Anda di halaman 1dari 27

STUDY KEANEKARAGAMAN, KEMERATAAN, DAN KEKAYAAN

SERANGGA MALAM DI AREA PENGINAPAN TAMAN NASIONAL


BALI BARAT

LAPORAN KKL (Kuliah Kerja Lapangan)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi
Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Drs. Agus Dharmawan, M.Si

Oleh
Kelompok 10 / Offering H
Anisya Purnama Sari (160342606219)
Annisya Vero S (160342606295)
Aulia Qori Latifiana (160342606242)
Gufron Alifi (160342606296)
Lutfita Fitriana (160342606284)
Ratri Arum Apsari (160342606243)
Randa Ersapta (160342606304)
Rika Nur Azizah (160242606265)
Sinta Dewi M.K. (160242606214)

UNIVERSIAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
April 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana jenis-jenis serangga malam yang terdapat di Taman Nasianal Bali
Barat berdasarkan jam biologisnya?
2. Bagaimana Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Serangga Malam
berdasarkan waktu Pengambilan di Taman Nasional Bali Barat?
3. Spesies apa yang mendominasi di tempat pengambilan sampel di Taman
Nasional Bali Barat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis serangga malam yang terdapat di Taman Nasianal Bali
Barat berdasarkan jam biologisnya?
2. Mengetahui keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Serangga Malam
berdasarkan waktu Pengambilan di Taman Nasional Bali Barat?
3. Mengetahui spesies apa yang mendominasi di tempat pengambilan sampel di
Taman Nasional Bali Barat?

1.4 Ruang Lingkup


Kegiatan Penelitian dan observasi ini hanya terbatas pada pengamatan
serangga malam di area penginapan Taman Nasional Bali Barat. Baik
keanekaragamannya, kemerataannya, kekayaannya dan dominansi.

1.5 Definisi Operasional


1. Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas yang
bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda
(dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
2. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah
suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara
ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem
dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya.
3. Kemerataan adalah cacah individu masing-masing spesies dalam unit komunitas.
4. Kekayaan adalah jumlah spesies penyusun komunitas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Bali Barat


2.2 Morfologi Serangga
Serangga tergolong dalam filum Arthropoda, sub filum Mandibulata, kelas
Insekta.Insekta memiliki eksoskeleton yang berfungsi melindungi organ-organ
dalam.Eksoskeleton berupa kutikula yang terdiri atas zat khitin dan terbagi menjadi
segmensegmen.Antara segmen yang satu dengan yang lain terdapat sutura yaitu
bagian yang lunak, dan yang berfungsi untuk memudahkan pergerakan abdomen,
sayap, kaki, antenna, dll.Sayap segmen tersusun dari potongan-potongan terpisah
yang dikenal sebagai sklerit. Beberapa sklerit segmen khusus tidak dapat dibedakan
sehingga sutura tidak berfungsi lagi. Kepala pada dasarnya terdiri atas 6 segmen
yang berfusi.eksoskeleton kepala dikenal sebagai epicranium yang terletak
disebelah belakang, merupakan daerah diantara dan dibelakang mata. Genea
merupakan bagian yang terletak di kedua sisi lateral kepala bagian depan.
Sedangkan sklerit empat persegi panjang yang terletak di bawah epicranium disebut
sebagai clypeus (Kastawi,2003). Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk.
Mata majemuk dilindungi oleh bagian transparan dari kutikula yaitu kornea, dimana
terbagi menjadi sejumlah besar potongan terbentuk segi enam yang disebut sebagai
facet.Selain mata majemuk serangga juga mempunyai mata sederhana atau ocellus
(ocelli).Selain mata juga terdapat sepasang antena (Kastawi, 2003). Bagian-bagian
mulut yang berfungsi untuk menggigit yang sering disebut sebagai tipe penggigit
disebut tipe mandibularis, yang terdiri atas: (a) Bibir atas atau labrum yang
menggantung dibawah clypeus, (b) Lidah yang terletak disebelah median
dibelakang mulut berupa hypopharynx, (c) Dua rahang lateral yang disebut
mandibulla yang masingmasing mempunyai gigi sebelah dalam untuk memotong
makanan, Sepasang maxillae dengan bagian-bagian yang mempunyai bagian yang
gilig, yang berfungsi sebagai alat sensoris dan disebut sebagai palpus maxillaris, (e)
Bibir bawah atau labium yuang mempunyai palpus labialis yang pendek (Jasin,
1984).
Thorax terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax, mesothorax, dan
metathorax.Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksoskeleton, di bagian dorsal disebut
tergum, disisi lateraldisebut pleura, dan dibagian ventral disebut sternum (Kastawi,
2003). Masingmasing kaki terdiri atas buku: (a) Buku pendek coxa, yang melekat
pada tubuh, (b) Buku kecil yang disebut trochanter yang bersenyawa dengan
bagian, (c) Buku paha atau femur, (d) Bukubulat kecilpanjang disebut tibia, (e)
Buku tarsus, yang terdiri atas tiga bagian, proksimal pada bagian ventralnya
mengandung 4 pasang bulu pada bagian ventralis, sedang bagian distal merupakan
bagian yang lunak yang disebut pulvinalis yang berakhir dengan kuku kait (Jasin,
1984). Abdomen terdiri dari atas kurang lebih 11 buku dengan beberapa bagian
terminal,misalnya genital.Alat pencernaan terdiri atas bagian muka, bagian tengah,
dan bagian belakang.Mulut memiliki kelenjar ludah.Jantung berbentuk gilig dan
mempunyai anterior aorta tetapi tidak memiliki pembuluh darah kapiler dan vena,
coelom teredusir menjadi haeocoel. Respirasi dengan system trachea yang berupa
saluran yang berdinding gelang kutikula dan bercabang-cabang sehingga sampai
pada semua bagian tubuh sebelah dalam. Dengan demikian udara yang
mengandung oksigen akan sampai pada bagian dalam dan terjadilah proses
pengambilan oksigen secara langsung. Alat ekskresi terdiri atas dua atau lebih
badan yang membentuk tabung yang disebut dengan buluh malphigi.System saraf
terdiri atas ganglion-ganglion pada tiapruas.Seks terpisah yakni ada individu jantan
dan ada individu betina. Pembuahan terjadi di dalam tubuh, ova banyak
menganduxeng yolk dan pada fase terakhir akan terbentuk cangkang (Jasin, 1984).

