Demam Dengue
DISUSUN OLEH :
Aletha Ayu
1710221018
PEMBIMBING :
dr. Tundjungsari, R.U, M.Sc, Sp.A
0
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan
YME atas berkat dan kasihNya sehingga tugas laporan kasus yang berjudul
Demam Dengue dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Tundjungsari, R.U, M.Sc, Sp.A selaku pembimbing kepaniteraan klinik
anak RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, oleh karena itu peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan
negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa yang akan datang.
Penulis
1
PENGESAHAN
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : April 2018
2
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien di Ruang
Anggrek tanggal 10 Maret 2018 jam 14:00
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
10 hari SMRS, ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam naik
turun. Demam di rasakan lebih tinggi pada malam hari. Ibu pasien
mengatakan demam timbul setiap hari dan turun hanya dengan minum
obat penurun panas kemudian keesokan harinya demam timbul lagi. Obat
diminumkan hanya saat demam dirasakan lebih tinggi. Pasien dapat
beraktivitas seperti biasa setelah minum obat sehingga ibu belum
membawa pasien untuk berobat. Keluhan demam disertai badan yang
3
pegal linu dan sakit kepala. Nafsu makan menurun. Tidak ada muntah,
BAB BAK normal, tidak ada mimisan,gusi berdarah, BAB warna hitam.
3 hari SMRS,ibu pasien mengatakan keluhan demam masih ada, keluhan
saat ini disertai batuk berdahak, perut yang terasa nyeri, nafsu makan
berkurang dan pasien terlihat lebih lemas sehingga tidak masuk sekolah.
Ibu pasien memberikan obat penurunan panas yang berbeda dari
sebelumnya serta obat batuk berdahak. Tidak ada mual, muntah,mimisan
dan BAB BAK normal.
Saat menyadari bahwa pasien semakin lemas dan demam pasien masih
dikeluhkan tiap harinya, akhirnya keluarga membawa pasien ke klinik
dekat rumah. Di klinik tersebut, pasien di periksa tourniquet (rumple
leed) dan didapatkan hasil petechiae positif. Pasien langsung dibawa ke
RSUD Ambarawa. Ibu pasien mengatakan setelah diberi obat di IGD
RSUD Ambarawa, suhu tubuh pasien sudah mulai turun namun untuk
perawatan dan observasi demam lebih lanjut, pasien dirawat di ruang
perawatan anggrek dengan diagnosis masuk obs febris 10 hari
Ket:
Ayah pasien
Pasien
Ibu pasien
4
Genogram Keluarga Pasien
Riwayat Pengobatan
Pasien diberi obat paracetamol selama 8 hari, namun tidak ada perbaikan
kemudian diberi ibuprofen selama 2 hari. Pasien juga diberikan obat OBH.
Perawatan Antenatal
ANC rutin dilakukan >3x, pemeriksaan USG rutin tiap control, vaksin
Tetanus Toxoid dilakukan 1x sebelum menikah
Riwayat Kelahiran :
o Tempat Bersalin : Rumah Sakit
o Penolong : Dokter kandungan
o Cara persalinan : Spontan
o Berat Badan Lahir : 2900 gram
o Masa Gestasi : 40 minggu (aterm)
o Keadaan Setelah Lahir : Langsung menangis, kulit kebiruan, tidak
kuning
o Kelainan Bawaan : Tidak Ada
o Anak ke :1
Kesimpulan : ditemukan sianosis segera setelah lahir namum menghilang
dalam 10 menit
5
Riwayat Perkembangan :
o PSIKOMOTOR
0 - 6 bulan : mampu tengkurap, mengangkat kepala dan
dada bertopang pada tangan
6 bulan : mampu untuk duduk
9 bulan : mampu merangkak
1 - 2 tahun : berjalan perlahan, memegang sendok
sendiri, bisa makan sendiri
3 tahun : dapat berlari bebas, mulai belajar naik
sepeda roda tiga
o BAHASA
0-3 bulan : Mengoceh spontan/merespon dengan mengoceh
namun belum terbentuk kata-kata
3-6 bulan : tertawa dan menjerit jika diajak bermain
6-12 bulan : mengeluarkan kata-kata tanpa arti, menirukan
suara
1 tahun : belum mampu membuat kata dan menyusun
kalimat singkat
