Anda di halaman 1dari 5

Prinsip utama dari pembuatan sabun adalah pencampuran antara minyak (asam

lemah) dengan alkali berupa Natrium ataupun Kalium hidroksida (basa kuat) yang akan
menghasilkan garam asam lemak atau sabun dan gliserol atau gliserin. Meskipun sudah
terdapat berbagai macam sabun yang tersedia luas di pasaran akan lebih baik jika bisa
membuat sabun sendiri karena terdapat beragai kelebihan. Biasanya sabun-sabun yang ada di
pasaran atau sabun komersial pada umumnya memisahkan gliserin yang dihasilkan dari
proses pembuatan sabun. Gliserin merupakan komoditas yang cukup mahal. Gliserin ini
berfungsi untuk menjaga kelembaban atau humektan. Biasanya gliserin digunakan hampir di
seluruh produk perawatan kulit seperti lotion, moisturizer, pasta gigi, dsb. Selain itu, biasanya
sabun konvensional merupakan campuran kompleks dari bahan-bahan detergen
seperti sodium lauryl sulfate, sodium laureth sulfate, dsb. Bahan-bahan tersebut merupakan
bahan yang dapat membuat kulit menjadi kering. Bahan tersebut juga biasanya digunakan
untuk pembuatan sabun cuci piring, pakaian, kendaraan, dsb.
Terdapat berbagai macam proses pembuatan sabun yang dapat digunakan yaitu “cold
process” atau proses dingin yang tidak menggunakan bantuan panas dari luar, “warm
process” yang memanfaatkan tambahan panas dari luar dengan direbus atau menggunakan
oven, serta “melt and pour” atau lelehkan dan tuangkan dengan melelahkan sabun batang
dasaran dan menambahkan bahan-bahan lain yang diinginkan misalnya pewagi dan pewarna.
Dari ketiga proses pembuatan sabun tersebut praktikan memilih menggunakan “cold
prosess”, langkah proses ini hampir sama dengan “warm proess” hanya saja tidak
menggunakan panas dari luar dan proses penghasilan sabun atau proses saponifikasinya lebih
lama dibanding menggunakan “warm process”. Praktikan tidak melakukan “warm process”
karena terkendala dengan alat penunjang seperti kompor dan panci serta bejana pencampur
yang harus terbuat dari stainless steel agar proses terjadi secara aman. Praktikan memilih
untuk tidak menggunakan proses “melt and pour” karena menginginkan untuk mengetahui
dan mencoba proses pembuatan sabun dari awal secara keseluruhan.

Pada percobaan pertama praktikan menggunakan NaOh dalam bentuk cair dan bahan-
bahan lainnya sama seperti subbab Alat dan Bahan. Hasil sabun yang dihasilkan kurang
memuaskan, sabun yang diinginkan praktikan adalah sabun batang tetapi produk yang
dihasilkan dari bahan larutan NaOh ini hanya berupa cairan dan gel. Praktikan telah mencoba
berbagai cara untuk membuat sabun menjadi padat mulai dari mengulang-ulang proses
pencampuran (pengocokan), memasukkan campuran ke dalam kulkas, lalu menunggu hingga
beberapa minggu, tetapi tetap saja sabun yang dihasilkan tidak padat. Praktikan tidak
mempunyai dokumentasi dari hasil sabun yang pertama ini karena sabun ternyata sudah basi
dan berbau setelah waktu sekitar 3 minggu. Setelah praktikan mencari berbagai literatur,
ditemukan solusi bahwa NaOh yang seharusnya digunakan dalam pembuatan sabun batang
adalah NaOh yang berbentuk kristal atau di pasaran sering disebut ‘soda api’. NaOh kristal
ini dapat dengan mudah ditemukan di toko-toko bahan bangunan.

Percobaan kedua

Percobaan ketiga juga hampir sama seperti pada percobaan kedua, perbedaannya
terletak pada jumlah NaOh yang digunakan. Kelemahan percobaan kedua adalah sabun
batang sangat keras dan ada banyak minyak yang terpisah di bagian bawah dan tidak bisa
tercampur dengan padatan sabun di bagian atas. Oleh karena itu praktikan mengurangi
jumlah NaOh yang digunakan yang tadinya sekitar 200 gr pada percobaan kedua menjadi
sekitar 50 gr setelah mencari berbagai literatur. Dari studi berbagai literatur praktikan
menemukan berbagai tips dan informasi tambahan dalam pembuatan sabun antara lain :

1. Selalu masukkan NaOH ke dalam air, jangan sebaliknya karena jika memasukkan
sebaliknya akan memberikan efek gunung meletus.

2. a. Kelapa (Coconut Oil), memberikan busa yang melimpah pada sabun mandi dan juga
berkontribusi terhadap kekerasan sabun batang.

b. Kelapa Sawit (Palm Oil), merupakan minyak utama dalam pembuatan sabun, mayoritas
sabun konvensional menggunakan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
memberikan kekerasan pada sabun mandi dan mempercepat proses saponifikasi.

c. Zaitun (Olive Oil), merupakan minyak yang penting dalam sabun karena memberikan
kelembutan pada kulit dan memberikan efek kemewahan.

3. Soda api dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam air (harus air dingin bahkan kalau
bisa pakai es lebih baik dan aman) sambil diaduk.

