Dalam masalah kurban sudah ada tuntunannya – yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
selalu berkurban kambing.
Aku melihat Nabi SAW meletakkan tumitnya pada leher kambing , lalu membaca
bismillah , bertakbir lalu menyembelihnya [2]
يوِفيه ينحره يقاَِئيمةَ يوِبه يقاَيل اَلششاَِفِعيِّ يوأحمد يوأيهَبو يث يور.ِفيِه نحر اَيليهيدي ِبييِدِه يوهَهيو أفضل ِإذاَ أحسن اَلشنيحر
Dalam hadis itu ada keterangan menyembelih hadyu dengan tangannya. Dan ini
lebih utama bila seseorang bisa menyembelih. Ia menunjukkan bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih unta dengan berdiri . Imam Syafii , Ahmad dan
Abu Tsur menjelaskan spt itu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih tujuh Unta itu bukan untuk kurban,
tp untuk hadyu. Kalau untuk kurban , Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menyembelih kambing. Dan beliau belum pernah selama hidupnya sepengetahuan sy –
menyembelih Unta. Jadi kambinglah untuk kurban beliau , dan unta untuk hadyu. .
Unta bukan untuk kurban saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, begitu juga
lembu.
Lembu itu dijadikan hewan kurban di masa sekarang tanpa dalil. Ia hanya ajaran ulama,
bukan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam . Ia budaya orang sekarang bukan
budaya para sahabat. Karena itu, tinggalkan budaya orang sekarang untuk ikut budaya
sahabat dlm berkurban dengan kambing bukan dengan unta.
صشلىَ ش
ا يعليييِه يويسلشيم يفيقاَيل ا يعليييِه يويسلشيم أييعيطاَههَ يغينعماَ يييقِسهَميهاَ يعيلىَ ي
صيحاَيبِتِه يفيبِقييِّ يعهَتودد يفيذيكيرههَ ِللشنِببَيِّ ي أيشن اَلشنِبشيِّ ي
صشلىَ ش
ضبَح ِبِه أيين ي
ت ي
Uqbah bin Amir ra berkata : “ Sesungguhnya Nabi SAW memberinya kambing lalu di
bagikan kepada para sahabatnya .Tinggal kambing jawa yang sudah bisa mencari
makan sendiri ,lalu di ceritakan kepada Nabi SAW . Beliau bersabda :” Buatlah
kurbanmu “. [3] Rasulullah SAW memerintah Uqbah untuk berkurban . Dan suatu
perintah harus dilaksanakan semampunya .
Nabi SAW membagi bagikan hewan kurban kepada para sahabat , lantas Uqbah
mendapat kambing berumur dua tahun . Aku berkata : “ Wahai Rasulullah ! Aku
mendapat kambing yang belum berumur setahun “. Rasulullah SAW bersabda : “
Buatlah kurbanmu “[4]
Al bara` ra berkata :” Rasulullah saw, pada hari Nahar berhutbah kepada kami lalu
bersabda :
Sesungguhnya permulaan apa yang kita lakukan pada hari ini adalah menjalankan salat
, lalu pulang dan menyembelih . Barangsiapa yang melakukan hal itu telah sesuai
dengan sunnah kami . Barang siapa menyembelih sebelum salat sama dengan daging
yang di suguhkan untuk keluarganya tidak termasuk nusuk. Pamanku Abu Burdah bin
Niyar berdiri lalu berkata : “ Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya aku menyembelih
sebelum salat , dan aku punya kambing umurnya belum satu tahun yang lebih baik
daripada kambing kacangan yang berumur dua tahun . Rasulullah saw, bersabda :
“ Gantilah dengannya , atau sembelihlah sebagai gantinya namun untuk orang lain
belum cukup kurban seperti itu [5] Hadis tsb juga menunjukkan menyembelihkurban
setelah melakukan salat Id
Kita berkurban dengan kambing juga karena kita diperintahkan mengikuti agama Nabi
Ibrahim as. Sy ingat firmanNya :
صيديق ش
ا هَ ُهَّلل يفاَشتِبهَعواَ ِملشيةَ إِيبيراَِهييم يحِنيعفاَ يويماَ يكاَين ِمين اَيلهَميشِرِكيين قهَيل ي
Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim
yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. 98 Ali imran
Allah menurunkan kambing kibas/biri – biri/domba kpd Nabi Ibrahim sebagai ganti
kurban anaknya. Saat itu, kambinglah yg diturunkan kpd Nabi Ibrahim bukan sapi.
Karena itu, berkurbanlah dengan kambing karena taat pd ayat itu, menghurmatinya
dan tidak mengabaikannya, lalu berkurban dengan sapi untuk menghurmati budaya.
Diposkan oleh Mantan kiyai NU di Minggu, Agustus 02, 2015 Tidak ada komentar:
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Aneh sekali teman seperguruannya tdk paham hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berkurban sapi sampai mereka meninggal dunia. Hal sedemikian ini menurut
pakar hadis dahulu di katakan hadis lemah bukan hadis sahih, sekalipun mendapat
gelar hadis muttafaq alaih menurut ahli hadis sekarang.
Bila di sahihkan juga bertentangan dengan redaksi hadis lain yg menyatakan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya selalu berkurban kambing dan tdk
pernah kurban sapi yg nanti akan dijelaskan.
DR Abu Lubabah At thahir Shalih Husain kepala bagian dirosah Islamiyah di Emirat
menyatakan :
ِ يوإِيطليهَق اَيلهَحيكِم يعيلىَ اَلشتيفيرِد ِباَلشربَد يواَلشنيكاَيرِة أيِو اَليشهَذ يوِذ يم يوهَج يودد ِفيِّ يكليِم يكِثييرر ِمين أييهِل اَيليحِديي
ث
فيِّ تفرداَت اَلكوفيين واَلعراَقيين،ولهذاَ نقول إنه ينبغيِّ لطاَلب اَلعلم أن ينظر أن من قراَئن اَلعلل واَلرد للحاَديث
علىَ وجه اَلعموم،
Karena ini, kami katakan: Layak sekali bagi thalib ilm untuk melihat bahwa sebagian
tanda cacat dan tertolaknya beberapa hadis adalah tafarrudnya perawi Kufah dan Irak
secara umum (seperti hadis masalah Bilal tadi).
