Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

A. DESKRIPSI KEGIATAN 1

B. MATERI KEGIATAN 2

C. FOTO KEGIATAN 21
A. Deskripsi Kegiatan Pelatihan Keperawatan Intensif ICU Dewasa

JUDUL KEGIATAN : Pelatihan Keperawatan Intensif Icu Dewasa


WAKTU PELATIHAN : 24 MARET – 2 JUNI 2016
LOKASI : RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
PESERTA : MARIA ULFAH YATMI, Amd.Kep
AGENDA :1. 24 Maret 2016, pembukaan dan kontrak
program.
2. 28 Maret 2016, pre test.
3. 28 Maret-12 April 2016, pemaparan materi
pelatihan dengan metode ceramah dan
simulasi.
4. 13-14 April 2016, orientasi ICU/Ward Round.
5. 15 April-19 Mei 2016, praktek klinik.
6. 20 Mei 2016, presentasi makalah.
7. 24-27 Mei 2016, ujian praktek.
8. 30 Mei 2016, post test.
9. 1 Juni 2016, remedial.
10. 2 Juni 2016, penutupan.
B. Materi Pelatihan Keperawatan Intensif ICU Dewasa
I. Materi Pengantar
1. Konsep dasar dan standar praktik keperawatan di ruang perawatan
kritis (ICU).
a. Pengertian ruang perawatan ICU
Ruang rawat di RS yang dilengkapi staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien yang mengancam nyawa
oleh kegagalan satu atau lebih organ akibat penyakit, bencana
atau komplikasi yang masih ada harapan hidup (recoverable).
Keberhasilan terapi didasarkan pada usia pasien, riwayat
penyakit sebelumnya, keadaan penyakit sekarang, respon
terhadap terapi, lingkungan sosial pasien, kualitas pasien
dimasa depan.
b. Indikasi pasien dirawat ICU
 Berdasarkan prioritas life threatening
 Berdasarkan diagnosis
 Berdasarkan penilaian objektif
 Indikasi sosial
c. Indikasi keluar ICU
 Meninggal dunia
 Tidak ada kegawatan yang mengancam nyawa
 Atas permintaan keluarga
d. Jenis tenaga yang ada di ICU
Terdiri dari : staf medis, staf perawat, staf terkait seperti
laboratorium, farmasis, ahli gizi, radiologi dan pekerja sosial,
ahli teknik dan sekretariat.
e. Desain ruang ICU
 Ruang tunggu
 Ruang pasien terdiri dari ruang terbuaka/ gabung dan ruang
isolasi
 Ruang penyimpanan alat/gudang
 Ruang laboratorium/teknik
 Ruang staf
 Ruang alat pembersih
 Hospital : ICU bed ratio = 100 : (1-2)
 ICU Bed : nurse ratio= 1 : (1-2)
f. Perlengkapan alat
Monitoring, alat terapi respirasi, alat terapi kardiologi, terapi
dialise, laboratorium, radiologi, alat lain.
2. Aspek etik dan legal pada praktik keperawatan kritis
a. Pengertian etik dan legal
 Etik adalah kesepakatan antara praktik moral, keyakinan,
sistem nilai, standar perilaku, individu atau kelompok
tentang penilaian suatu hal.
 Legal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan
undang-undang untuk perawat diatur dalam UU kesehatan
No.36 tahun 2009, PP no. 32 tahun 1996 ttg tenaga
kesehatan, kepmenkes no. 1239 tahun 2001 ttg registrasi
dan praktik perawat.
b. Prinsip dan kode etik keperawatan
 Prinsip etik
Respect (hak untuk dihormati), autonomy (hak pasien
memilih), beneficence ( bertindak untuk keuntungan orang
lain/pasien), non maleficence ( utamakan tidak menciderai
orang lain), confidentiality (hak kerahasiaan), justice
(keadilan), fidelity (ketaatan), dan veracity (kebenaran).
 Kode etik keperawatan
Perawat dan psien, perawat dan praktik, perawat dan
masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan
profesi.
3. Berfikir kritis dalam menghadapi pasien kritis
a. Cara berfikir dan bertindak kritis sebagai perawat ICU
 Metode ilmiah
 Pemecahan masalah
 Pengambilan keputusan
 Alasan diagnostik
 Proses keperawatan
4. International Petient Safety Goals (IPSG)
a. GOALS IPSG
 IPSG 1 identifikasi pasien secara benar
 IPSG 2 meningkatkan komunikasi yang efektif
 IPSG 2.1 proses dalam melaporkan hasil kritis tes
diagnostik
 IPSG 2.2 proses komunikasi serah terima
 IPSG 3 meningkatkan keamanan penguunaan obat yang
membutuhkan kewaspadaan tinggi
 IPSG 3.1 proses untuk mengatur penggunaan elektrolit
konsentrat dengan aman.
 IPSG 4 memastikan operasi dengan lokasi yang benar,
prosedur yang benar, dan psien yang benar.
 IPSG 4.1 proses untuk time out yang dilakukan sesaat
sebelum memulai operasi utnuk memastikan benar
lokasi/sisi, benar prosedur, benar pasien
 IPSG 5 menurunkan resiko infeksi akibat pelayanan di
rumah sakit
 IPSG 6 mengurangi resiko pasien cidera karena jatuh
II. Materi inti
1. Standar praktik keperawatan kritis
a. Kompetensi critical care nurse
Kompetensi Dasar Kompetensi lanjut
 Memahami konsep  Seluruh kompetensi dasar
keperawatan intensif  Mengelola pasien dengan
 Memahami isu etik dan ventilasi mekanik
hukum pada perawatan  Mempersiapka pemasangan
intensif kateter arteri
 Menggunakan keterampilan  Mempersiapkan pemasangan
komunikasi yg efektif kateter vena sentral
 Melakukan pengkajian dan  Mempersiapkan pemasangan
analisa data kateter arteri pulmonal
 Mempertahankan jalan nafas  Melakukan pengukuran curah
pada psien terpasang ETT jantung
 Mempertahankan potensi  Melakukan pengukuran vena
jalan nafas dengan sentral
menggunakan ETT  Melakukan persiapan
 Melakukan fisioterapi dada memasang IABP
 Memberikan terapi inhalasi  Melakukan pengelolaan
 Mengukur saturasi oksigen asuhan keperawatan pasien
dengan pulse oksimetri terpasang IABP
 Memberikan terapi oksigen  Melakukan persiapan
dengan berbagai metode pemasangan CVVH
 Melakukan monitoring  Melakukan pengukran
hemodinamik non invasiv tekanan intra kranial
 Memberikan ALS dan BLS  Melakukan pengelolaan
 Melakukan perekaman EKG pasien yang terpasang kateter
 Melakukan interprestasi hasil invasif
rekaman EKG  Melakukan pengelolaan psien
 Melakukan pengambilan yang menggunakan
sample darah AGD trombolitik
 Melakukan interpretasi hasil  Melakukan pengukuran
AGD konsenrasi CO2 pada akhir
 Melakukan pengambilan ekspirasi
sample darah pemeriksaan
elektrolit
 Melakukan koreksi terhadap
hasil analisa gas darah yang
tidak normal
 Melakukan iterpretasi hasil
foto thorax
 Melakukan persiapan
pemasangan WSD
 Mempersiapkan pemberian
terapi melalui syringe pump
dan infus pump
 Melakukan pengelolaan
pasien dengan nutrisi
parenteral
 Melakukan pengelolaan
pasien dengan terapi caira
intra vena
 Melakukan pengelolaan pada
psien SKS
 Melakukan penanggulangan
infeksi nasokomial di ICU

