Judul LKTI
KONVERSI ENERGI BIOGAS MENJADI ENERGI LISTRIK SEBAGAI
ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN DAN RAMAH LINGKUNGAN
DI DESA PANGPAJUNG MADURA
Diusulkan oleh :
Shifatul Latiefah (11/313172/PT/05995)
Ramdhan Dwi Nugroho (11/312722/PT/05981)
Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka
mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Bermanfaat Festival Ilmiah
Mahasiswa 2014 Studi Ilmiah Mahasiswa UNS. Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus., DAA.,DEA. selaku dekan Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada.
2. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya karya ilmiah ini.
Penyusun menyadari bahwa isi karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga karya ilmiah ini ini dapat
memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
RINGKASAN ........................................................................................................ ix
v
Pembuatan dan pemasangan penampung biogas .......................................... 15
Pengisian biodigester .................................................................................... 16
Produksi Gas ................................................................................................. 17
Konversi Biogas Ke Listrik............................................................................... 17
Pemasangan Instalasi Konversi Energi Biogas ke Listrik............................. 17
BAB V PENUTUP................................................................................................ 20
Kesimpulan ....................................................................................................... 20
Saran .................................................................................................................. 20
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Emisi Gas Metana dari Kegiatan Pertanian (Henry, B. 2008) ............... 3
Gambar 2 Ukuran lubang yang akan digali ditandai dengan tepung .................... 10
Gambar 3 Proses penggalian (dokumentasi pribadi) ............................................ 10
Gambar 4 Proses Pengecoran (dokumentasi pribadi) ........................................... 11
Gambar 5 Proses pembangunan dinding reaktor biogas (dokumentasi pribadi)... 12
Gambar 6 Proses pengecoran (dokumentasi pribadi)............................................ 13
Gambar 7 Bangunan biodigester yang telah kering .............................................. 13
Gambar 8 Skema pengaman atau pembatas tekanan (dokumentasi pribadi) ........ 14
Gambar 9 Indikator tekanan (dokumentasi pribadi) ............................................. 15
Gambar 10 Penampung Biogas (dokumentasi pribadi) ........................................ 16
Gambar 11 Pencampuran dan pengadukan slurry di bak inlet ............................. 16
Gambar 12 Penampung gas yang telah terisi biogas ............................................. 17
Gambar 13 Karburator asli (kiri), karburator modifikasi (kanan) ........................ 18
Gambar 14 Proses pengeboran karburator (dokumentasi pribadi) ........................ 18
Gambar 15 Genset biogas (dokumentasi pribadi) ................................................. 19
Gambar 16 Konversi biogas menjadi listrik (dokumentasi pribadi) ..................... 19
viii
RINGKASAN
KONVERSI ENERGI BIOGAS MENJADI ENERGI LISTRIK SEBAGAI
ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN DAN RAMAH LINGKUNGAN
DI DESA PANGPAJUNG MADURA
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan
bakar fosil sebagai sumber panas. Penggunaan bahan bakar fosil harus efisien
karena ketersediaanya yang terbatas dan berdampak polusi udara. Oleh karena itu
usaha untuk mencari alternatif energi terbarukan, ramah lingkungan dan
berkelanjutan banyak dilakukan.
Desa Pangpajung, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Madura,
merupakan sebuah desa dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai
petani. Setiap kepala keluarga rata-rata memiliki 2-3 ekor sapi, namun kotoran
sapi yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal. Sapi merupakan ternak
ruminansia yang mengasilkan gas metan.
Gas metan yang dikeluarkan ternak ruminansia mempunyai dampak
negatif baik terhadap lingkungan maupun ternaknya sendiri. Gas metan yang
diproduksi dalam rumen merefleksikan kehilangan energi pakan yang dikonsumsi
ternak yang mengindikasikan rendahnya efisiensi penggunaan pakan oleh ternak
(Baker, 1999). Berkaitan dengan lingkungan, maka produksi gas metan dari ternak
ruminansia memberikan kontribusi terhadap green house effect (Joblin, 1999).
Dampak negatif gas metan terhadap lingkungan dapat dikurangi dengan
memanfaatkan gas metan dari feses ternak ruminansia menjadi biogas. Energi
biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar dan dalam
perkembangannya dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Energi listrik yang
dihasilkan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan warga Desa Pangpajung,
khususnya warga yang tinggal di daerah yang belum memperoleh akses listrik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memanfaatkan feses ternak ruminansia menjadi biogas?
