TIMUR
Daerah Tingkat I Jawa Timur meliputi pulau Jawa bagian Timur, pulau
Madura, kepulauan Bawean dan beberapa pulau kecil lainnya. Luas
daratan adalah 47.922 km², atau kurang lebih 36 % dari luas pulau
Jawa secara keseluruhan.
Secara garis besar wilayah daratan Jawa Timur dapat dibagi ke
dalam 3 daerah yang mempunyai ciri-ciri fisik tertentu. Pertama,
Jawa Timur bagian Selatan yang tanahnya kurang subur yang terdiri
atas sambungan tanah pegunungan kapur yang bermula dari Gunung
Kidul di D.I. Yogyakarta sampai dengan Malang bagian selatan.
Kedua, Jawa Timur bagian Tengah yang tanahnya subur, yaitu
mulai dari Kabupaten Ngawi, Nganjuk, Jombang sampai pantai bagian
timur, di mana daerah ini banyak dialiri oleh sungai atau kali
seperti Kali Madiun, Kali Brantas, Kali Konto dan lain-lain. Dan
ketiga, Jawa Timur bagian Utara yang keadaan tanahnya relatif
tandus, yaitu mulai dari pegunungan Kapur Utara sampai pulau
Madura.
Dilihat dari topografinya, kurang lebih 40 % dari wilayah daratan
Jawa Timur merupakan daerah dengan kemiringan lebih dari 25 %,
yang berarti kurang cocok untuk kegiatan-kegiatan pertanian tetapi
berfungsi penting untuk keseimbangan tanah dan air (hydroorologis).
Sisanya merupakan daerah-daerah yang baik untuk usaha-usaha
pertanian. Sebagian besar (65 %) dari wilayah Jawa Timur men-
dapat curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun sehingga daerah
ini sering mengalami musim kering yang relatif panjang yaitu
4 sampai 7 bulan dalam setahun.
Dewasa ini seluas kurang lebih 2,3 juta Ha tanah atau 48 % dari
luas daerah digunakan untuk usaha pertanian sawah dan tegalan.
197
Areal perkebunan meliputi kurang lebih 5 % dari luas daerah,
sedangkan areal-areal kehutanan, pemukiman, dan perikanan (darat)
masing-masing meliputi kurang lebih 25 %, 13 % dan
2 % dari luas daerah seluruhnya. Sementara itu
diperkirakan sebanyak kurang lebih 6 % dari luas
daerah tergolong ke dalam daerah yang kritis.
Daerah Tingkat I Jawa Timur secara administratip
terbagi ke dalam 37 Daerah Tingkat II, yang
terdiri atas 8 Kotamadya dan 29 Kabupaten.
Secara keseluruhan terdapat sebanyak 546 buah
Kecamatan dan 8.339 Desa.
Menurut registrasi penduduk yang dilakukan pada
tahun 1976, jumlah penduduk seluruh Jawa
Timur tercatat sebanyak 27.190.524 jiwa, yang
berarti tingkat kepadatan rata-ratanya adalah
sebanyak kurang lebih 567 orang/km 2. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun
1971 yang tercatat sebanyak 25.526.714 jiwa,
berarti bahwa selama jangka waktu tersebut (1971 —
1976), Daerah Tingkat I Jawa Timur mengalami
pertumbuhan penduduk rata-rata sebanyak 1,27 %
per tahun.
Kabupaten dengan rata-rata tingkat pertumbuhan
penduduk yang tertinggi adalah Kabupaten Sidoarjo,
yaitu sebesar 2,18 % per tahun, sedangkan kabupaten
dengan rata-rata tingkat pertumbuhan yang terendah
adalah Kabupaten Sumenep, yaitu hanya sebesar 0,26
% per tahun, sementara ada juga 1 kabupaten
yang mengalami penu- runan dalam jumlah
penduduk selama jangka waktu tersebut, yaitu
Kabupaten Pacitan dengan rata-rata penurunan
sebesar —0 , 0 4 % per tahun.
Di antara 8 Kotamadya, Kotamadya dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata yang tertinggi adalah
Kotamadya Surabaya, yaitu sebesar 2,51 % per
tahun, sedang Kotamadya yang mengalami tingkat
pertumbuhan rata-rata yang terendah adalah
Kotamadya Madiun, yaitu hanya sebesar 0,18 % saja
per tahun.
Ditinjau dari segi kepadatan, daerah Jawa Timur
bagian Tengah adalah daerah yang berpenduduk
paling padat. Kabupaten-kabupaten yang paling padat
penduduknya adalah Kabupaten Sidoarjo (1.257
jiwa/km2) dan Kabupaten Kediri (1.186 jiwa/km2),
sedang Kabupatenkabupaten yang relatif paling
jarang penduduknya adalah Kabupaten Banyuwangi
(232,3 jiwa/km2) dan Kabupaten Lamongan (339,0
jiwa/ km2). Kotamadya yang paling padat penduduknya
adalah Kotamadya
198
Mojokerto dengan 8.886 jiwa/km2, disusul oleh
Surabaya (6.428 jiwa/krn2), dan Kotamadya Malang
(6.366,1 jiwa/km2).
208
peningkatan pengawasan obat, makanan dan
minuman, alat-alat kesehatan, kosmetika, obat
tradisional, narkotika dan bahan-bahan obat berbahaya
lainnya. Dalam pada itu, peningkatan usaha-usaha
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
akan terus diusahakan dan Rumah Sakit Jiwa di
Lawang akan ditingkatkan.
