Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


SDN 7 Dungaliyo merupakan salah satu sekolah dasar yang berada di
Kabupaten Gorontalo yang terletak di Jl. Raya Bobihu Desa Bongomeme
Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Sebelumnya sekolah ini bernama
SDN 11 Bongomeme, lalu sekolah ini berganti nama menjadi SDN 7 Dungaliyo
sesuai dengan lokasi Kecamatan sekolah tersebut. Sarana kesehatan yang terdapat
di SDN 7 Dungaliyo adalah UKS dan Markas PMI, dimana UKS terletak di dalam
ruangan dewan guru, ruangan UKS terdapat kotak P3K yang terisi obat-obatan,
Penimbang berat badan, tinggi badan, dan tempat tidur yang dilengkapi dengan
bantal sekaligus selimut, dan Markas PMI terletak di sebelah ruangan kelas 1.
Total pengajar yang ada di sekolah SDN 7 Dungaliyo sebanyak 8 orang, 1
orang operator, 3 tata usaha, 1 kepala sekolah. Dimana pendidikan pengajar SI
terdiri dari 11 orang dan SMA 2 orang. Jumlah siswa yang bersekolah di SDN 7
Dungaliyo, dimana kelas 1 sebanyak 23 siswa, kelas II sebanyak 25 siswa, kelas
III sebanayak 26 siswa, kelas IV sebanyak 28 siswa, kelas V sebanayak 27 siswa,
dan kelas VI sebanayak 21 siswa.

4.2. Hasil Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Dengan
pengambilan sampel disni menggunakan rumus Agus Riyanto (2011), yang
populasinya (N) diketahui, sampel yang terpilih untuk penelitian ini sebanyak 46
siswa dan agar pengambilan sampel merata menggunakan stratified random
sampling. Adapun waktu penelitian di laksanakan pada tanggal 24 Desember
2016 s/d 7 Januari 2017

1
4.2.1 Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden
Tabel 1.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Jenis
Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 19 41.3

2 Perempuan 27 58,7

Jumlah 46 100

Tabel 1.1 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo berdasarkan frekuensi


responden didapatkan jumlah siswa laki-laki sebanyak 19 (41,3%) anak, dan
untuk anak perempuan sebanyak 27 orang (58,7%)anak.

Tabel 1.2: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Umur

No Umur (Tahun) Frekuensi %

1 7 9 19,6

2 8 9 19,6

3 9 11 23,9

4 10 7 15,2

5 11 5 10,9

6 12 5 10,9

Jumlah 46 100

Tabel 1.2 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo berdasarkan frekuensi


responden berdasarkan umur didapatkan umur yang paling terbanyak yaitu umur

2
9 tahun sebanyak 11 (23,9%) anak, dan umur yang paling sedikit yaitu umur 11
dan 12 tahun sebanyak (10,9%) anak.

Tabel 1.3: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Berat


Badan

No Berat Badan (Kg) Frekuensi %

1 15 – 22 22 47,8

2 23 – 36 18 39,1

3 37 – 50 6 13,0

Jumlah 46 100

Tabel 1.3 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo frekuensi responden


berdasarkan berat badan, didapatkan berat badan terbanyak terdapat pada BB 15 -
22 sebanyak 22 (47,8%) anak, dan berat badan terendah yaitu BB 37-50 kg
sebanyak 6 (13,0%)

Tabel 1.4: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Tinggi


Badan

No Tinggi Badan (cm) Frekuensi %

1 115-120 5 10,9

2 121 – 125 10 21,7

3 126-130 8 17,4

4 131 – 135 6 13,0

3
5 136 – 140 10 21,7

6 141-145 2 4,3

7 146-150 4 8,7

8 151-155 1 2,2

Jumlah 46 100

Tabel 1.4 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo berdasarkan frekuensi


responden berdasarkan tinggi badan, didapatkan tinggi badan terbanyak terdapat
pada TB 121 – 125 dan 136-140 sebanyak 10 (21,7%) anak dan tinggi badan
paling sedikit yaitu TB 151-155 sebanyak 1 (2,2%).

2. Frekuensi angka Kejadian Karies Gigi


Tabel 2.1: Distribusi frekuensi responden SDN 7 Dungaliyo berdasarkan kejadian
karies gigi

No Karies Gigi frekuensi %

1 Karies gigi 23 50,0

2 Tidak karies gigi 23 50,0

Jumlah 46 100

Tabel 2.1 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo berdasarkan angka


kejadian karies gigi didapatkan jumlah anak yang mengalami karies gigi sebanyak
23 anak atau sekitar 50% anak, dan anak yang tidak menglami karies gigi
sebanyak 23 anak atau sekitar 50% anak.

3. Frekuensi Konsumsi Jajanan


Tabel 3.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan
Konsumsi Jajanan

4
No Konsumsi Jajanan Frekuensi %

1 Buruk 39 84,8

2 Baik 7 15,2

Jumlah 46 100

Tabel 3.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan konsumsi


jajanan di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, dari 46 anak yang menjadi
responden didapatkan tingkat konsumsi jajanan dalam kategori buruk yaitu
sebnayk 39 (84,8%) anak dan dalam kategori baik 7 (15,2%) anak.

4. Frekuensi Status Gizi


Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Status
Gizi Anak

No Status Gizi Frekuensi %

1 Normal 12 26,1

2 Tidak Normal 34 73,9

jumlah 46 100

Tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden status gizi di SDN 7


Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, dari 46 anak yang menjadi responden di
dapatkan status gizi normal sebanyak 12 (26,1%) dan status gizi tidak normal
sebanyak 34 (73,9%)

5
5. Frekuensi Menggosok Gigi
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo berdasarkan
menggosok gigi

No Menggosok Gigi Frekuensi %

1 Tidak sesuai 24 52,2

2 Sesuai 22 47,8

Jumlah 46 100

Tabel 5.1. menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo frekuensi responden


berdasarkan menggosok gigi, didapatkan anak tidak menggosok gigi tidak sesuai
sebanyak 24 (52.2%) anak dan anak menggosok gigi yang sesuai sebanyak 22
(47.8%) anak.

4.2.2 Analisa Bivariat


1. Hubungan Karies Gigi Dengan Konsumsi Jajanan
Tabel 1.1: Hubungan konsumsi Jajanan Anak Dengan Kejadian Karies Gigi di
SDN 7 Dungaliyo

Karies Gigi
Konsumsi Jumlah
Karies Tidak Karies Value
Jajanan
n % N % N %

Buruk 23 50.0 16 34,8 39 84,8


0,000
Baik 0 0 7 15,2 7 15,2

6
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 1.1. menunjukkan bahwa dari 39 (84%) responden, anak


yang mengonsumsi jajanan dengan sangat buruk sebanyak 23 (50%) anak yang
karies gigi, dan 16 (34%) anak yang tidak karies gigi, sedangkan dari 7 (15,2%)
responden yang mengonsumsi jajanan dengan baik terdapat 7 (15,2%) anak yang
tidak karies gigi.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-Square maka di
peroleh hasil 𝑋 2 hitung nilai p 0,005 (< 0,005) ini berarti Ho di tolak dan Ha di
terima. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan antara konsumsi
jajanan dengan kajadian karies gigi di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorotalo.

2. Hubungan Karies Gigi Dengan Status Gizi

Tabel 2.1 : Hubungan Status Gizi Dengan Karies Gigi

Karies Gigi
Jumlah
Status Gizi Karies Tidak Karies Value

n % N % N %

Normal 3 6,5 9 19,6 12 26,1

Tidak 044
20 43,5 14 30,4 34 73,9
Normal

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan bahwa dari 46 (100%) anak yang


menjadi responden di dapatkan bahwa anak yang memilki status gizi normal
sebanyak 12 (26,1%) di mana anak yang karies gigi sebanyak 3 (6,5%) dan anak
tidak karies sebanyak 9 (19,6%) sedangkan anak yang memilki status gizi tidal
normal sebanyak 34 (73,9%) dimana anak yang karies gigi sebanyak 20 (43,5)
dan anak karies gigi sebanyak 14 (30,4%) anak.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-Square maka di
peroleh hasil 𝑋 2 hitung nilai p 044 (>0,005) ini berarti Ha di tolak dan Ho di

7
terima. Dari hasil tersebut dapat di lihat bahwa tida ada hubungan status gizi
dengan kajadian karies gigi di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorotalo.

