DISKUSI
Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan adanya nyeri perut kanan atas yang tidak
menjalar, kuning pada kedua mata dan seluruh tubuh, mual, penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan, BAK yang seperti air teh, dan BAB yang pucat. Nyeri perut kanan
atas bisa disebabkan oleh nyeri yang berasal dari hepatobilier. Deskripsi nyeri yang terjadi
bukanlah nyeri kolik bilier sehingga sumbatan saluran empedu akibat batu dapat disingkirkan
Pada pasien juga ditemukan kekuningan yang awalnya di kedua mata lalu menyebar
di seluruh tubuh. Ikterus adalah perubahan warna kulit sklera atau jaringan lainnya yang
menjadi kuning akibat pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya di dalam
darah. Ikterus pertama kali tampak pada sklera, yaitu ketika kadar bilirubin berkisar antara 2-
2,5 mg/dl. Jika bilirubin sudah terlihat dengan nyata maka kadarnya telah melebihi 7 mg%
Mual dan penurunan nafsu makan merupakan gejala gastrointestinal lainnya yang
ditemukan pada pasien ini namun tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Penurunan berat
badan pada pasien ini sekitar 1-2 kg sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Penurunan
berat badan 10% dari berat badan ideal mengindikasikan adanya keganasan. Penurunan berat
badan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan makanan yang berkurang,
BAK seperti air teh disebabkan oleh kelebihan bilirubin konjugasi yang masuk ke
dalam urin. Hal ini terjadi karena adanya gangguan dari aliran empedu, sehingga terjadi
backup dari konstituen empedu ke dalam darah yang menyebabkan hiperbilirubinemia, yang
nanti akan masuk ke dalam urin. Bilirubin yang tidak masuk ke usus menyebabkan tinja
berwarna pucat. Gatal-gatal pada kulit disebabkan oleh adanya efek peningkatan garam
empedu (bile salt) dalam sirkulasi. Adanya ikterus, warna urin yang pekat dan warna tinja
yang pucat, serta pruritus merupakan gejala kolestasis. Selain itu, pada pasien juga ditemukan
adanya riwayat hipertensi, sejak 5 tahun yang lalu, rutin minum Amlodipin dan Candesartan.
Menurut Courvoisier law, ikterus dengan adanya pembesaran kandung empedu tanpa disertai
nyeri, penyebabnya bukanlah batu empedu, sehingga dapat dicurigai ca caput pankreas
sebagai penyebab dari ikterus obstruktif tersebut. Pada pasien ini terdapat nyeri perut kuadran
kanan atas, namun tidak sesuai dengan nyeri kolik yang biasanya muncul pada batu empedu.
Pada ca pankreas dapat dijumpai hepatomegali dan splenomegali akibat kompresi atau
trombosis pada vena porta dan vena lienalis atau akibat metastasis.
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan jumlah leukosit yang normal, hal ini
membantu untuk menyingkirkan adanya penyebab infeksi. Dari hasil laboratorium lainnya
ditemukan peningkatan bilirubin total dan bilirubin direk, SGOT, SGPT, alkali fosfatase dan
gamma GT. Peningkatan bilirubin direk yang lebih tinggi juga menunjang untuk diagnosis
kolestasis ekstrahepatal. Peningkatan alkali fosfatase dan gamma GT sering terlihat mencolok
pada kelainan empedu. Peninggian SGOT dan SGPT dapat terlihat pada penyumbatan akut
atau apabila terdapat bendungan yang sudah lama sehingga terjadi kerusakan parenkim hati.
Pada pasien ini juga ditemukan HbsAg negatif, sehingga kemungkinan hepatitis B dapat
disingkirkan dan memperkuat diagnosis kolestasis ekstrahepatal. Pada pasien ini juga
ditemukan kadar Ca-19-9 meningkat. Ca 19-9 dapat dihasilkan oleh berbagai epitel
gastrointestinal, namun jika kadarnya >40 IU/l maka mempunyai sensitivitas 75-90% dan
Pada pasien ini diberikan UDCA 3x500 mg, curcuma 2x1 tab, amlodipin 1x5 mg,
candesartan 1x8 mg. UDCA dan curcuma merupakan tatalaksana simptomatik. Karena pada
kolestasis terjadi gangguan ekskresi garam empedu sehingga mengganggu peyerapan lemak,
diberikan UDCA (ursodexycholic acid) yang merupakan suplemen empedu untuk absorpsi
lemak. Curcuma diberikan untuk penambah nafsu makan, amlodipin dan candesartan
diberikan untuk tatalaksana hipertensi yang memang telah dikenal sebelumnya pada pasien.
Obstruksi bilier ekstra hepatik seperti pada kasus ini membutuhkan tindakan pembedahan