Pembahasan CBT COMBO 1 Patofisiologi
Pembahasan CBT COMBO 1 Patofisiologi
PEMBAHASAN TO 1 PATOFISIOLOGI
OPTIMAPREP
BATCH I UKMPPD 2016
dr. Widya, dr. Cemara, dr. Yolina, dr. Retno, dr. Yusuf, dr. Reza
OFFICE ADDRESS:
• Tuberkulosis postprimer
– Muncul bertahun-tahun setelah tb primer, di segmen apikal lobus
superior atau lobus inferior.
– Dapat sembuh tanpa bekas atau sembuh dengan jaringan fibrosis,
pengapuran, atau kavitas yang menciut & terlihat seperti bintang.
– Morfologi: fokus putih keabuan-kuning berbatas tegas, perkejuan
sentral, & fbrosis perifer.
• Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpuan Dokter Paru Indonesia. 2006
• Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 8th ed.
1. Tuberkulosis
1. Tuberkulosis
BTA: ≥ 1+ BTA: - - -
TB Bukan TB
Pelatihan DOTS. Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI; 2008.
1. Tuberkulosis
Tipe Pasien Definisi
Baru Belum pernah/sudah pernah OAT <1 bulan
Kambuh/relaps Pernah sembuh atau OAT lengkap, kembali BTA +
Defaulted/drop out OAT >1 bulan, tidak mengambil obat ≥2 bulan
Gagal Telah berobat tapi BTA tetap + pada akhir bulan ke-5
Kronik BTA + dengan OAT kategori 2
Bekas TB BTA -, Ro: tidak aktif
Paduan Obat Tipe Pasien
Kategori 1: Pasien baru, TB paru BTA (-), TB ekstra paru.
2RHZE/4(RH)3
Kategori 2 Kambuh, gagal, default/drop out
2RHZES/RHZE/5(RHE)3
Kategori anak Anak dengan skor TB ≥6
2RHZ/4RH
Profilaksis anak Anak dengan kontak penderita TB BTA (+)
6INH 5-10 mg/kgBB
2. Penyakit Paru
Scanlon PD. The pathogenesis and pathology of COPD. Adv stud med. 2004.
2. Penyakit Paru
A. Gambaran Klinis PPOK
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
• Pink puffer
– Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed – lips
breathing
• Blue bloater
– Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di
basal paru, sianosis sentral dan perifer
• Pursed - lips breathing
– Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
• Gejala eksaserbasi :
– Sesak bertambah
– Produksi sputum meningkat
– Perubahan warna sputum
• Tanda klinis: sesak napas, mengi, & hiperinflasi. Serangan berat: sianosis,
gelisah, sukar bicara, takikardi, penggunaan otot bantu napas.
GDT
Besi serum
Ya Tidak
Retikulosit
•Diet kurang
Uji Schilling: Peny. Sintesis
•Malabsorpsi dipicu obat •Toksisitas alkohol
membaik DNA herediter
Obat yang •Reseksi jejunum •Hipotiroidisme
dgn faktor
mengganggu •Tropical sprue, sensiivitas •Penyakit hati
intrinsik •Anemia hemolitik
DNA thd gluten.
•Peningkatan kebutuhan: •Anemia hemoragik
Bila bukan sebab
kehamilan, hemolisis kronik
Ya Tidak diatas: periksa
sumsum tulang
Anemia Peny. Ileal, pembedahan
pernisiosa, Pertumbuhan berlebihan •MDS
Reseksi bakteri usus halus •Aplasia eritrosit
gaster Cacing pita •Anemia sideroblastik didapat
Malabsorpsi karena obat •Anemia diseritropoeitik herediter
tipe I, tipe III
6. Sindrom Koroner Akut
• Gejala khas
– Rasa tertekan/berat di bawah dada, menjalar ke lengan
kiri/leher/rahang/bahu/ulu hati.
– Dapat disertai berkeringat, mual/muntah, nyeri perut, sesak napas, & pingsan.
• Angina stabil:
– Umumnya dicetuskan aktivtas fisik atau emosi (stres, marah, takut),
berlangsung 2-5 menit,
– Angina karena aktivitas fisik reda dalam 1-5 menit dengan beristirahat &
nitrogliserin sublingual.
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
6. Sindrom Koroner Akut
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
6. Sindrom Koroner Akut
ACC/AHA, acute coronary syndrome
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
7. Diabetes Mellitus
Human Physiology.
Human Physiology.
Guyton and Hall textbook of medical physiology.
8. Penyakit Endokrin
8. Penyakit Endokrin
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Human Physiology
9. Penyakit Endokrin
• Klasifikasi klinis insufisiensi
adrenal:
– Insufisiensi adrenal primer
(Addison’s disease):
gangguan pada korteks
adrenal
– Insufisiensi adrenal sekunder:
sekresi ACTH menurun.
– Insufisiensi adrenal tersier:
sekresi CRH menurun.
Hiperpigmentasi daerah
friksi
Hiperpigmentasi mukosa
9. Penyakit Endokrin
• Krisis Adrenal = krisis Addison = krisis adrenal akut =
insufisiensi adrenal akut
– Definisi: kegagalan akut/mendadak korteks adrenal untuk
menghasilkan kortisol yang mencukupi kebutuhan
fisiologis. Dapat dipresipitasi oleh stres fisiologi pada
pasien yang rentan.
– leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
Inflamasi - + + +
Temuan Sendi Bouchard’s nodes Ulnar dev, Swan Kristal urat En bloc spine
Heberden’s nodes neck, Boutonniere enthesopathy
Perubahan Osteofit Osteopenia erosi Erosi
tulang erosi ankilosis
– or both.
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
13. Gagal Jantung
• Framingham criteria:
– ≥ 2 major or 1 major + 2 minor
– Minor criteria are acceptable only if they cannot be
attributed to another medical condition (e.g., pulmonary
hypertension, chronic lung disease, cirrhosis, ascites,
nephrotic syndrome).
14. Penyakit katup Jantung
14. Penyakit katup Jantung
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
14. Penyakit katup Jantung
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
15. Penyakit Hepatobilier
• Kolelitiasis:
– Nyeri kanan atas/epigastrik
mendadak, hilang dalam 30
menit-3 jam, mual, setelah makan
berlemak.
• Kolesistitis:
– Nyeri kanan atas
bahu/punggung, mual, muntah,
demam
– Nyeri tekan kanan atas (murphy
sign)
• Koledokolitiasis:
– Nyeri kanan atas, ikterik, pruritis,
mual.
• Kolangitis:
– Triad Charcot: nyeri kanan atas,
ikterik, demam/menggigil
– Reynold pentad: charcot + syok &
mitral stenosis
Pathophysiology of disease. 2nd ed. Springer; 2006.