3. Hubungan Karies Gigi Dengan Menggosok Gigi Pada Anak

Tabel 3.1: Hubungan Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak

Karies Gigi
Konsumsi Jumlah
karies Tidak karies value
janana
n % N % N %

Tidak Sesuai 19 41,3 5 10,9 24 52,2


0,000
Sesuai 4 8,7 18 39,1 22 47,8

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 24 (52,2%) anak yang


menggosok gigi dengan tidak sesuai sebanyak 19 (41.3%) anak yang karies gigi,
dan 5 (10.9%) anak yang tidak karies gigi, sedangkan dari 22 (47,8%) anak yang
menggosok gigi dengan sesuai terdapat 4(8.7%) anak yang karies gigi dan
18(39.1%) anak yang tidak karies gigi.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-Square maka di
peroleh hasil 𝑋 2 hitung nilai p 0,000 (< 0,005) ini berarti Ho di tolak dan Ha di
terima. Dari hasil tersebut dapat di lihat bahwa ada hubungan antara menggosok
gigi dengan kajadian karies gigi di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorotalo.

4.3. Pembahasan
4.3.1. Analisis Hubungan Konsumsi Jajanan Dengan Kejadian Karies Gigi Di
SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorontalo

Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi jajanan


dengan kejadian karies gigi, hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 1.1, dimana
hasil menunjukkan responden yang memilki konsumsi jajanan buruk dan memilki
karies gigi lebih banyak, sedangkan anak yang memilki konsumsi jajajnan baik
rata-rata responden yang tidak memilki karies gigi namun dengan jumlah

8
responden sedikit. Hasil ini dilihat dari hasil observasi karies gigi bahwa hampir
seluruh responden memilki karies gigi dan pengisian kuisioner untuk konsumsi
jajanan rata-rata responden memilki kebiasaan jajanan yang buruk yaitu dimana
mereka lebih banyak mengonsumsi makanan yang manis atau lengket.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Permatasari, di
SDN 157 Palembang dengan judul “ hubungan perilaku menggosok gigi dan pola
jajan anak dengan kejadian karies gigi”, hasil penelitian diperoleh bahwa pola
jajanan anak yang buruk cenderung tinggi, hal ini berpengaruh besar terhadap
kejadian karies gigi anak. dimana kedaan diperburuk dengan tingkat pengetahuan
anak dalam menggosok gigi yang kurang. Hal ini berkaitan dengan tingginya
angkakonsumsi makanan yang berpotensi tinggi dan sedang dalam menyebabkan
karies gigi pada anak.
Menurut pratiwi (2009) dikutib dari Dwi Lakoro (2015), pada umunya para
ahli sependapat bahwa kandungan karbohidrat dalam makanan kariogenik yang
paling erat berhubungan dengan proses karies gigi adalah sukrosa, karena
mempunyai kempuan yang lebih efesien terhadap pertumbuhan mikroorganisme
asidogenik di bandingkan karbohidrat lain, suksrosa banyak terkandung pada
makanan manis dan cemilan (snak) seperti roti, coklat, permen dan eskrim.
Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam, zat asam
inilah yang sangat disukai oleh streptococcus mutans yang meruoakan
mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi.
Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekueinsi yang lebih tinggi akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya karies gigi dibandingkan dengan
mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Menurut walker (2006) dikutib dalam Dwi Lakoro (2015), makanan dengan
pemanis buatan menipu tubuh dengan cara yang bisa meruntuhkan kebiasaan
makanan yang baik, makanan manis berpotensi melatih anak untuk
mengembangkan selera makanan manis secara berlebihan konsumsi makanan
kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan Ph plak tetap
dibawa normal yang menyebabkan demineralisasi email dan terjadilah
pembentukkan karies gigi.

9
Dari penjelasan diatas peneliti dapat meyimpulkan bahwa jumlah anak yang
sering mengonsumsi jajanan (kariogenik) dengan buruk lebih banyak terutama
anak yang memilki karies gigi. Hal ini di sebabkan karena mereka lebih menyukai
dan sering sekali makanan-makanan manis yang mengandung banyak karbohidrat
seperti eskri, coklat, peremen, makanan lunak/lengket. Kebiasaan anak
mengonsumsi makanan manis seperti coklat dan permen di sebabkan karena
makanan tersebut bentuknya dan rasanya yang lezat yang sangat disukai oleh
anak-anak. Dimana anak usia sekolah lebih senang untuk mengonsumsi makanan
kariogenik yang menyebabkan karies gigi dibandingkan dengan makanan yang
tidak menyebabkan karies gigi. Alasan tersebut dikarenakan makanan karogenik
lebih nikmat di konsumsi oleh siswa sekolah dasar tanpa tahu dampak yang
diakibatkan oleh kandungan karbohidrat yang ada didalam makanan kariogenik.

