Anda di halaman 1dari 1

Memasuki malam ke 22 Bulan Ramadhan, ujung barat Jl Sasak, tampak cukup lengang.

Berbeda
dibandingkan sisi yang berlawanan maupun di area Masjid Ampel yang ramai peziarah maupun orang
yang berbelanja. 50 meter dari perempatan Jl Sasak – Jl KH Mas Mansyur, tampak sepasang suami istri
tua sedang menjaga lapak STMJ di emperan sebuah toko. Mereka sedang berbincang dengan penjaga
toko di seberang lapaknya, tidak terlihat kesibukan yang lain.

Mungkin sudah terlalu malam ketika saya mampir ke lapak mereka, sehingga tidak banyak percakapan
yang saya lakukan. Sang suami berperawakan agak gemuk, tampak agak kesulitan dalam berjalan ketika
mendekati dan berbicara dengan saya. Sedangkan sang istri bertugas untuk menghangatkan susu
kambing dan membuat STMJ.

Sudah 10 tahun mereka berjualan di daerah itu. Selama bulan puasa lapak mereka buka dari sekitar jam
6 sore sampai jam 9 malam, otomatis saya adalah pembeli terakhir mereka malam itu. Berangkat dari
kontrakan di daerah Wonokusumo Lor diantar jemput oleh becak langganan.

Mbah, begitu saya memanggil sang suami, merupakan tipe orang yang ramah dan suka bercerita. Dalam
percakapan ringan kami, dia bercerita jika dahulu pernah membantu temannya sebagai fotografer
pernikahan sekitar tahun 80’an. Lumayan banyak job pada waktu itu. Salah satu pengalaman lucu yang
diingatnya adalah ketika secara tidak sengaja menabrak bagian sensitive wanita. Tetapi pekerjaan
tersebut harus berakhir ketika temannya mendapat ‘fatwa’ dari ustadnya, untuk berhenti dari pekerjaan
tersebut. Alasannya karena banyak hal negatif di perkerjaan tersebut.

Sayang sekali obrolan kami harus terhenti ketika jam menunjukkan pukul 9 lewat,

Anda mungkin juga menyukai