Anda di halaman 1dari 33

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

SISTEM MUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH :

TIM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218

1 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan khususnya
mata ajaran Sistem Muskuloskeletal. Buku pedoman praktik laboratorium keperawatan ini
merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laboratorium Sistem Muskuloskeletal
sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan D-3 keperawatan.
Buku panduan praktik laboratorium keperawatan Sistem Muskuloskeletal ini
membahas tentang pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal, simulasi pembidaian,
pemasangan dan pelepasan gips, perawatan pasien dengan traksi, melatih berjalan dengan
menggunakan kruck, walker, tripod, perawatan pasien post orif dan oref, latihan ROM
(Range Of Motion).
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun demikian
aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di lapangan
menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik laboratorium Sistem Muskuloskeletal ini dapat
dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga merasa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium
mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan.
Kudus, September 2016
Tim Penyusun

2 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
BAB I
PENDAHULUAN

A. VISI dan MISI STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


a. VISI

Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan dengan


penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni (IPTEKS), di
tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur bangsa dan keislaman
pada tahun 2020.

b. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan cara mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, terpadu, dan mampu memenuhi kebutuhan serta tuntutan
ketenagaan kesehatan pada tingkat regional dan nasional.
2. Mengembangkan kegiatan yang mendorong terwujudnya pendidikan berbasis
research bagi pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
3. Merealisasikan pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai Keislaman untuk
menghasilkan lulusan kesehatan yang islami dengan keteladanan
Kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan
4. Mengembangkan organisasi sekolah tinggi yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan, berkualitas serta
bertanggungjawab
5. Menjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan stakeholders,
instansi pemerintah maupun swasta.

3 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
B. PROFIL PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
a. VISI
Menjadi program studi S-1 Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus
yang unggul, menghasilkan lulusan dengan penguasaan IPTEKS serta
berlandaskan nilai-nilai luhur bangsa dan keislaman untuk kemanfaatan
masyarakat di tingkat regional dan nasional pada tahun 2020.
b. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan S-1 Keperawatan yang unggul, berkualitas


dengan mengikuti perkembangan IPTEKS
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mendorong terwujudnya
pendidikan berbasis riset melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang ilmu
keperawatan untuk kemanfaatan masyarakat
4. Mengembangkan peserta didik agar menjadi lulusan yang islami, berwawasan
kebangsaan dan mampu mengamalkan IPTEKS keperawatan di masyarakat
5. Mengembangkan kerjasama untuk mengingkatkan IPTEKS dan ketrampilan
keperawatan dan lembaga dengan berbagai pihak

c. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

1. Care Provider
2. Communicator
3. Educator and health promoter
4. Manager and leader
5. Researcher

4 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
BAB II
a. Identitas Mata kuliah
1. Nama Mata kuliah (Blok Matakuliah) : Sistem Muskuloskeletal
2. Kode Mata kuliah :

3. SKS (T,P,K/L) : 3 SKS ( 2 T, 1 P )


4. Semester :V
5. Tim Pengajar Pembelajaran Laborat :
1) Sukarmin, Ns.,Sp.KMB (0,5 SKS)
b. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas tentang pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal, simulasi
pembidaian, pemasangan dan pelepasan gips, perawatan pasien dengan traksi, melatih
berjalan dengan menggunakan kruck, walker, tripod, perawatan pasien post orif dan
oref, latihan ROM (Range Of Motion). Berdasarkan hal tersebut maka akan
membantu mahasiswa berfikir kritis, sistematis dan komprehansif dalam
mengaplikasikan konsep sistem muskuloskeletal.

c. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

1. Ketrampilan Umum
a. Pemeriksaan fisik muskeloskeletal
b. Pembidaian
c. Gips
d. Traksi
e. ROM (Range Of Motion)
2. Ketrampilan Khusus
a. Simulasi pembidaian
b. Pemasangan dan pelepasan gips
c. Perawatan pasien dengan traksi
d. Melatih berjalan dengan menggunakan kruck, walker, tripod
e. Perawatan pasien post orif dan oref
f. Latihan ROM (Range Of Motion)

d. Waktu
P = 1 SKS X 170 menit x 16 minggu efektif x 2 kelas = 5440
5 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal
Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
e. Evaluasi
Laboratorium
Uji skill lab = 80%
Project = 20%

BAB III

6 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PETUNJUK PRAKTIKUM

A.PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKELETAL


a. Pengertian
Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka
tubuh, dan termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf.
b. Tujuan
1. Melakukan pemeriksaan otot
2. Melakukan pemeriksaan tulang
3. Melakukan pemeriksaan tendon
4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan
c. Kelainan pada Muskuloskeletal
a) Perubahan Bentuk ( Deformitas )
1. Bengkak : Biasanya karena radang tumor, pasca trauma, dan lain- lain
2. Bengkok :

 Varus : Bengkok keluar


 Valgus : Bengkak ke dalam seperti kaki X
 Genu varum : Kaki seperti O
3. Pendek: Dapat di bandingkan dengan kontralateral yang normal

b) Gangguan Fungsi ( Disfungsi )


1. Afungsi ( tak bisa digerakkan sama sekali )
2. Kaku ( Stiffness )

7 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Cacat ( disability )
4. Gerakan tak stabil ( instability )
d. Kelainan gerak dan atau “ gait” (cara berjalan )
a) Bentuk tubuh
 Normal
 Athletic
 Cebol
 Bongkok
 Miring
b) Cara Klien dating
 Normal
 Pincang
 Digendong
c) Cara berjalan penderita yang normal
Fase cara berjalan
1. Mengangkat tumit ( Heel strike)
2. Mengangkat tapak (Stance Phase )
3. Ujung jari bertumpu ( Toe Off)
4. Mengayun langkah (Swing Phase)
d) Kelainan Cara Berjalan

1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain) yaitu Nyeri waktu menapak
sehingga langkah memendek.
2. Tredelenburg gait (paralise and ischiadicus)
3. Stepage gait yaitu langkah langkah pendek
8 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal
Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Skala kekuatan otot

Skala Ciri –cirri


0 Paralisis total
1 Tdk ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pd sendi tetapi tdk dpt melawan gravitasi (hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tdk dpt menahan /melawan tahanan
pemeriksa.
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dgn kekuatan maksimal.

e. Masalah atau Diagnosa Keperawata

1. Keterbatasan gerak sendi : kaku, terkunci


2. Nyeri sendi dan atau otot
3. Kelainan bentuk sendi dan atau otot : atropi, kontraktur
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Gangguan matrik pembentuk tulang : kurang dari kebutuhan tubuh (calcium,
phosphor)
6. Ketidakseimbangan hormone pengatur pembentukan tulang (tirocalcitonin,
paratiroid hormone)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

9 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN
TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan


kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf.
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan otot, tulang dan tendon
2. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan
KEBIJAKAN Surat keputusan
PROSEDUR 1. Persiapan Alat : Sarung tangan/handscoen, Penggaris, Bullpen,
Lembar dokumentasi
2. Prosedur Kerja
1) Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
b. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan
adanya kelainan dan deformitas
c. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk
menggerakkan persendian ekstremitas
d. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya
tremor, ukuran otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar
ekstremitas (perbedaan > 1cm di anggap bermakna).
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot
e. Sternokleidomastoideus : klien menengok ke salah satu sisi
dengan melawan tahanan tangan pemeriksa
f. Trapezius : letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien

10 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa
g. Deltoideus : minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan
dorongan tangan pemeriksa kearah bawah.
h. Otot panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai
ekstensi, minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong
tungkai kebawah
i. Abduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan kedua tangan pada permukaan lateral
masing-masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua
tungkai, melawan tahanan pemeriksa
j. Aduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai
ekstensi, letakkan tangan diantara kedua lutut klien, minta klien
merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot,
kekuatan otot
k. Bisep : minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba
menekuknya, pemeriksan menahan lengan agar tetap ektensi
l. Trisep : minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba
merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
m. Otot pergelangan tangan dan jari-jari : minta klien meregangkan
kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan
kelima jari
n. Kekuatan genggaman : minta klien menggenggam jari telunjuk
dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien
o. Hamstring : posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk, minta
klien meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa
p. Kuadrisep : posisikan klien telentang, lutut setengah ekstensi,
klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut

11 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
q. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa
untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan kakinya
r. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk
menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan,
bengkak, krepitas
4) Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik

B. PEMBIDAIAN
a. Pengertian
Pembidaian (Splinting) adalah tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh
bagian anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat. Pembidaian dilakukan untuk

12 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
imobilisasi patah tulang,dislokasi (sendi yang bergeser) dan juga cedera jaringan lunak di
sekitar sendi.
Pembidaian adalah suatu proses immobilisasi tersangka patah tulang. Bidai atau splak
adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
b. Prinsip-prinsip tindakan

1. Bersih
2. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
3. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
4. Bidai dibungkus agar empuk.
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
c. Macam - Macam Pembidaian
1. Bidai Lunak
Misal selimut, bantal,pembalut, gendongan.

2. Bidai Keras
Misal: papan, besi, majalah
3. Bidai Traksi :
Misal :bidai traksi, Tridon
d. Komplikasi Pembidaian
Pembidaian yang dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian.

13 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
1. Cidera pembuluh darah, syaraf atau jaringan lain disekitar
fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi
lainya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi akibat dilakukan bidai yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transfor penderita di rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBIDAIAN
NO.DOKUMEN : NO.REVISI : HALAMAN :

PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN


TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN Pembidaian adalah tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh


bagian anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat.
TUJUAN 1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah
pergerakkan fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak
yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula
spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung
fragmen tulang.
3. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup
jadi terbuka).
4. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen
tulang pada pembuluh darah.
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan
lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Persiapan Alat : Bidai, Kasa Gulung, Kapas, Plester/ elastic perban,
Mitela/kain, Papan, bambu, dahan dsb, Bantal, guling, selimut,
Karton, majalah, kain
2. Prosedur Kerja
1) Pra Interaksi
c. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
d. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri

14 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
c. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. Jika ada luka
terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan.
Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan
perdarahan dengan kasa steril. Jika luka tersebut mendekati
lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa telah
terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau
fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-
steril mungkin.
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Memakai sarung tangan
b. Memberikan posisi nyaman pada klien
c. Memasang bidai
 Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi
anatomi. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak
yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan
dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.
Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian
dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian
harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal
 Ukur bidai pada 2 sendi.
 Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang
dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka (lutut,
siku, ketiak, dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
 Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat
tepat di bagian yang luka/fraktur.
d. Menjaga balutan tidak terlalu kencang
e. Menganjurkan pasien untuk membatasi gerakan pada area yang
dilakukan pembidaian.
2. Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien

15 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Unit Terkait Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik

C.PEMASANGAN DAN PELEPASAN GIPS


1. Definisi
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area
yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips
dipasang ( brunner dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan
menggunakan bahan gips tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat
di alam dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.

2. Tujuan Pemasangan Gips


untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah
tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak
yang terletak didalamnya.
a. Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b. Fiksasai fraktur yang telah direduksi.
c. Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ).
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan operasi (mis.,spondilitis)
e. Mengoreksi deformitas.

3. Jenis – Jenis Gips


Kondi si yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang.
Jenis-jenis gips sebagai berikut:
1. Gips lengan pendek : Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan
telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang :Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai
disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi
tegak lurus.

16 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Gips tungkai pendek : Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari
kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
4. Gips tungkai panjang :Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips berjalan : Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat
disertai telapak untuk berjalan
6. Gips tubuh :Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika : Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas
(gips spika tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu :Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9. Gips spika pinggul : Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah
(gips spika tunggal atau ganda)

4. Bahan – Bahan Gips


a. Plester.
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin
diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan
pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan
waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap ,
berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan
kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b. Nonplester.
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini
mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan
dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka,
tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan
kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c. Nonplester berpori-pori
Sehingga masalah kulit dapat di hindari . Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena
air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan
pengering rambut.

5. Bentuk – Bentuk Pemasangan Gips


a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran
permukaan anggota gerak.

17 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga
merupakan gips yang hampir melingkar.
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau
berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah

6. Indikasi Pemasangan Gips


a. Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
b. Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips
korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada
skoliosis tulang belakang.
c. Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan
fraktur tertentu pada orang dewasa.
d. Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus
kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
e. Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
f. Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu
operasi misalnya pada artrodesis.
g. Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo
Achilles.
h. Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa..

7. Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips


a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b. Gips patah tidak bisa digunakan.
c. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
d. Jangan merusak / menekan gips.
e. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk.
f. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

8. Kelebihan Pemasangan Gips


a. Mudah didapatkan.
b. Mura dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
c. Dapat diganti setiap saat.

18 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
d. Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai bentuk anggota gerak.
e. Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka
selama imobiliasi.
f. Koreksi secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g. Gips bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan
walaupun gips terpasang.
h. Merupakan terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.

9. Kekurangan Pemasangan Gips


a. Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh
darah, saraf atau tulang itu sendiri.
b. Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat
terjadi :
1) Disus osteoporosis dan atrofi.
2) Alergi dan gatal-gatal akibat gips.
3) Berat dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.

10. Perawatan Gips


a. Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerusakan gips.
b. Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow u yang teratur, tergantung dari lokalisasi
pemasangan.
c. Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus diperbaiki.

19 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN GIPS
NO.DOKUMEN : NO.REVISI : HALAMAN :

PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN


TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN Suatu kegiatan untuk menyiapkan peralatan dan pasien yang akan
dipasang gips
TUJUAN 1. Fiksasi
2. Reposisi
3. Immobilisasi
4. Penyembuhan tulang sesuai dengan yang diharapkan
KEBIJAKAN
PERALATAN a. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di
gips
b. Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
c. Baskom berisi air hangat.
d. Gunting perban .
e. Bengkok.
f. Perlak dan alasnya.
g. Waslap.
h. Pemotongan gips .
i. Kasa dalam tempatnya.
j. Alat cukur.
k. Sabun dalam tempatnya.
l. Handuk.
m. Krim kulit.
n. Spons rubs
o. Padding
PROSEDUR
PELAKSANAAN
1) Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
1) Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan
dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk

20 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
dan diberi krim kulit.
2) Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .
3) Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam
posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
4) Pasang spongs rubbs ( bahan yang menyerap keringat )
pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan
cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan
( padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
5) Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa
saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus
keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi jumlah air
dalam gips.
6) Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan
gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak
terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut,
lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga
ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak
yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan
agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh.
7) Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta
bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter.
8) Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
9) Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan
telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras
atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
4) Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PELEPASAN GIPS
21 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal
Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
NO.DOKUMEN : NO.REVISI : HALAMAN :

PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN


TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PERALATAN 1) Gergaji listrik/pemotongan gips.
2) Gergaji kecil manual.
3) Gunting besar.
4) Baskom berisi air hangat.
5) Gunting perban.
6) Bengkok dan plastic untuk tempat gips.
7) Sabun dalam tempatnya.
8) Handuk .
9) Perlak dan alasnya.
10) Waslap.
11) Krim atau minyak
PROSEDUR 1) Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
e. Menemp\atkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
b. Yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan gips tidak
akan mengenai kulit.
c. Gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.
d. Gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong Pips.
e. Potong bantalan gips dengan gumting.
f. Sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.
g. Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut,
oleskan krim atau minyak.
h. Ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas tubuh sesuai
program terapi.
i. Ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau menggunakan
elastis perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.
4) Tahap Terminasi

22 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik

D. PERAWATAN PASIEN DENGAN TRAKSI


1. Pengertian

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spame otot, untuk mereduksi, mensjajarkan, dan mengimubilisasi fraktur;
untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan
patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk
mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi
harus dihilangkan.
Kadang, traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis
tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi
terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tarikan tersebut dikenal sebagai vektor gaya.
Resultanta gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat di antar kedua garis tarikan
tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin
diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan
harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.
2. Jenis-jenis Traksi
1) Traksi kulit
1) Pengertian
Traksi kulit menggunakan plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat
dengan perban elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan adalah 5 kg yang
merupakan batas toleransi kulit.

23 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
2) Jenis-jenis traksi kulit.
Beberapa jenis traksi kulit, yaitu :
 Traksi ekstensi dari Buck adalah traksi kulit dimana plaster melekat secara
sederhana dengan memakai katrol.
 Traksi dari Dunlop, dipergunakan pada fraktur suprakondiler humeri anak-
anak.
 Traksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur femur
anak-anak usia di bawah 2 tahun .
 Traksi dari Hamilton Russel, digunakan pada anak-anak usia lebih dari 2
tahun.
3) Indikasi
Indikasi penggunaan traksi kulit adalah:
 Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur
suprakondiler humeri anak-anak.
 Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat
dilakukan.
 Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif.

 Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur


suprakondiler humeri pada anak-anak.
 Untuktraksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi misalnya sendi lutut
dari panggul.
 Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti hernia nukleus
pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
4) Komplikasi :
 Komplikasi yang dapat terjadi pada traksi kulit.

 Penyakit trombo emboli.

 Abersi, infeksi serta alergi pada kulit.

2) Traksi pada tulang


1) Pengertian
Traksi pada tulang biasanya menggunakan kawat Krischner ( K-wire) atau batang
dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu,yaitu :
 Proksimal tibia.

24 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
 Kondilus femur.

 Olekranon.

 Kalkaneus (jarang dilakukan karena komplikasinya).

 Traksi pada tengkorak.

 Trokanter mayor.

 Bagian distal metakarpal.

2) Jenis-jenis traksi tulang


 Traksi tulang dengan menggunakan kerangka dari Bohler Braun pada fraktur
orang dewasa
 Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson
 Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus
 Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak misalnya Gradner Well Skull
Calipers, Crutchfield cranial tong

3) Indikasi penggunaan traksi tulang :


 Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 kg.
 Traksi pada anak-anak yang lebih besar.
 Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
 Fraktur-faktur tertentu pada daerah sendi.
 Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak
dapat dilakukan.
 Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
4) Komplikasi traksi tulang :
 Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
 Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang berlebihan.
 Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia.
 Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai
saraf.
3. Prinsip Traksi Efektif

25 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
a. Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirakan adanya kontratraksi. Kontratraksi
adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. (Hukum Newton yang ketiga
mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan
besar yang sama namun arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien dan
pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus
dipertahankan agar traksi tetap efektif.
b. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktu efektif. Traksi
kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya
diberikan sebagai traksi intermiten.
c. Traksi skelet tidak boleh terputus.
d. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
e. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan
harus dihilangkan.
f. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi
dipasang.
g. Tali tidak boleh macet.
h. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau
lantai.
i. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat
tidur.
4. Mekanisme Traksi
Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan
yang dikenal sebagai kontratraksi, dorongan pada arah yang berlawanan, diperlukan
untuk keefektifan traksi, kontratraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan
traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan
traksi hanya menjadi lewat saja ada dua tipe dari mekanik untuk traksi, dimana
menggunakan kontratraksi dalam dua cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan
traksi keseim-bangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau berlari. Di sini traksi
diaplikasikan melalui kulit pasien atau dengan metode skeletal. Berat dan katrol
digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat tubuh pasien dalam
kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi untuk menyediakan
kontratraksi (Taylor, 1987 Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Traksi Buck
akan menjadi contoh dari hal ini. Yang kedua dinamakan traksi fixed dan kontratraksi

26 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
dimasukkan di antara 2 point cocok yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat
tidur untuk mencapai traksi dan kontratraksi. Splint Thomas merupakan contoh dari
sistem traksi ini (Taylor, 1987, Styrcula 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 199).
Komponen mekanis dari sistem traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi, terkait
dengan beberapa faktor : cara dimana kontratraksi diaplikasikan dan sudut, arah, serta
jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan (Taylor, 1987 : 3). Sudut dan arah dorongan
traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama dengan jumlah dorongan
yang diaplikasikan. Etika dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut
dengan ”Block and tackle effect” hampir menggandakan jumlah dari tahanan dorongan.
Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua yang berbeda
tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang sama. Hasil ini menghasilkan tahanan
ganda untuk dorongan traksi yang actual (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a).
Friksi selalu ada dalam setiap sistem traksi. Friksi memberikan resistansi terhadap
dorongan traksi malah mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk
meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya (Taylor, 1987 and
Styrcula, 1994a).
Kita dapat menggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang fraktur ke dalam tempat
memulai, atau (2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau
(3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk
mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk
mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan anam, untuk beberapa minggu jika
diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit
(traksi kulit; (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire
melalui tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat pengikatnya,
pin atau wire ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat
mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan
traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari
tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya dan
menggerakkan sendinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi
membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah
diatur dengan asisten.