15. Penyakit Hepatobilier
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnosis Terapi
Fisis Penunjang
Nyeri epigastrik Membaik dgn Tidak spesifik Urea breath test Dispepsia PPI:
Kembung makan (ulkus (+): H. pylori ome/lansoprazol
duodenum), Endoskopi: H. pylori:
Memburuk dgn eritema (gastritis klaritromisin+amok
makan (ulkus akut) silin+PPI
gastrikum) atropi (gastritis
kronik)
luka sd submukosa
(ulkus)
Nyeri epigastrik Gejala: mual & Nyeri tekan & Peningkatan enzim Pankreatitis Resusitasi cairan
menjalar ke muntah, Demam defans, perdarahan amylase & lipase di Nutrisi enteral
punggung Penyebab: alkohol retroperitoneal darah Analgesik
(30%), batu (Cullen:
empedu (35%) periumbilikal, Gray
Turner: pinggang),
Hipotensi
Nyeri kanan atas/ Prodromal Ikterus, Transaminase, Hepatitis Akut Suportif
epigastrium (demam, malaise, Hepatomegali Serologi HAV,
mual) kuning. HBSAg, Anti HBS
Nyeri kanan atas/ Risk: Female, Fat, Nyeri tekan USG: hiperekoik Kolelitiasis Kolesistektomi
epigastrium Fourty, Hamil abdomen dgn acoustic Asam
Prepitasi makanan Berlangsung 30-180 window ursodeoksikolat
berlemak, Mual, menit
TIDAK Demam
Nyeri epigastrik/ Mual/muntah, Murphy Sign USG: penebalan Kolesistitis Resusitasi cairan
kanan atas Demam dinding kandung AB: sefalosporin
menjalar ke bahu/ empedu (double gen. 3 +
punggung rims) metronidazol
Kolesistektomi
ILMU BEDAH, ANASTESIOLOGI DAN
RADIOLOGI
16. Phimosis
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus terjepit di sulkus
koronarius
• Komplikasiinfeksi
• Gawat darurat bila
– Balanitis
– Obstruksi vena
– Postitis superfisial edema dan
– Balanopostitis nyeri Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6 • Treatment
weeks) for spontaneous – Manual reposition
retraction – Dorsum incision
– Dorsum incisionbila
telah ada komplikasi
Hydrocele
Anorchia the absence of both testes at birth
• Normal outside genitals before puberty
• Failure to start puberty at the correct time
• Empty scrotum
• Lack of secondary sex characteristics
• penis and pubic hair growth
• deepening of the voice
• increase in muscle mass
optimized by optima
EXTRACARDIAC OBSTRUCTIVE
• Impaired diastolic filling (decreased • Impaired systolic contraction
ventricular preload) (increased ventricular afterload)
– Direct venous obstruction (vena – Right ventricle
cava) • Pulmonary embolus
• intrathoracic obstructive (massive)
tumors • Acute pulmonary
– Increased intrathoracic pressure hypertension
• Tension pneumothorax – Left ventricle
• Mechanical ventilation (with • embolus
excessive pressure or volume • Aortic dissection
depletion)
• Asthma
– Decreased cardiac compliance
• Constrictive pericarditis
• Cardiac tamponade
optimized by optima
DISTRIBUTIVE
• Septic (bacterial, fungal, viral, rickettsial)
• Toxic shock syndrome
• Anaphylactic, anaphylactoid
• Neurogenic (spinal shock)
• Endocrinologic
– Adrenal crisis
– Thyroid storm
• Toxic (e.g., nitroprusside, bretylium)
optimized by optima
optimized by optima
Hypovolemic shock
• Shock caused by Loss of circulating blood
decreased preload due to volume (Plasma)
intravascular volume loss
(1/5 of blood volume) Normal Blood Volume:
– Results in decreased CO
– SVR is typically increased in
- 7% IBW in adults
an effort to compensate
– Causes: - 9% IBW in kids
• Hemorrhagic – trauma, GI
bleed, hemorrhagic
pancreatitis, fractures
• Fluid loss induced –
Diarrhea, vomiting, burns
Hypovolemic
• Hemorrhagic • Interstitial fluid redistribution
– Trauma – Thermal injury
– Gastrointestinal – Trauma
– Retroperitoneal – Anaphylaxis
• Fluid depletion • Increased vascular capacitance
(nonhemorrhagic) (venodilatation)
• External fluid loss – Sepsis
– Dehydration – Anaphylaxis
– Vomiting – Toxins/drugs
– Diarrhea
– Polyuria
optimized by optima
Hemorrhaegic Shock
Volume Perdarahan Fraktur Femur
Anal Atresia Anal opening (-), The anal opening in the wrong place,abdominal
distention, failed to pass meconium,meconium excretion from the fistula
(perineum, rectovagina, rectovesica, rectovestibuler).
Low lesionthe colon remains close to the skin stenosis anus, or the
rectum ending in a blind pouch.
High lesionthe colon is higher up in the pelvis fistula
Hypertrophic Hypertrophy and hyperplasia of the muscular layers of the pylorus
Pyloric functional gastric outlet obstruction
Stenosis Projectile vomiting, visible peristalsis, and a palpable pyloric tumor(Olive
Disorder Clinical Presentation
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Congenital Malformation
Disorder Definition Radiologic Findings
http://emedicine.medscape.com/
Atresia anii
Duodenal atresia
Intussusception
Hirschprung
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om
http://emedicine.medscape.com/article/2047916
Simple/Closed Blunt trauma Opening in lung tissue that leaks air into
Pneumothorax spontaneous chest cavity, Chest Pain,Dyspnea,Tachypnea
Decreased Breath Sounds on Affected
Side,hipersonor
Open Pneumothorx Penetrating Opening in chest cavity that allows air to
chest wound enter pleural cavity, Dyspnea,Sudden sharp
pain,Subcutaneous Emphysema
Decreased lung sounds on affected side
Red Bubbles on Exhalation from wound
(Sucking chest wound)
Disorders Etiology Clinical
Tension Anxiety/Restlessness, Severe ,Poor Color
Penumothorax Dyspnea,Tachypnea,Tachycardia
Absent Breath sounds on affected side,
Accessory Muscle Use, JV Distention
Narrowing Pulse Pressures,Hypotension
Tracheal Deviation, hypersonor
Pleural Efusion congestive heart Dyspnea, cough, chest pain, which results from
failure, pleural irritation, Dullness to percussion,
pneumonia, decreased tactile fremitus, and asymmetrical
malignancy, or chest expansion, with diminished or delayed
pulmonary expansion on the side of the effusion, decreased
embolism tactile fremitus, and asymmetrical chest
infection expansion, diminished or delayed expansion on
the side of the effusion
http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/
http://emedicine.medscape.com/article/424547
Needle Decompression
Open Pneumothorax
Inhale Th/ :
Inhale • ABC’s dengan c-spine
control sesuai indikasi
• Oksigen aliran
tinggibag valve mask
• Suara napas berkurang
pada dada yang terkena
• Pasang occlusive
Luka pada dinding dada menyebabkan paru dressing pada luka
kolaps karena peningkatan tekanan pada
rongga pleura
• Memberitahukan RS dan
Dapat mengancam jiwa dan memburuk unit trauma secepatnya
dengan cepat
http://www.cssolutions.biz
Occlusive dressing
http://emedicine.medscape.com/article/433779
Flail chest:
FLAIL CHEST • Beberapa tulang iga
• Beberapa garis fraktur pada
satu tulang iga
Treatment
ABC’s dengan c-spine control sesuai indikasi
Analgesik kuat
intercostal blocks
Hindari analgesik narkotik
Ventilation membaik tidal volume meningkat, oksigen darah
meningkat
Ventilasi tekanan positif
Hindari barotrauma
Chest tubes bila dibutuhkan
Perbaiki posisi pasien
Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman dan membantu
mengurangi nyeriPasien miring pada sisi yang terkena
Aggressive pulmonary toilet
Surgical fixation rarely needed
Rawat inap24 hours observasion
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Cardiac Tamponade
Gejala Pemeriksaan Fisik
• Takipnea dan DOE, rest • Takikardi
air hunger • Hypotension shock
• Weakness • Elevated JVP with blunted
• Presyncope y descent
• Dysphagia • Muffled heart sounds
• Batu • Pulsus paradoxus
• Anorexia – Bunyi jantung masih
terdengar namun nadi
• (Chest pain) radialis tidak teraba saat
inspirasi
• (Pericardial friction rub)
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
21. Buerger’s Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
• Secara khusus dihubungkan dengan merokok
• Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
pembuluh darah tibial
• Presentation
– Nyeri saat beristirahat
– Gangrene
– Ulceration
• Recurrent superficial thrombophlebitis (“phlebitis migrans”)
• Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
• Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
• Progresivitas – dari distal ke proximal
• Remisi klinis dengan penghentian merokok
Buerger’s treatment
• Rawat RS
• Memastikan diagnosis dan arterial imaging.
• Vasoactive dilation is done during initial
admission to hospital, along with debridement of
any gangrenous tissue.
• Tatalaksana selanjutnya diberikan bergantung
keparahan dan derajat nyeri
• Penghentian rokok menurunkan insidens
amputasi dan meningkatkan patensi dan limb
salvage pada pasien yang melalui surgical
revascularisation
Vasoactive drugs
• Nifedipine dilatasi perifer dan meningkatkan
aliran darah distal
– Diberikan bersamaan dengan penghentian rokok,
antibiotik dan iloprost
• Pentoxifylline and cilostazol have had good
effects, although there are few supportive data.
Pentoxifylline has been shown to improve pain
and healing in ischaemic ulcers. Cilostazol could
be tried in conjunction with or following failure of
other medical therapies (e.g., nifedipine).
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1148/treatment/step-by-
step.html
Arteritis Takayasu
• Vaskulitis dari pembuluh darah besar, yang melibatkan
aorta dan cabang-cabang utamanya
• Lebih sering pada wanita dan bergejala sebelum usia 40 thn
• Typical symptoms
– Klaudikatio ekstremitas saat beraktivitas
– Nyeri dada
– Gejala sistemikpenurunan berat badan, malaise, demam
subfebris, myalgia.
