MARIATUL QIFTIYAH
P17221171011
Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gadar pada Tn. S dengan diagnosa Rupture
Tendon Pedis di ruang HCU RSI Masyithoh Bangil.
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Mahasiswa
( )
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia.
Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi
yang membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon,
penyakit tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme).
Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan
dapat mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. setiap
jenis pecah tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi
atau medis tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian
belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon
adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. otot rangka
dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara.
Ketika otot kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan gerakan ini. "truktur
yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon. Ruptur tendon
merupakan jejas akut terhadap tendon akibat faktor dominan eksternal meskipun ada juga
kontribusi faktor internal messki lebih kecil (Griffin et al, 2014).
II. PATOFISIOLOGI
A. ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes.
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah.
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola.
4. Trauma benda tajam atau tumpul.
B. TANDA DAN GEJALA
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki
atau betis.
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang
tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik
C. PATHWAY
Penyakit tertentu (arthritis dan diabetes) + Obat-obatan (kortikosteroid dan beberapa
antibiotik) + Cedera + Trauma benda tajam dan tumpul + Obesitas
Ruptur Tendon
Operatif
(Repair Tendon)
Gangguan aliran
Perubahan Perubahan Dikontinuitas Gangguan
balik vena
Pemeliharaan Pemeliharaa jaringan Ctira
Kesehatan n Kesehatan
Perubahan
Perfusi
Diskontinuitas Gangguan
jaringan mobilitas
Pembengkakan Fisik
Nyeri Gangguan
mobilitas
fisik
c. Operative
- perbaikan langsung : indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)
d. Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan
kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada tiga hal yang perlu
diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:
- rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran ketatnya
tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan
dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.
- kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang
dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa
inci sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk
mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada
tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan.
Peregangan ini harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan,
yang membantu reorientasi dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka.
Sebuah hamparan populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki
pada permukaan yang tinggi.
- kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan peregangan atau
memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga pasien nyaman. Ini adalah
menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan membantu dengan
pronasi tepat kaki, yang merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
e. Operasi
- Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan
kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus.
- Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya
dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk
dilakukan tindakan operasi.
- perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan besar,
dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan. Pembedahan mungkin
tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan
turun. Untuk pasien menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk
penyembuhan miskin, perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih
baik daripada perbaikan bedah terbuka. (v.sammarco, MD, et al. 2009)
V. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial dari
kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahnkan
hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
jika hal tersebut memungkinkan
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = airway
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress peernafasan
- Tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan mrlalui hidung ataua mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembapan kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS tentukan respon A= alert, V= verbal, P= pain/respon nyeri, U= unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e. Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
f. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
j. Paru
- Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
- Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
- Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
a. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
d. Abdomen
e. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
f. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
g. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
h. Auskultasi
Peristaltik usus normal
i. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada pengkajian
primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari
riwayat keperawatan (riwayat peyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon, antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
b. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkan
tungkai dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon.
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi fisik,
perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.
d. Rencana keperawatan
No DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
NIC :
5 NOC : 1. Monitoring vital sign
Ganguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan sebelum atau sesudah
Gangguan metabolisme sel keperawatan selama 7x24 jam latihan dan lihat respon
keterlambatan gangguan mobilitas fisik pasien saat latihan.
perkembangan pengobatan, teratasi dengan kriteria hasil : 2. Konsultasi dengan terapi
kurang support lingkungan, fisik tentang rencana
keterbatasan ketehanan 1. Klien meningkatkan ambulasi sesuai dengan
kardiovaskuler, kehilangan dalam aktivitas fisik kebutuhan
integritas struktur tulang. 2. Mengerti tujuan dan 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
3. Meverbalisasikan dan cegah terhadap
perasaan dalam cedera
meningkatkan kekuatan 4. Ajarkan pasien atau
dan kemampuan tenaga kesehatan tentang
berpindah teknik ambulasi
4. Memperagakan 5. Kaji kemampuan pasien
penggunaan alat bantu dalam mobilisasi
untuk mobilisai. 6. Latiah pasien dalam
pemenuhan kebutuhal
ADLs secara mandiri
sesuai kebutuhan.
7. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebuthan ADLs.
8. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A. dan 9orley, Neil &. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3 2006. Jakarta
: Erlangga Medical Series
Sjamsuhidajat, &. dan de Jong, Cim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2003 Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Saladin : Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function,
Ed.3.2003). The McGraw HILL Companies
Geert 0. P agenstert, Victor Valderrabano, Beat , Hintermann, Tendon injuries of the foot
and ankle in athletes, Clinic of Or ho edic Tra matology, Orthopedic Surgery
Department, UniVersity Clinics Basel, SwitEerlandCH-4031' Basel; "Schweizerische
Geitschrift fur Sportmedizin und Sporttraumatologie 52 (1), 11-21, 2004
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR DI ICU & IW
V. PSIKOSOSIAL
1. Sosial / interaksi : px berinteraksi dengan perawat dan dokter disekitarnya
2. Konsep diri : px mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa , px merasa
bosan
3. Spiritual : klien mengatakan beragama islam, rajin melaksanakan sholat 5
waktu, tetapi sekarang tidak dapat melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu karena
sakit.
VI. TINDAKAN MEDIS DAN OBAT – OBATAN YANG DIBERIKAN
1. Infus RL 500ml
2. Ceftriaxone 1 gram/vial
3. Infus Ns 50 ml
4. Ketorolac 1 ml/amp
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium
HEMOSTASIS
PPT 14,1 11,3 – 14,7
KPTT 37,9 27,4 – 39,3
KIMIA KLINIK
Gula Darah
Glukosa Darah Sewaktu 81 <150
MUNOSEROLOGI
Rapid Tes Antibodi IgG/IgM
Anti SARS-CoV-2 IgG Non Reaktif Non Reaktif
Anti SARS-CoV-2 IgM Non Reaktif Non Reaktif
2. Radiologi
( ) (MARIATUL QIFTIYAH)
NIM. P17221171011
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn S
UMUR : 40 th
NO. REGISTER : 187296
NO TGL MUNCUL DIAGNOSA TGL TANDA
TERATASI TANGAN
1. 4-2-2021 Nyeri akut b.d dikontinuitas
jaringan d.d klien tampak
gelisah, meringis
O:
- Px tampak
gelisah
- Grimace (+)
A : Masalah Nyeri
Belum Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
2 S : klien mengatakan
Resiko infeksi b.d baru selesai operasi
diskontinuitas jaringan O:
d.d klien tampak ada - px tampak
balutan post op ada balutan
luka post op
dibagian kaki
kiri.
- Keadaan
perban bersih
- Keadaan luka
baik
- Tidak edema
dan
kemerahan
A : Masalah Resiko
Infeksi Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
3. S : px mengatakan
Gangguan mobilitas kedua kaki masih
fisik b.d pemasangan terasa berat
gips d.d klien ada O:
balutan luka post op - Kesadaran :
CM
- GCS 4-5-6
- Kekuatan otot
5-5-0-0
- Klien tampak
dibantu saat
beraktivitas
A : Masalah
Gangguan Mobilitas
Fisik Belum Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi