan perawat dan dokter disekitarnya
2. Konsep diri : px mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa , px merasa
bosan
3. Spiritual : klien mengatakan beragama islam, rajin melaksanakan sholat 5
waktu, tetapi sekarang tidak dapat melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu karena
sakit.
VI. TINDAKAN MEDIS DAN OBAT – OBATAN YANG DIBERIKAN
1. Infus RL 500ml
2. Ceftriaxone 1 gram/vial
3. Infus Ns 50 ml
4. Ketorolac 1 ml/amp
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai rujukan


HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,2 12,0 – 16,0
Lekosit 8,86 4,0 – 10,0
Hemotokrit 46,4 35,0 – 45,0
Eritrosit 5,6 4,0 – 5,5
Index Eritrosit
MCV 83,4 80,0 - 97,0
MCH 25,6 26,5 – 33,5
MCHC 30,7 31,5 – 35,0
RDW-CV 12,60 11,5 – 14,5
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 1 0–1
Neutrofil 73 50 – 70
Limfosit 18 20 – 40
Monosit 7 2–8
Eosinofil 1 1–3
Trombosit 204 150 – 450
MPV 7,17 7,2 – 11,1
Laju Endap Darah 10 0 – 20

HEMOSTASIS
PPT 14,1 11,3 – 14,7
KPTT 37,9 27,4 – 39,3

KIMIA KLINIK
Gula Darah
Glukosa Darah Sewaktu 81 <150

MUNOSEROLOGI
Rapid Tes Antibodi IgG/IgM
Anti SARS-CoV-2 IgG Non Reaktif Non Reaktif
Anti SARS-CoV-2 IgM Non Reaktif Non Reaktif

2. Radiologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


Foto X-ray Terdapat rupture pada tendon pedis sinistra
3. Informasi lain – lain

Mengetahui, Februari 2021


Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) (MARIATUL QIFTIYAH)
NIM. P17221171011
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. S


UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
DAFTAR PENUNJANG MASALAH PENYEBAB

DS : Px mengatakan nyeri Nyeri Akut Ruptur tendon


dibagian kaki kiri
P : Luka op
Q : nyeri cekot cekor, panas Proses pembedahan
R : kaki kiri
S:4
T : menetap Pembekakan
DO :
 K/U : lemah
 Px tampak gelisah Nyeri
 Klien tampak
menahan nyeri saat
kaki digerakkan
 TTV
TD : 90/60 mmHg
N : 80X/menit
S : 36 ᵒC
RR : 22X/menit

Ds : klien mengatakan baru Resiko Infeksi Ruptur tendon


selesai op
Do :
 px tampak ada balutan Proses pembedahan
luka post op yang
tertutup kasa steril
dibagian kaki kiri Diskontinuitas jaringan
 Keadaan perban bersih kulit
 Keadaan luka baik
Resiko infeksi
Ds : px mengatakan kedua
Gangguan Mobilitas fisik Ruptur tendon
kaki masih terasa berat
Do :
 Kesadaran : CM
Prosedur pembedahan
 GCS 456
 Kekuatan otot
5 5 Diskontinuitas jaringan
2 0
 Klien tampak
dibantu saat Pemasangan alat yang
beraktivitas mengikat
 Px tampak ada
balutan luka op Gangguan mobilitas
dibagian kaki kiri Fisik

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH

NAMA PASIEN : Tn S
UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
NO TGL MUNCUL DIAGNOSA TGL TANDA
TERATASI TANGAN
1. 4-2-2021 Nyeri akut b.d dikontinuitas
jaringan d.d klien tampak
gelisah, meringis

2. 4-2-2021 Resiko infeksi b.d diskontinuitas


jaringan d.d klien tampak ada
balutan post op

3. 4-2-2021 Gangguan mobilitas fisik b.d


pemasangan gips d.d klien ada
balutan luka post op
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. S


UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
TGL NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL TTD
DX KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
4-2- 1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
21 dikontinuitas jaringan tindakan keperawatan dan KU klien mengetahui
d.d klien tampak selama 1 x 4 jam 2. Lakukan TTV dalam
gelisah, meringis diharapkan nyeri pengkajian nyeri batas normal
berkurang dengan secara atau tidak
kriteria hasil : komprehensif 2. Mengetahui
1. Mampu termasuk lokasi, manajemen
mengenali dan karateristik, nyeri
mengontrol nyeri durasi, frekuensi, 3. Mengetahui
2. Tanda-tanda vital kualitas, dan faktor penyebab
dalam batas faktor presipitasi ketidaknyamana
normal 3. Observasi reaksi n
3. Melaporkan nonverbal dari 4. Memberikan
bahwa nyeri ketidaknyamana lingkungan yang
berkurang n nyaman
4. Kontrol 5. Mengajarkan
lingkungan yang untuk
dapat mengontrol rasa
mempengaruhi nyeri
nyeri 6. Mengurangi rasa
5. Ajarkan teknik nyeri
non farmakologi
distraksi
relaksasi
6. Berikan terapi
obat sesuai advis
dokter