27 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN TRAKSI
NO.DOKUMEN : NO.REVISI : HALAMAN :

PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN


TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN Traksi adalah suatu tindakan untuk memindahkan tulang yang patah /
dislokasi ketempat yang normal kembali dengan menggunakan daya tarik
tertentu atau dengan kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada
bagian tubuh, yang diindikasikan pada pasien dengan fraktur dan atau
dislokasi.
TUJUAN Untuk meminimalkan spasme otot, mereduksi, mensejajarkan dan
mengimobilisasi fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah
ruang diantara dua permukaa antara patahan tulang
KEBIJAKAN
PERALATAN 1. Pisau cukur
2. Balsam perekat
3. Alat rawat luka
4. Katrol dan pulley
5. Beban
6. Bantalan conter traksi
7. Bantal kasur
8. Gunting
9. Bolpoint untuk penanda/ marker

PROSEDUR 1) Pra Interaksi


PELAKSANAAN
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi

28 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Mengatur posisi tidur pasien supinasi
b. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
c. Bila banyak rambut di cukur
d. Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan
bolpoint, beri balsam perekat
e. Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian
medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga
immobilisasi fraktur
f. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
g. Masukkan tali pada pulley katrol
h. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg)
i. pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
j. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
4) Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
UNIT TERKAIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERAWATAN PASIEN DENGAN TRAKSI
NO.DOKUMEN : NO.REVISI : HALAMAN :

PROSEDUR TGL. TERBIT DITETAPKAN


TETAP KETUA
KEPERAWATAN

PENGERTIAN Traksi adalah suatu tindakan untuk memindahkan tulang yang patah /
dislokasi ketempat yang normal kembali dengan menggunakan daya tarik
tertentu atau dengan kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada
bagian tubuh, yang diindikasikan pada pasien dengan fraktur dan atau
dislokasi.
29 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal
Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
TUJUAN
KEBIJAKAN
PERALATAN
Skin traksi kit

k/p pisu cukur

k/p balsam perekat

k/p alat rawat luka

katrol dan pulley

beban

K/p Bantalan conter traksi

k/p bantal kasur

gunting

bolpoint untuk penanda/ marker

Persiapan alat pada traksi kulit :

Bantal keras (bantal pasir )

Bedak kulit

Kom berisi air putih

Handuk

Sarung tangan bersih

Persiapan alat pada traksi skeletal :

Zat pembersih untuk perawatan pin

Set ganti balut

Salep anti bakteri (k/p)

Kantung sampah infeksius

Sarung tangan steril

Lidi kapas

30 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Povidone Iodine (k/p)

Kassa steril

Piala ginjal
PROSEDUR 1) Pra Interaksi
PELAKSANAAN
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mengatur posisi tidur pasien supinasi
c. Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
d. Bila banyak rambut k/p di cukur
e. Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
f. k/p beri balsam perekat
g. Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial
dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga
immobilisasi fraktur
h. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
i. Masukkan tali pada pulley katrol
j. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k. k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
l. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
m. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan
untuk manggil perawat bila ada keluhan

 TRAKSI KULIT

a. Cuci tangan dan pasang sarung tangan

b. Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang


kembali

c. Lepas sarung tangan

d. Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang


31 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal
Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
terpasang traksi

e. Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan

f. Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam


lalu anjurkan klien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi,
ekstensi dan rotasi

g. Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

 TRAKSI SKELETAL

a. Cuci tangan

b. Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk


mempertahankan tarikan traksi yang optimal

c. Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung


tangan steril

d. Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi


kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari dalam ke luar)

e. Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS

f. Tutup kassa di lokasi penusukan pin

g. Lepas sarung tangan

h. Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus


infeksius

i. Cuci tangan

j. Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam


pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan
area punggung/ bokong

k. Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

4) Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan

32 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
UNIT TERKAIT

33 Buku Panduan Praktik Laboratorium Sistem Muskuloskeletal


Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

Anda mungkin juga menyukai