Perawi yg tafarrud disini adalah perawi Kufah yaitu Sufyan bin Uyainah. Dan dia dlm
hal ini termasuk perawi yg tafarrud dari Irak. Dan tafarrud sedemikian ini termasuk
faktor yg melemahkan hadis . Penduduk Medinah, Mekkah dari kalangan Atbaut tabiin
tidak paham hadis itu, lalu Sufyan orang Irak tahu dan paham hadis itu . Ini aneh , tidak
wajar, tidak nalar tidak rasional sekali. Bukan hadis yg mashur, rasional dan sangat
cocok dengan nalar manusia.
3 أي أن اَلمحدث يتفرد بحديث فيِّ حين ساَئر اَلصحاَبةَ ل يعلمون،َـ أل يكون فيماَ تعم به اَلبلوى اَلعلميةَ أو اَلعملية
َمع أنه من اَلمور اَلعلميةَ اَلعاَمة
3. Agar tidak termasuk musibah ilmiyah atau amaliyah yg umum – yaitu seorang perawi
hadis menyampaikan hadis secara sendirian. Pada hal sahabat yg lain tidak
mengetahui. Dan ia termasuk masalah ilmiyah yg umum.
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=152431
Dalam hadis ini hanya Aisyah yg meriwayatkan dan seluruh istri Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak tahu sampai mati. Begitu juga sahabat yg lain sama tida paham
hadis itu. Kondisi sedemikian termasuk qarinah i`lal – atau tanda cacat suatu hadis.
Bila masih di sahihkan , maka sama dengan mensahihkan hadis yg cacat.
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . ( satu perawi
yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
Hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban sapi untuk sembilan istrinya itu
dari segi sanad cacat, masih terdapat kelemahan, tidak valid , tidak sahih. Sekarang
kita akan mengkaji hadis tsb dari segi redaksi hadis yang satu sama riwayat lain tidak
saling mendukung tapi saling menyalahkan. Lihat redaksi hadis sbb:
Aisyah ra berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban sapi untuk istri –
istrinya “.
Bukhari, 6, Kitabul Haid, 1, bab awal haid , Allu`lu` wal marjan 360/1 Al albani berkata :
sahih Lihat di kitab karyanya : Sahih wa dho`if sunan Nasa`I 492/1
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih untuk kita ketika kita menjalankan
haji – lembu – lembu .
Ia adalah hadis yang syadz yg menyalahi hadis yg lalu ( menyendiri , lain dari yg lain,
ganjil, tidak sama dg yg lain, sangat nyeleneh ).
Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Bila hadis itu di sahihkan maka lembu boleh dibuat kurban untuk sembilan orang,
dimana istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah sembilan bukan tujuh. Bila
demikian, maka akan bertentangan dengan hadis sbb:
(256 (رواَه مسلم )ص252 /4) إرواَء اَلغليل فيِّ تخريج أحاَديث مناَر اَلسبيل.
* صحيح.
( من طريق اَبن جريج3/378) ( وأحمد9/295) َ( واَلبيهقى20/170/2) ( وكذاَ أبو نعيم4/88) أخرجه مسلم
أخبرنىَ أبو اَلزبير
Lalu mana yg dibuat pegangan. Karena itu, kita tinggalkan hadis yg cacat sanad dan
redaksinya untuk pilih hadis yg sahih. Dari pada kita tinggalkan hadis yg sahih untuk
pilih hadis yg cacat.
Diposkan oleh Mantan kiyai NU di Minggu, Agustus 02, 2015 Tidak ada komentar:
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Al arna`uth berjata:
(1) ) باَلسماَع عند أحمد-وهو محشمد بن مسلم بن تدهَرس- وقد صرح أبو اَلزبير.إسناَده صحيح
( فاَنتفت شبهةَ تدليسه15047.
Sanadnya sahih, Abu Zubair yg bernama Muhammad bin Muslim bin Tadrus telah
menyatakan mendengar hadis itu menurut Imam Ahmad 15047
(4108) " واَلنساَئيِّ فيِّ "اَلكبرى،(1579) ( و920) واَلترمذي،(2809) وأبو داَود،(1318) وأخرجه مسلم
به،من طريق أبيِّ اَلزبير.
) ( و4107) ( و4106) " واَلنساَئيِّ فيِّ "اَلكبرى،(2808) ( و2807) وأبو داَود،(1318) وأخرجه بنحوه مسلم
عن جاَبر،( من طريق عطاَء بن أبيِّ رباَح4467.
Hadis Jabir tentang lembu untuk tujuh orang itu di Hudaibiyah> Ketika itu , Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat lagi menjalankan Umrah lalu diblogade
oleh kalangan kafirin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya tidak
diperkenankan melanjutkan umrahnya pd waktu itu. Jadi perjalanan Umrah harus
berhenti disitu, tidak boleh dilanjutkan. Lalu mereka membayar dam karena tidak bisa
melanjutkan umarh itu. Sy ingat ayat:
Boleh menjalankan umrah untuk tahun depan atas kesepakatan bersama kaum Qurasy
dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Jadi hadis itu tdak bisa di gunakan untuk dasar kurban lembu untuk tujuh orang.
Sebab bayar dam haji atau Umrah itu beda dengan kurban, tidak boleh disamakan,
harus dibedakan. Dan selama hidupnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
para sahabatnya tdk pernah kurban lembu atau Unta untuk satu orang apalagi untuk
tujuh orang. Beliau dan para sahabatnya hanya berkurban kambing bukan sapi atau
unta.
Anehnya
Orang – orang sekarang berkurban lembu untuk tujuh orang tanpa landasan dalil. Tapi
karena pemahaman yg keliru yaitu hadyu di samakan dengan kurban hari raya. Dan ini
namanya qiyas. Dan tiada dalil yg memperbolehkan qiyas. Apalagi sdh ada dalil dan
tuntunan tata cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjalankan kurban. Dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tdk pernah berkurban sapi untuk beliau sendiri
atau berserikat dengan tujuh orang. Para sahabat berserikat lembu atau unta untuk
bayar dam . Bukan untuk kurban. Ini harus dicermati, jangan diabaikan.
Kita sdh cukup dengan tuntunan itu dan tidak buang tuntunan untuk mengambil qiyas.
Qiyas itu pada hakikatnya adalah lari dari tuntunan kurban menuju kpd hadis bayar
dam di Hudaibiyah . Dan hadis bayar dam ini digunakan dasar untuk membolehkan
berkurban dengan sapi dan sungguh keliru sangat. Tidak benar sama sekali.
Bila kita pakai qiyas, kita buang tuntunan kurban dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam yaitu kurban kambing Syaikh Izzud din bin Abd salam berkata:
Dari Jabir berkata : kami menyembelih di Hudaibiyah bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam - Unta untuk tujuh orang dan lembu untuk tujuh orang. HR Ibn Majah.
