NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS,
***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS
ABSTRAK
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor risiko
penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik
rumah dengan kejadian Tuberkulosis paru (TB paru) di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak
Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode surve analitik dengan rancangan kasus kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB paru dan bukan penderita TB paru yang
berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis
menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan
dengan kejadian TB Paru p value = 0,003 dan OR 8,125. Tidak ada hubungan antara luas ventilasi
p value = 0,230, kelembaban p value = 0,319, kepadatan hunian konstan, jenis lantai konstan, dan
jenis dinding p value = 0,230. Disarankan pada pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam
mengurangi kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.
ABSTRACT
Tuberculosis is a direct contagion that caused by Mycrobacterium Tuberculosis. Houses without
health requirement are one of risk factor of pulmonary tuberculosis. This study determines
correlation between physical condition of houses with the event of pulmonary tuberculosis cases in
work area of health center in Ngemplak Boyolali. This research is survey analytic study with case
control studies. The population were patients with pulmonary TB and non pulmonary TB,
amounting to 38 people. Sampling technique applied total sampling. Analysis by using Chi-square
test shows that there are correlations of lighting intensity with pulmonary TB cases p value =
0,003 and OR 8,125. No correlation between ventilation vast p value = 0,230, humidity p value =
0,319, population density constant, floor types constant, and wall types p value = 0,230. It is
advised that relevant parties to participate in reducing pulmonary TB cases in work area of Health
Center in Ngemplak Boyolali.
dan tercatat di register TB UPK dan melihat nilai Odds Ratio (OR)
Puskesmas Ngemplak Boyolali pada untuk memperkirakan risiko masing-
periode Januari 2014 – Oktober 2014 masing variabel yang diselidiki.
sebanyak 19 orang. Tehnik sampling yang HASIL
digunakan dalam penelitian ini adalah A. Karakteristik Responden
dengan menggunakan metode Total 1. Umur
Sampling Dengan perbandingan antara Proporsi umur responden pada
kasus : kontrol = 1:1, dimana sampel kelompok kasus paling banyak
terdiri dari 19 responden sebagai adalah 15 – 50 tahun yaitu 15
kelompok kasus dan 19 responden sebagai orang (78,9%). Pada kelompok
kelompok kontrol, sehingga jumlah sampel kontrol, umur responden yang
secara keseluruhan adalah 38 sampel, paling banyak juga rentang umur
dengan kriteria: 15-50 tahun yaitu 12 orang
1. Kriteria Inklusi (63,2%).
a. Kelompok kasus : Seluruh 2. Jenis Kelamin
penderita TB Paru yang berusia > Distribusi responden berdasarkan
15 tahun dan dinyatakan dengan jenis kelamin pada kelompok
BTA + yang bertempat tinggal di kasus, responden laki-laki lebih
wilayah kerja Puskesmas banyak, yaitu 12 orang (63,2%)
Ngemplak Boyolali dibandingkan dengan responden
b. Kelompok kontrol : orang terdekat perempuan, yaitu sebanyak 7 orang
dari penderita kasus yang (36,8%). Untuk kelompok kontrol
bermukim di sekitar rumah distribusi responden berdasarkan
penderita TB paru yang tidak jenis kelamin responden laki-laki
menderita TB paru dan memiliki 13 orang (68,4%), sedangkan
kondisi lingkungan yang sama responden berjenis kelamin
dengan penderita TB paru. perempuan 6 orang (31,6%).
2. Kriteria Ekslusi 3. Tingkat Pendidikan
Penderita TB Paru BTA + yang tidak Proporsi tingkat pendidikan
bersedia untuk menjadi responden responden kelompok kasus yang
atau telah pindah dari wilayah kerja paling banyak adalah tamat SMP
Puskesmas Ngemplak Boyolali. yaitu 8 orang (42,1%), pada
Adapun analisis data yang digunakan kelompok kontrol tingkat
adalah analisis univariat dan analisis pendidikan yang paling banyak
bivariat. Analisis univariat dilakukan juga tamat SMP yaitu 6 orang
untuk mengetahui distribusi frekuensi (31,6%).
dan presentase setiap variabel yang 4. Jenis Pekerjaan
kemudian disajikan dalam bentuk proporsi jenis pekerjaan responden
tabel dan di interpretasikan. Pada kelompok kasus paling banyak
analisis bivariat, dilakukan terhadap 36,8% pekerjaan sebagai buruh,
dua variabel yang diduga berhubungan sedangkan 31,6% tidak bekerja.
atau menggunakan uji statistik Chi Pada kelompok kontrol 31,6%
Square (Χ2) dengan derajat memiliki pekerjaan dalam katagori
kepercayaan 95% (α=0,05). Hubungan lain-lain (bengkel, jaga counter hp,
dikatakan bermakna apabila P<0,05 jaga toko) dan 26,3% tidak bekerja.
B. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik Rumah
Min Max
Ventilasi <10% Luas lantai 0 0 3 15,8
≥ 10% luas lantai 19 100 16 84,2 8,4 16 12,31
C. Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
P-
Variabel Katagori Kasus Kontrol OR (95% CI)
Value
Frek % Frek %
Ventilasi <10% Luas lantai 0 0 3 15,8 0,230 2,188
≥ 10% luas 19 100 16 84,2 1,525 – 3,139
lantai
Pencahayaan 15 78,9 6 31,6 0,003 8,125
<60 lux 4 21,1 13 68,4 1,874 – 35,233
≥ 60 lux
Kelembaban 13 68,4 10 52,6 0,319 1,950
<40% atau>70% 6 31,6 9 47,4 0,520 – 7,312
40%-70%
Kepadatan 0 0 0 0 konstan konstan
Hunian < 10 m2 19 100 19 19
≥ 10 m2
Jenis Lantai 19 100 19 100 konstan konstan
Standar 0 0 0 0
Tidak standar 2,188
Jenis Dinding 3 15,8 0 0 0,230 1,525 – 3,139
Lembab 16 84,2 19 100
Tidak Lembab
antara udara dalam dan udara luar merupakan salah satu faktor yang
rumah. dapat membunuh kuman TB Paru,
2. Hubungan Pencahayaan dengan sehingga jika pencahayaan bagus
Kejadian TB Paru maka penularan dan
Dari hasil penelitian dapat perkembangbiakan kuman bisa
dilihat bahwa total dari kondisi dicegah. Banyak jenis bakteri
pencahayaan kasus dan kontrol dapat dimatikan jika bakteri
yang terbanyak adalah kondisi tersebut mendapatkan sinar
pencahayaan yang kurang yaitu matahari secara langsung,
55,3% sedangkan kondisi demikian juga kuman tuberkulosis
pencahayaan yang baik 44,7%. dapat mati karena cahaya sinar
Hasil uji statistik diperoleh nilai p ultraviolet dari sinar matahari
<0,05 (p=0,003), maka terdapat yang masuk ke dalam ruangan.
hubungan yang bermakna antara Diutamakan cahaya matahari pagi
kondisi pencahyaan dengan karena cahaya matahari pagi
kejadian TB Paru di wilayah kerja mengandung sinar ultraviolet yang
Puskesmas Ngemplak. Odds ratio dapat membunuh kuman.
8,125, 95% CI= 1,874 – 35,233
yang berarti rumah responden 3. Hubungan Kelembaban dengan
penderita TB Paru BTA + yang Kejadian TB Paru
memiliki kondisi pencahayaan Hasil penelitian hubungan
yang kurang berisiko 8,125 kali kelembaban dengan kejadian TB
tertular TB Paru dibandingkan Paru yaitu kelembaban yang baik
rumah responden yang adalah 47,4% dan yang kurang
mempunyai pencahayaan yang baik adalah 52,6%. Hasil uji
baik. Pengukuran pencahayaan statistik diperoleh nilai p <0,05
dilakukan di ruang keluarga dan (p=0,319), maka tidak terdapat
pencahayaan yang digunakan pada hubungan yang bermakna antara
saat penelitian ini dilakukan yaitu kelembaban rumah penderita TB
pencahayaan alami matahari, paru BTA + dengan kejadian TB
karena penelitian ini dilaksanakan Paru di wilayah kerja Puskesmas
pada pagi hingga siang hari. Hasil Ngemplak. Pada saat penelitian
penelitian ini sesuai dengan hasil yang diperoleh kelembaban
penelitian yang telah dilakukan terendah yaitu 62% sedangkan
oleh Wulandari (2012) dan kelembaban tertinggi 93% dengan
Rosiana (2012) yang menyatakan rata-rata kelembaban 74,15% tidak
bahwa ada hubungan pencahayaan ada dalam rumah responden baik
dengan kejadian TB Paru. Kondisi kasus maupun control yang
pencahayaan merupakan faktor kelembabanya <40%. Tidak
risiko yang cukup signifikan hal adanya hubungan bisa terjadi
ini dapat dilihat dari penelitian karena pada saat penelitan
diatas, dengan pencahayaan yang dilaksanakan pada Bulan Januari
kurang maka perkembangan dalam musim penghujan sehingga
kuman TB Paru akan meningkat kelembaban dalam rumah lebih
karena cahaya matahari tinggi daripada musim kemarau.
ini menyatakan bahwa 38 responden tidak baik dalam hal menjemur kasur.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. “ Sosial dan Kependudukan”. BPS. http://
www. bps.go.id/ menutab.php? tabel=1&kat=1&id - subyek=23. Diakses pada
tanggal 15 Maret 2015.
Batti. 2013. Analisis Hubungan Antara Kondisi Ventilasi, Kepadatan Hunian, Kelembaban
Udara, Suhu, Dan Pencahayaan Alami Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo. Jurnal Universitas Sam
Ratulangi Manado. Diakes 11 Maret 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali 2013.
Boyolali : Dinas kesehatan.
Mayangsari, AH dan Kornelia K. 2013. Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tb Paru. Journal Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Tasikmalaya.
Moha, S.R. 2012. Pengaruh Kondisi Fisik Rumah Terhadap Kejadian Penyakit Tuberkulosis
Paru Di Desa Pinolosian, Wilayah Kerja Puskesmas Pinolosian Kecamatan
Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2012. [Tesis Ilmiah].
Gorontalo : Universitas Gorongtalo.
Putra, NR. 2011. Hubungan Perilaku Dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Tb
Paru Di Kota Solok Tahun 2011.[Skripsi Ilmiah]. Andalas: Universitas Andalas.
Rosiana, AM. 2012. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Suarni, E. 2009. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penderita TB Paru Di
Kecamatan Pancoran Mas Depok 2009. [Skripsi Ilmiah]. Depok :Universitas
Indonesia.