2.4 Habitat Serangga


Serangga dapat ditemukan pada hampir semua habitat baik di lingkungan
akuatik, semi akuatik, dan di atas atau di bawah tanah (Borror, 1992).Oleh karena
itu serangga dikatakan bersifat kosmopolit.Aktivitas serangga sangat dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari dan kemampuan dalam menyerap intensitas cahaya
matahari yang berbedabeda.Beberapa serangga membutuhkan cahaya yang sedikit,
sehingga serangga tersebut lebih aktif melakukan aktivitasnya pada malam hari
(nocturnal).Namun tidak jarang ada serangga yang membutuhkan banyak dalam
melakukan aktivitasnya sehingga lebih aktif pada siang hari (diurnal).Hewan
seringkali mengatur aktivitas mereka untuk menghindari dehidrasi sehingga mereka
bergerak ke tempat terlindung atau cenderung aktif pada malam hari (Soejtipto,
1993). Farb 1980 dalam Irawan 1990 menyatakan bahwa ada tiga hal yang
menunjang suksesnya kehidupan serangga dalam habitatnya, yaitu sebagai berikut:
a. Serangga mengalami metamorphosis sehingga pada tingkat larva dan dewasa
hidup di tempat yang berbeda dengan makanan yang berbeda pula.
b. Ada beberapa ordo yang memiliki sayap depan menebal menjadi penutup keras
sehingg melindungi bagian tubuh yang lunak.
c. Sebagian ordo memiliki mulut bertipe pengunyah sehingga dapat memakan
makanan yang keras.