2. Fisiologi dan gangguan sistem tubuh yang dapat menimbulkan


kondisi kritis
a. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
 Pengertian bernafas
Proses mekanik, kluar masuknya udara dari luar ke dalam
paru-paru atau sebaliknya.
 Fisiologi bernafas
Udara masuk menyebabkan kontaksi diafragma dan
interkostalis eksterna, meningkatkan volume intrathoraks,
sehingga menyebabkan tekanan intrapleural menjadi
negatis, kemudian paru mengembang, tekanan
intrapulmonal menjadi negatis, sehingga udara keluar dari
paru-paru.
 Situasi yang merubah fisiologis bernafas
Adanya hambatan jalan nafas, atau pengembangan paru
dan pertukaran udara di alveoli tidak maksimal.
b. Pemeriksaan fisik sistem pernafasan
 Riwayat penyakit
 Tanda dan gejala yang dikaji lebih detail adalah dyspnea,
chest pain, sputum, dan batuk.
 Pemeriksaan fisik yang berupa :
1. Inspeksi
Sianosis central, retraksi interkostal, postur tubuh,
posisi trakea, respiration rate, dan kedalaman respirasi.
2. Palpasi
Taktil fremitus dan ekspansi dada
3. Perkusi
Timpani, nada seperti drum, ditemukan pada daerah
yang berisi udara.
Resonansi, ditemukan pada paru normal.
Hiperesonansi, ditemukan pada pasien enfisema.
Pekak, kulitas seperti begedebuk, didengar pada hati
Flatness, kualitas datar didengar di otot.
4. Auskultasi
Normalnya kan terdengar bunyi vesikuler,
bronkovesikuler, dan bronkial, tapi pada pasien tertentu
akan terdengar bunyi tambahan, yaitu krekels, ronkhi,
whezzing, gesekan pleura, dan stridor.
c. Penatalaksaan pasien dengan VAP
 VAP (Ventilation Assosiated Pneumonia) adalah sub tipe
dari HAP, dimana pasien yang terpasang ventilasi mekanik
atau trakeostomi mengalami infeksi setidaknya dalam
jangka waktu 48 jam.
 Adapun bundle VAP adalah :
Posisikan pasien head up 30 derajat, memberikan DVT
profilaxis, memberikan PUD prophylaxis, memberikan
sedasi, pengkajian yang tepat untuk melakukan eksubasi.
d. Anatomi fisiologi dan asuhn keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler
 Aritmia yang mengancam dan penatalaksanaannya
1. VF/VT pulseless
Harus segera di DC Shock
2. VT/VF dengan nadi, lakukan rjp dan cardioversi.
3. Pasien PEA/Assistole, un shockable, lakukan RJP