Hadis itu menunjukkan boleh bergabung dengan Unta atau lembu . dan keduanya
cukup untuk tujuh orang dalm hadyu . Dan kurban dikiaskan kepadanya.
.Aisyah ra menuturkan: “Kami keluar dengan maksud untuk berhaji. Ketika kami tiba di
Saraf, aku mengalami haid. Rasulullah saw menemuiku ketika aku sedang menangis.
Tanya beliau saw: “Mengapa engkau menangis, apakah engkau sedang haid?”
Kataku: “Ya.”
Sabda beliau saw: “Masalah ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap puteri Adam.
Maka lakukan apa saja yang harus dilakukan oleh yang hendak melakukan ibadah haji.
Hanya saja, janganlah engkau bertawaf di seputar Ka’bah.”
”Kata Aisyah ra: “Rasulullah saw menyembelih seekor sapi untuk kurban isteri-isterinya.
][1
Kita akan mengkaji hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban lembu untuk
istrinya yg sembilan:
أبو محمد عبد ا بن يوسف اَلصبهاَنيِّ أنبأ أبو سعيد أحمد بن محمد بن زياَد اَلبصري بمكةَ ثناَ سعداَن بن )حدثناَ(
نصر ثناَ سفياَن بن عيينةَ عن عبد اَلرحمن بن اَلقاَسم بن محمد عن اَبيه عن عاَئشةَ رضىَ ا عنهاَ قاَلت ضحىَ
رسول ا صلىَ ا عليه وسلم عن نساَئه باَلبقر -اَخرجاَه من حديث اَبن عيينةَ و
ت اَيليقاَِسيم -
ت يعيبيد اَلشريحيمِن يبين اَيليقاَِسِم يقاَيل يسِميع هَ
ا يقاَيل يحشديثيناَ هَسيفيياَهَن يقاَيل يسِميع هَ
يحشديثيناَ يعلِييِّ يبهَن يعيبِد ِ
ت يعاَِئيشيةَ يتهَقوهَل
ييهَقوهَل يسِميع هَ
أييخيبيريناَ إِيسيحاَهَق يبهَن إِيبيراَِهييم يقاَيل أيينيبأ ييناَ هَسيفيياَهَن يعين يعيبِد اَلشريحيمِن يبِن اَيليقاَِسِم يعين أيِبيِه يعين يعاَِئ ي
شيةَ 292 -
يحشديثيناَ أيهَبو يبيكِر يبهَن أيِبيِّ يشيييبيةَ يويعيمدرو اَلشناَِقهَد يوهَزيهييهَر يبهَن يحير ر
ب يجِميععاَ يعين اَيبِن هَعييييينيةَ يقاَيل يعيمدرو يحشديثيناَ هَ
سيفيياَهَن يبهَن هَعييييينيةَ -
ا هَ يعينيهاَ يقاَيل ي
ت يعين يعيبِد اَلشريحيمِن يبِن اَيليقاَِسِم يعين أيِبيِه يعين يعاَِئيشيةَ ير ِ
ضييِّ ش
ثناَ عبد اَلجباَر بن اَلعلء ،ثناَ سفياَن قاَل :سمعت يحيىَ بن سعيد يقول :سمعت عمرة ،تقول :سمعت عاَئشةَ
:رضيِّ ا عنهاَ تقول
أيهَبو يبيكِر يبهَن أيِبيِّ يشيييبيةَ يويعلِييِّ يبهَن هَميحشمرد يقاَيل هَسيفيياَهَن يبهَن هَعييييينيةَ يعين يعيبِد اَلشريحيمِن يبِن اَيليقاَِسِم يعين أيِبيِه يعين يعاَِئيشيةَ يقاَلي ي
ت
عن سفياَن بن عيينةَ ،عن عبد اَلرحمن بن اَلقاَسم ،قاَل :أخبرنيِّ أبيِّ ،عن عاَئشةَ ،أنهاَ قاَلت 4 -
(373 /2) مسند إسحاَق بن راَهويه
4 - أنهاَ قاَلت، َ عن عاَئشة، ِّ أخبرنيِّ أبي: قاَل، عن عبد اَلرحمن بن اَلقاَسم، َعن سفياَن بن عيينة
Kita mengkaji hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban lembu untuk istri
– istrinya yg sembilan itu, maka pada pokoknya dari satu orang yaitu Sufyan bin
Uyainah bukan orang lain.
Sufyan lahir 107 H , tingkat 8 dari pertengahan pengikut tabiin , wafat pada tahun 198 H
di Mekkah. Beliau adalah Imam Hujjah, hanya hapalannya berobah ketika ahir hayat.
Kadang melakukan tadlis tapi dari kalangan perawi terpercaya, kata ibnu Hajar. [2]
Jadi hadis itu seratus tahun lebih setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat
hanya Sufyan bin Uyainah saja yang tahu dikalangan pengikut Tabiin. Dan dikalangan
sahabat hanya Aisyah dan dikalangan tabiin pun hanya satu orang yg tahu yaitu Abd
Rahman bin Al qasim .
Beliau termasuk tingkat 6 dari kalangan generasi yg menjumpai yunior tabiin . Wafat
pd tahun 126 H.
Menurut al Mizzi dlm kitab “ Tahdzibul kamal “ Murid Abd Rahman bin Al Qasim
sebanyak 39.
Komentarku ( Mahrus ali ): Mengapa murid yg lain tdk paham hadis Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkurban sapi untuk istrinya yg berjumlah sembilan. Hanya
Sufyan sj yg tahu? Ini tanda kelemahan. Dn tidak bisa di katakan hadis sahih.
[1] Bukhari, 6, Kitabul Haid, 1, bab awal haid , Allu`lu` wal marjan 360/1 Al albani
berkata : sahih Lihat di kitab karyanya : Sahih wa dho`if sunan Nasa`I 492/1
ل يبهَن هَمويسىَ ،يعين هَحيسييِن يبِن يواَقِرد ،يعين ِعيليباَيء يبِن 905 - حرد يقاَهَلواَ :يحشديثيناَ اَليف ي
ض هَ يحشديثيناَ اَلهَحيسييهَن يبهَن هَحيريي ر
ث ،يويغييهَر يواَ ِ
ضير اَلي ي
ضيحىَ ،يفاَيشيتيريكيناَ ِفيِّ صشلىَ ش
ا هَ يعليييِه يويسلشيم ِفيِّ يسيفرر ،يفيح ي أييحيمير ،يعين ِعيكِريميةَ ،يعِن اَيبِن يعشباَ ر
س يقاَيل :هَكشناَ يميع اَلشنِببَيِّ ي
.اَليبيقيرِة يسيبيععةَ ،يوِفيِّ اَليجهَزوِر يعيشيرعة
ب ،يوهَهيو يحِدي هَ
ث هَحيسييِن يبِن يواَِقرد .يهيذاَ يحِدي د
ث يحيسدن يغِري د
ضير اَيلي ي
ضيحىَ يفاَيشيتيريكيناَ ِفيِّ اَيليبيقيرِة يسيبيععةَ يوِفيِّ اَيليبِعيِر يعيشيرعة صشلىَ ش
ا يعليييِه يويسلشيم ِفيِّ يسيفرر يفيح ي هَكشناَ يميع يرهَسوِل ش
اِ ي
Kami bersama Rasulullah SAW dlm suatu perjalanan , lalu tibalah Idul adha, kami
bergabung untuk tujuh orang dengan satu lembu dan sepuluh orang dengan satu Unta
][1
Tirmidzi menyatakan: Hasan ghorib. Riwayatnya terdapat Al Fadhel bin Musa yang
suka menyampaikan hadis nyeleneh dan Husain bin Waqid yang suka yg suka berkata
benar yang banyak kebimbangan/ hayal .
Sesungguhnya hadis tsb mansukh dengan hadis yang dahulu , kata Syekh Hasan bin
Husain in Assyek
ض ماَ ينكر ،وقد تفرد برواَيةَ حديث اَبن عباَس هذاَ) .
رجاَله ثقاَت ،لكن اَلحسين بن واَقد-وإن اَحتج به مسلم -عنده بع هَ
قاَل اَلبيهقيِّ :235 /5حديث عكرمةَ يتفرد به اَلحسين بن واَقد عن علباَء بن أحمر ،وحديث جاَبر أصح ،يعنيِّ
.اَلحديث اَلتيِّ بعده
Perawi – perawi hadis tsb terpercaya , tapi Al Husain bin Waqid sekalipun Imam
Muslim berhujjah dengannya ( Dia di jadikan perawi Muslim ) . Dia meriwayatkan
sebagaian hadis munkar. Dia scr sendirian meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas ini.
Al Baihaqi berkata 235/ 5 : Hadis Ikirimah ( yg menyatakan sapi untuk tujuh orang dan
Unta untuk sepuluh orang ) hanya Al Husain bin Waqid yg meriwayatkannya dari Ilba`
bin Ahmar . Dan hadis Jabir ( yg menyatakan Unta untuk tujuh orang ) lebih sahih. Yaitu
hadis Jabir yg akan di sebut mendatang.
Imam Al bani menyatakan hadis tsb sahih dlm sahih Tirmidzi 1214.
Bila kita ikut al bani yg menyatakan sahih hadis itu, maka kita akan menyatakan unta
untuk sepuluh orang, bukan tujuh orang. Lalu hadis yang menyatakan unta untuk tujuh
orang akan dibuang. Pada hal ia hadis sahih.
اَجتمعت اَلحجةَ علىَ أن اَلبقرة واَلبدنةَ ل:160 /12 "وقاَل أبو جعفر اَلطبري فيماَ نقله اَبن عبد اَلبر فيِّ "اَلتمهيد
، أو منسوخ، وفيِّ ذلك دليل علىَ أن حديث اَبن عباَس وماَ كاَن مثله خطأ ووهم: قاَل.َتجزئ عن أكثر من سبعة
ماَ رواَه جاَبر175 /4 "وكذلك رجح اَلطحاَوي فيِّ "شرح معاَنيِّ اَلثاَر.
Abu Ja`far al Thabari berkata sebagaimana yg dikutip oleh Ibnu Abd bar 160/12.: “Telah
menjadi keputusan yg ijma` bahwa sapi dan Unta tidak bisa digunakan untuk orang
lebih dari tujuh. Hal itu sebagai dalil bahwa hadis Ibnu Abbas dan sesamanya adalah
keliru, anggapan yg keliru/ hayal belaka atau mansukh” .Imam Thahawi juga mentarjih
hadis riwayat Jabir ( yg menyatakan Unta untuk tujuh orang ).
Setahu sy hadis Ibnu Abbas yg menyatakan Unta untuk sepuluh orang itu tdk dikenal
di kalangan para sahabat mines Ibnu Abbas, tdk populer dikalangan tabiin > Seluruh
sahabat dan tabiin tidak mengenal hadis itu sampai mati mines satu orang – yaitu Ibnu
Abbas di kalangan sahabat dan Ilba bin Ahmar dikalangan tabiin. Sampai di masa
pengikut tabiin hadis itu masih di anggap nyeleneh. Dan tidak ada yg tahu sampai mati
pada masa seratus tahunan setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggal
dunia mines satu orang yg meriwayatkannya.
Al fadhel bin Musa sendiri yg meriwayatkan hdis tsb dikalangan pengikut tabiin lahir pd
tahun 115 H - wafat 192 H. Beliau termasuk Yunior pengikut tabiin tingkat 9. Ibnu
Hajar menyatakan : Al Fadhel adalah perawi yg terpercaya bagus hapalannya , kadang
menyampaikan hal yg aneh.
Lihat Mausuah ruwatil hadis. 5419. Ini inti dari sumber arab sbb:
َ مولىَ بنىَ قطيعةَ من بنىَ زبيد من مذحج ) و سيناَن قرية، أبو عبد ا اَلمروزى، َــ اَلفضل بن موسىَ اَلسيناَنى
( من قرى مرو
هـ115 : اَلمولد
هـ192 : اَلوفاَة
5419
َ فقدم أباَ تميلة، َ سألت أبىَ عن اَلفضل و أبىَ تميلة: َو قاَل عبد ا أيضا
Abdullah ( putra Imam Ahmad ) berkata lagi : “Aku bertanya kpd ayahku tentang al
Fadhel dan Abu Tumailah , lalu beliau mendahulukan Abu Tumailah .
َ أحاَديثه ماَ أدرى إيش هى: قاَل أحمد، و هو صدوق يهم، فيه نظر: َ و قاَل اَلساَجى.
اَهـ.
Assaji berkata: “Dia orang yg selalu berkata benar yg kadang hayal/ keliru”.
Imam Ahmad menyatakan : “Hadis – hadisnya sy tidak mengerti hadis apa itu” .
Al Husain bin Waqid sebagai guru Al Fadhel memiliki murid yg meriwayatkan hadis nya
sepuluh orang tp mengapa hanya Al Fadhel yg tahu hadis Unta untuk sepuluh orang.
Lihat murid Al Husain bin Waqid sbb:
1358
1. ( زيد بن اَلحباَب ) م د ق
3. عبد ا بن اَلمباَرك
Hadis yg menyatakan Unta untuk sepuluh orang itu dikatakan sebagai hadis yg gharib,
hadis yg menyendiri, tidak banyak orang yg meriwayatkan, hanya satu orang dari Murid
Al Husain bin Waqid yg sepuluh orang. Mengapa hanya al Fadhel seorang yg
meriwayatkannya. Apakah teman sejawatnya tidak mengetahuinya dan hanya dia
sendiri yg tahu ?. Teman seangkatan tdk paham hadis itu. Dan hanya satu orang yg
tahu .Hal sedemikian ini membikin lemah hadis itu menurut sanad. Apalagi redaksinya
bertentangan dengan hadis lainnya.
Imam Abu Hanifah menyatakan sinyal kelemahan hadis adalah perawi secara
sendirian meriwayatkan hadis bukan sahabat yg lain .
3 أي أن اَلمحدث يتفرد بحديث فيِّ حين ساَئر اَلصحاَبةَ ل يعلمون،َـ أل يكون فيماَ تعم به اَلبلوى اَلعلميةَ أو اَلعملية
َمع أنه من اَلمور اَلعلميةَ اَلعاَمة
3. Agar tidak termasuk musibah ilmiyah atau amaliyah yg umum – yaitu seorang perawi
hadis menyampaikan hadis secara sendirian. Pada hal sahabat yg lain tidak
mengetahui. Dan ia termasuk masalah ilmiyah yg umum.
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=152431
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . ( satu perawi
yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
َ وإذاَ قاَل )منكر( بدون لفظة، إذاَ قاَل اَلماَم أحمد )حديث منكر( أي موضوع:ِّ قاَل اَلشيخ اَلطريفي: 1 َملحظة
((َ)حديث( فاَلمراَد به ))اَلغراَبةَ(( أو ))اَلمخاَلفة.
ب )أي يتفرد وإن لم َ قاَل اَلحاَفظ فيِّ قول اَلماَم )منكر اَلحديث( هذه اَللفظةَ يطلقهاَ أحمد علىَ من هَييغِر ه:2 َملحظة
يخاَلف( علىَ أقراَنه باَلحديث.
Perhatian :
Syaikh Al Tharifi berkata: Bila Imam Ahmad berkata: Hadis munkar – maksudnya palsu.
Bila berkata Munkar tanpa kalimat hadis, maksudnya Gharib ( nyeleneh ) atau
Mukhalafah - menyalahi
Perhatian ke dua .
Al Hafidh berkata tentang perkataan mam : Hadis munkar > Kalimat ini di katakan oleh
Imam Ahmad untuk perawi yg menyampaikan hadis yg gharib / nyeleneh - dia sendiri
yg meriwayatkan sekalipun tidak menyalahi kpd teman semasanya dlm meriwayatkan
hadis.
Sumber:
(Arrahmah.com) – Saat ini umat Islam sedang berada pada pekan ketiga bulan haram,
Dzulqa’dah. Dalam waktu dekat umat Islam akan memasuki bulan haram lainnya,
Dzulhijah. Bulan Dzulhijah merupakan bulan yang istimewa bagi kaum muslimin di
seluruh dunia. Pada bulan tersebut terdapat sejumlah ibadah yang khas, seperti haji dan
penyembelihan hewan kurban (udhiyah) pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyri’.
Hewan kurban atau dalam istilah syariat disebut udhiyah adalah hewan ternak (kambing,
sapi, kerbau atau unta) yang disembelih pada hari raya Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijah)
dan hari-hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijah) semata-mata untuk mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala.
“Maka lakukanlah shalat untuk Rabbmu semata dan sembelihlah hewan ternak!” (QS.
Al-Kautsar [108]: 2)
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (hewan kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah
kepada mereka, maka Ilah yang berhak kalian sembah ialah Ilah Yang Maha Esa,
karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya.” (QS. Al-Hajj [22]: 34)
Syaikh Muhammmad bin Shalih al-Ustaimin berkata: “Ayat ini menunjukkan bahwa
penyembelihan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala adalah hal yang disyariatkan
dalam semua agama dan atas setiap umat, dan hal ini merupakan bukti yang terang
bahwa penyembelihan adalah ibadah dan mengandung maslahat pada setiap zaman,
tempat dan umat.”
Dari Barra’ bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “Barangsiapa menyembelih hewan kurban setelah shalat Idul Adha, maka
sembelihannya telah sempurna dan ia sesuai dengan sunnah kaum muslimin.” (HR.
Bukhari no. 5545 dan Muslim no. 1961)
يويمين،صليِة يفإِشنيماَ يذيبيح لِينيفِسِه »يمين يذيبيح يقيبيل اَل ش:صشلىَ ا هَ يعيلييِه يويسلشيم ضييِّ ش
يقاَيل اَلشنِبييِّ ي: يقاَيل،ا هَ يعينهَه ِ يعين أيين
ِ س يبِن يماَلِرك ير
ب هَسشنيةَ اَلهَميسلِِميين يوأي ي،صليِة يفيقيد يتشم هَنهَسهَكهَه
صاَ ي »يذيبيح يبيعيد اَل ش
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “Barangsiapa menyembelih hewan kurban sebelum shalat Idul Adha, maka ia
menyembelih untuk dirinya sendiri. Adapun barangsiapa menyembelih hewan kurban
telah shalat Idul Adha, maka sembelihannya telah sempurna dan ia sesuai dengan
sunnah kaum muslimin.” (HR. Bukhari no. 5546)
Dari Uqbah bin Amir al-Juhani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa salam membagi-bagikan hewan kurban untuk disembelih, maka saya mendapat
jatah seekor domba yang telah berusia satu tahun. Saya berkata ‘Wahai Rasulullah,
saya mendapat jatah seekor domba yang telah berusia satu tahun’. Maka beliau
berkata: “Berkurbanlah dengannya!” (HR. Bukhari no. 5547 dan Muslim no. 1965)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam tidak hanya memerintahkan para sahabat untuk
menyembelih hewan kurban. Beliau sendiri memberi contohkan dengan menyembelih
domba dan unta sebagai hewan kurban, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa
hadits shahih.