• On examination
– Bruit pada karotis, aorta abdominal atau a.subclavia
– Perbedaan TD
• Antara sisi kanan dan kiri
• Antara ektremitas atas dan bawah
– Murmur karena aorta regurgitasibila terdapat dilatasi dari
cabang aorta
Classification
IIA
Abdominal aorta,
renal arteries, or
both
Ascending aorta,
aortic arch, and its uvahealth.com
Type IIa region Thoracic
branches
plus thoracic descending aorta,
descending abdominal aorta,
aorta renal arteries, or a
combination
intechopen.com http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-cardiology/volume-7-number-2/
Acute Limb Ischemia
Chronic Limb
Ischemia
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml
23. Hernia
HERNIA HIATALHERNIA DIAFRAGMATIKA
/VENTRAL HERNIA
Tipe Hernia Definisi
•Congenital ~ indirect
•Acquired ~ direct or indirect
•Indirect Hernia
•has peritoneal sac
•lateral to epigastric vessels
•Direct Hernia
•usually no peritoneal sac
•through Hasselbach triangle,
medial to epigastric vessels
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Epididymitis
• Inflamasi dari epididimis
• Bila ada keterlibatan
testisepididymoorchit
is
• Biasanya disebabkan
oleh STD
• Common sexually
transmitted pathogen,
Chlamydia
PRESENTATION TREATMENT
• Nyeri skrotum yang • ORAL ANTIBIOTIC.
menjalar ke lipat paha dan
pinggang. • SCROTAL ELEVATION,
• Pembengkakan skrotum bed rest,&use of
karena inflamasi atau
hidrokel NSAID.
• Gejala dari uretritis, • admission & IV drugs
sistitis, prostatitis.
used.
• O/E tendered red scrotal
swelling. • in STD treat partner.
• Elevation of scrotum
relieves painphren sign • in chronic pain do
(+) epididymectomy.
24. Acute Achilles Tendon Rupture
• Adults 40-50 y.o.
primarily affected (M>F)
• Athletic activities,
usually with sudden
starting or stopping
• “Snap” in heel with pain,
which may subside
quickly
Diagnosis
• Weakness in
plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
http://emedicine.medscape.com/article/1922965-overview
http://www.qualitycarept.com/Injuries-Conditions/Foot/Foot-
Issues/Achilles-Tendon-Problems/a~253/article.html
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
26. Epispadia
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hipospadia
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
27. Osteomielitis
• Peradangan pada tulang dan sumsum
tulang(bone marrow) disebabkan oleh kuman.
• Walaupun tulang normalnya tahan terhadap
kolonisasi bakteri, trauma, operasi, adanya
benda asing atau prostese dapat
menyebabkan rusaknya integritas tulang
sehingga akan menyebabkan infeksi pada
tulang
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/1348767-overview#a0112
Pathogenesis
Waldvogel, 1971 Symptoms
• Nonspecific symptoms
1. Hematogenous – Demam
– Menggigil
2. Contiguous – Malaise
focus of – Letargi
– Iritabilitas
infection • The classic signs of
inflammation, including local
3. Direct pain, swelling, or redness,
may also occur and normally
inoculation disappear within 5-7 days
• S aureus Bakteri penyebab yang paling
sering ditemukan, diikuti dengan
Pseudomonas dan Enterobacteriaceae.
• Bakteri yang lebih jarang adalah anaerobe
gram-negative bacilli.
• Intravenous drug users may acquire
pseudomonal infections
http://www.hawaii.edu/medicin
e/pediatrics/pedtext/s19c04.htm
l
RESPIRATIONS/VENTILATIONS
NONE
YES
REPOSITION AIRWAY
ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Circulation)
PERFUSION
IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Disability)
MENTAL STATUS
DELAYED IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
29. The Breast
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
• Treatment FAM:
– Watchfull waiting
– Traditional open excisional biopsy
• Biopsy
– Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
– Untuk menentukan adanya suatu penyakit
Pemeriksaan Radiologis Payudara
• USG Mamae
– Tujuan utama USG mamae adalah untuk
membedakan massa solid dan kistik
– Sebagai pelengkap pemeriksaan klinis dan
mamografi
– Merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
wanita usia muda (<35) dan berperan dalam
penilaian hasil mamografi ‘ dense’ breast
Mammography
• Skrening wanita usia 50thn atau lebih yang
asimptomatik
• Skrening wanita usia 35 thn atau lebih yang
asimtomatik dan memiliki resiko tinggi terkena
kanker payudara :
– Wanita yang memiliki saudara dengan kanker
payudara yang terdiagnosis premenopaus
– Wanita dengan temuan histologis yang memiliki resiko
ganas pada operasi sebelumnya, spt atypical ductal
hyperplasia
• Untuk pemeriksaan wanita usia 35 thn atau lebih
yang simptomatik dengan adanya massa pada
payudara atau gejala klinis kanker payudara yang
lain
www.rad.washington.edu
Types of Biopsy Definitions
Excisional biopsy Bila seluruh massa atau area yang dicurigai dapat diangkat
Incisional biopsy Bila hanya sebagian jarinngan sebagai sampel, yang dapat
or core biopsy diangkat, dengan tetap mempertahankan gambaran
histologis jaringan dan sel yang diambil
Needle aspiration Bila sampel jaringan atau cairan diambil dengan jarum tanpa
biopsy mempertahankan gambaran histologisnya
Terminology Definitions
Enucleation Pengangkatan massa tanpa memotong atau mengiris massa
tersebuteye enucleation
Debulking Operasi pengangkatan bagian dari tumor ganas yang tidak
dapat diangkat semuanya, untuk meningkatkan efektivitas
dari radiasi atau kemoterapi
Extirpation Pengangkatan massa dari suatu organ atau jaringan
30. Ileus Obstruksi
Obstruction
Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan karena
adanya kelainan struktural sehingga menghalangi gerak
peristaltik usus.
Partial or complete
Simple or strangulated
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Penyebab- Usus Halus
Luminal Mural Extraluminal
Benda asing Neoplasims Postoperative
Bezoars lipoma adhesions
Batu Empedu polyps
Sisa-sisa leiyomayoma Congenital
makanan hematoma adhesions
A. Lumbricoides
lymphoma
carcimoid Hernia
carinoma
secondary Tumors Volvulus
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
1. Anamnesis
The Universal Features
Nyeri kolik (Colicky abdominal pain), muntah, konstipasi (absolute),
distensi abdominal.
Anamnesis Lengkap
•Rapid dehydration
Persistent pain may be a sign of strangulation
Relative and absolute constipation
2. Pemeriksaan Fisik
General Abdominal Others
34. Cataract
• Any opacity of the lens or loss of transparency of the lens that causes
diminution or impairment of vision
• Classification : based on etiological, morphological, stage of maturity
• Etiological classification :
Senile
Traumatic (penetrating, concussion, infrared irradiation, electrocution)
Metabolic (diabetes, hypoglicemia, galactosemia, galactokinase deficiency,
hypocalcemia)
Toxic (corticosteroids, chlorpromazine, miotics, gold, amiodarone)
Complicated (anterior uveitis, hereditary retinal and vitreoretinal disorder, high myopia,
intraocular neoplasia
Maternal infections (rubella, toxoplasmosis, CMV)
Maternal drug ingestion (thalidomide, corticosteroids)
Presenile cataract (myotonic dystrophy, atopic dermatitis)
Syndromes with cataract (down’s syndrome, werner’s syndrome, lowe’s syndrome)
Hereditary
Secondary cataract
• Morphological classification : • Sign & symptoms:
Capsular – Near-sightedness (myopia
Subcapsular shift) Early in the
Nuclear development of age-related
cataract, the power of the
Cortical lens may be increased
Lamellar – Reduce the perception of
Sutural blue colorsgradual
• Chronological classification: yellowing and opacification of
Congenital (since birth) the lens
Infantile ( first year of life) – Gradual vision loss
Juvenile (1-13years) – Almost always one eye is
Presenile (13-35 years) affected earlier than the
other
Senile
– Shadow test +
Klasifikasi morfologi katarak
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
pastimultifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
BEDAH KATARAK
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
•Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi
sekunder lensa intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma,
mata dengan predisposisi terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien
mengalami ablasio retina, mata dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
•Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan
getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi
lumbus yang kecil
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop
(slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
• Migren: nyeri kepala primer dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali
unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan
depresi
• Penyebab Idiopatik (belum diketahui hingga saat ini) :
• Gangguan neurobiologis
• Perubahan sensitivitas sistem saraf
• Avikasi sistem trigeminalvaskular
• Pada wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1.
Faktor Predisposisi
• Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan hormonal.
• Puasa dan terlambat makan
• Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buahbuahan.
• Cahaya kilat atau berkelip
• Banyak tidur atau kurang tidur
• Faktor herediter
• Faktor kepribadian
Kriteria Diagnosis Migrain
Alur Tatalaksana Migrain Akut
Gilmore B, Michael B. Treatment of Acute Migrain. AAFP Volume 83, Number 3 . 2011
Penatalaksanaan Migrain
• Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan.
• Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan
dikompres dingin
Pengobatan Abortif :
1. Analgesik spesifik analgesik khusus untuk nyeri kepala.
– Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan NSAID.
Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan Triptan (agonis selektif
reseptor serotonin / 5-HT1)
– Ergotamin dan DHE migren sedang sampai berat apabila analgesik non
spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
– Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak
terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal.
IDI. Panduan praktik klinis bagia dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Ed I.2013
2. Analgesik non-spesifik
Yakni: analgesik yang dapat digunakan pada nyeri selain nyeri kepala
Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala residual ringan atau hilang
dalam 2 jam)
• Aspirin 600-900 mg + metoclopramide
• Asetaminofen 1000 mg
• Ibuprofen 200-400 mg
– Cryptococcoma
– Pyogenic abscess
– Nocardia
– CNS Syphilis (gumma)
• Two key things to ALWAYS remember in the
management of HIV infected patients
– HIV infection does not prevent the development
of a non-HIV related problem
– Opportunistic problems are related to the CD4 (+)
cell count.
• If the count is > 200-300, the problem is probably not
related to the HIV infection.
Sn’s or Sx’s of
CNS
Disease
Glucose
CD 4 > 200 CD 4 < 200
Calcium
Evaluate for Non-
Sodium
HIV Related If Focal Signs If No Focal Signs
Diagnosis
Blood Gas
Drugs
Image Lumbar Puncture
India Ink
Imaging Negative
Cryptococcal Ag
Cytology
Imaging Positive
TB culture
Routine Culture
Treat for
Toxoplasmosis ?
Approach to Patient
(cont)
Treat for
Toxoplasmosis
Response No Response
Continue
Treat for TB
Treatment
Response No Response
Continue
Brain Biopsy
Treatment
Approach to the Patient
• Try to avoid the use of steroids because the
“diagnostic” test is response to therapy
• If there is significant neurological deficit
and/or concerns about herniation then
– Have no choice but to use steroids
– May want to treat for several things
• If a brain biopsy is not obtainable
Toxoplasmosis
• The most common in the west of the CNS space occupying
lesions in a person with a CD4 count <200 (usually < 100)
– Prevalence of toxoplasma CNS disease is unknown in Botswana
– Seroprevalence is low
• Reactivation disease
– Cat feces
– Meat
• Presentation is typically sub acute and focal
– May be seizures
• Multiple ring enhancing lesions
– 1/3 single lesion
• CSF is normal or non-specific
Toxoplasmosis
• Other than a biopsy there is no good
diagnostic test
– Antibody testing is very non-specific and
occasionally insensitive
– Usual “diagnostic” test is response to Rx
• Expect response to treatment in 2 weeks
Toxoplasmosis
• Things that make toxo unlikely
– Negative toxo serology
– Patient taking Co-trimoxazole prophylaxis
– CD4 count > 100
• Treatment
– Pyrimethamine (50-100 mg QD) plus leucovorin and Sulfadiazine (1 gm
QID)
– Alternatives
• Fansidar 2-3 daily
• Atovoquone 750 mg QID
• Azithromycin 1200 mg QD
• Clindamycin 600 QID
• Co-trimoxazole 10mg/kg/day of trimethoprim
• Dapsone 100 mg QD
39. Stroke
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila (2012)
• Transient Ischemic Attack (TIA):defisit neurologik fokal akut yang timbul
karena iskemia otaksepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat
dalam waktu tidak lebihdari 24 jam.
• Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologik fokal akut
yang timbul karena iskemia otak berlangsung lebih dair 24 jam dan
menghilang tanpa sisa dalam waktu 1 – 3 minggu.
• Stroke in Evolution (Progressing Stroke): deficit neurologik fokal akut
karenagangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan me
ncapai maksimal dalam beberapa jam hingga beberapa hari4.
• Stroke in ResolutionStroke in resolution: deficit neurologik fokal akut
karenagangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan da
n mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa hari.
• Completed Stroke (infark serebri): defisit neurologi fokal akut karena
oklusi ataugangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi
stabil tanpamemburuk lagi
40. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
• By far the most common entrapment
neuropathy, especially of the upper extremity.
• Caused by compression of the Median Nerve
at the wrist by the Transverse Carpal
Ligament.
• “Classic” patient is a 40-something y/o female
complaining of dominant-hand weakness,
clumsiness, or stiffness with nocturnal
dysesthesias (waking up at night due to
painful hand numbness).
CTS statistics
• As many as 1 in 10 Americans will experience CTS
at some point in their lives.
• Female to Male ration = 4:1
• More than 50% of patients with CTS have
bilateral involvement, though symptoms are
usually worse in dominant hand.
• Associated with repetitive wrist/hand motions.
– Secretaries, computer use, writers, shop workers, etc.
CTS signs/symptoms
• Nocturnal dysesthesia: Patients will complain
of waking up due to “painful numbness” of
their hand. They will “shake it out,” or run
water over it, or rub hands together to try to
relieve the symptoms.
• Subjective complaints regularly include
involvement of the underside of the forearm,
and can even radiate proximal to the elbow!
• Onset usually insidious, present for months.
CTS signs/symptoms
• Complaints of hand weakness are common;
may include “stiffness,” “clumsiness,” and
difficulty with gripping/holding things in
affected hand.
• Pain, numbness, burning, loss of sensation in a
median nerve-distribution of the palm.
– Subjective complaints involving any of the first
three fingers carries an 80% sensitivity!!!
CTS signs/symptoms
• Most CTS complaints are secondary to
sensation changes; even fine motor skill loss is
usually more due to loss of sensation than
motor weakness.
• Muscle atrophy is classically appreciated in
the “APB,” Abductor Pollicis Brevis muscle,
which provides bulk to the thenar emenince.
– Muscle wasting, however, is a LATE finding of CTS.
Therefore, just because a patient’s thenar
eminence and/or motor exam is normal, does not
r/o CTS!
Median Nerve Supply
• A cool pneumonic to remember the palmar
muscles that are innervated by the Median
Nerve: Meat-LOAF
– Meat – Median nerve
– L – lumbricals 1 and 2
– O – opponens pollicis
– A – abductor pollicis brevis
– F – flexor pollicis brevis
Phalen’s Test
• Performed by maximally flexing the wrist;
between 30 seconds to 1 minute of this will
worsen or reproduce pain or tingling in 80% of
cases of CTS.
• It is POSITIVE if symptoms are worsened or
reproduced.
– It is NEGATIVE, of course, if they are not.
Tinel’s Sign
• Test for by percussing over the carpal tunnel.
• Tinel’s sign is PRESENT if paresthesias or pain
in median nerve distribution are produced by
this action.
– The sign is ABSENT if not.
CTS
• In most cases, a diagnosis of CTS can be
reasonably arrived at through a thorough
history and physical exam. Even so, there are
diagnostic tests which are used to help
confirm the diagnosis and rule out other
possible diagnoses.
EMG and NCV in CTS
• Electromyography (EMG) looks at the
electrical activity of muscles, both at rest and
during contraction.
• EMG is abnormal in ~ 70% of cases of CTS.
• Nerve Conduction Velocities (NCV) measure
the speed and efficiency with which nerves
are transmitting electrical signals.
• NCV is abnormal in ~75-85% of CTS cases.
Differential Diagnoses that can mimic CTS
• Cervical radiculopathy
• Thoracic Outlet Syndrome
• Pronator Teres Syndrome
• Reflex Sympathetic Dystrophy
• Diabetic neuropathy
Conditions that have been associated with
CTS
• Multiple Myeloma
• Rheumatoid Arthritis
• Pregnancy
• Amyloidosis
• A/V dialysis shunts
• Endocrine/Pituitary abnormalities
– Hypothyroidism
– acromegaly
CTS treatment
• Most cases of CTS can be adequately treated with
conservative (i.e. non-surgical) management.
– Rest
– NSAIDs, steroid injections
– Neutral-position splints
• Surgical management is generally reserved for:
– CTS refractory to conservative management.
– CTS with severe sensory loss and/or thenar atrophy.
Surgical treatment of CTS
• Surgery for CTS involves either open or
endoscopic approach with the same goal:
surgical division of the Transverse Carpal
Ligament.
• Approximately 90% of surgically-treated
patients report satisfactory results, with either
improvement or resolution of symptoms of
CTS.
– Complication rate ~ 2%
ILMU PSKIATRI
41. Sign & Symptom
Symptoms Description
Illusion Perceptual misinterpretation of a real external stimulus.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Gangguan Afektif
Mania
• Mood harus meningkat, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal
untuk individu yang bersangkutan. Perubahan mood minimal
berlangsung 1 minggu.