III. Intervensi pada pasien dalam kondisi kritis


1. Penatalaksanaan pasien dengan syock
a. Clinical assesment
Kaji kesadaran, kaji nadi, kji central venous filling, kaji venous
filling, skin perfusion, temperature.
b. Management syock
 Ventilasi dan oksigenasi baik
 Akses IV kateter, termasuk CVC dan artery line
 Resusitasi cairan
 Resusitasi produk darah
 Pemberian obat inotropik dan vasoaktif

2. Interpretasi AGD dan Mix Vein


a. Interpretasi AGD
Langkah interpretasi
1. Tentukan jenis sample, arteri SaO2 >88%, vena SaO2
<88%
2. Ventilasi, PaCO2 tinggi berarti hipoventilasi dan
sebaliknya.
3. Oksigenasi, PaO2 turun berarti hipoksemia, SaO2 turun
berarti desaturasi.
4. PH, turun asidosis, naik alkalosis
5. PCO2 berhubungan dengan respiratorik, HCO3
berhubungan dengan metabolik
6. Akut/kronik ditentukan dari kompensasi atau tidak.
b. Interpretasi Mix Vein
Mix vein adalah darah yang diambil dari percampuran vena
superior dan inferior. Yang dinilai adalah perbandingan nilai
saturasi O2 di arteri dan saturasi O2 di vena, normalnya 25-30
%. Jika <25% berarti konsumsi O2 oleh sel turun atau bahkan
tidak ada berarti sel rusak sudah rusak, jika >30% maka
konsumsi O2 oleh jaringan sangat tinggi yang berarti sel dalam
tubuh lapar.
c. Terapi cairan dan elekrolit

Fluid Therapy

Resusitasi Maintenance

Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi

Mengganti kehilangan cairan Support nutrisi, penggantian


yang akut ( perdarahan, GI cairan normal (IWL,URIne,Feses)
loss)

3. Penatalaksanaan oksigen terapi


a. Pengertian terapi oksigen
Terapi oksigen adalah usaha untuk meningkatkan tekanan
parsial oksigen dalam darah (PaO2) agar terpenuhinya
kebutuhan sel atau jaringan.
b. Tujuan
 Mengatasi keadaan hypoksemia
 Menurunkan kerja pernafasan
 Menurunkan beban kerja otot jantung (stress miocard)
c. Indikasi pemberian oksigen
 Hypoxemia, dimana hasil kadar PaO2<60 mmHg atau SO2
arteri <90%
 Hypoxia adalah pengankutan oksigen yang tidak adekuat
ke jaringan
 Respon fisiologi dari hypoxia adalah meningkatnya
pengangkutan O2 dengan meningkatkan CO dan ventilasi
d. Jenis alat yang digunakan
 Mecanical ventilation
ETT atau non invasif ventilasi (NIV) dan pipa trakeostomi
(TT)
 Non ventilatory, terdiri dari
1. Nasal kanul, aliran 3-5 liter/mnt termasuk low flow
low concentration
2. Nasal kateter, aliran 5-8 liter termasuk low flow low
concentration.
3. Simple face mask, 6 liter termauk low flow low
concentration
4. RM, aliran 8-12 liter/mnt termasuk low flow high
concentration
5. NRM, aliran 8-12 liter/mnt termasuk low flow high
concentration
6. Verntury mask, 2-15 l/mnt
7. Resusitation bags, tanpa reservoir O2 80%, dengan
reservoir O2 100%, termasuk high flow high
concentration
4. Penatalaksanaan nutrisi pada pasien kritis
a. Tahap pemberian nutrisi
Pengukuran status nutrisi & keadaan klinik