ضيع ِريجيلهَه يويو ي، يويسشمىَ يويكشبير، يذيبيحهَهيماَ ِبييِدِه،صشلىَ ا هَ يعليييِه يويسلشيم ِبيكيبيشييِن أييملييحييِن أييقيرينييِن
ضشحىَ اَلشنِبييِّ ي يعين أيين ر
» ي: يقاَيل،س
َحِهيما ِ َ»يعيلى
ِ َصيفا
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam
berkurban dengan dua ekor domba putih yang bertanduk, beliau menyembelih
keduanya dengan tangan beliau sendiri, beliau membaca bismillah dan mengucapkan
takbir serta meletakkan telapak kaki beliau pada sisi leher kedua domba tersebut.” (HR.
Bukhari no. 5565 dan Muslim no. 1966)
صشلىَ ش
ا هَ يعليييِه يويسلشيم ِباَليمِديينِةَ يعيشير ِسِنيين هَي ي
َضبَحيِّ هَكشل يسينرة »أييقاَيم يرهَسوهَل ش: يقاَيل،»يعين اَيبِن هَعيمير
اِ ي
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
tinggal di kota Madinah selama sepuluh tahun dan setiap tahun beliau menyembelih
hewan kurban.”(HR. Tirmidzi no. 1507 dan Ahmad no. 4955. Syaikh Syu’aib al-Arnauth
berkata: Hadits shahih)
Para ulama fiqih dalam kitab-kitab mereka telah menyebutkan kesepakatan ulama
tentang disyariatkannya menyembelih hewan kurban.
Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi berkata: “Kaum muslimin telah bersepakat bahwa
menyembelih hewan kurban itu disyariatkan.” (Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni
Syarh Mukhtashar al-Khiraqi, 9/435)
Pendapat ini dipegangi oleh imam Abu Hanifah, Rabi’ah ar-Ra’yi, Malik bin Anas, Sufyan
ats-Tsauri, Al-Awza’i, dan Al-Laits bin Sa’ad.
Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi berkata: “Imam Rabi’ah, Laits bin Sa’ad, Abu
Hanifah dan Al-Awza’i berpendapat menyembelih hewan kurban itu wajib atas setiap
orang yang memiliki kelapangan harta, kecuali bagi jama’ah haji di Mina.” (An-Nawawi,
Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 8/385)
“Maka laksanakanlah shalat untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan ternak.” (QS. Al-
Kautsar [108]: 2)
Mereka mengartikan shalat dalam ayat ini adalah shalat Idul Adha dan menyembelih
hewan dalam ayat ini adalah menyembelih hewan kurban. Hukum asal dari perintah
Allah adalah wajib.
b. Hadits:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “Barangsiapa memiliki kelapangan rizki lalu ia tidak menyembelih hewan
kurban, maka janganlah ia mendekati tempat kami shalat!” (HR. Ibnu Majah no. 3123,
Ahmad no. 8273, Al-Hakim no. 3468 dan Al-Baihaqi no. 19012. Hadits ini dinyatakan
shahih oleh Al-Hakim dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Sebagian besar ulama hadits menyatakan sanad hadits ini lemah dan yang lebih benar
ia bukanlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam (marfu’), melainkan perkataan Abu
Hurairah (mauquf).
c. Hadits:
Dari Amir Abu Ramlah berkata: Mikhnaf bin Sulaim memberitahukan kepada kami dan ia
berkata: “Kami sedang melakukan wukuf di Arafah bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa salam, lalu beliau bersabda: “Wahai masyarakat, sesungguhnya atas setiap
keluarga pada setiap tahunnya ada kewajiban menyembelih hewan kurban (udhiyah)
dan menyembelih Atirah. Tahukah kalian apakah Atirah itu? Itulah yang disebut oleh
masyarakat sebagai hewan kurban bulan Rajab.” (HR. Abu Daud no. 2788, Tirmidzi no.
1518, Ibnu Majah no. 3125 dan Ahmad no. 17899. Sanad hadits ini lemah karena perawi
Abu Ramlah adalah perawi yang majhul. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dan Syaikh Al-
Arnauth menyatakan statusnya naik menjadi hasan li-ghairih karena memiliki hadits
penguat)
Imam Abu Daud berkata: “Syariat menyembelih hewan kurban di bulan Rajab itu telah
mansukh (dihapus, tidak berlaku lagi) dan hadits ini telah mansukh.”
d. Hadits:
Dalam hadits ini ada perintah untuk mengulang dan mengganti hewan yang disembelih
sebelum dilaksanakannya shalat Idul Adha. Perintah mengulang ini menunjukkan
wajibnya menyembelih hewan kurban.
Pendapat ini dipegangi oleh mayoritas ulama, di antaranya imam Syafi’i dan Ahmad.
“Menyembelih hewan kurban adalah sunnah, tidak disukai (makruh) tidak menyembelih
bagi orang yang mampu. Mayoritas ulama berpendapat menyembelih hewan kurban
adalah sunnah muakkadah, bukan wajib. Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Bakar ash-
Shiddiq, Umar bin Khathab, Bilal bin Rabbah dan Abu Mas’ud al-Badri radhiyallahu
‘anhum. Ia juga menjadi pendapat imam Suwaid bin Ghaflah, Sa’id bin Musayyab,
Alqamah, Al-Aswad, Atha’, Syafi’i, Ishaq bin Rahawaih, Abu Tsaur, dan Ibnu Mundzir.”
(Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni Syarh Mukhtashar al-Khiraqi, 9/435)
“Menurut madzhab kami (madzhab Syafi’i) menyembelih hewan kurban adalah sunnah
muakkadah bagi orang yang memiliki kelapangan harta namun tidak wajib, dan ini juga
menjadi pendapat mayoritas ulama. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah
Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Bilal bin Rabah, Abu Mas’ud al-Badri
radhiyallahu ‘anhum, Sa’id bin Musayyab, Atha’, Alqamah, Al-Aswad, Malik, Ahmad, Abu
Yusuf, Ishaq bin Rahawaih, Abu Tsaur, al-Muzani, Daud az-Zhahiri, dan Ibnu Mundzir.”
(An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 8/385)
Para ulama kelompok kedua ini menyatakan bahwa surat Al-Kautsar ayat dua memiliki
beberapa penafsiran lain selain penafsiran yang disampaikan oleh ulama kelompok
pertama.
Beberapa hadits yang dijadikan dalil oleh ulama kelompok pertama dinyatakan lemah
oleh ulama kelompok kedua. Adapun hadits shahih yang dipegangi oleh ulama
kelompok pertama sebagai dalil wajibnya menyembelih hewan kurban ditanggapi oleh
ulama kelompok kedua bahwa perintah dalam hadits tersebut dipalingkan kepada
makna sunnah muakkadah (sunah yang sangat ditekankan dan dianjurkan) berdasar
beberapa dalil shahih lainnya.