4-2- 2 Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. Mencegah


21 Resiko infeksi b.d tindakan keperawatan kebersihan luka terjadinya
diskontinuitas jaringan selama 1 x 4 jam 2. Cuci tangan infeksi
d.d klien tampak ada diharapkan klien tidak sebelum dan 2. Untuk
balutan post op mengalami resiko sesudah meminimalisir
infeksi dengan kriteria melakukan penyebaran
hasil : tindakan kuman yang
1. Klien bebas dari keperawatan dapat
tanda dan gejala 3. Monitor tanda menyebabkan
infeksi gejala infeksi infeksi
2. Menunjukkan sistemik dan 3. Mengetahui
kemampuan lokal adanya tanda
untuk mencegah 4. Inspeksi kulit gejala infeksi
timbulnya infeksi dan membran 4. Mengetahui
3. Jumlah leukosit mukosa tehadap adanya infesi
dalam batas kemerahan, 5. Keluarga dapat
normal panas, dan mengetahui
drainase tanda gejala
5. Ajarkan pasien terjadinya
dan keluarga infeksi
tanda dan gejala 6. Mengetahui
infeksi tanda tanda
6. Kaji suhu badan infeksi
pasien setiap 4 7. Untuk
jam sekali mencegah
7. Berikan terapi terjadinya
antibiotik infeksi
8. Tingkatkan 8. Untuk
intake nutrisi mempercepat
9. Anjurkan klien proses
untuk kontrol penyembuhan
rutin luka
9. Untuk
memantau
perkembangan
luka

4-2- 3 Setelah dilakukan 1. Monitoring vital 1. Memantau TTV


21 tindakan keperawatan sign sebelum atau dalam batas
1x1 jam diharapkan sesudah latihan dan normal
gangguan mobilitas fisik lihat respon pasien 2. Mencegah
teratasi dengan kriteria saat latihan. terjadinya
Gangguan mobilitas hasil : 2. Bantu klien untuk cedera
fisik b.d pemasangan  Klien meningkat menggunakan 3. Untuk proses
gips d.d klien ada dalam aktivitas tongkat dan cegah penyembuhan
balutan luka post op fisik terhadap cedera luka secara
 Klien dapat 3. Ajarkan pasien berangsur-
melakukan tentang teknik angsur
aktivitas secara ambulasi. 4. Untuk melatih
mandiri 4. Latih pasien dalam kekuatan otot
pemenuhan 5. Untuk melatih
kebutuhan ADL kekuatan otot
secara mandiri klien
sesuai kebutuhan. 6. Untuk
5. Ajarkan pasien mengetahui
bagaimana merubah terapi yang
posisi dan berikan sesuai dengan
bantuan jika keadaan klien.
diperlukan.
6. Konsultasi dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. S


UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
NO TGL JAM TINDAKAN TTD
DX
1. 4-2-21 10.30 1. Memonitor TTV dan KU klien
2. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan faktor presipitasi
3. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
4. Mongontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
5. Mengajarkan teknik non farmakologi
distraksi relaksasi genggam jari
6. Memberikan terapi obat sesuai advis
dokter

2. 4-2-21 10.30 WIB 1. Mempertahankan kebersihan luka


2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
3. Memonitor tanda gejala infeksi
sistemik dan lokal
4. Menginspeksi kulit dan membran
mukosa tehadap kemerahan, panas, dan
drainase
5. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
6. Mengkaji suhu badan pasien setiap 4
jam sekali
7. Memberikan terapi antibiotik
8. Meningkatkan intake nutrisi
9. Menganjurkan klien untuk kontrol rutin

3. 4-2-21 10.30 WIB 1. Memantau vital sign sebelum atau


sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan.
2. membantu klien untuk menggunakan
tongkat
3. Mengajarkan pasien tentang teknik
ambulasi
4. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL secara mandiri
5. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi
6. Konsultasi dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.

EVALUASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. S


UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
NO DX. KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL TANGGAL

1. Nyeri akut b.d S : Px mengatakan


dikontinuitas jaringan nyeri dibagian kaki
d.d klien tampak kiri
gelisah, meringis P : Luka op
Q : nyeri cekot cekor,
panas
R : kaki kiri
S:4
T : menetap

O:
- Px tampak
gelisah
- Grimace (+)

A : Masalah Nyeri
Belum Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi

2 S : klien mengatakan
Resiko infeksi b.d baru selesai operasi
diskontinuitas jaringan O:
d.d klien tampak ada - px tampak
balutan post op ada balutan
luka post op
dibagian kaki
kiri.
- Keadaan
perban bersih
- Keadaan luka
baik
- Tidak edema
dan
kemerahan
A : Masalah Resiko
Infeksi Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi

3. S : px mengatakan
Gangguan mobilitas kedua kaki masih
fisik b.d pemasangan terasa berat
gips d.d klien ada O:
balutan luka post op - Kesadaran :
CM
- GCS 4-5-6
- Kekuatan otot
5-5-0-0
- Klien tampak
dibantu saat
beraktivitas

A : Masalah
Gangguan Mobilitas
Fisik Belum Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi

Anda mungkin juga menyukai