Kebutuhan nutrisi, energi, protein, lipid, elektrolit dll

Komposisi nutrisi

Metode dan teknik pemberian

Monitoring (efek dan komplikasi)


5. Penggunaan ventilasi mekanik dan pemantauan oksigenasi
a. Indikasi
 Volume nafas tidak adekuat
 Tanda-tanda akan ada keletihan/ kerja nafas meningkat
 Pada anestesi umum nafas kendali manual
 Gagal nafas
1. Gagal nafas oksigenasi (PaO2 turun)
2. Gagal nafas ventilasi (PsCo2 naik)
3. Gagal nafas ventilasi+oksigenasi
b. Mode/jenis ventilasi mekanik
 VCV : volume control ventilation
 VAV : volume assist ventilation
 VACV : volume assist controlled ventilation
 IMV : intermitten mandatory ventilation
 SIMV : synchronized IMV
 PSV : pressure support ventilation
 PCV : pressure controlled ventilation
6. Management airway
a. Pengkajian
 Pertama, kaji potensi jalan nafas dengan cara look, listen,
and feel.
 Berikan bantuan pernafasan manual untuk mnyetabilkan
jalan nafas
 Identifikasi injury
 Observasi pergerakan otot pernafasan.
 Auskultasi bunyi nafas.
 Kaji kemampuan batuk.
b. Penyebab gangguan jalan nafas.
 Jalan nafas bagian atas : lidah, darah, muntah, sof tissue.
 Jalan nafas bagian bawah : sputum, oedema,
bronkospasme, aspirasi.
7. Tindakan RJP dan DC Syock
a. Pengertian
BHD untuk memberikan oksigenasi segera, terdiri dari airway
control, breathing control, dan circulation support.
b. Indikasi
Indikasi BHD adalah pasien henti nafas, henti jantung.
Indikasi DC shock jika ditemukan pasien VT/VF tanpa nadi.
c. Cara melakukan
 BHD
1. Pastikan kesadaran pasien
2. Pastikan keamanan pasien dan penolong
3. Panggil bantuan/telfon ambulan
4. Buka jalan nafas dan nilai pernafasan
5. Beri nafas buatan pertama 2x
6. Kompresi jantung+nafas buatan (30:2)
7. Evaluasi setiap 2 menit
8. Jangan hentikan BHD sampai ada indikasi, yaitu
kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan, pasien
dialihrawat oleh yang lebih berwenang, diketahui
adanya tanda kematian, penolong kelelahan, jika 30
menit tidak ada tanda sirkulasi spontan.
 DC Shock
1. Jika ditemukan pasien VT/VF tanpa nadi
2. Persiapan untuk dilakukan DC shock.
3. Olesi paddles dengan jelly, lalu hidupkan mesin, atur
kekuatan shock.
4. Pasang paddles pada posisi apex dan sternum
5. Charge energi
6. Lalu katakan, i’m clear, patient clear everybody clear.
7. Dan shock dengan tekanan 12 kg.
8. Penatalaksanaan tranfusi darah di ICU
a. Indikasi
 Anemia dialami oleh 75% pasien sakit kritis yang dirawat
di ICU dan 1/3 pasien ICU akan mendapatkan tranfusi
darah
 Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dalam
jangka waktu lama akan menderita anemia dan
berhubungan dengan peningkatan mortalitas.
b. Komplikasi
 Reaksi imunologik, disebabkan pasien sensitif terhadap
protein asing dalam plasma.
 Febril, non hemolisis, disebabkan sensitasi sel darah putih
donor, platelet, atau protein plasma.
 Akut hemolitik, disebabkan oleh infus sel darah merah
ABO inkompetible.
 Anafilaktik, disebabkan infus IgA protein kepada resipien
dengan defisiensi IgA yang telah terbentuk anti IgA
antibodi
 Non immunologika, disebabkan oleh infus darah yang
terlalu cepat, status cardiac, kondisi klinis resipien.
 Septicemia, disebabkan komponen darah tranfusi
terkontaminasi mikroorganisme.
9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan ventilasi
mekanik.
a. Pengkajian
 Riwayat kesehatan, tujuan untuk cara mengatasi masalah
tersebut untuk mendapatkan intervensi yang lebih tepat.
b. Masalah keperawatan pasien dengan ventilator.
 Pola nafas tidak efektif
 Tidak efektifnya jalan nafas.
 Gangguan nutrisi
 Resiko terjadi infeksi
 Resiko terjadi komplikasi
 Gangguan membran mukosa mulut
 Cemas/takut
10. Penatalaksanaan pasien sepsis
a. Pengertian
Sepsis adalah kondisi yang kompleks yang mengancam nyawa,
dengan karakteristik kerusakan hematologi akibat respon
inflamasi terhadap infeksi dan injury.