Ulama kelompok kedua mendasarkan pendapatnya kepada beberapa dalil berikut:
a. Hadits shahih:
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “Jika telah masuk sepuluh hari bulan Dzulhijah dan salahs seorang di antara
kalian ingin menyembelih hewan kurban, maka janganlah ia menyentuh (mencukur)
rambutnya dan jangan pula menyentuh kulitnya (menggunting kukunya).” (HR. Muslim
no. 1977)
“Jika telah masuk sepuluh hari bulan Dzulhijah dan salah seorang di antara kalian
memiliki hewan kurban yang ingin ia sembelih, maka janganlah ia mengambil
(mencukur) rambutnya dan jangan pula memotong kukunya.” (HR. Muslim no. 1977)
Dalam ketiga riwayat shahih di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam mengaitkan
penyembelihan hewan kurban dengan “keinginan” seorang muslim, hal ini menunjukkan
penyembelihan hewan kurban adalah atas dasar kerelaan dan niat dari seorang muslim,
bukan sebuah kewajiban.
b. Hadits:
ضشحىَ اَيشيتيرى صشلىَ ا هَ يعليييِه يويسلشيم يكاَين إِيذاَ ي ا ي ِ أيشن يرهَسويل،صشلىَ ا هَ يعليييِه يويسلشيم يعين أيِبيِّ يراَِفرع يم يويلىَ يرهَسوِل اِ ي
س أييتىَ ِبأ ييحِدِهيماَ يوهَهيو يقاَِئدم ِفيِّ هَم ي
هَثشم،َصشلههَ يفيذيبيحهَه ِبينيفِسِه ِباَيلهَميدييِة ب اَلشناَ يصشلىَ يويخيط ي يفإِيذاَ ي،يكيبيشييِن يسِميينييِن أييقيرينييِن أييملييحييِن
” : هَثشم هَي يؤيتىَ ِباَيليخِر يفيييذيبهَحهَه بِينيفِسِه يوييهَقوهَل،“ حيِد يويشِهيد ِليِّ ِباَيليبيلِغ ” اَللهَهشم يهيذاَ يعين أ هَشمِتيِّ يجِميععاَ ِمشمين يشِهيد لي ي:ييهَقوهَل
ِ ك ِباَلشت يو
س يرهَجدل ِمين يبِنيِّ يهاَِشرم يفيميكيثيناَ ِسِنيين لييي ي،َ يفهَييطِعهَمهَهيماَ يجِميععاَ اَيليميساَِكيين يوييأيهَكهَل هَهيو يوأييهل هَهَه ِمينهَهيما،“ يهيذاَ يعين هَميحشمرد يوآِل هَميحشمرد
صشلىَ ا هَ يعليييِه يويسلشيم يواَيلهَغيريم ضبَحيِّ يقيد يكيفاَههَ ا هَ اَيليمهَئوينيةَ بِيرهَسوِل اِ ي هَي ي،
Dari Abu Rafi’ mawla Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa salam bahwasanya Rasulullah
Shallalllahu ‘alaihi wa salam jika menyembelih hewan kurban, beliau membeli dua ekor
domba yang gemuk, bertanduk dan putih. Jika beliau telah menunaikan shalat Idul Adha
dan menyampaikan khutbah, beliau mendatangi salah seekor domba tersebut, beliau
berdiri di tempat shalat dan menyembelihnya sendiri dengan sebilah pisau besar, lalu
beliau berdoa: “Ya Allah, hewan kurban ini untuk seluruh umatku yang bersaksi atas
keesaan-Mu dan bersaksi atas penyampaian risalah olehku (mengucapkan dua kalimat
syahadat).”
Beliau lalu mendatangi domba lainnya dan menyembelihnya sendiri, lalu berdoa: “Ya
Allah, hewan kurban ini untuk Muhammad dan keluarga Muhammad.” Beliau
menyerahkan semua daging kedua domba tersebut kepada orang-orang miskin, beliau
dan keluarga beliau juga ikut makan dari daging kedua domba tersebut. Maka selama
bertahun-tahun tidak ada seorang pun dari Bani Hasyim (marga Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa salam) yang menyembelih hewan kurban. Allah telah mencukupi Bani Hasyim
dengan penyembelihan yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan
(menghindarkan mereka dari) hutang.” (HR. Ahmad no. 27190, Al-Bazzar no. 3867, Ath-
Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Kabir no. 920, 2/425 dan Al-Baihaqi no. 19009. Al-Hafizh
Nuruddin al-haitsami berkata: Sanadnya hasan)
Hadits ini memiliki penguat dari riwayat Jabir bin Abdullah, Hudzaifah bin Asid, Abu Sa’id
al-Khudri, Anas bin Malik dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum.
c. Hadits:
” :َحيين يوشجيههَهيما ِ هَثشم يقاَيل،صشلىَ ا هَ يعليييِه يويسلشيم يذيبيح يي يويم اَيلِعيِد يكيبيشييِن ا ي ِ أيشن يرهَسويل،ي ا اَيليين ي
َصاَِر ب ِ يعين يجاَِبِر يبِن يعيبِد
َه
،ِّ يونهَسِكي،ِّصلِتي ي ي ي ي ي
إِشن ي، يويماَ أناَ ِمين اَلهَمشِرِكيين،َ يحِنيفاَ هَميسلِعما،ضع ي
ت يواَلير يي ي ي ش
ِ َت يويجِهييِّ لِلِذي فطير اَلشسيميوا َإِبَنيِّ يوشجيه ه
،ك اَللهَهشم ِمين ي، وا هَ أييكيبهَر،ا ِ بِيسِم، يوأييناَ أيشوهَل اَيلهَميسلِِميين،ت َك أ هَِمير ه
يوبِيذلِ ي، يل يشِرييك يلهَه،ب اَيليعاَليِميينَ يويميماَِتيِّ ِشلِ ير ب،ييويميحيياَ ي
َه
يوأشمِتِه،ك يعين هَميحشمرد ي
“ يول ي
Dari Jabir bin Abdullah al-Anshari bahwasanya Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa salam
menyembelih dua ekor domba pada hari raya, pada saat menghadapkan kedua domba
itu ke arah kiblat untuk disembelih, beliau berdoa: “Sesungguhnya aku menghadapkan
wajahku kepada Allah Yang menciptakan langit dan bumi, aku seorang yang beragama
lurus dan muslim, dan aku bukan termasuk golongan musyrik. Sesungguhnya shalatku,
penyembelihan hewan kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah rabb seluruh
alam. Tiada sekutu bagi-Nya, demikian itulah aku diperintahkan dan aku orang yang
pertama berserah diri kepada-Nya. Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah,
hewan sembelihan ini untuk-Mu semata dan milik-Mu semata, dari Muhammad dan
umatnya.” (HR. Abu Daud no. 2795, Ibnu Majah no. 3121, Ahmad no. 15022, Ad-Darimi
no. 1946, Ibnu Khuzaimah no. 2899, Al-Hakim no. 1716, Al-Baihaqi no. 19184 dan lain-
lain. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata: Sanad ini bisa naik menjadi hasan)
d. Para ulama senior dari generasi sahabat yang sangat mengetahui sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa salam terkadang tidak menyembelih hewan kurban dengan tujuan
masyarakat tidak salah menganggapnya sebagai kewajiban.