• Gejala:
– 1) peningkatan aktivitas,
– 2) banyak bicara,
– 3) flight of idea,
– 4) hilangnya inhibisi dari norma sosial,
– 5) berkurangnya kebutuhan tidur,
– 6) harga diri atau ide-ide kebesaran yang berlebihan,
– 7) distraktibillitas atau perubahan aktivitas atau rencana yang konstan,
– 8) perilaku berisiko atau ceroboh tanpa menyadari akibatnya,
– 9) peningkatan energi seksual.
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Depresi
(Major Depressive Disorder)
• Gejala utama: • Gejala lainnya:
1. afek depresif, 1. konsentrasi menurun,
2. hilang minat & 2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
kegembiraan,
3. rasa bersalah & tidak berguna
3. mudah lelah & yang tidak beralasan,
menurunnya 4. merasa masa depan suram &
aktivitas. pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
PPDGJ
Depresi
• Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
PPDGJ
Gangguan Afektif
• Gangguan Afektif Bipolar:
– episode berulang minimal 2 kali,
– pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek &
penambahan energi dan aktivitas,
– pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi & aktivitas.
– Biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
– Tipe:
• Afektif bipolar, episode kini hipomanik
• Afektif bipolar episode kini manik tanpa/dengan gejala psikotik
• Afektif bipolar episode kini depresif ringan atau sedang
• Afektif bipolar episode kini depresif berat tanpa/dengan gejala
psikotik
• Afektif bipolar episode kini campuran
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Gangguan Afektif
• Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik, waham
bersifat mood-congruent (konsisten dengan
depresi/manik)
• Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka, & pasien merasa bertanggung jawab.
• Manik: waham tentang kekuasaan, uang, utusan
Tuhan.
Diagnosis Gejala Psikotik Gangguan Afektif
Skizofrenia Ada Durasi singkat
Skizoafektif Ada, dengan atau tanpa Hanya ada bila gejala
gangguan afektif psikotik (+)
Gangguan afektif dengan Hanya ada selama Ada, walau tanpa gejala
ciri psikotik gangguan afektif (+) psikotik
Gangguan Depresif Berulang
• Memenuhi kriteria diagnostik depresi
• Sekurang-kurangnya memiliki 2 episode masing-
masing minimal selama 2 minggu dengan sela
waktu beberapa bulan tanpa fangguan suasana
mood yang bermakna
• Tipe:
– Episode kini Ringan
– Episode kini sedang
– Episode kini berat tanpa gejala psikotik
– Episode kini berat dengan gejala psikotik
43. Gangguan Neurotik
PPDGJ
44. Skizofrenia
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
• Harus ada minimal 1 gejala berikut:
– Thought echoisi pikirannya berulang dikepalanya
– Thought insertion or withdrawalisi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
– Thought broadcastingisi pikirannya keluar sehingga orang lain/ umum mengetahuinya
– Delusion of controlwaham tentang dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya
– Delusion of influencewaham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar
– Delusion of passivitywaham tentang dirinya tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar
– Delusion of perceptionpengalaman inderawi yang tidak wajar
– Halusinasi auditorik
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Skizofrenia Gangguan isi pikir, waham, halusinasi, minimal
1 bulan
Paranoid merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik 15-25 tahun, afek tidak wajar, perilaku tidak dapat diramalkan,
senyum sendiri
Katatonik stupor, rigid, gaduh, fleksibilitas cerea
Skizotipal perilaku/penampilan aneh, kepercayaan aneh, bersifat magik,
pikiran obsesif berulang
Waham menetap hanya waham
Psikotik akut gejala psikotik <2 minggu.
Skizoafektif gejala skizofrenia & afektif bersamaan
Residual Gejala negatif menonjol, ada riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
Simpleks Gejala negatif yang khas skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar) tanpa didahului halusinasi/waham/gejala
psikotik lain. Disertai perubahan perilaku pribadi yang bermakna
(tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri).
PPDGJ
Psikofarmaka
• Antipsikotik:
– 1st gen: klorpromazin, haloperidol.
– 2nd gen: klozapin, risperidone, olanzapine
• Depresi:
– Selective serotonin reuptake inhibitor: Fluoxetine,
sertraline, paroxetine.
– Tricyclic: amitriptiline, doxepine, imipramine
• Manik: lithium, carbamazepine, asam valproat
• Anxiolitik: benzodiazepine, buspirone,
45. Gangguan Kepribadian
Gangguan Kepribadian
Diagnosis Ciri
Paranoid curiga, sensitif, dendam.
Skizoid tidak peduli, afek datar, tidak ingin berteman.
Dissosial tidak peduli perasaan, tidak bertanggung jawab,
tidak merasa bersalah, tidak mampu memelihara
hubungan
Histrionik teatrikal, labil, terlalu peduli fisik.
Anankastik perfeksionis, kaku, memaksa orang lain.
Cemas menghindar tegang, peka kritik & penolakan, menghindari
aktivitas sosial
Dependen bergantung pada orang lain
PPDGJ
ILMU KULIT DAN KELAMIN
46. Pioderma
• Folikulitis: peradangan folikel rambut
yang ditandai dengan papul eritema
perifolikuler dan rasa gatal atau perih.
• Komplikasi
• Erisipelas, selulitis, ulkus, limfangitis, bakteremia
• Terapi:
• Antibiotika topikal: salep mupirosin, salep basitrasin
• Antibiotika oral golongan beta laktam, sefalosporin
47. Infeksi Parasit Cacing
• Gejala:
– Cacing tambang: mual, muntah, diare, dan nyeri ulu hati; pusing, nyeri
kepala; lemas dan lelah; anemia; dan gatal di daerah masuknya cacing.
– Cacing gelang: rasa tidak enak pada perut (gangguan lambung); kejang
perut, diselingi diare; kehilangan berat badan; dan demam.
– Cacing cambuk: nyeri ulu hati, kehilangan nafsu makan, diare, anemia
– Cacing pita:
– Cacing kremi: gatal di sekitar dubur (terutama pada malam hari pada saat
cacing betina meletakkan telurnya), gelisah dan sukar tidur
• Terapi
• Komplikasi
Oksiuriasis (Cacing Kremi)
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam
hari pada saat cacing
betina meletakkan
telurnya), gelisah dan
sukar tidur.
Askariasis (Cacing Gelang)
• Gejala
– Rasa tidak enak pada
perut (gangguan
lambung); kejang perut,
diselingi diare;
kehilangan berat badan;
dan demam.
Nekatoriasis (Cacing Tambang)
• Gejala:
– Mual, muntah, diare &
nyeri ulu hati; pusing,
nyeri kepala; lemas dan
lelah; anemia
Trikuriasis (Cacing Cambuk)
• Gejala:
– nyeri ulu hati, kehilangan
nafsu makan, diare,
anemia
Taeniasis (Cacing Pita)
• Gejala:
– mual, konstipasi, diare; sakit perut; lemah; kehilangan nafsu
makan; sakit kepala; berat badan turun
Albendazole
• Terapi cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang.
• Cara kerja : membunuh cacing, menghancurkan telur dan larva cacing
dengan jalan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga
produksi ATP (adenosine tri phosphate) sebagai sumber energi untuk
mempertahankan hidup cacing berkurang kematian cacing.
• Kontra Indikasi:
– Ibu hamil (teratogenik), menyusui
– Gangguan fungsi hati & ginjal, anak < 2 tahun
• Dosis sediaan : 400 mg per tablet.
– Dewasa dan anak diatas 2 tahun : 400 mg sehari sebagai dosis tunggal.
– Tablet dapat dikunyah, ditelan atau digerus lalu dicampur dengan
makanan.
• Efek samping : perasaan kurang nyaman pada saluran cerna dan sakit
kepala, mulut terasa kering
Pirantel Pamoat
• Indikasi: cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi
• Cara kerja: Melumpuhkan cacing mudah keluar bersama tinja
• Dapat diminum dalam keadaan perut kosong, atau diminum
bersama makanan, susu, atau jus
• Dosis tunggal, sekali minum 10 mg/kg BB, tidak boleh melebihi
1 gram
– Jika berat badan 50 kg, dosisnya menjadi 500 mg.
– Bentuk sediaannya adalah 125 mg per tablet, 250 mg per
tablet, dan 250 mg per ml sirup
48.