2 tahun : sudah mampu membuat kata dan menyusun
kalimat singkat
o SOSIAL
1 tahun : berpartisipasi permainan tepuk tangan, sembunyi-
sembunyian
1-3 tahun : memperlihakan minat kepada anak lain, bermain
2 tahun
bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan diluar Hepatitis A
5 tahun
keluarganya
DTP-5
o Mental/intelegensia
Polio-5
Sesuai anak seusianya
o Emosi
Anak cenderung malu jika berkomunikasi dengan orang diluar
keluarganya
Kesan: Pertumbuhan, perkembangan psikomotor, mental intelegensia dan
emosi sesuai anak seusianya
Riwayat Makanan
0 bulan – 6 bulan : ASI
6 bulan – 9 bulan : ASI + Susu formula + bubur nasi
9 bulan – 1 tahun : ASI + Susu formula + Bubur nasi & lauk
6
1 tahun – 2 tahun : ASI + Susu formula + Nasi kasar + lauk
variasi
2 tahun – sekarang : Nasi + lauk bervariasi (ayam/
/tahu/tempe/ikan) + buah + sayur + susu formula
Kesan : Pada anak 0-6 bulan wajib diberikan ASI.
Riwayat Imunisasi
Saat lahir (0-7 hari) Hb0, BCG, Polio 0
2 bulan DPT/HB1, Polio 1
3 bulan DPT/HB2, Polio 2
4 bulan DPT/HB3, Polio 3
9 bulan Campak 1
18 bulan DPT/HB4, Polio 4
24 bulan Campak 2
Diagnosis sementara
Demam Dengue
Demam Berdarah Dengue
Demam tifoid
7
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, kurang aktif
Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Frekuensi Nadi : 139 kali/menit
- Frekuensi Nafas : 26 kali/menit, teratur
- Suhu : 37,8oC (axilla)
Data Antopometri :
- Berat Badan : 20 Kg
- Panjang Badan : 110 cm
- Berat badan ideal menurut usia : 18 kg (berdasarkan kurva
WHO)
- Tinggi badan ideal menurut usia : 110 cm (berdasarkan kurva
WHO)
Status Gizi :
Berdasarkan kurva WHO gender laki-laki usia 2 sampai 5 tahun :
Berdasarkan BB/TB = z-score 0 s.d 1
Indikator pertumbuhan = normoweight
8
Perkusi : Batas jantung paru normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-) dan gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : cembung, jejas (-)
Auskultasi : bising usus + normal
Palpasi : perabaan supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Anus dan Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Atas : akral dingin -/-, odema -/-, crt < 2 detik, pembengkakan
sendi (-)
Bawah : akral dingin -/-, odema -/-, crt < 2 detik,
pembengkakan sendi (-)
Kulit : Turgor kulit normal dan sianosis (-), petechiae (+) di ekstremitas kanan atas
9
SEROLOGI
Anti Salmonella IgM 0 <= 2 : Negatif
3 : Boderline
4 – 5 : Positif lemah
=> 6 : Positif kuat
10
1.5 Diagnosis Akhir
Demam dengue
Status gizi normal
1.6 Penatalaksanaan
Infus RL 12 tpm
Injeksi ceftriaxone 1x1 gr
Injeksi ondansentron 3x3 mg
Injeksi Paracetamol 200mg/6 jam
Psidii 3 x Cth 1
1.7 Follow Up
Hari/tanggal S O A P
Selasa Demam (+) KU: sakit sedang Obs Infus RL 12 tpm
10 April 2018 Lemas, T: 37,8˚C febris Inj ceftriaxone 1 x 1
pusing,nyeri HR : 139 x/menit H10 gr
perut(+) mual RR : 26 x/mnt Inj ondancentron 3
muntah (-), BB : 20 kg x 3 mg
nafsu makan Abdomen (palpasi): Cek DR,
menurun, Nyeri tekan Antisalmonella
BAB cair (-), abdomen
batuk (+) Kulit : petechiae (+)
11
Lab
- Ht : 35,9
- Trombosit : 102
Antidengue IgG =
negative
Antidengue IgM =
positive
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM DENGUE
2.1 Definisi
12
leukopeni dan limfadenopati. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit demam akibat virus dengue yang berat dan sering kali fatal. 3
DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas
vaskuler dan bukan dari adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue (DD)
dapat mengalami perdarahan berat walaupun tidak memenuhi kriteria WHO untuk
DBD. 1
Demam dengue ialah demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih
manifestasi ; nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam kulit, manifestasi