4.3.2. Analisis Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Karies Gigi Di Sdn 7
Dungaliyo Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antra status gizi dan kejadian karies gigi, tetapi dari hasil penelitan
menunjukkan dimana lebih banyak anak yang memilki status gizi tidak normal
(obesitas, gemuk dan kurus) lebih banyak anak yang memilki karies gigi,
sedangkan untuk status gizi normal lebih banyak anak yang tidak memilki karies
gigi. Dikarenakan anak yang memilki status gizi tidak normal dilihat dari hasil
kuisioner konsumsi jajanan rata-rata anak yang tidak normal lebih banyak
menjawab pertanyaan “ya” menunjukkan anak tersebut memilki konsumsi jajanan
yang buruk dan dilihat juga dari data anak yang karies gigi lebih banyak anak
yang obesitas yang memilki karies gigi yang tertinggi dikarena anak yang obesitas
sering mengonsumsi jajanan (kariogenik) yang buruk.
Hal tersebut berbeda dengan penelitian oleh Hana Yuan Kartikasari (2013),
hasil penlitian yang didapatkan pada anak kelas III dan IV SDN Kadipaten 1 dan
II, menunjukan bahwa ada hubungan antara karies gigi dan status gizi, bahwa
akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Anak
dengan fungsi penguyahan yang terganggu akan menghindari dan memilih

10
makanan tertentu, sehingga asupan makanan akan berkurang dan akan
berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut. Sebagaian responden menjelaskan
bahwa ketika menglami rasa sakit pada gigi, maka mereka akan memilih makanan
dalam bentuk lunak. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan terhadap fungsi
gigi, bahkan beberapa anak ada yang mengalami penurunan nafsu makan.
Menurut Dwita Rosdiana (2015) Anak yang memiliki status gizi yang buruk
dapat berdampak pada fungsi kelenjar ludah sehingga tidak maksimal dalam
pencegahan karies. Secara garis besar masalah gizi pada anak-anak dapat
berdampak buruk bagi kesehatan karena adanya ketidakseimbangan antara asupan
dan pengeluaran zat gizi maupun kesalahan dalam memilih makanan. Kekurangan
zat gizi esensial seperti vitamin A, C, D, kalsium, fosfor dan fluor pada anak-anak
dapat mempengaruhi perkembangan gigi sehingga lebih rentan terhadap karies.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terganggunya pembentukan gigi,
sedangkan kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfat dapat menyebabkan
perlambatan pola erupsi gigi
Dari hasil uji analisisi penelitian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
anak yang memilki karies gigi lebih banyak anak dengan status gizi tidak normal,
dimana anak yang memilki status gizi tidak normal (obesitas, gemuk dan kurus)
rata-rata anak memilki karies gigi lebih banyak terutama anak yang obesitas, dari
hasil observasi/wawancara anak yang memilki karies gigi kebanyakan responden
tidak mengeluh rasa sakit gigi, sehingga tidak menggagngu proses pencernaan
makanan, sehingga mereka lebih sering mengonsumsi jajajnan terutama jajanan
kariogenik yang menyebabkan karies gigi.

4.3.3. Analisis Hubungan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di


SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorontalo

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan antra menggosok gigi dan karies gigi di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten
gorontalo, dimna data menunjukkan anak yang menggosok gigi tidak sesuai
kebanyakan anak yang memilki karies gigi lebih banyak, sedangkan anak yang