Dua orang khulafaur Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab
radhiyallahu ‘anhu pernah tidak menyembelih hewan kurban karena khawatir
masyarakat yang tidak tahu akan mengira hukum menyembelih hewan kurban itu wajib.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits:
ض ِ ت أييباَ يبيكرر يوهَعيمير ير
ضييِّ ا هَ يعينهَهيماَ يكاَيناَ يل هَي ي
ِ ضبَحيياَِن ِفيِّ يبيع َت أييباَ يبيكرر أي يو يرأييي ه
َ أييديريك ه: يقاَيل،يَيعين أيِبيِّ يسِرييحيةَ اَيلِغيفاَِر ب
صشلىَ ا هَ يعيلييِه يويسلشيما ي ِ ب يرهَسوِل َح ه
ِ َصا َه أيهَبو يسِرييحيةَ اَيلِغيفاَِر ي.َيحِديِثِهيم يكيراَِهيييةَ أيين هَييقيتيدى ِبِهيما
ي هَهيو هَحيذيييفهَةَ يبهَن أيسييرد ي
Dari Abu Sarihah al-Ghifari berkata: “Saya mendapati (atau saya melihat) Abu Bakar dan
Umar radhiyallahu ‘anhu tidak menyembelih hewan kurban pada sebagian tahun mereka
karena tidak ingin jika keduanya (selalu menyembelih hewan kurban setiap tahun)
dicontoh dalam hal itu.” Abu Sarihah al-Ghifari adalah Hudzaifah bin Asid, salah seorang
sahabat radhiyallahu ‘anhu. (HR. Al-Baihaqi no. 19034)
َضبَحيياَِن يعين أييهلِِهيماَ يخيشيييةَ أيين هَييسيتشن ِبِهيما ِ ت أييباَ يبيكرر يوهَعيمير ير
ضييِّ ا هَ يعينهَهيماَ يويماَ هَي ي َلييقيد يرأييي ه
“Saya telah melihat Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhu tidak menyembelih hewan
kurban atas keluarganya karena khawatir jika keduanya (selalu menyembelih hewan
kurban setiap tahun) dicontoh dalam hal itu.” (HR. Al-Baihaqi no. 19035)
Seorang sahabat veteran perang Badar, Abu Mas’ud Uqbah bin Amru al-Anshari
radhiyallahu ‘anhu juga melakukan hal yang sama.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amru al-Anshari berkata: “Saya sangat ingin tidak
menyembelih hewan kurban, padahal saya termasuk orang yang paling lapang rizkinya
di antara kalian, karena saya khawatir ada orang yang menyangka bahwa menyembelih
hewan kurban itu kewajiban yang harus.” (HR. AbdurRazzaq no. 8148 dan Al-Baihaqi
no. 19039)
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amru al-Anshari berkata: “Sesungguhnya saya tidak
menyembelih hewan kurban, padahal saya orang yang lapang rizkinya, karena saya
khawatir tetangga-tetangga saya menyangka bahwa menyembelih hewan kurban itu
kewajiban yang harus saya lakukan.” (HR. al-Baihaqi no. 19038)
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hal serupa dari sahabat Bilal bin Rabbah, Abdullah bin
Umar dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhum
KESIMPULAN
1. Menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyriq disyariatkan
berdasar dalil dari Al-Qur’an, as-sunnah dan ijma’ ulama.
2. Menurut ulama yang menyatakan hukum menyembelih hewan kurban adalah wajib,
orang yang memiliki kelapangan rizki namun tidak menyembelih hewan kurban adalah
orang yang berdosa karena meninggalkan kewajiban agama.
Disitu dijelaskan:
Dari Abu Sarihah al-Ghifari berkata: “Saya mendapati (atau saya melihat) Abu Bakar dan
Umar radhiyallahu ‘anhu tidak menyembelih hewan kurban pada sebagian tahun mereka
karena tidak ingin jika keduanya (selalu menyembelih hewan kurban setiap tahun)
dicontoh dalam hal itu.” Abu Sarihah al-Ghifari adalah Hudzaifah bin Asid, salah seorang
sahabat radhiyallahu ‘anhu. (HR. Al-Baihaqi no. 19034)
Seorang sahabat veteran perang Badar, Abu Mas’ud Uqbah bin Amru al-Anshari
radhiyallahu ‘anhu juga melakukan hal yang sama.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amru al-Anshari berkata: “Saya sangat ingin tidak
menyembelih hewan kurban, padahal saya termasuk orang yang paling lapang rizkinya
di antara kalian, karena saya khawatir ada orang yang menyangka bahwa menyembelih
hewan kurban itu kewajiban yang harus.” (HR. AbdurRazzaq no. 8148 dan Al-Baihaqi
no. 19039)
Tentang kisah Abu bakar , Umar da Abu Mas`ud tidak berkorban itu bukan hujjah.
Karena kita diperintahkan ikut hadis Nabi dan ayat al Quran yang memerintahkan untuk
berkorban.
Secara peraktek, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan korban setiap tahun
karena ayat
Dari Uqbah bin Amir al-Juhani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa salam membagi-bagikan hewan kurban untuk disembelih, maka saya mendapat
jatah seekor domba yang telah berusia satu tahun. Saya berkata ‘Wahai Rasulullah,
saya mendapat jatah seekor domba yang telah berusia satu tahun’. Maka beliau
berkata: “Berkurbanlah dengannya!” (HR. Bukhari no. 5547 dan Muslim no. 1965)
Untuk kisah Abu bakar dan Umar yang kadang tidak berkorban itu belum tentu sahih.
Setahu saya, jarang ulama yang berani memberikan komentar sahih kecuali Al albani
Tapi bertentangan dengan ayat quran tadi . Saya masih mendukung ulama yang
mewajibkan korban karena dalilnya lebih kuat dan Rasulullah SAW tidak pernah
meninggalkannya. Namun sudah tentu bagi orang yang mampu.