49. Filariasis
• Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3
berdasarkan habitat cacing dewasa di hospes:
– Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
– Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
– Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
• Fase gejala filariasis limfatik:
– Mikrofilaremia asimtomatik
– Adenolimfangitis akut: limfadenopati yang nyeri, limfangitis
retrograde, demam, tropical pulmonary eosinophilia (batuk, mengi,
anoreksia, malaise, sesak)
– Limfedema ireversibel kronik
• Grading limfedema (WHO, 1992):
– Grade 1 - Pitting edema reversible with limb elevation
– Grade 2 - Nonpitting edema irreversible with limb elevation
– Grade 3 - Severe swelling with sclerosis and skin changes
Perbandingan panjang:lebar
kepala 2:1
Brugia malayi
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah
Perbandingan panjang:lebar
Brugia timori kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
50. Psoriasis vulgaris
• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dan
transparan
• Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku &
lutut), lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi:
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dan
keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat,
alkohol, dan merokok
• Tata laksana:
– Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll
– Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll
– PUVA (UVA + psoralen)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tanda Penjelasan
Fenomena tetesan Skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
lilin seperti lilin yang digores, akibat berubahnya indeks bias.
Fenomena Auspitz Tampak serum atau darah berbintik-bintik akibat papilomatosis
dengan cara pengerokan skuama yang berlapis-lapis hingga
habis.
Fenomena Kobner Kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis yang timbul
akibat trauma pada kulit sehat penderita psoriasis, kira-kira
muncul setelah 3 minggu.
Tipe Psoriasis
Tipe
Plak Psoriasis Bentuk paling umum, lesi meninggi dasar kemerahan dan
tertutup sisik putih (sel kulit mati). Biasa muncul di kulit
kepala, lutut, siku, punggung, dan kulit yang sering terkena
trauma. Terasa gatal dan nyeri, dapat retak dan berdarah
Psoriasis Gutata Tersering kedua. Lesi berbentuk titik/ plak kecil. Dimulai pada
masa anak-dewasa muda, dapat merupakan kelanjutan dari
infeksi streptokokus.
Inverse Psoriasis Lesi berwarna merah, pada lipatan kulit. Tampak licin dan
mengkilat. Dapt muncul bersama tipe lain
Psoriasis Pustular Pustul berwarna putih (bula steril) dikelilingi dasar kemerahan.
Isi pus adalah sel darah putih. Tidak menular. Paling sering
muncul di tangan dan kaki
Nail Psoriasis Perubahan warna kuku menjadi kuning-kecoklatan,
permukaan menjadi tidak rata (sering berbentuk pit kecil
multipel)
ILMU KESEHATAN ANAK
51. Demam Dengue (DF)
• Disebabkan oleh virus flavivirus dengan 4 serotipe DE-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4 melalui nyamuk aedes aegypti atau
aedes albopictus
• DEN-3 merupakan serotipe yang banyak berhubungan
dengan kasus berat, diikuti dengan serotipe DEN-2
• Demam akut 2-7 hari dengan 2 atau lebih gejala berikut:
– Nyeri kepala
– Nyeri retroorbita
– Myalgia/arthralgia
– Ruam
– Manifestasi perdarahan
– Leukopenia
Guideline WHO 1997
KLASIFIKASI DBD
Derajat (WHO 1997):
• Derajat I : Demam dengan test rumple leed
positif.
• Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain.
• Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/
hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan
pasien menjadi gelisah.
• Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
WHO. SEARO. Guidelines for treatment of dengue fever/dengue hemorrhagic fever in
small hospitals. 1999.
Fig. 1. DV-induced cytokine cascade. DV replicates in macrophage and is presented to recruit CD4 cells which produce hCF. hCF induces a cytokine
cascade that may lead to Th1-type response causing a mild illness, the DF or to a Th2-type response resulting in various grades of severe illness, the
DHF. Thin line, positive induction; Interrupted line, inhibition; Thick line, damaging effect.
molecular mechanisms that contribute
to dengue-induced thrombocytopenia
Pemeriksaan Penunjang
Rumple leede test
• A tourniquet test used to determine the presence of
vitamin C deficiency or thrombocytopenia
• A circle 2.5 cm in diameter, the upper edge of which is
4 cm below the crease of the elbow, is drawn on the
inner aspect of the forearm, pressure midway between
the systolic and diastolic blood pressure is applied
above the elbow for 15 minutes
• Count petechiae within the circle is made:
– 10 normal
– 10-20 marginal
– more than 20 abnormal.
Pemantauan Rawat
Alur
Perawatan
Pediatric Vital Signs
Heart Rate
Age (beats/min
)
Premature 120-170 *
0-3 mo 100-150 *
3-6 mo 90-120
6-12 mo 80-120
1-3 yr 70-110
http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
3-6 yr 65-110
6-12 yr 60-95
12 > yr 55-85
REFERENCE:
Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011.
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett,
American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45.
† From American Heart Association ECC Guidelines, 2000.
Hematocrit Range in Pediatric
1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999). Pediatric reference ranges (3rd ed.). Washington, DC: AACC Press.
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/362846/London%20App.%20B.pdf
52. Ikterus neonatorum
AAP, 2004
Panduan transfusi tukar
AAP, 2004
53. Kejang demam
• Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38,4° C
tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas
usia 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (ILAE,
1993)
• Umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun
• Kejang demam sederhana (simpleks)
– Berlangsung singkat, tonik klonik, umum, tidak berulang dalam 24 jam
• Kejang demam kompleks
– Lama kejang > 15 menit
– Kejang fokal atau parsial menjadi umum
– Berulang dalam 24 jam
• Diagnosis banding: meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, APCD
(pada infant), epilepsi
Hb C disease, post
splenectomy
Myeloid metaplasia
Uremia, following
heparin injection, def
pyruvate kinase
Thalassemia, anemia
megaloblastic, iron
deficiency
Anemia mikrositik Anemia makrositik
• Defisiensi besi (nutritional, • Sumsum tulang megaloblastik
perdarahan kronis) • Defisiensi vitamin B12
• Defisiensi asam folat
• Keracunan kronik logam
• Asiduria orotik herediter
(lead)
• Thiamine-responsive anemia
• Sindrom thalassemia • Sumsum tulang tidak
• Anemia sideroblastik megaloblastik
• Inflamasi kronik • Anemia aplastik
• Sindrom diamond-blackfan
• Hipotiroidism
• Penyakit hati
• Infiltrasi sumsum tulang
• Anemia diseritropoietik
Anemia normositik
• Anemia hemolitik kongenital
• Mutasi hemoglobin
• Defek enzim sel darah merah
• Kelainan membran sel darah merah
• Anemia hemolitik didapat
• Antibody-mediated
• Anemia hemolitik mikroangiopatik
• Anemia hemolitik sekunder pada infeksi akut
• Kehilangan darah akut
• Splenic pooling
• Penyakit ginjal kronik
Anemia Defisiensi Fe (IDA)
Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia in Infants and Young Children (0-3 years of Age.
Pediatrics 2010; 126; 1040.
Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Maria Abdulsalam, Albert Daniel. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002
Tatalaksana IDA
• Atasi penyakit yang mendasari
• Nutrisi yang cukup
• Besi elemental
– 3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2
bulan setelah anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
• Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb ≥6 g/dl dengan
penyerta (dehidrasi, persiapan operasi, infeksi berat, gagal jantung,
distress pernafasan)
• Pencegahan
– Primer
• Diet: makanan yang kaya besi dan vitamin C
• ASI eksklusif. Suplemen besi dimulai pada 4-6 bulan (non prematur) atau 2
bulan (prematur)
– Sekunder: skrining
THERMOSTAT
SET POINT
HEAT HEAT
PRODUCTION EMISSION
IL -1
Mechanism of
Fever
A. Febris Continua (Continous fever) in which the
elevated °t for the some time persists at a high level, the
difference between the morning and evening °t not
exceed 1°C. (Typhoid fever, croupous pneumonia, typhus)
E. Febris Hectica (Hectic fever) in which the swings are 3 to 5 °C (Sepsis, severe Tbc, malignant tumors)
F. Febris Inversa (Inverse fever) is a fever with perverted course, for ex. elevation of °t in the morning and a
drop in the evening (Sepsis, Tbc)
Tatalaksana Demam Pada Anak
• Demam merupakan reaksi normal tubuh yang
bermanfaat melawan mikroorganisme.
• Tujuan utama obat antipiretik adalah
membuat anak merasa nyaman, bukan
mempertahankan suhu yang normal.
• Penurunan suhu tubuh dapat dibantu dengan
penggunaan obat penurun panas (antipiretik),
terapi fisik (nonfarmakologi) seperti istirahat
baring, kompres hangat, dan banyak minum.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
Teknik Ventilasi dan Kompresi
• Kompresi dada
• Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60
per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik.
Untuk neonatus, rasio kompresi: ventilasi = 3:1 (1/2 detik untuk masing-
masing).
• Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus dinilai secara
periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
• Kompresi dada dilakukan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3
dari diameter antero-posterior dada.