11
perdarahan dan leukopenia. Awal penyakit biasanya mendadak dengan adanya
trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan ruam. 4,12
-
Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39 C sampai 40 C dan demam
bersifat bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari. 8
-
Ruam kulit : kemerahan atau bercak bercak meraj yang menyebar dapat
terlihat pada wajah, leher dan dada selama separuh pertama periode
demam dan kemungkinan makulopapular maupun menyerupai demam
skalartina yang muncul pada hari ke 3 atau ke 4. 8 Ruam timbul pada 6-12
jam sebelum suhu naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-
4 hari. 12
Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan. Gejala klinis lainnya meliputi fotofobi,
berkeringat, batuk, epistaksis dan disuria. Kelenjar limfa servikal dilaporkan
membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai Castelani’s sign yang
patognomonik. Beberapa bentuk perdarahan lain dapat menyertai.4,12
13
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
14
Menurut WHO demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase demam,
fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan mengalami
demam tinggi secara mendadak selama 1-3 hari yang sering dijumpai dengan
wajah kemerahan, eritema kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retro-orbital, dehidrasi,
rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti
anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue
meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh
karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler. Pada hasil
laboratoirum ditemukan jumlah hematokrit dan trombosit masih dalam batas
normal. Pada fase ini, dapat ditemukan NS1 positif.
Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien yang
tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut
menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan
peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu yang
terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan suhu
menjadi 37.5-38°C pada hari ke 4-5. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh
penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit
merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi.
15
Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage. Efusi pleura dan asites
secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan intravena. Pada fase ini, tes IgG
dan IgM biasanya positif.
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-48 jam
fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama 48-72
jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan kembali
normal, gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil. Pada hasil
lab ditemukan jumlah trombosit yang meningkat serta hematokrit menurun.
16
2.4 Manifestasi Klinis
17
4. Dengue Shock Syndrome (DSS). 11
Manifestasi yang jarang yang berkaitan dengan gangguan liver, ginjal,
otak, maupun jantung. Komplikasi ini terjadi akibat dari syok dan
komobid koinfeksi
18
Tabel 2. Gejala klinis demam dengue dan demam berdarah dengue
++ Nyeri Kepala +
+++ Muntah ++
+
+ Mual
+
++ Nyeri Otot +
+
++ Ruam Kulit
+
++ Diare +
+
+ Batuk
+
+ Pilek ++
++ Limfadenopati +
++
+ Kejang
+++
0 Kesadaran menurun
+
0 Obstipasi
+++
+ Uji tornikuet positif
+++
++++ Petekie
++++
0 Perdarahan saluran cerna
+++
++ Hepatomegali
+++
+ Nyeri perut
++++
++ Trombositopenia
19
0 Syok +++
Ket:
+ 25%
++ 50%
+++ 75%
++++ 100%
2.5 Diagnosis
20
2.5.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Demam : awitan akut, tinggi dan bersifat kontinu, berlangsung
selama 2-7 hari pada kebanyakan kasus, tipe demam bifasik.