2.5 Klasifikasi Serangga


Menurut E.L. Yordan dan P.S. Verma dalam Kastawi 1994, serangga
diklasifikasikan menjadi dua subklas, yaitu Apterygota dan Pterygota.Dasar
pengklasifikasian ini adalah pada ada tidaknya sayap. Menurut Kastawi dalam
Brawan 1999, dua subclass tersebut ada 33 ordo dan 12 diantaranya ditemukan di
Indonesia, yaitu sebagai berikut.
 Ordo Orthoptera
Hewan yang tergolong ordo ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Memiliki ukuran tubuh 4-75 mm
b. mempunyai dia sayap, sayap depan panjang menyempit dan sayap
belakang meleba
c. Hewan tersebut memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah.
d. Hewan jantan mempunyai alat penghasil suara yang terletak di dada.
e. Contoh serangga yang tergolong dalam ordo ini adalah Blatella
gertnatica.
 Ordo Dermaptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut,
a. Tubuh pipih dan berukuran 4-30 mm
b. Bersifat hemimetabola
c. Mulut bertipe pengunyah
d. Tidak bersayap atau dengan 1-2 sayap (sayap depan kecil seperti kulit,
sayap belakang seperti selaput, dan melipat di bawah depan bila sedang
hinggap)
e. Hewan jantan mempunyai catut yang kokoh
f. Aktif pada malam hari (nocturnal)
g. Contoh spesies dalam ordo ini yaitu Farficula dan Anisolabis maritime
 Ordo Mecoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini memiliki cirri-ciri sebagai
berikut, a. Tubuh ramping dengan kuran 1-35 mm
b. Bersifat holometabola
c. Mulut bertipe pengunyah
d. Antenna dan kaki panjang dengan kepala memanjang
e. Tidak bersayap atau memiliki dua pasang sayap yang panjang, sempit dan
berupa membran
f. Mempunyai organ penjepit yang terletak di ujung posterior abdomen dan
organ tersebut menyerupai organ penyengat pada kalajengking
g. Makanan berupa buah dan serangga yang mati
h. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Panorpa rufescens
dan Hyloittacus picalis.
 Ordo Plecoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut,
a. Ukuran tubuh 6-10 mm
b. Sayap dua pasang, ada yang bersayap panjang dan ada yang bersayap
pendek
c. Antenna panjang, tubuh kunak dan bersifat liemimetabola
d. Mulut bertipe pengunyah (tetapi tidak berkembang pada saat dewasa)
e. Nympha bersifat akuatik dan memiliki bekas insang tracheal yang terletak
di posterior setiap pasang kaki
f. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Allocapnia pygmae
dan Cilloperla clio
 Ordo isopteran
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut,
a. Ukuran tubuh 6-13 mm
b. Sayap dua pasang (sayap depan dan belakang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama)
c. Tipe mulut penggigit dan pengunyah yang memiliki cerci dua ruas
d. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Zootermopsis
nevademis dan Termites.
 Ordo Odonata
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut,
a. Ukuran tubuh 19-75 mm
b. Bersifat homometabola
c. Mulut pada hewan dewasa bersifat pengunyah
d. Memiliki dua pasang sayap berwujud membran
e. Antenna pendek, kaki dan abdomen panjang dan ramping
f. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Macromia
magnified dan Dragonflies
 Ordo Hemiptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut,
a. Ukuran tubuh 1-66 mm
b. Antenna panjang, mulut bertipe penghisap yang muncul di depan kepala
c. Parasit pada hewan vertebrata
d. Memiliki dua pasang sayap seperti membran
e. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Gerris remigis dan
Mesove uiamusanti.
 Ordo Trichoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut,
a. Ukuran tubuh 9-22 mm
b. Sayap seperti selaput, berambut dan bersisik
c. Antenna panjang dan ramping
d. Tipe mulut penggigit
e. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Macromemum
cebratum.
 Ordo Lepidhoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut,
a. Ukuran tubuh 3-35 mm
b. Bersifat holometaboal
c. Tidak memiliki mandibula, mata besar, memiliki dua pasang sayap yang
seperti membran
d. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Calpodes ethlius
dan Pyrulis frinalis.
 Ordo Coleoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut,
a. Ukuran tubuh 0,5-125 mm
b. Sayap depan keras dan tebal menanduk, sedangkan sayap belakang
bersifat membranous
c. Tipe mulut penggigit
d. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Adalia bipimctat
dan Hydrophillus teriangiilaris.
 Ordo Hymenoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut,
a. Ukuran tubuh 5-40 mm
b. Sayap satu pasang seperti selaput
c. Bersifat holometabola d. Mulut tipe pengunyah atau penghisap
e. Contoh spesies yang tergolong dalam ordo ini adalah Formica sp.