Dalam hal kesejahteraan social, antara lain akan
dilanjutkan pembangunan Panti Karya Taruna di
Kabupaten Jombang, pembangunan
Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra di Kodya
Malang, dan pembangunan Panti Werdha di Kabupaten
Pasuruan.
Penyantunan terhadap para gelandangan/pengemis
melalui bimbingan, pembinaan mental dan latihan
ketrampilan akan terus dilanjutkan antara lain pada
Panti Rehabilitasi Sosial di Sidoarjo.
Di bidang perumahan rakyat, antara lain akan
dibangun rumah susun (flat) murah di Surabaya,
rumah-rumah sederhana/rumah inti di wilayah
Gerbang Kertasusila, perintisan pemugaran
perumahan desa di beberapa kabupaten, dan
rnelanjutkan program KIP (per- baikan
kampung) di kota Surabaya.
Kegiatan dalam program air bersih akan ditekankan
kepada penyelesaian kegiatan yang telah dimulai
dalam Repelita II seperti di kota- kota.
Surabaya, Bangkalan, Lamongan, Lumajang, Nganjuk
dan Malang, di samping akan diusahakan
pelaksanaan program air bersih di 4 kota
lainnya.
Di bidang keluarga berencana, selama Repelita III
diharapkan akan dapat dicapai sasaran keluarga
berencana sejumlah hampir 2.500.000 peserta baru
dan sejumlah kurang lebih dari 3.856.000 peserta les-
tari. Untuk mencapai sasaran tersebut antara lain
dilaksanakan ke- giatan-kegiatan :
a. Meningkatkan/mengintensifkan kegiatan
penerangan dan motivasi baik di daerah perkotaan
maupun di daerah pedesaan sehingga dapat
mencapai sasaran merata.
b. Meningkatkan sarana dan pelayanan kontrasepsi
sehingga dapat menjangkau daerah sasaran secara
luas dan merata dengan memperluas jangkauan
klinik melalui pelayanan Team Medis Keliling.
20
9
c. Meningkatkan kegiatan pembinaan terhadap
peserta keluarga berencana agar menjadi peserta
lestari.
d. Mendorong .peserta untuk memakai alat kontrasepsi
yang lebih mantap.
e. Meningkatkan keikut-sertaan dokter praktek swasta
serta meman- faatkan sarana apotik dalam
usaha pencapaian dan pembinaan peserta keluarga
berencana.
f. Meningkatkan ketrampilan petugas-petugas
Kependudukan dan Keluarga Berencana.
g. Meningkatkan keserasian antara usaha-usaha di
bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan
kebijaksanaan pembangunan lain- nya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga,
antara lain dalam tahun pertama Repelita III
dan dilaksanakan program terpadu antara program
Keluarga Berencana dengan Perbaikan Gizi
di 500 desa.
21
1
meningkatkan ketrampilan penduduk dan aparatur
Pemerintah.
Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II diarahkan
untuk pemeliharaan, penunjangan, peningkatan dan
pembangunan baru, jalan- jalan kabupaten. Di
samping itu, bantuan ini juga diarahkan peng-
gunaannya untuk pembuatan/perbaikan irigasi sedang
kecil, pengga- lian saluran tersier, dan lain-lain
proyek yang dianggap sangat ber- guna bagi
kepentingan umum seperti pembuatan saluran-saluran
air (riool), pasar, terminal bus, dan lain-lain.
Bantuan Pembangunan Desa diarahkan untuk
melengkapi dan meningkatkan prasarana desa yang
dibutuhkan, dalam rangka meningkatkan kegiatan
kehidupan ekonomi, sosial budaya serta daya tahan
masyarakat desa. Proyek-proyek bantuan
pembangunan desa disesuaikan dengan prioritas di
desanya masing-masing, dan direncanakan oleh
Lembaga Sosial Desa (LSD) dengan memperhatikan
kemampuan warga desa untuk berpartisipasi.
Dalam rangka pengembangan kota, akan dilakukan
usaha penyu- sunan rencana kota, antara lain
untuk kota-kota Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan
Bangkalan.
Dalam rangka pengembangan wilayah, akan
dilaksanakan program PDP II di 4 Kabupaten di
Madura yang meliputi 25 Kecamatan UDKP.
Dalam hal pengelolaan sumber alam dan lingkungan
hidup, akan dilanjutkan program penghijauan dan
reboisasi guna mempertahan- kan
keseimbangan ekologi, terutama dalam rangka
rehabilitasi tanah kritis. Pelaksanaannya akan
diutamakan pada daerah-daerah aliran sungai
(DAS). Di samping itu, akan diusahakan peningkatan
penga- manan daerah aliran sungai dalam
rangka pencegahan banjir serta memelihara debit air
untuk pengairan, penanggulangan pencemaran
di daerah perkotaan dan daerah padat industri, dan
pembinaan suaka alam dan hutan-hutan bakau untuk
pelestarian plasmanuftah dan perlindungan daerah
pesisir.
Di samping kegiatan-kgiatan pembangunan di atas,
dalam rangka kelancaran pelaksanaan pembangunan
di daerah, akan secara terus menerus diusahakan
penyempurnaan aparatur Pemerintah di daerah,
212
termasuk penertiban dan penyederhanaan prosedur-
prosedur dan sis-t e m perizinan daerah.