2. Bagaimana cara mengkonversi biogas menjadi listrik?
2
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara pembuatan biogas
2. Mengetahui cara konversi biogas menjadi listrik
Manfaat Penulisan
1. Mengurangi dampak negatif gas metan terhadap lingkungan
2. Menaggulangi krisis energi di Indonesia
3. Mendapatkan alternatif sumber energi terbarukan, ramah lingkungan dan
berkelanjutan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gas Metan
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan
rumus kimia CH4. Gas metan adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan
mudah terbakar sehingga dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran pada landfill
jika berada di udara dengan konsentrasi 5-15 % (NIST, 2010).
Komposisi metana di atmosfir lebih rendah dibandingkan dengan gas
karbondioksida (CO2) yaitu hanya 0,5% dari jumlah CO2, namun koefisien daya
tangkap panas metana jauh lebih tinggi, yaitu 25 kali gas CO2, sehingga 15%
pemanasan global disumbang dari gas metana. Pemanasan global terjadi karena
meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk gas metana di atmosfer
bumi. Metana bereaksi dengan ozon atmosfer bumi, memproduksi karbondioksida
dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang dilepaskan ke udara relatif
berlangsung sesaat. Namun, metana akan menipiskan lapisan ozon sebagai
pelindung bumi sehingga memicu pemanasan global (Yunilas, 2010).
Selain dari dekomposisi limbah organik sampah, gas metana juga
dihasilkan dari produksi pertanian dan kegiatan transportasi. Sekitar 50% emisi
gas metana merupakan hasil aktivitas manusia yang berasal dari kegiatan
pertanian (Yunilas, 2010).
Dari kegiatan pertanian ada sekitar 66 % emisi gas metana berasal dari
peternakan terutama ternak ruminansia (Martin et al., 2008). Sapi potong dapat
mengemisi gas metana 60 - 70 kg/th, sapi perah 110 – 145 kg/th dan domba 8
kg/th (Morgavi, 2008).
Emisi gas metana (CH4) oleh ternak ruminansia tersebut dihasilkan
melalui proses metanogenesis di dalam sistem pencernaan rumen. Gas metana
dihasilkan dari rumen sebesar 80 – 95 % dan 5 – 20 % dihasilkan dari usus besar.
Gas ini dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir. Proses metanogenesis disamping
berdampak buruk bagi atmosfir, juga berpengaruh negatif terhadap ternak
ruminansia itu sendiri, yaitu dapat menyebabkan kehilangan energi hingga 15%
dari total energi kimia yang tercerna (Yunilas, 2010).
Biogas
Gas bio atau sering pula disebut biogas merupakan gas yang timbul jika
bahan-bahan organik seperti kotoran hewan direndam dalam air dan disimpan di
dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa O2) (Setiawan, 2005). Menurut
Triatmojo (2004), gas bio adalah campuran gas metan, NOx, H2, dan CO2 sebagai
hasil perombakan limbah organik secara anaerob di dalam digester atau reaktor
oleh campuran berbagai kelompok mikroorganisme diantaranya adalah hidrolitik
atau fermentatif, bakteri penghasil asetat dan bakteri metanogenik.
Menurut Widodo (2006), kandungan nutrien utama untuk bahan pengisi
biogas adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Kandungan nitrogen dalam bahan
sebaiknya sebesar 1,45%, sedangkan fosfor dan kalium masing-masing sebesar
1,10%. Nutrien utama tersebut dapat diperoleh dari substrat kotoran ternak dan
sampah daun yang dapat meningkatkan ratio C/N dalam biogas.
Menurut Julkarnaini (2013), dalam aplikasinya biogas memiliki manfaat
dan kekurangan. Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah
kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain
masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar, proses
memasak jadi lebih bersih dan sehat karena tidak mengeluarkan asap, kandang
hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat
5
diolah, sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk
sehingga tidak mencemari lingkungan, dapat berkontribusi menurunkan emisi gas
rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar
minyak, serta relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
Adapun kekurangannya adalah memerlukan dana tinggi untuk aplikasi
dalam bentuk instalasi biogas, tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai
terutama dalam proses produksi, tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam
tabung.
Digester merupakan komponen utama dalam produksi biogas. Digester
merupakan tempat bahan organik diurai oleh bakteri secara anaerob (tanpa udara)
menjadi gas CH4 dan CO2. Digester harus dirancang sedemikian rupa sehingga
proses fermentasi anaerob dapat berjalan dengan baik. Pada umumnya biogas
terbentuk pada hari 4-5 hari setelah digester diisi. Produksi biogas menjadi banyak
pada 20-35 hari (Sulistyo, 2010).