2.6 Keanekaragaman Jenis Serangga


Keanekaragaman jenis merupakan suatu karakteristik dari tingkatan
komunitas yang didasarkan pada organisasi biologisnya.Keanekaragaman jenis ini
dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Soegianto (1994) dalam
Purwahyuni (2001) menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan
kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu
disusun oleh sedikit spesies yang domonan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Hubungan keeratan antara serangkaian data kelimpahan suatu jenis hasil
observasi dengan keanekaragaman maksimum yang mungkin dicapai (richness)
dan jumlah spesies dapat menentukan indeks keanekaragamannya.Indeks Shannon-
Wiener diperoleh dengan perhitungan spesies darimkedua aspek tersebut dari
distribusi individu diantara spesies.Odum (1993) menyatakan bahwa fungsi
Shannon atau indeks H’ menggabungkan komponen keanekaragaman (variety) dan
komponen kemerataan (eveness) sebagai suatu indeks keanekaragaman secara
keseluruhan (over all indeks for diversity) (Soegiyanto 1994 dalam purwahyuni
2001).

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman


Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekarangaman ada enam dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor waktu
Irawan (1999) menyebutkan bahwa waktu mempengaruhi kematangan
suatu komunitas selama perubahan waktu suatu organisme akan berkembang dan
mengalami proses keanekaragaman menjadi lebih baik. Ditambahkan lagi bahwa
keanekaragaman ini merupakan produk evolusi. Di daerah tropis organisme
berkembang dan memiliki keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan dengan
organisme di daerah kutub, dan komunitas memiliki proses keanekaragaman
sepanjang waktu sehingga komunitas yang lebih tua memiliki lebih banyak spesies
daripada komunitas yang muda.
2. Faktor heterogenitas spasial (ruang)
Menurut Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) relief atau topografi atau
heterogenitas makrospasial memiliki efek yang besar terhadap keanekaragaman
spesies.Wilayah tropis mempunyai kompleksitas lingkungan yang tinggi. Dalam
hal ini factor fisik, komunitas tumbuhan dan hewan sangat heterogen dan sangat
cepat mengalami proses keanekaragaman spesies. Di area yang memiliki relief
topografi yang tinggi terdapat banyak habitat yang berbeda sehingga berisi banyak
spesies.
3. Faktor kompetisi
Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) menjelaskan bahwa peran kompetisi
mempengaruhi kekayaan spesies yang digambarkan melalui hubungan relung antar
spesies.Factor ini sangat penting dalam evolusi karena merupakan persyaratan
habitat untuk hewan dan tumbuhan menjadi lebih terbatas dan makanan untuk
hewan juga menjadi sedikit. Komunitas di daerah tropis memiliki lebih banyak
spesies karena memiliki relung yang kecil dan overlap relung yang tinggi.
4. Faktor predasi
Predasi dan kompetisi sama-sama mempengaruhi keanekaragaman
spesies.Dalam komunitas yang kompleks dan mendukung banyak spesies, interaksi
yang dominan adalah predasi, sedangkan dalam komunitas sederhana yang
dominan adalah kompetisi.Keberadaan predator dan parasit dapat menekan
populasi mangsa sampai pada tingkat yang sangat rendah. Adanya pengurangan
kompetisi memungkinkan bertambahnya suatu spesies sehingga akan mendukung
munculnya predator baru.
5. Faktor stabilitas lingkungan
Factor ini menunjukkan bahwa semakin stabil parameter lingkungan maka
spesies yang ada semakin banyak. Adanya kombinasi factor stabilitas dengan
waktu dapat mempengaruhi keanekaragaman.

6. Faktor produktivitas
Menurut Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) stabilitas dari produktivitas
mempunyai pengaruh utama terhadap keanekaragaman spesies dalam komunitas.
Semakin besar produktivitasnya, maka keanekaragamannya juga semakin
besar.Namun tidak selalu benar kalau semakin rendah produktivitasnya maka
keanekaragamannya juga semakin rendah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


 Waktu :
Kegiatan praktikum ini dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017.
Pemasangan jebakan (lampu dan mika) dilaksanakan pada pukul 18.00-
00.00 WIB. Praktikum dilakukan pada pukul 20.00, 22.00, dan 00.00
WITA
 Tempat :
Area Penginapan Taman Nasional Bali Barat (TNBB)