11
menggosok gigi sesuai prosedur itu lebih banyak anak yang tidak karies gigi
dibandingkan anak yang karies gigi.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Permata Sari,
menunjukan bahwa pola jajan anak yang buruk cenderung tinggi hal ini
berpengaruh besar terhadap kejadian karies gigi anak, keadaan diperburuk dengan
tinggi pengetahuan anak dalam menggosok gigi yang kurang,sikap anak dalam
menggosok gigi yang tidak mendukung, dan tindakan anak dalam menggosok gigi
yang tidak baik.
Menurut Khotmi (2011) dikutib dalam Dwi Lakoro (2015), Penyebab utama
karies gigi (gigi berlubang) adalah pola hidup yang tidak sehat terutama berkaitan
dengan menggosok gigi, terjadinya karies gigi merupakan ciri-ciri nyata anak
dengan kondisi oral hygine buruk karena umumnya anak sulit menjaga kebersihan
mulut. Kesehatan gigi invidu merupakan salah satu faktor yang memepengaruh
terhadap kesehatan invidu tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya,
kebiasan menggosok gigi yang teratur atau sebaliknya perilaku kesehatan gigi
negatif misalnya, tidak menggosok gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi
dan mulut akan menurun dengan dampak anatara lain mudah berlubang. Pada
masa anak-anak merupakan waktu yang sanggat teapat untuk menerapkan dan
mengajarkan anak-anak tentang cara serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut yaitu dengan cara menyikat gigi karena pada masa anka-anak adalah salah
satu kelompok usia yang kritis untuk terkena penyakit gigi dan mulut seperti
karies gigi pada saat anak-anak mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi
permanen.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan menyikat gigi pada anak di
SDN 7 Dungaliyo Kabupaten gorontalo masi sangat memprihatinkan karena masi
rendahnya kesadaran anak untuk menyikat gigi dengan cara yang baik dan benar.
Pada kebanykan responden umunya mereka menyikat gigi pada saat mandi pagi
untuk pergi kesekolah dan saat mandi sore. Padahal waktu yang tepatnya untuk
menggosok gigi yaitu saat sesudah sarapan pagi dan sebelum tedur malam.
Banyak dari mereka juga yang hanya menggosok gigi 1 kali sehari. Berdasarkan

12
hasil wawancara yang di lakukan ternyara hal ini terjadi karena kurangnya
informasi, dan disekolah ini juga belum ada penyuluhan tentang kesehatan gigi.

13
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin paling banyak jenis kelamin perempuan, berdasarkan umur
terbanyak umur 9 tahun, berdasarkan berat badan terbanyak umur 15–21 kg,
berdasarkan tinggi badan terbanyak umur 121-125 dan 136-140,
berdasarkan karies gigi sama rata yang karies dan tidak karies masing-
masing 23 responden, konsumsi jajanan terbanyak kategori buruk,
berdasarkan status gizi lebih banyak anak yang status gizi tidak normal
(obesitas, gemuk, dan kurus), berdasarkan menggosok gigi lebih banyak
responden menggosok gigi tidak sesuai
5.1.2. Berdasarkan uji statistik chi square dengan tabulasi silang diperoleh
hubungan konsumsi jajanan terhadap kejadian karies gigi terdapat hubungan
yang signifikan dengan p value 0,005 (p < 0,005), hubungan status gizi
terhadap kejadian karies gigi tidak terdapat hubungan yang signifikan
dengan p value 044 (p > 0,005) , dan untuk hubungan menggosok gigi
dengan kejadian karies gigi terdapat hubungan yang dengan p value 0,000
(p < 0,005)

5.2. Saran

5.2.1. Bagi SDN 7 Dungaliyo


Dapat memberikan contoh-contoh bagi siswa tentang perilaku hidup bersih
dan sehat. Selain itu pendidikan kesehatan tentang PHBS dapat menumbuhkan
budaya hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa di sekolah maupun di
rumah
5.2.2. Puskesmas
Untuk meningkatkan penyuluhan kesehatan di berbagai sekolah yang berada
di Kecamatan Dunglaiyo khusunya yang menyangkut PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) pada anak sekolah dasar dan kejadian karies gigi pada anak.

14
5.2.3. Institusi UMG
Lebih memperbanyak literatur terkait PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) terhadap kejadian karies gigi pada siswa dan di SDN 7 Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo.
5.2.4. Bagi Profesi Perawat
Lebih mendukung instansi-instansi untuk melakukan penyuluhan kesehatan
dan sebagai tambhan informasi, wawasan bagi orang tua murid tentang penerepan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan karies gigi pada anak mereka.
5.2.5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Lebih menggali informasi tentang PHBS (Perilaku hidup bersihdan sehat)
yang berada di Sekolah sebagai bahan tindak lanjut untuk di telaah kembali.