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan
proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan (Nandiyanto, 2007).
Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari
reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri
metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara
alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran
binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga.
Menurut Haryati (2006), pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses
yaitu (1) Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah
larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan
bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer). (2)
Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri
pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu
asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen, dan ammonia. (3) Metanogenik, pada tahap
6
metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga
terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi sulfat dan komponen sulfur
lainnya menjadi hidrogen sulfida.
Produk utama dari instalasi biogas adalah gas metan yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang
tidak secara langsung adalah menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
konservasi sumberdaya alam, dan lain-lain. Secara lebih rinci manfaat
penggunaan biogas adalah sebagai berikut :
1. Manfaat langsung :
a. Sebagai sumber untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat digunakan
sebagai sumber energi untuk memasak. Biogas yang menggunakan bahan
baku kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu menghasilkan biogas setara 3 liter
minyak tanah per hari, dan diperkirakan mampu untuk memenuhi energi
memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga.
b. Sebagai sumber energi untuk penerangan
Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan cara yang sama
seperti pemanfaatan untuk memasak, artnya kompor sebagai titik akhir
penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan adalah
lampu yang dirancang khusus atai lampu petromaks yang dimodifikasi.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan biogas untuk
memasak sekaligus sebagai sumber penerangan, biasanya dilakukan bila
jumlah sapi paling sedikit 6 ekor dengan model digester permanen bata
kapasitasnya 9 m3 (Muryanto, 2006).
BAB III
METODE PENULISAN
Secara garis besar, tahapan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
tahap identifikasi, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data dan analisis,
dan tahap kesimpulan.
1. Tahap identifikasi
Tahap identifikasi pada penelitian ini dilakukan pada Bab I. Selain
tujuan penelitian, identifikasi masalah dan perumusan masalah, dijelaskan
juga motivasi dan kontribusi penelitian yang menyatakan manfaat dari
penelitian ini.
2. Studi Literatur
Beberapa teori pendukung yang akan digunakan dapat dilihat pada Bab
II, antara lain teori tentang pembentukan biogas, digester biogas dan koversi
energy biogas.
3. Identifikasi data/lokasi studi kasus
Dalam melakukan penelitian mengenai konversi tenaga biogas
dibutuhkan data dan lokasi sebagai contoh kasus. Lokasi yang dipilih adalah
Desa Pangpajung, Madura.
4. Pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang berupa :
1. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari survey lapangan melalui
pengamatan berupa foto-foto kondisi proyek pembuatan instalasi biogas
dan sosialisasi konversi energy biogas menjadi energy listrik.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pustaka terkait :
a. Data produksi gas
b. Data konversi energi biogas menjadi energi listrik
9
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembuatan Biogas
Membuat ukuran lubang tempat biodigester
Digester yang digunakan dalam perencanaan ini menggunakan tipe fixed
dome. Model ini merupakan model yang paling populer di Indonesia, dimana
seluruh instalasi digester dibuat di dalam tanah dengan konstruksi permanen.
Selain dapat menghemat lahan, pembuatan digester dalam tanah juga berguna
mempertahankan suhu digester stabil dan mendukung pertumbuhan bakteri
metanogenik. Digester tipe ini mempunyai keuntungan biaya konstruksi rendah
karena konstruksi sederhana dan umurnya cukup panjang. Digester dibuat dengan
ukuran 7,5 m3.
Tanah tempat biodigester permanen adalah tanah yang permukaannya jauh
dari sumber air tanah, karena akan mengganggu proses pembuatan dan nantinya
akan memperbesar risiko terjadi kebocoran dan mengurangi umur biodigester.
Pemilihan lokasi pembangunan biodigester, menurut The United States
Environmental Protection Agency (2010) harus memperhatikan beberapa hal :
a. Hindari kedekatan dengan bandara dan tempat pelayanan publik.
b. Lokasi hendaknya jauh dari cagar alam atau kawasan lindung.
c. Jarak minimal 500 m dari zona penduduk.
d. Hindari lokasi berikut: rawa-rawa, hutan bakau, inlet, rawa, lahan basah,
muara, dataran aluvial, zona arkeologi, dan patahan-patahan geologi.
e. Jarak dari permukaan air dengan aliran konstan, danau dan laguna, harus
minimal 500 m.
f. Digester harus terletak jauh dari zona rawan banjir.
10
Pipa saluran inlet dipasang saat pembangunan dinding reaktor biogas ini.