-
Demam Sama seperti grade I ditambah adanya Trombositopenia <
21
berdarah dengue perdarahan spontan 100.000/mm3
-
Peningkatan hematokrit
(II)
>20%
-
Demam Sama seperti grade I dan II ditambah Trombositopenia <
berdarah dengue adanya tanda kegagalan sirkulasi : nadi 100.000/mm3
-
Peningkatan hematokrit
(III) lemah, tekanan nadi < 20mmHg,
>20%
hipotensi, tampak lemas
-
Demam Sama seperti grade III ditambah bukti Trombositopenia <
berdarah dengue nyata adanya syok dengan tekanan 100.000/mm3
-
Peningkatan hematokrit
(IV) darah tidak terukur dan nadi tidak
>20%
teraba
DBD grade III-IV disebut juga sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
1. Pemeriksaan laboratorium
-
Hitung sel darah putih biasanya normal saat permulaan demam kemudian
leukopeni hingga periode demam berakhir
-
Hitung trombosit normal, demikian pula komponen lain dalam mekanisme
pembekuaan darah. Pada beberapa epidemi biasanya terjadi
trombositopeni
-
Serum biokimia/enzim biasanya normal,kadar enzim hati mungkin
meningkat. 8
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan
pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran
plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit.
Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan
peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut biasanya
terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai
hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan. Jumlah
22
leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan
limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok.
Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis
dan ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin,
faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada
sepertiga sampai setengah kasus DBD.4
Pencitraan dengan foto paru dapat menunjukan adanya efusi pleura dan
pengalaman menunjukkan bahwa posisi lateral dekubitus kanan lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.13
Pencitraan USG pada anak lebih disukai dengan pertimbangan dan yang penting
tidak menggunakan sistim pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ dalam perut. Adanya ascites dan cairan pleura pada pemeriksaan
USG sangat membantu dalam penatalaksanaan DBD. Pemeriksaan USG dapat
pula dipakai sebagai alat diagnostik bantu untuk meramalkan kemungkinan
penyakit yang lebih berat misalnya dengan melihat penebalan dinding kandung
empedu dan penebalan pankreas dimana tebalnya dinding kedua organ tersebut
berbeda bermakna pada DBD I-II dibanding DBD III-IV. 13
3. Pemeriksaan Serologi.
23
Ada beberapa uji serologi yang dapat dilakukan yaitu :
-
Uji hambatan hemaglitinasi
-
Uji Netralisasi
-
Uji fiksasi komplemen
-
Uji Hemadsorpsi Immunosorben
-
Uji Elisa Anti Dengue Ig M
-
Tes Dengue Blot. 7
24
Respon imun terhadap infeksi dengue :
Antibodi Ig M :
-
Mungkin tidak terbentuk hingga 20 hari setelah onset infeksi
-
Mungkin terbentuk pada kadar yang rendah atau tidak terdeteksi pasca
infeksi primer singkat
Antibodi Ig G :
-
Terbentuk dengan cepat pasca 1-2 hari onset gejala
-
Meningkat pada infeksi primer
-
Menetap hingga 30-40 hari dan kemudian menurun
Sekitar 20-30% pasien dengan infeksi sekunder dengue tidak menghasilkan Ig M
anti dengue pada kadar yang dapat dideteksi hingga hari ke 10 dan harus
didiagnosis peningkatan Ig G anti dengue. 14
2.8 Komplikasi
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok
2. kelainan Ginjal akibat syok berkepanjangan
3. Edema paru, akibat over loading cairan. 11
2.9 Penatalaksanaan
25
Pengobatan DD/DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan
memperbaiki sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID).13
26
Penatalaksanaan kasus DD bersifat simptomatis dan suportif meliputi :
27
-
Tirah baring selama fase demam akut
-
Antipiretik atau sponging untuk menjaga suhu tubuh tetap dibawah 40 C,
sebaiknya diberikan parasetamol
-
Analgesik atau sedatif ringan mungkin perlu diberikan pada pasien yang
mengalami nyeri yang parah
-
Terapi elektrolit dan cairan secara oral dianjurkan untuk pasien yang
berkeringat lebih atau muntah. 8
28
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
Pencegahan
-
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
a. Melakukan metode 3 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan
tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu bagi tiap
keluarga
b. 100% tempat penampungan air sukar dikuras diberi abate tiap 3
bulan
c. ABJ (angka bebas jentik) diharapkan mencapai 95%
-
Foging Focus dan Foging Masal
d. Foging fokus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan
selang waktu 1 minggu
e. Foging masal dilakukan 2 siklus diseluruh wilayah suspek KLB
dalam jangka waktu 1 bulan
f. Obat yang dipakai : Malation 96EC atau Fendona 30EC dengan
menggunakan Swing Fog
-
Penyelidikan Epidemiologi
g. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam
setelah menerima laporan kasus
29
h. Hasil dicatat sebagai dasar tindak lanjut penanggulangan kasus
-
Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.