15
LAMPIRAN

16
Lampiran 8 : Analisi Univariat dan Analisi Bivariat

1. Analisis Univariat

1.1. Karakteristik responden

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 19 41.3 41.3 41.3

perempuan 27 58.7 58.7 100.0

Total 46 100.0 100.0

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 7 9 19.6 19.6 19.6

8 9 19.6 19.6 39.1

9 11 23.9 23.9 63.0

10 7 15.2 15.2 78.3

11 5 10.9 10.9 89.1

12 5 10.9 10.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

berat badan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15-22 22 47.8 47.8 47.8

23-36 18 39.1 39.1 87.0

37-50 6 13.0 13.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

17
tinggi badan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 115-120 5 10.9 10.9 10.9

121-125 10 21.7 21.7 32.6

126-130 8 17.4 17.4 50.0

131-135 6 13.0 13.0 63.0

136-140 10 21.7 21.7 84.8

141-145 2 4.3 4.3 89.1

146-150 4 8.7 8.7 97.8

151-155 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

1.2. Frekuensi angka kejadian karies gigi

karies gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid karies 23 50.0 50.0 50.0

tidak karies 23 50.0 50.0 100.0

Total 46 100.0 100.0

1.3. Frekuensi konsumsi jajanan

konsumsi jajanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid buruk 39 84.8 84.8 84.8

baik 7 15.2 15.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

18
1.4. Frekuensi status gizi

status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 12 26.1 26.1 26.1

tidak normal 34 73.9 73.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

1.5. Frekuensi mengosok gigi

menggosok gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sesuai 24 52.2 52.2 52.2

sesuai 22 47.8 47.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

2. Analsisi bivariat

2.1. Hubungan karies gigi dengan konsumsi jajanan

konsumsi jajanan * karies gigi Crosstabulation

karies gigi

karies tidak karies Total

konsumsi jajanan buruk Count 23 16 39

Expected Count 19.5 19.5 39.0

% within konsumsi jajanan 59.0% 41.0% 100.0%

% of Total 50.0% 34.8% 84.8%

baik Count 0 7 7

Expected Count 3.5 3.5 7.0

% within konsumsi jajanan .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 15.2% 15.2%

19
Total Count 23 23 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within konsumsi jajanan 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.256a 1 .004

Continuity Correctionb 6.066 1 .014

Likelihood Ratio 10.967 1 .001

Fisher's Exact Test .009 .005

Linear-by-Linear Association 8.077 1 .004

N of Valid Casesb 46

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.

b. Computed only for a 2x2 table

2.2. Hubungan karies gigi dengan status gizi

status gizi * karies gigi Crosstabulation

karies gigi

Karies tidak karies Total

status gizi normal Count 3 9 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within status gizi 25.0% 75.0% 100.0%

% of Total 6.5% 19.6% 26.1%

tidak normal Count 20 14 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within status gizi 58.8% 41.2% 100.0%

% of Total 43.5% 30.4% 73.9%

Total Count 23 23 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

20
% within status gizi 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.059a 1 .044

Continuity Correctionb 2.819 1 .093

Likelihood Ratio 4.204 1 .040

Fisher's Exact Test .091 .045

Linear-by-Linear Association 3.971 1 .046

N of Valid Casesb 46

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.

b. Computed only for a 2x2 table

2.3. Hubungan karies gigi dengan menggosok gigi

menggosok gigi * karies gigi Crosstabulation

karies gigi

karies tidak karies Total

menggosok gigi tidak sesuai Count 19 5 24

Expected Count 12.0 12.0 24.0

% within menggosok gigi 79.2% 20.8% 100.0%

% of Total 41.3% 10.9% 52.2%

sesuai Count 4 18 22

Expected Count 11.0 11.0 22.0

% within menggosok gigi 18.2% 81.8% 100.0%

% of Total 8.7% 39.1% 47.8%

Total Count 23 23 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within menggosok gigi 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

21
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 17.076a 1 .000

Continuity Correctionb 14.723 1 .000

Likelihood Ratio 18.344 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.705 1 .000

N of Valid Casesb 46

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.

b. Computed only for a 2x2 table

22

Anda mungkin juga menyukai