• Teknik kompresi: (1) teknik kompresi dua ibu jari dengan jari-jari
melingkari dada dan menyokong bagian punggung, (2) teknik kompresi
dengan dua jari dimana tangan lain menahan bagian punggung
• Pada kompresi, dada harus dapat berekspansi penuh sebelum kompresi
berikutnya, namun jari yang melakukan kompresi tidak boleh
meninggalkan posisi di dada.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
Kapan menghentikan resusitasi?
• Pada bayi baru lahir tanpa adanya denyut
jantung, dianggap layak untuk menghentikan
resusitasi jika detak jantung tetap tidak terdeteksi
setelah dilakukan resusitasi selama 10 menit
(kelas IIb, LOE C).
• Keputusan untuk tetap meneruskan usaha
resusitasi bisa dipertimbangkan setelah
memperhatikan beberapa faktor seperti etiologi
dari henti hantung pasien, usia gestasi, adanya
komplikasi, dan pertimbangan dari orangtua
mengenai risiko morbiditas.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
58. Malnutrisi Energi Protein
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan
energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya
(WHO)
• Dibagi menjadi 3:
– Overnutrition (overweight, obesitas)
– Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
– Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
– MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
– MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
– Marasmus
– Kwashiorkor
– Marasmik-kwashiorkor
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Marasmik-kwashiorkor
• Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan
Kriteria Gizi Kurang dan Gizi Buruk
• Z-score → menggunakan • BB/IBW (Ideal Body Weight)
kurva WHO weight-for- → menggunakan kurva CDC
height • ≥80-90% mild
• <-2 – moderate wasted malnutrition
• <-3 – severe wasted gizi • ≥70-80% moderate
buruk malnutrition
• ≤70% severe
• Lingkar Lengan Atas < 11,5 malnutrition Gizi Buruk
cm
Kwashiorkor
Protein
Serum Albumin
Edema
Marasmus
Karbohidrat
Lemak subkutan
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
• Note that these blood pressure thresholds will overlap with normal values,
including the 5% of normal children who have an SBP lower than the 5th percentile
for age.
Stages of sepsis based on American College of Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine
Consensus Panel guidelines
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview
Pediatric Vital Signs
Heart Rate Blood Pressure Respiratory Rate
Age
(beats/min) (mm Hg) (breaths/min)
Premature 120-170 * 55-75/35-45† 40-70†
0-3 mo 100-150 * 65-85/45-55 35-55
3-6 mo 90-120 70-90/50-65 30-45
6-12 mo 80-120 80-100/55-65 25-40
1-3 yr 70-110 90-105/55-70 20-30
3-6 yr 65-110 95-110/60-75 20-25
6-12 yr 60-95 100-120/60/75 14/22
12 > yr 55-85 110-135/65/85 12-18
REFERENCE:
Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011.
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Prehospital Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett,
American Academy of Pediatrics, 2000, pp 43-45.
† From American Heart Association ECC Guidelines, 2000.
SYMPTOMS OF SHOCK
• Early (ie, compensated) shock is • Oligouria:
– Children > 2 yrs old (Urine output <
shock without hypotension (ie, 1.0 mL/kg/hr for > 2 hrs)
shock with a “normal” blood – Children < 2 yrs old (Urine output <
pressure) detected by 2.0 mL/kg/hr for > 2 hrs)
• Bradycardia is indicative of
– evaluation of heart rate, advanced shock, and it is often
– presence and strength of associated with hypotension.
peripheral pulses • When cardiac output and
– adequacy of end-organ systemic perfusion are
perfusion (mental status, compromised:
capillary refill, skin – peripheral pulses is decreased,
temperature, and urine – capillary refill time may be
prolonged,
output and determining the – skin temperature is often cool
presence metabolic acidosis)
Ramin Alemzadeh, David T. Wyat. Diabetes Mellitus in Children. Nelson Textbook of Pediatrics
Diabetes Melitus Tipe 1
(Insulin-dependent diabetes mellitus)
• Merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme
glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik.
• Etiologi: Suatu proses autoimun yang merusak sel β
pankreas sehingga produksi insulin berkurang, bahkan
terhenti. Dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
• Insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun
• Komplikasi : Hipoglikemia, KETOASIDOSIS DIABETIKUM,
retinopathy , nephropathy and hypertension, peripheral
and autonomic neuropathy, macrovascular disease
• Manifestasi Klinik:
– Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
– Pada keadaan akut yang berat: muntah, nyeri perut, napas cepat
dan dalam, dehidrasi, gangguan kesadaran
PATHOGENESIS DM Tipe 1
http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/files/5dd56fc20582fb58eef8a00bf267aa84.gif
Pemeriksaan Fisik dan Tanda Klinis
Catatan:
Pemeriksaan Penunjang
Diabetes Melitus Tipe 1
• Tatalaksana :
– Pengobatan dilakukan seumur hidup
– Diet DM
– Kontrol Metabolik dengan Insulin
– olahraga
– Edukasi pertolongan pertama pada kedaruratan seperti hipoglikemia
dan ketoasidosis
– Pemantauan mandiri
Diagnostic Considerations
• Maturity onset diabetes of the young (MODY) or Monogenic Diabetes
(mutation in a single gene). Always consider the diagnosis of MODY in
the following circumstances:
– A strong family history of diabetes across 2 or more generations -
The age of diagnosis usually falls with each successive generation
– Persistently low insulin requirements, particularly with good blood
glucose control. MODY respond better to oral hypoglycemic agents
– Development of diabetes from birth or within the first 9 months of
life
– Absence of obesity (although overweight or obese people can get
MODY) or other problems associated with type 2 diabetes
or metabolic syndrome (e.g., hypertension, hyperlipidemia,
polycystic ovary syndrome)
61. Edema
Tekanan
40. Vaskular
Tekanan vaskular
• NDF= Net Driving Force
Sindrom Nefrotik
• Spektrum gejala yang ditandai dengan protein loss
yang masif dari ginjal
• Gejala klasik: proteinuria, edema, hiperlipidemia,
hipoalbuminemia
• Gejala lain : hipertensi, hematuria, dan penurunan
fungsi ginjal
• Primer vs sekunder
• Terapi: kortikosteroid (prednison, prednisolon)
Lane JC. Pediatric nephrotic syndrome.
http://emedicine.medscape.com/article/982920-overview
Diagnosis
• Anamnesis : Bengkak di kedua kelopak mata,
perut, tungkai atau seluruh tubuh. Penurunan
jumlah urin. Urin dapat keruh/kemerahan
• Pemeriksaan Fisik : Edema palpebra, tungkai,
ascites, edema skrotum/labia. Terkadang
ditemukan hipertensi
• Pemeriksaan Penunjang : Proteinuria masif ≥ 2+,
rasio albumin kreatinin urin > 2, dapat disertai
hematuria. Hipoalbumin (<2.5g/dl),
hiperkolesterolemia (>200 mg/dl). Penurunan
fungsi ginjal dapat ditemukan.
Nefrotik vs Nefritik
62. Glomerulonefritis akut Pasca
Streptokokus
• Glomerulonefritis akut ditandai dengan edema, hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (sindrom nefritik) di mana
terjadi inflamasi pada glomerulus
• Acute poststreptococcal glomerulonephritis is the archetype of
acute GN
• GNA pasca streptokokus terjadi setelah infeksi GABHS nefritogenik
→ deposit kompleks imun di glomerulus
• Diagnosis
– Anamnesis: Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1-2 minggu sebelumnya,
hematuri nyata, kejang atau penurunan kesadaran, oliguri/anuri
– PF: Edema di kedua kelopak mata dan tungkai, hipertensi, lesi bekas
infeksi, gejala hipervolemia seperti gagal jantung atau edema paru
– Penunjang: Fungsi ginjal, komplemen C3, urinalisis, ASTO
• Terapi: Antibiotik (penisilin, eritromisin), antihipertensi, diuretik
Formation of a clot
Hemostasis
1. Fase vaskular: vasokonstriksi
2. Fase platelet: agregasi dan adhesi
trombosit
3. Fase koagulasi: ada jalur
ekstrinsik, jalur intrinsik dan
bersatu di common
pathway
4. Fase retraksi
5. Fase destruksi / fibrinolisis
http://www.bangkokhealth.com/index.php/health/health-
general/first-aid/451-ขบวนการห้ามเลือด-hemostasis.html
Coagulation factors
http://www.indianmedicinalplants.info/articles/BLEEDING-TIME.html
KELAINAN PEMBEKUAN DARAH
• CLOTTING TIME: is the interval between the moment when
bleeding starts and the moment when the fibrin thread is
first seen.
• Normal value is 3to 10 minutes.
• Bleeding time and clotting time are not the same. Bleeding
time depends on the integrity of platelets and vessel walls,
whereas clotting time depends on the availability of
coagulation factors.
• In coagulation disorders like haemophilia, clotting time is
prolonged but bleeding time remains normal.