3.2 Alat dan Bahan


 Alat
Alat yang digunakan sebagai berikut:
 Set rangka
 Layar
 Aki
 Lampu
 Botil serangga
 Kuas
 Alat tulis
 Bahan
 Kertas label
 Amplop

3.3 Cara Kerja


3.4 Cara Analisis
BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1 Data Pengamatan


1. Pengambilan jam 20.00 WITA
No. Nama Spesies Jumlah Gambar
1. Archytas 1

2. Caecilius manteri 1
sammerman

3. Cistuscipes mellie 1

4. Derudontus 1
maculatus
meishelmei
5. Dixella sp 1

6. Mimopeus sp 1

Total 6

2. Pengambilan jam 22.00 WITA


No. Nama Spesies Jumlah Gambar
1. Tibicen pivinosa 1

2. Hermatia illucens 2
3. Dixella sp 2

Total 5

3. Pengambilan jam 00.00 WITA


No. Nama Spesies Jumlah Gambar
1. Componatus 3
herculeanus

2. Ctenocephalides 2
felis

Total 5
4.2 Analisis Data
1. Analisis Pukul 20.00, 22.00, dan 00.00
No Nama Spesies Waktu pengambilan Ʃ Pi ln Pi -(Pi. ln-Pi) H E R
. 20.00 22.00 00.00
1. Archytas 1 - - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
2. Caecilius 1 - - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
manteri
sammerman
3. Cistuscipes 1 - - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
mellie
4. Derudontus 1 - - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
maculatus

3,2460638442
2.152768964

0,934935681
meishelmei
5. Mimopseus sp 1 - - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
6. Dixella sp 1 2 - 3 0,19 -1,660731207 0,315538929
7. Tibicen - 1 - 1 0,06 -2,813410717 0,168804643
pivinosa
8. Hermatia - 2 - 2 0,12 -2,120263536 0,254431624
illucens
9. Componatus - - 3 3 0,19 -1,660731207 0,315538929
herculeanus
10. Ctenocephalid - - 2 2 0,12 -2,120263536 0,254431624
es felis
Total 16

𝑛
Pi = 𝑁
1
 Pi (Archytas) = = 0,06
16
1
 Pi (Caecilius manteri sammerman) = = 0,06
16
1
 Pi (Cistuscipes mellie) = = 0,06
16
1
 Pi (Derudontus maculatus meishelmei) = = 0,06
16
1
 Pi (Mimopseus sp) = = 0,06
16
3
 Pi (Dixella sp) = = 0,19
16
1
 Pi (Tibicen pivinosa) = = 0,06
16
2
 Pi (Hermatia illucens) = = 0,12
16
3
 Pi (Componatus herculeanus) = = 0,19
16
2
 Pi (Ctenocephalides felis) = = 0,12
16
Ln Pi
 ln Pi (Archytas) = ln 0,06 = -2,813410717
 ln Pi (Caecilius manteri sammerman) = ln 0,06 = -2,813410717
 ln Pi (Cistuscipes mellie) = ln 0,06 = -2,813410717

 ln Pi (Derudontus maculatus meishelmei) = ln 0,06 = -2,813410717

 ln Pi (Mimopseus sp) = ln 0,06 = -2,813410717


 ln Pi (Dixella sp) = ln 0,19 = -1,660731207
 ln Pi (Tibicen pivinosa) = ln 0,06 = -2,813410717

 ln Pi (Hermatia illucens) = ln 0,12 = -2,120263536

 ln Pi (Componatus herculeanus) = ln 0,19 = -1,660731207


 Pi (Ctenocephalides felis) = ln 0,12 = -2,120263536
H = Ʃ Ln Pi = 2.152768964
𝐻′
E= = 0,934935681
ln 𝑠
𝑆 −1
R= = 3,2460638442
ln 𝑁
2. Analisis Pukul 20.00 WITA
No. Nama Spesies Waktu Ʃ Pi ln Pi -(Pi. ln-Pi) H E R
pengambila
n
20.00
1. Archytas 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
2. Caecilius 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
manteri
sammerman

1,807395978

0,301232663

2,790553133
3. Cistuscipes 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
mellie
4. Derudontus 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
maculatus
meishelmei
5. Dixella sp 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
6. Mimopseus sp 1 1 0,17 -1,771956842 0,301232663
Total 6

𝑛
Pi = 𝑁
1
 Pi (Archytas) = = 0,17
6
1
 Pi (Caecilius manteri sammerman) = = 0,17
6
1
 Pi (Cistuscipes mellie) = = 0,17
6
1
 Pi (Derudontus maculatus meishelmei) = = 0,17
6
1
 Pi (Dixella sp) = = 0,17
6
3
 Pi (Mimopseus sp) = = 0,17
6

Ln Pi
 ln Pi (Archytas) = ln 0,17 = -1,771956842
 ln Pi (Caecilius manteri sammerman) = ln 0,17 = -1,771956842

 ln Pi (Cistuscipes mellie) = ln 0,17 = -1,771956842

 ln Pi (Derudontus maculatus meishelmei) = ln 0,17 = -1,771956842

 ln Pi (Mimopseus sp) = ln 0,17 = -1,771956842

 ln Pi (Dixella sp) = ln 0,17 = -1,771956842

H = Ʃ Ln Pi = 1,807395978
𝐻′
E= = 0,301232663
ln 𝑠
𝑆 −1
R= = 2,790553133
ln 𝑁

3. Analisis Pukul 22.00 WITA


No. Nama Waktu Ʃ Pi ln Pi -(Pi. ln-Pi) H E R
Spesies pengambilan
20.00
1. Tibicen 1 1 0,2 -1,609437912 0,301232663
pivinosa

0,366516292

0,333617506

1,242669869
2. Hermatia 2 2 0,4 -0,916290731 0,301232663
illucens
3. Dixella 2 2 0,4 -0,916290731 0,301232663
sp
Total 5

𝑛
Pi = 𝑁
1
 Pi (Tibicen pivinosa) = = 0,2
5
2
 Pi (Hermatia illucens) = = 0,4
5
2
 Pi (Dixella sp) = = 0,4
5
Ln Pi
 ln Pi (Tibicen pivinosa) = ln 0,2 = -1,771956842
 ln Pi (Hermatia illucens) = ln 0,4 = -0,916290731

 ln Pi (Dixella sp) = ln 0,4 = -0,916290731


H = Ʃ Ln Pi = 0,366516292
𝐻′
E= = 0,333617506
ln 𝑠
𝑆 −1
R= = 1,242669869
ln 𝑁

4. Analisis Pukul 00.00 WITA


No. Nama Spesies Waktu Ʃ Pi ln Pi -(Pi. ln-Pi) H E R
pengambilan
20.00
1. Componatus 3 3 0,6 -0,510825623 0,306495374

0,673011666

0,333655833

0,621334934
herculeanus

2. Ctenocephalides 2 2 0,4 -0,916290731 0,366515292


felis
Total 5

𝑛
Pi = 𝑁
13
 Pi (Componatus herculeanus) = = 0,6
5
2
 Pi (Ctenocephalides felis) = = 0,4
5
Ln Pi
 ln Pi (Componatus herculeanus) = ln 0,6 = -0,510825623
 ln Pi (Ctenocephalides felis) = ln 0,4 = -0,916290731
H = Ʃ Ln Pi = 0,673011666
𝐻′
E= = 0,333655833
ln 𝑠
𝑆 −1
R= = 0,621334934
ln 𝑁
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dilakukan analisis mengenai indeks
keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan (R), dari spesies serangga di
Taman Nasional Bali Barat yaitu pada pengambilan pukul 20.00 WITA didapatkan
nilai keanekaragaman (H) sebesar = 1,807395978, nilai kemerataan (E) =

0,301232663 dan nilai kekayaan (R) = 2,790553133.


Sedangkan pada pengambilan jam 22.00 WITA, nilai indeks
keanekaragaman (H) = 0,366516292, indeks kemerataan (E) = 0,333617506, dan
indeks kekayaan (R) = 1,242669869. Pada pengamatan pukul 00.00, indeks
keanekaragaman (H) = 0,673011666, indeks kemerataan (E) = 0,333655833, dan
indeks kekayaan (R) = 0,621334934.
Kami juga menghitung nilai H,E,R gabungan dari ketiga waktu tersebut,
yaitu diperoleh nilai indeks keanekaragaman (H) = 2.152768964. indeks
kemerataan (E) = 0,934935681, dan indeks kekayaan (R) = 3,2460638442. Faktor
abiotik yang kami amati yaitu suhu = 300C, kelembapan = 60% dan suhu tanah =
300C.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis serangga malam yang terdapat di Taman Nasional Bali Barat

Serangga malam hari (noctural) merupakan hewan yang tidur pada siang
hari dan aktif pada malam hari.

B. Keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, diketahui bahwa indeks


keanekaragaman (H’) 1,807395978, tertinggi pada waktu pengambilan pukul 20.00
WITA, sedangkan kemeratan (E) = 0,333655833,tertinggi pada waktu pengambilan
pukul 00.00 WITA, dan indeks kekayaan (R) 2,790553133 yang tertinggi terdapat
pada waktu pengambilan pukul 20.00 WITA.Spesies serangga yang paling banyak
ditemukan berasal dari ordo Orthoptera.

1. Indeks keanekaragaman

Menurut Dharmawan (2005), indeks keanekaragaman yang tinggi (H’)


dipengaruhi oleh indeks kemerataan (E) dan kekayaan spesies (R) yang tinggi pula.
Berdasarkan klasifikasi tingkat keanekaragaman oleh Lee et al., (1978) dalam
Arisandi (1999), yaitu: Sangat Tinggi H > 3,0; Tinggi jika H > 2,0; Sedang jika 1,6
< H < 2,0; Rendah jika 1,0 < H < 1,5; Sangat rendah jika H < 1,0.Berdasarkan
klasifikasi tersebut, indeks keanekaragaman pada waktu pengambilan pukul 18.30
WIB dapat dikategorikan sangat tinggi.

Berdasarkan literatur diatas menunjukkan bahwa yaitu pada pengambilan


pukul 20.00 WITA didapatkan nilai keanekaragaman (H) sebesar = 1,807395978
(tergolong sedang), pada pukul 22.00 WITA, nilai (H) sebesar = 0,366516292
(sangat rendah), dan pada pukul 00.00 nilai (H) sebesar = 0,673011666 (sangat
rendah). Pada nilai kemerataan (E) pukul 20.00 = 0,301232663 dan nilai kekayaan

(R) = 2,790553133. Sedangkan pada pengambilan jam 22.00 WITA, indeks

kemerataan (E) = 0,333617506, dan indeks kekayaan (R) = 1,242669869. Pada


pengamatan pukul 00.00, indeks kemerataan (E) = 0,333655833, dan indeks
kekayaan (R) = 0,621334934.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwasanya nilai indeks keanekaragaman
tertinggi pada pukul 20.00 (1,807395978), tergolong sedang dari pada jam 22.00
dan 00.00. Maguran (1988) menjelaskan bahwa nilai indeks keanekaragaman (H)
berhubungan dengan kekayaan (R) spesies pada lokasi tertentu, tetapi juga
dipengaruhi oleh distribusi kelimpahan spesies. Semakin tinggi nilai indeks H,
maka semakin tinggi pula keanekaragaman spesies, prduktivitas ekosistem, tekanan
pada ekosistem dan kestabilan ekosistem.
2. Indeks kekayaan (R)
Kekayaan jenis adalah jenis spesies dalam suatu komunitas. Semakin
banyak jumlah spesies yang ditemukan, maka indeks kekayaannya juga semakin
besar.
3. Indeks kemerataan (E)
Indeks kemerataan (E) menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan
individu antara setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang
sama, maka komunitasnya tersebut memiliki nilai evennes (E) tinggi, begitu juga
sebaliknya. Nilai kemeratan memiliki rentang antara 0-1, jika nilai indeks yang di
peroleh mendekati satu, maka penyebarannya semakin merata.

Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman serangga antara lain: 1) waktu,


2) heterogenitas spasial, 3) relung, dan 4) tingkat stabilitas lingkungan dan
ketersediaan sumber daya alam. Waktu turut mempengaruhi keanekaragaman
temporal yang dijumpai karena setiap hewan memiliki siklus hidup yang
membuatnya tidak selalu dapat teramati sebagai serangga dewasa.Selain itu, waktu
juga memiliki peran dalam aktivitas serangga setiap harinya. Serangga malam yang
dijumpai memiliki jam biologis pada malam hari untuk melakukan aktivitas
hidupnya seperti mencari makan dan tempat bersarang. Menurut Odum (1993)
serangga malam merupakan golongan hewan yang menghabiskan sebagian besar
hidupnya untuk beraktifitas pada malam hari. Sebagai hewan berdarah dingin
(poikilotermik) serangga memiliki mekanisme pertahanan diri terhadap suhu yang
rendah. Borror, dkk (1992) Xmenjelaskan bahwa beberapa serangga tahan hidup
pada suhu-suhu yang rendah ini menyimpan etilen glikol di dalam jaringan tubuh
mereka untuk melindungi dari pembekuan.
Faktor heterogenitas spasial mempengaruhi keanekaragaman sebagai mana
yang dijelaskan oleh Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) bahwa relief atau
topografi atau heterogenitas makrospasial memiliki efek yang besar terhadap
keanekaragaman spesies. Wilayah tropis mempunyai kompleksitas lingkungan
yang tinggi. Dalam hal ini faktor fisik, komunitas tumbuhan dan hewan sangat
heterogen dan sangat cepat mengalami proses keanekaragaman spesies. Di area
yang memiliki relief topografi yang tinggi mengandung banyak habitat yang
berbeda sehingga berisi banyak spesies. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui
keanekaragaman topografi dapat meningkatkan keanekaragaman komunitas dan
dapat meningkatkan keanekarganman serangga yang dijumpai.

Faktor relung mempengaruhi keanekaragaman dikarenakan setiap makhluk


hidup memiliki relungnya masing-masing.Adanya keterbatasan Sumber Daya
Alam (seperti makanan dan tempat bersarang) dapat mengakibatkan tumpang tindih
relung, sehingga terjadi kompetisi.Menurut Krebs (1985) dalam Widagdo (2002)
menjelaskan bahwa peran kompetisi mempengaruhi kekayaan spesies yang
digambarkan melalui hubungan relung antar spesies. Faktor ini sangat penting
dalam evolusi karena merupakan persyaratan habitat untuk hewan dan tumbuhan
menjadi lebih terbatas dan makanan untuk hewan juga menjadi sedikit. Komunitas
di daerah tropis memiliki lebih banyak spesies karena memiliki relung yang kecil
dan overlap relung yang tinggi.Predasi dan kompetisi sama-sama mempengaruhi
keanekaragaman spesies. Dalam komunitas yang kompleks dan mendukung banyak
spesies, interaksi yang dominan adalah predasi, sedangkan dalam komunitas
sederhana yang dominan adalah kompetisi. Keberadaan predator dan parasit dapat
menekan populasi mangsa sampai pada tingkat yang sangat rendah. Adanya
pengurangan kompetisi memungkinkan bertambahnya suatu spesies sehingga akan
mendukung munculnya predator baru. Serangga memiliki peran yang beraneka
ragam dalam suatu ekosistem, seperti sebagai polinator tumbuhan berbunga
ataupun predator bagi serangga lainnya.

Faktor stabilitas lingkungan dan ketersediaan Sumber Daya Alam merupakan


salah satu faktor yang paling berpangaruh terhadap keanekaragaman. Stabilitas
lingkungan menunjukkan tingkat kematangan dari komunitas suatu daerah. Daerah
yang memiliki Sumber Daya Alam(SDA) yang beranekaragam, memiliki
keanekaragaman yang tinggi.

BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran

Dafpus

Magurran AE, 1998. Ecological diversity and its measurement. Princeton


University Press, New Jersey

Anonim. 2014. Keanekaragaman hayati. (Online). hayati, diakses tanggal 21


April 2014
Anonim. 2014. Serangga. (Online).http://id.wikipedia.org/wiki/serangga, diakses
tanggal 21 April 2014.
Arisandi, P. 1999. Studi Struktur Komunitas dan Keanekaragaman Mangrove
Berdasarkan Tipe Perubahan Garis Pantai di Pantai Utara Jawa
Timur.Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Borror, T., J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Terjemahan
oleh Soetiyono P. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Dharmawan, A., Ibrohim, Tuwarita, H., Suwono, H., Susanto, P. 2005. Ekologi
Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Irawan, K.F. 1999. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Serangga Malam di
Hutan Pantai Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Malang: IKIP
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Terjemahan oleh Tjahyono.Yogyakarta:
UGM
Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Widagdo, K. 2002. Keanekaragaman Serangga Malam pada Berbagai
Ketinggian di Gunung Arjuna. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: UM

Anda mungkin juga menyukai