4. Pencampuran minyak dengan soda api tidak boleh dilakukan pada saat salah satu dari
keduanya masih panas suhunya, jadi suhunya harus kira-kira sama dengan suhu ruangan
kita. Caranya, kita tuangkan pelahan-lahan larutan soda-api ke dalam minyak, sambil
diaduk pelahan-lahan.
Selain itu praktikan juga menambahkan bahan kunyit sebagai pewarna karena hasil sabun
pada percobaan kedua berwarna agak kehijauan dan kurang menarik. Penambahan kunyit ini
diharapkan dapat mempercantik warna sabun yang dihasilkan dan selain itu kunyit
merupakan tanaman herbal yang sangat bermanfaat bagi kulit dan tubuh manusia. Bahan lain
yang ditambahkan dalam percobaan ketiga adalah daun sereh yang digunakan sebagai
pengharum atau parfume, sabun batang yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya berbau
kimia yang cukup menyengat karena pengunaan bahan kimia NaOh yang sangat banyak.
Praktikan mencoba menggunakan bahan pengharum alamai yaitu daun sereh karena tanaman
tersebut sudah banyak dikenal dan dipergunakan dalam berbagai produk kecantikan termasuk
sabun.

Pada percobaan ketiga ini praktikan mencoba membuat 2 variasi sabun yaitu sabun batang
murni yang hanya terbuat dari cmpuran minyak, NaOh dan air (tanpa tambahan exstrak daun
petai cina, pewangi maupun pewarna) serta sabun batang yang menggunakan tambahan
ekstrak daun petai cina, pewarna dari kunyit, dan pewangi dari daun sereh.

Hasil sabun yang dihasilkan pada percobaan ketiga ini cukup memuaskan. Komposisi bahan-
bahannya sudah cukup pas sehingga sabun yang dihasilkan memiliki kepadatan seperti sabun
yang terdapat di pasaran. Unruk sabun batang murni dihasilkan sabun dengan tekstur yang
padat dan halus serta berwarna putih bersih sedangkan untuuk sabun dengan bahan tambahan
dihasilkan sabun yang memiliki tekstur seperti sabun batang murni sebelumnya tetapi
berwarna orange kecoklatan tetapi bau yang diinginkan dari penambahan ekstrak daun sereh
masih belum terasa, sabunyang dihasilkan masih berbau seperti bahan kimia tetapi tidak
menyengat seperti pada percobaan kedua. Warna yang diinnginkan dari penambahan pewarna
dari kunyit juga belu begitu memuaskan, praktikan menduga hal tersebut dikarenakan jumlah
exstrak kunyit yang dicampurkan terlalu sedikit. Sabun batang ini telah menghasilkan busa
yang relatif banyak dan memberikan rasa kesat setelah penggunaan.

Berikut adalah gambar dari hasil sabun batang pada percobaan ketiga:

1. Sabun batang murni.


2. Sabun batang dengan tambahan kunyit dan daun sereh.

Percobaan terakhir praktikan melakukan variasi jumlah NaOh, kekentalan ekstrak


kunyit, serta jenis pewangi yang digunakan sebagai campuran. Pada percobaan ini praktikan
mengurangi massa NaOh yang digunakan menjadi sekitar 30 gr, praktikan mengurangi
jumlah NaOh yang digunakan degan tujuan untuk mengurangi bau kimia dari hasil sabun
batang. Kemudian praktikan menambah jumlah kunyit karena pada percobaan ketiga warna
kuning yang dihasilkan kurang mencolok dan memudar menjadi putih kecoklatan dengan
berjalannya waktu, pada percobaan keempat ini praktikan menambah jumlah kunyit yang
digunakan sehingga setelah diekstrak akan menjadi lebih kental agar warna yang dihasilkan
lebih terang dan menarik. Praktikan mengganti pewangi yang digunakan dari yang awalnya
ekstrak daun sereh menjadi parfum mawar kemasan.

Praktikan membuat 2 variasi sabun pada percobaan keempat ini yang pertama tanpa
menggunakan pewarna kunyit dan yang kedua menggunakan pewarna kunyit.Sabun yang
dihasilkan memiliki tekstur, busa dan efek kesat yang sama dengan percobaaan ketiga, hanya
terdapat sedikit perbedaan pada kekerasan sabun batang yang dihasilkan. Sabun batang pada
perrcobaan ketiga lebih keras karena pada percobaan keempat ini jumlah NaOh yang
digunakanlebih sedikit. Sabun batang tanpa pewarna kunyit menghasilkan warna putih bersih
seperti sabun batang murni pada percobaan ketiga.Warna yang dihasiilkan dari kunyit terlihat
orange terang sampai hari ketiga tetapi warnanya semakin memudar menjadi putih
kecoklattan untuk hari –hari selanjutnya hingga warnanya sama seperti sabun batang yang
ditambahi kunyit pada percobaan ketiga. Kemudian wangi dari parfum mawar kemasan lebih
tercium jika dibandingkan dengan menggunakan ekstrak daun sereh.

Berikut adalah gambar dari sabun yang dihasilkan pada percobaan keempat :

1. sabun batang tanpa pewarna kunyit.

2. Sabun batang dengan pewarna kunyit.

Anda mungkin juga menyukai