Ketinggian ujung pipa bawah adalah 30 cm dari dasar biodigester dan sudut
kemiringannya terhadap arah horizontal (datar) adalah 60°. Dinding bagian dalam
dan lantai kemudian diplester dengan campuran semen : pasir = 1 : 3.
Pengeringan
Sebelum pengisian perdana, biodigester dikeringkan secara alami selama 5
hari agar bangunan benar-benar kokoh. Setelah kering, kemudian lubang di
samping biodigester ditutup kembali dengan tanah. Menurut PERMEN ESDM
(2014) perlu dilakukan pengecekan kebocoran terhadap unit biogas kubah tetap
dari beton, terdapat dua metode pengujian kebocoran yaitu metode uji dengan
memasukkan udara dan metode uji dengan memasukkan asap.
Pengisian biodigester
Setelah semua rangkaian biodigester terpasang, langkah selanjutnya adalah
pengisian dengan slurry (campuran kotoran sapi dengan air). Biodigester diisi
feses sapi dan air, dengan perbandingan feses dan air 1:2. Campuran diaduk rata
dalam inlet dan dialirkan ke dalam digester seperti pada Gambar 11. Dengan
volume 7,5 m3 pengisian kotoran sebanyak 2/3 volume biodigester. Feses sapi
yang digunakan diusahakan kotoran sapi yang masih baru yang dikeluarkan sapi
kurang dari 1 hari dan masih bersih dari campuran kotoran lain seperti dedaunan
kering. Pencampuran dan pengadukan dilakukan di bak inlet.
Produksi Gas
Gas hasil fermentasi dalam digester akan mulai terbentuk dalam waktu 4-5
hari setelah digester diisi dan mulai banyak pada hari ke 20-35 hari. Biogas yang
dapat diproduksi dalam biodigester adalah sekitar 1/3 dari volume digester yang
dibuat. Apabila gas telah terbentuk, penampung gas akan terisi gas seperti pada
Gambar 12.
dibor dibor
dibor
Daya maksimal yang mampu dibangkitkan oleh genset biogas ini adalah 700
Watt, dalam percobaan kami menggunakan 7 buah lampu dengan daya masing –
masing 100 Watt. Daya yang dihasilkan ini tidak sebesar daya yang mampu
dihasilkan oleh bahan bakar bensin yang rata-rata mampu mencapai 900 Watt
saaat uji coba. Gambar konversi energi biogas ke listrik dengan genset biogas ini
ditunjukkan pada Gambar 16.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan studi pustaka, dapat disimpulkan bahwa
langkah untuk membuat biogas tipe fixed dome adalah dengan membuat ukuran
lubang tempat biodigester, membuat lubang galian, pengecoran dasar biodigester,
pembuatan dinding biodigester, pengecoran kubah biodigester, pengeringan,
pembuatan saluran biogas, indikator tekanan, dan pembatas tekanan (pengaman),
pembuatan dan pemasangan penampung biogas, pengisian biodigester dan
menunggu produksi gas .
Konversi energy biogas menjadi energy listrik dilakukan dengan cara
menghubungkan pipa saluran biogas ke inlet biogas pada karburator dengan
menggunakan selang, setelah karburator terpasang di genset. Terminal listrik di
hubungkan ke output listrik keluaran dari genset. Kemudian genset dinyalakan
dan listrik di sambungkan ke rangkaian listrik rumah melalui terminal listrik yang
telah terpasang pada genset. Daya maksimal yang mampu dibangkitkan oleh
genset biogas ini adalah 700 Watt.
Saran
Agar umur instalasi awet maka perlu ada beberapa kegiatan perawatan
yang perlu dilakukan secara rutin, meliputi pengecekan kebocoran pada pipa
saluran biogas, monitoring tekanan biogas, serta kontinuitas pengisian slurry.
21
DAFTAR PUSTAKA
Henry, B. 2008. R and D for Livestock Methane Reductiion. Meat & livestock
australliia.
Joblin, K.N. 1999. Ruminal acetogenes and their potential to lower ruminant
methane emissions. Aust. J. Agric. Res. 50: 1307 – 1313.
USEPA. 2010. Technical Standards for the Design and Construction of Bio-
Digesters in Mexico. The United States Environmental Protection Agency.
Mexico.
Widodo, T. 2006. Rekayasa dan pengujian reactor biogas skala kelompok tani
ternak. Jurnal Engeneering Pertanian Balai Besar Pengembangan
Mekanisme Pertanian. 4 (1): 1- 4.
Yunilas, M. P. 2010. Eliminasi gas metana (CH4) asal ternak melalui ekstrak
tanaman. Departemen peternakan universitas sumatera utara medan