-
Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD. 15
BAB III
PEMBAHASAN
30
Pasien adalah seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang dengan keluhan demam
naik turun 10 hari SMRS
Demam yang terjadi pada pasien dapat merupakan tanda terjadinya suatu
infeksi baik infeksi virus maupun infeksi bakteri. Demam naik turun yang tidak
diketahui pasti oleh keluarga pasien dapat menggambarkan tipe demam pada
pasien yaitu demam yang sebelumnya tinggi dapat turun dan meningkat lagi.
Disebut juga demam bifasik.
Keluhan demam disertai lemas, badan pegal linu, sakit kepala dan nafsu makan
menurun serta perut yang terasa nyeri
Gejala ini merupakan gejala khas dari infeksi virus yaitu terdapat demam,
myalgia, atralgia, dan malaise. Demam disertai tanda gejala infeksi virus dapat
mengarahkan pasien ke Demam Dengue. Gejala demam dengue yang dialami oleh
pasien yaitu demam, mual dengan nyeri epigastrium disertai anoreksia, sakit
kepala, dan myalgia athralgia
Uji tourniquet (rumple leed) pada pasien positif, terdapat petechiae di tangan
kanan pasien
Uji tourniquet bertujuan untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan
melakukan pembendungan vena sehingga darah menekan dinding kapiler. Uji
tourniquet positif ditandai dengan bercak merah kecil pada kulit (petechiae). Hal
ini menandakan bahwa pada pasien terdapat manifestasi perdarahan ringan dan
dapat dinilai masih sebagai presumptive test. Namun uji tourniquet positif juga
dapat ditemukan pada penyakit virus lain, infeksi bakteri dan lain-lain.
Keluhan demam dengan gejala prodromal yang terjadi tidak disertai mimisan,
gusi berdarah, dan BAB hitam
31
Tidak ada manifestasi perdarahan lebih lanjut pada pasien ini sehingga
demam karena infeksi virus yang mungkin terjadi belum sampai ke derajat demam
bedarah
32
Daftar Pustaka
33
10. Hadinegoro SRS. Imunopatogenesis Demam Berdarah Dengue. Dalam :
Akib Aap, Tumbelaka AR, Matondang CS, penyunting. Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLIV.
Pendekatan Imunologis Berbagai Penyakit Alergi dan Infeksi. Jakarta 30-
31 Juli 2008. h. 41-55
11. Hadinegoro SRS,Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue pada Anak. Naskah Lengkap Pelatihan
bagi Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam
tatalaksana Kasus DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2009.h. 80-135
12. Soedarmo SSP.Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H,
Hadinegoro SRS, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis. Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2009.h.176-
208
13. Samsi TK. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RS Sumber
Waras. Cermin Dunia Kedokteran 2000; 126 : 5-13
14. Suzanne. Dengue. Didapatkan dari : URL:
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview. Diakses pada
tanggal 01 Desember 2013.
15. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulan Penyakit
DBD. Edisi 1 Volume 2. Jakarta :Dinas Kesehatan 2010.
34