b. Faktor resiko terjadinya sepsis
 Usia
 Malnutrisi
 Hipotermia
 Penggunaan alat invasif
 Penggunaan ventilasi mekanik
 Aspirasi
 Sakit kronik
 Diabetes
 Renal failure
 Hepatic failure
 Immunodeficiency
 AIDS
c. Pengkajian
 Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
 Monitoring hemodinamik
 02 delivery
 AGD
 Mix Vein
 PCT
 Asam lactat, dll.
d. Intervensi
 Monitor hemodinamik
 Resusitasi cairan
 Vasoaktif medikasi
 EGDT
11. Traumatic Brain Injury
a. Pengertian
Trauma yang mengenai kepala, baik secara primer maupun
sekunder.
b. Etiologi
 Injury primer : trauma tumpul, tajam
 Injury sekunder : hipoksia, hipotensi, hiperglikemi, kejang,
sepsis.
c. Tanpa dan gejala
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Papila edema
 Penurunan kesadaran
 Pola nafas abnormal0
d. Penatalaksanaan
 Resusitasi inisial : survei primer, survei sekunder
 Perawatan intensif
12. Pengambilan sample laboratorium
a. Prinsip pengelolaan spesimen
 Utamakan keselamatan dan keamanan petugas rumah sakit/
laboratorium
 Pertimbangkan keamanan dan kenyamanan pasien
 Jumlah mikroorganisme hidup saat kultur cukup
 Hindari kontaminasi flora normal atau dari lingkungan
b. Jenis-jenis sample
 Darah
 Urine
 Sputum
 Luka, jaringan, abses, eksudat (pus), luka bakar
13. Pengendalian anti mikrobakteria
a. Langkah pengendalian resistensi antimikroba
 Mikrobiologi klinik
 Farmasi klinik
 PPI
 KFT Komed
14. Trauma dada
a. Pengertian
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang
disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai
tuylang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma maupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan system pernafasan.
b. Etiologi
 Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan,
penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa
pelonggaran balutan.
 Prosedur invasif
 Cedera tumpul dada
 Tindakan medis
 Pukulan/benturan daerah thorax
 Fraktur tulang iga
c. Klasifikasi
 Pneumothorax
 Tension pneumothorax
 Hematothorax
 Flail chest
 Cardiac temponade
 Efusi pleura
15. Transportasi pasien kritis
a. Pengertian
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk
mengangkut penderita/ korban dari lokasi bencana ke sarana
kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita.
b. Prinsip utama
 Jangan membuat penyakit/ cidera penderita menjadi lebih
parah
 Keadaan penderita diharapkan menjadi lebih baik pada
setiap tahap penaggulangan, mulai dari tempat kejadian
sampai kerumah sakit yang dapat memberi therapy yang
paripurna.
c. Sarana pendukung
 Akses komunikasi
 Stabilitas sarana transportasi : ambulance +
kelengkapannya, safety strectcher
 Respon time
16. Askep ARDS
a. Pengertian
ARDS adalah suatu edema paru non kardiogenik, terjadi ketika
membran kapiler alveolar injury, keadaan ini ditandai dengan
hipoksemia berat dan penurunan komplience paru secara
progresif.
b. Etiologi
 Direct lung injury : peneumonia, aspirasi cairan lambung,
trauma inhalasi.
 Indirect lung injury : sepsis, trauma berat, drug overdosis,
pankreatitis akut.
c. Pengkajian
 Inspeksi : hiperventilasi, tachpneu, retraksi otot interkostal,
lelah
 Palpasi : taktil fremitus, penurunan ekskursi dada tidak
seimbang
 Perkusi : dullness, di seluruh lapang paru
 Auskultasi : wheezing, bronchial breath sounds
 AGD : PaPaCO2 awalnya turun kemudian meningkat,
PaO2 turun, pH pada awal turun kemudian meningkat.
 X-ray : terlihat infiltrate pada kedua belah paru.
d. Tindakan therapy
 Tujuan utama dari penatalaksanaan ARDS adalah
meningkatkan supportive care demi menurunkan angka
kematian akibat ARDS.
 Pencegahan yang terbaik dilakukan adalah dengan
peningkatan kewaspadaan universal, pengendalian infeksi
nasokomial.
 Nutrisi yang adekuat diperlukan, dan enteral feeding
menjadi pilihan tepat.
C. Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai