Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk pemberian pelayanan kepada pasien adalah mela lui
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) agar pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan
yang tepat dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dialami.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, kl ien dan kelompok-kelompok masyarakat , agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan, dan mencegah masalah- masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, promosi kesehatan rumah sakit
dapat mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak
lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila
dibutuhkan.

Untuk dapat melaksanakan berbagai kegiatan promosi kesehatan rumah sakit maka diperlukan
suatu pedoman pelayanan kegiatan promosi kesehatan rumah sakit sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan oleh rumah sakit.

B.Tujuan Pedoman

a.Umum

Sebagai acuan dalam melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit agar pasien, klien, dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam mempercepat penyembuhan dan
rehabilitasinya, klien dan kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan
dan mencegah masalah-masalah kesehatan yang ada

b.Khusus

1.Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan
yang dialami

2.Membantu pasien dan keluarga dalam membuat keputusan terhadap

perawatannya.
3.Meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarga dalam program pengobatan.

C.Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RS Sari Asih
Karawaci secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.Di dalam Gedung

Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain:

§PKRS diruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien harus melapor/ mendaftar


sebelum mendapatkan pelayanan

§PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-poliklinik seperti poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik penyakit dalam, poliklinik
bedah dan lain-lain.

§PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat darurat, rawat insentif, dan
ruang rawat inap.

§PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan obat obat, pelayanan
laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.

§PKRS dalam pelayanan bagi pasien orang sehat yaitu seperti pelayanan KB, konseling gizi,
bimbingan senam, periksa kesehatan(chek up) dan lain-lain.

2. Di luar gedung

Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS yaitu :

§PKRS di tempat parkir yaitu berupa pemasangan poster- poster, spanduk dengan
memanfaatkan ruangan yang ada gedung parkir sampai kesudut gedung parkir

§PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-lain yaitu dengan melakukan
pemasangan banner dan poster-poster.

D.Batasan Operasional

Pedoman pelayanan promosi kesehatan rumah sakit adalah kumpulan ketentuan dasar yang
memberi arah dalam pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada keterlibatan
pasien dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami.
1.Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2.Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

3.Alat kesehatan adalah instrumen, set paratus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

4.Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.

5.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau seran gkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh peme rintah dan/atau masyarakat.

6.Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

7.Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.

8.Pelayanan kesehatan kuratif adala h suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.

9.Pel ayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesu ai
dengan kemampuannya.

10.Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga adalah pemberian informasi kesehatan kepada
pasien atau keluarga sesuai informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga agar pasien dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami.

E.LANDASAN HUKUM

1.Undang-Undang Rebublik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2.Undang-Undang Rebublik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3.Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

4.Keputusan Menteri Kesehatan No 004/KEMENKES/III/2012 tentang Petunjuk Teknis


Promosi Kesehatan

5.KEPMENKES Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi


Kesehatan

6.Standar Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tahun 2011

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A.KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Direktur Rumah Sakit membentuk tim yang bertanggung jawab sebagai pengelola
PKRS. Tim ini harus berada pada posisi yang dapat menjangkau seluruh unit yang ada di rumah
sakit, sehingga fungsi koordinasinya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pembentukan Tim
dirumuskan tugas pokok dan fungsinya serta tata hubungan kerja dengan instala si lainnya, dan
dituangkan dalam keputusan direksi, selanjutnya diikuti dengan penugasan sejumlah tenaga
rumah sakit sebagai pengelola purna waktu(full timer). Kualifikasi tenaga tersebut mengacu
kepada standar minimal tenaga PKRS.

Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut:

1.Dokter umum atau dokter spesialis

2.S 1 Keperawatan atau Kesehatan Masyarakat

3.D3 Keperawaan yang terlatih

B.DISTRIBUSI KETENAGAAN

No.JABATANKUALIFIKASIJUMLAHPENEMPATAN1.Ketua Tim PKRSDokter umum1


orang2.Sekretaris Perawat 1 orang 3.Anggota Dokter dan dokter gigi

Perawat dan bidan

Analis

Apoteker

Ahli gizi
Radiographer

TerapisSesuai kebutuhanUnit Pelayanan Medis

Unit Keperawatan

Unit Farmasi

Unit Laboratorium

Unit Radiologi

Unit Pelayanan Gizi

C.PENGATURAN JAGA

Pengaturan ketenagaan Tim Edukator Rumah Sakit diatur berdasarkan pengaturan jam dinas
sesuai dengan pola shift.

a.Waktu kerja pelayanan 24 jam (3 shift).

b.Ketenagaan tiap shift terdiri dari :

-Shift pagi : 07.00-14.00 Wib.

-Shift siang : 14.00-21.00 Wib.

-Shift malam : 21.00-07.00 Wib.

BAB III

STANDAR FASILITAS

Lokasi Tim Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) menyatu dengan sistem pelayanan
rumah sakit. Fasilitas yang tersedia adalah adanya ruangan khusus untuk edukasi, peralatan
edukasi berupa laptop, LCD, leaflet, flayer dan poster dan adanya berbagai macam alat peraga.

A.DENAH RUANG PELAYANAN PKRS

Pembagian ruangan untuk KPRS terdiri dari beberapa area berdasarkan kegiatan yaitu :

1.Ruang konseling di Unit Gawat Darurat

2.Ruang konseling di Unit Medical Center dan Center Of Excellent

3.Ruang konseling di Unit Medical Center Kebidanan


4.Ruang konseling di Unit Medical Center Anak

5.Ruang konseling di Unit Perawatan Umum (1 Dewasa , 3 Deawasa dan 2 New Wing).

6.Ruang konseling di Unit Perawatan Anak

7.Ruang konseling di OK / VK

8.Ruang konseling di ICU/ICCU/HCU/UPS

9.Ruang konseling di Unit Perawatan Perina Risti

10.Ruang konseling di Unit Kebidanan

B.STANDAR MINIMAL FASILITAS

1.Komputer/ LAPTOP

2.Printer

3.Furniture (meja, kursi, rak lemari, filling cabinet)

4.Alat tulis kantor

5.Telepon dan faximile

6.LCD

7.Alat peraga untuk demonstrasi

8.Flayer

9.Leaflet

10.Poster

11.Banner

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Pengelolaan kegiatan poromosi kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai
dari perencanaan sampai evaluasi yang terkait satu dengan yang lain mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Kegiatan Perencanaan Promosi kesehatan

Tim promosi kesehatan rumah sakit membuat perencanaan tentang kegiatan promosi kesehatan
kepada pasienkeluarga dan masyarakat meliputi kebutuhan akan adanya edukasi, ketersediannya
tenaga edukator yang dibutuhkan, peralatan yng dibutuhkan, ruangan dan materi sesuai
kebutuhan pasien.

2.Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit Sari Asih Karawaci secara


umum dapat dikategorikan sebagai berikut:

A.Di dalam gedung

Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain :

1.PKRS diruan g pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien harus melapor/ mendaftar


sebelum mendapatkan pelayanan

2.PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-poliklinik seperti poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik penyakit dalam, poliklinik
bedah dan lain-lain.

3.PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat darurat, rawat insentif, dan
ruang rawat inap.

4.PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan obat obat, pelayanan
laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.

5.PKRS dalam pelayanan bagi pasien sehat yaitu seperti pelayanan KB, konseling gizi,
bimbingan senam, periksa kesehatan (chek up) dan lain-lain.

6.PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu ruang dimana pasien rawat inap harus
menyelsaikan pembayaran rawat inap sebelum meninggalkan rumah sakit.

Promosi kesehatan yang dilakukan didalam gedung rumah sakit adalah sebagai berikut :

1)Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat jalan

Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar promosi kesehatan,
yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan advokasi

a)Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana setiap petugas rumah sakit yang
melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien
berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya, maka dapat disediakan satu
ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau i ngin mendapatkan
informasi.

b)Bina Suasana

Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan
adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit,
sehingga memungkinkan untuk mendapa tkan informasi dari berbagai media komunikasi yang
tersedia dipoiklinik, khususnya diruang tunggu, perlu dipasang poster-poster, disediakan
selebaran(leaflet), dipasang televise dan VCD/DVD player yang dirancang untuk secara terus
menerus menayangkan info rmasi kesehatan/penyakit. Dengan mendapatkan informasi yang
benar mengenai penyakit yang diderita pasien yang diantarannya, si pengantar diharapkan dapat
membantu rumah sakit memberikan juga penyuluhan kepada pasien. bahkan jika pasien yang
bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang d isajikan, maka
seolah-olah ia berada dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berprilaku sesuai yang
dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

c)Advokasi

Advokasi bagi kepentingan pasien rawat jalan umumnya diperlukan juga pasien tersebut miskin.
Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi pasien miskin memang sudah dibayar
melalui program Jaminan Multiguna.

2)Promosi Kesehatan Bagi Paien Rawat Inap

Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasein sangat ingin mengetahui
seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang acuh tak acuh. Terhadap
mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera dilakukan. Tetapi b agi mereka yang
acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya
masalah.

Sementara itu, pasien yang dengan penyakit kronis dapat menunjukan reaksi yang berbeda-beda,
seperti misalnya apatis, agresif, atau menar ik diri. Hal ini dikarenakan penyakit kronis umumnya
memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak social kepada penderitanya. Kepada
pasien yang seperti ini< kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan,
khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.

a)Pemberdayaan

Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien r awat inap pada saat
mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat inap penyakit kronis(kanker,
tuberkolusis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara pemberdayaan atau konseling yang dapat
dilakukan dalam hal ini.
§Konseling di Tempat Tidur

Konseling di tempat tidur(bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum
dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam hal i ni
perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi pasien demi pasien, duduk di samping
tempat tidur pasien tersebut, melakukan pelayanan konseling.

§Biblioterapi

Bibliografi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk membantu proses
penyembuhan penyakit yang diderita pasien rumah sakit.

§Konseling berkelompok

Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya barang sejenak, dapat
dilakukan konseling secara berkelompok(3 – 6 orang). Untuk itu maka di bangsal keperawatan
yang b ersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan berkumpul. Konseling
berkelompok ini digunakan untuk meningkatan pengetahuan pasien, mengubah sikap dan
perilaku pasien serta merupakan sarana bersosialisasi para pasien. Untuk konseling berkelompok
s ebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi untuk kelompok.

b)Bina suasana

Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para
penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan beberapa saat sebelum
jam besuk di mulai.

§Pemanfaatan Ruang Tunggu

Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit menyediakan ruang
tunggu bagi mereka. Jika demikian, maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
bina suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster, juga dapat disediakan
selebaran/leaflet.

§Pendekatan Keagamanaan

Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat penyembuhan penyakit juga
dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini par a petugas rumah sakit, baik
dengan upaya sendiri atau pun dengan dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk
melakukan pembacaan doa-doa yang disambung dengan tausiah/nasihat tentang pentingnya
melaksanakan perilaku tertentu.

c)Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi juga diperlukan, khususnya dalam rangka
menciptakan kebijakan atau peraturan perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan
menghimpun dukungan sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin.

§Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran

Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya singgah dulu di tempat
pembayaran. Di ruang ini pasien/keluarga tidak berada dalam waktu yang lama namun
hendaknya promosi kesehatan tetap harus dilakukan seperti pemasangan poster-poster atau
leaflet-leaflet.

B.Di dalam Gedung

Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS yaitu :

1.PKRS di tempat parker yaitu pemanfataan ruangan yang ada gedung parker sejak dari
bangnuan gardu parker sampai ke sudut-sudut lapangan gedung parker.

2.PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-lain.

C. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan kesehatan

Setiap 3 bulan sekali panitia PKRS membuat laporan pelaksanaan kegiatan edukasi yang
dilakukan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan edukasi dan rencana tindak lanjut dari
kegiatan yang sudah dilakukan dan dilaporkan kepada Direktur RS Sari Asih Karawaci.

BAB V

LOGISTIK

A.DEFINISI

Logistik adalah segala sesuatu/ benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik
(tangible), baik yang digunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang
(administrasi).

Logistik untuk kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah persediaan
peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk melaksanakan promosi kesehatan pada pasien
dan keluarga seperti alat audiovisual, alat tulis, materi penkes dan formulir dokumentasi.

B.KELOMPOK PERALATAN YANG DIBUTUHKAN

1.Laptop

2.LCD
3.Alat Kesehatan

4.Materi penkes berupa poster, leaflet, banner, spanduk dll

5.Formulir dokumetasi

6.Alat peraga

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Promosi kesehatan rumah sakit yang diberikan pada pasien dan keluarga berfokus pada
keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi, pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu indakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan banyak
hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu. Upaya
untuk meningkatakan keselamatan pasien salah satu cara yang dapat dilaksanakan adalah
dengan melakukan promosi kesehatan kepada pasien dan keluarga agar pasien dan keluarga
dapat mengambil keputusan yang tepat terkait masalah kesehatan yang dialami.

A.Strategi yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien melalui tindakan pendidikan
kesehatan antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang :

1.Proses penyakit dan penatalaksanaan medis

2.Penggunaan obat yang aman dan interaksi obat

3.Keamanan penggunaan peralatan medis

4.Pencegahan resiko jatuh pada pasien anak, dewasa dan lansia

5.Pencegahan infeksi di rumah sakit

B.Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Cedera

Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan disepakati
bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:

1.Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)


2.Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)

3.Kejadian Sentinel

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu perlindungan bagi
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

A.TUJUAN

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar tercapai pelayanan
dan produktifitas kerja yang optimal, dengan tujuan khusus yaitu :

1.Memberikan perlindungan kepada sekuruh staf, pasien dan pengunjung

2.Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran lingkungan.

3.Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan kerja aman.

B.PENGENDALIAN K3 PADA SAAT PEMBERIAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN


KELUARGA

Petugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena petugas berhubungan langsung
dengan pasien terutama saat pemberian pendidikan kesehatan secara tatap muka. Oleh karena itu
petugas perlu memperhatikan upaya pencegahan infeksi tersebut antara lain :

1.Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan

2.Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien atau keluarga pasien yang
diberikan edukasi memiliki penyakit menular seperti TBC

3.Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi

4.Member ikan pendidikan tentang pencegahan infeksi seperti cara cuci tangan, cara
batuk efektif, pengelolaan sampah diruangan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A.DEFINISI
Mutu Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah pelayanan PKRS yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
pelayanan profesi yang ditetapkan.

B.TUJUAN

1.Terciptanya pelayanan PKRS yang menjamin efektifitas pemberian pendidikan kesehatan

2.Meningkatkan efisiensi pelayanan

3.Meningkatkan kepuasan pelanggan

4.Tercapainya mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya dalam pemberian pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga maka disusun suatu indikator untuk mengukur kualitas
pelayanan.

C.KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU :

Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan PKRS maka ditetapkan STANDAR


MUTU PELAYANANPKRS yang merupakan bagian dari standar mutu rumah sakit.

1.Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian standar
mutu tahun sebelumnya.

2.Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun

3.Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Ketua Panitia PKRS dan dilaporkan
setiap triwulan kepada Direksi.

Indikator mutu yang digunakan adalah prosentase pasien yang dilakukan edukasi oleh tenaga
kesehatan.

D.KEGIATAN PENINGKATAN MUTU

1.Merupakan kegiatan – kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan yang telah dilaksanakan.

2.Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahunan berikutnya yang meliputi
:

a.Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat


b.Program pengembangan peralatan

c.Program pengembangan ruangan dan fasilitas

d.Program pengembangan sistem

e.Dan lain - lain

3.Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam program kerja
tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun sebelumnya (Rekapitulasi data,
analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan Desember untuk membuat program
peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi standar mutu ya ng merupakan bagian dari
program kerja tahunan).

4.Jika terjadi hal – hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan maka tindak
lanjut perbaikan mutu harus segera dilakukan.

5.Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Ketua Tim PKRS

BAB IX

PENUTUP

Dengan adanya buku Pedoman ini diharapkan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat
meningkatkan keterlibatan paisen dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang
dialami.

Bagi para staf promosi kesahatan rumah sakit (PKRS) diharapkan Buku Pedoman ini dapat
membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya
peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan yang berharga
bagi penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang selalu di nantikan.

Anda mungkin juga menyukai