• Clotting time is also prolonged in conditions like vitamin K
deficiency, liver diseases, disseminated intravascular
coagulation, overdosage of anticoagulants etc.
http://www.indianmedicinalplants.info/articles/BLEEDING-TIME.html
PT & APTT
• activated partial thromboplastin time (aPTT)
untuk mengevaluasi jalur intrinsik kaskade
koagulasi
• prothrombin time (PT) untuk mengevaluasi
jalur ekstrinsik kaskade koagulasi
http://practical-haemostasis.com/Screening%20Tests/aptt.html
Bleeding
Mild Severe
intervention
stopped
continues
prolonged delayed
http://periobasics.com/wp-content/uploads/2013/01/Evaluation-of-bleeding-disorders.jpg
Bleeding Disorder
64-65. Diare
• Diare akut: berlangsung < 1 • Disentri: diare
minggu, umumnya karena infeksi mengandung lendir dan
– Diare akut cair darah
– Diare akut berdarah • Diare primer: infeksi
• Diare berlanjut: diare infeksi yang memang terjadi pada
berlanjut > 1 minggu saluran cerna (misal:
• Diare Persisten: Bila diare infeksi Salmonella)
melanjut tidak sembuh dan • Diare sekunder: diare
melewati 14 hari atau lebih sebagai gejala ikutan dari
• Diare kronik: diare karena sebab berbagai penyakit
apapun yang berlangsung 14 hari sistemik seperti pada
atau lebih bronkopnemonia,
ensefalitis dan lain-lain
Diare dan Dehidrasi
• Evaluasi Diare dan Dehidrasi
– Anamnesis
• Frekuensi BAB
• Lamanya diare
• Adanya darah dalam tinja
• Muntah
• Pengobatan yang baru diminum (antibiotik dan obat lainnya)
– Pemeriksaan Fisik
• Evaluasi tanda dehidrasi (rewel/gelisah, kesadaran, mata cekung,
turgor kulit, kehausan/malas minum)
• Darah dalam tinja
• Tanda-tanda gizi buruk
• Perut kembung
• Tanda invaginasi (massa intraabdomen, tinja lendir dan darah)
Dehidrasi pada anak
Penanganan
• Rehidrasi: dapat diberikan oral/parenteral tergantung
status dehidrasinya
– Tanpa dehidrasi TERAPI A
• 5 cc/kg ORS setiap habis muntah
• 10cc/kg ORS setiap habis mencret
– Dehidrasi ringan sedang TERAPI B
• 75 cc/kg ORS dalam 3 jam
• Bila per oral tidak memungkinkan, dapat diberikan parenteral
tergantung kebutuhan maintenance cairan + defisit cairan
– Dehidrasi berat (parenteral) TERAPI C
Pemberian Pertama Pemberian Berikut
Golongan Umur 30 ml/kgbb selama : 70 ml/kgbb selama :
Bayi ( < umur 12 bulan ) 1 jam 5 jam
Anak ( 12 bln – 5 tahun ) 30 menit 2.5 jam
Pilar penanganan diare (cont’d)
• Terapi nutrisi
– Pemberian ASI harus dilanjutkan
– Beri makan segera setelah anak mampu makan
– Jangan memuasakan anak
– Kadang-kadang makanan tertentu diperlukan selama diare
– Makan lebih banyak untuk mencegah malnutrisi
• Terapi medikamentosa
– Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis, amebiasis, giardiasis)
– Probiotik
– Zinc
• Diberikan dalam dosis 20 mg untuk anak di atas 6 bulan, dan 10 mg untuk bayi berusia
kurang dari 6 bulan selama 10 hari
– Obat-obatan anti diare terbukti tidak bermanfaat
• Edukasi pada orang tua
– Tanda-tanda dehidrasi, cara membuat ORS, kapan dibawa ke RS, dsb.
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
66. Pre Eklampsia
• Preeklampsia Ringan
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
– Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
• Preeklampsia Berat
– Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu
– Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam; atau disertai
keterlibatan organ lain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
• Sakit kepala , skotoma penglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
• Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan dasar dan Rujukan
Pre Eklampsia & Eklampsia
• Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
– Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum
usia kehamilan 20 minggu)
– Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau
trombosit <100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20
minggu
• Eklampsia
– Kejang umum dan/atau koma
– Ada tanda dan gejala preeklampsia
– Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
Sumber: Buku Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Tatalaksana Preeklampsia-eklampsia
• Antihipertensi
– Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapat terapi antihipertensi
– Ibu dengan terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk
melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan.
– Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pasca persalinan berat
– Antihipertensi yang diberikan nifedipin, nikardipin, dan metildopa. Jangan
berikan ARB inhibitor, ACE inhibitor dan klortiazid pada ibu hamil
• Suntikan Progestin
– Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo
Provera) 150mg DMPA, IM di bokong/
3 bulan
– Depo Norestisteron Enantat (Depo
Norissterat) 200mg Noretdron
Enantat,IM di bokong/ 2 bulan
Implan
• Implan (Saifuddin, 2006)
• Cara Kerja
– Norplant: 36 mg levonorgestrel dan lama • menekan ovulasi,
kerjanya 5 tahun. mengentalkan lendir serviks,
menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi
sperma
– Implanon: 68 mg ketodesogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun. • Efek Samping
• Serupa dengan hormonal pil
dan suntikan
• Kontra Indikasi
• Serupa dengan hormonal
– Jadena dan Indoplant: 75 mg levonorgestrel pil dan suntikan
dengan lama kerja 3 tahun
KB: Metode IUD
• Cara Kerja
– Menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii
– Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri
– Mencegah implantasi hasil konsepsi
kedalam rahim
• Efek Samping
– Nyeri perut, spotting, infeksi, gangguan
haid
• Kontra Indikasi
• Hamil, kelainan alat kandungan bagian dalam, perdarahan vagina yang tidak diketahui,
sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik, penyakit trofoblas yang ganas,
diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
EPO. (2008). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau Intra Uterine Device (IUD). Diambil pada tanggal 20 Mei 2008 dari
http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2
KB: Metode Sterilisasi
Definisi
• Menutup tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
• oklusi vasa deferens sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi tidak terjadi
Efek Samping
• Nyeri pasca operasi
Kerugian
• Infertilitas bersifat permanen
KB: Metode Alami
• Menghitung masa subur
– Periode: (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -
11)
– Menggunakan 3 – 6 bulan siklus menstruasi
Indikasi
•Kesalahan penggunaan kontrasepsi
•Wanita korban perkosaan kurang dari 72 jam
MAL Mulai segera • Manfaat kesehatan bagi ibu • Harus benar-benar ASI eksklusif
dan bayi • Efektivitas berkurang jika sudah
mulai suplementasi
Kontrasepsi • Jangan sebelum 6-8mg • Akan mengurangi ASI • Merupakan pilihan terakhir bagi
Kombinasi pascapersalinan • Selama 6-8mg pascapersalinan klien yang menyusui
• Jika tidak menyusui mengganggu tumbuh • Dapat diberikan pada klien dgn
dapat dimulai 3mg kembang bayi riw.preeklamsia
pascapersalinan • Sesudah 3mg pascapersalinan
akan meningkatkan resiko
pembekuan darah
Kontrasepsi • Bila menyusui, jangan • Selama 6mg pertama • Perdarahan ireguler dapat
Progestin mulai sebelum 6mg pascapersalinan, progestin terjadi
pascapersalinan mempengaruhi tumbuh
• Bila tidak menyusui kembang bayi
dapat segera dimulai • Tidak ada pengaruh pada ASI
AKDR • Dapat dipasang • Tidak ada pengaruh terhadap • Insersi postplasental
langsung ASI memerlukan petugas terlatih
pascapersalinan • Efek samping lebih sedikit khusus
pada klien yang menyusui
Kondom/Sper • Dapat digunakan setiap Tidak pengaruh terhadap laktasi Sebaiknya dengan kondom dengan
misida saat pascapersalinan pelicin
Metode Kontrasepsi Pascapersalinan
Diafragma Tunggu sampai 6mg • Tidak ada pengaruh terhadap • Perlu pemeriksaan dalam oleh
pascapersalinan laktasi petugas
KB Alamiah • Tidak dianjurkan • Tidak ada pengaruh terhadap • Suhu basal tubuh kurang akurat
sampai siklus haid laktasi jika klien sering terbangun
kembali teratur malam untuk menyusui
Penanganan Efek Samping KB Suntik
• Pusing dan sakit kepala
– Anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan, acetosal 500 mg 3 x 1
tablet/hari.
• Hematoma
– Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari lalu
kompres hangat sehingga warna biru/kuning hilang.
• Keputihan
– Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Bila cairan berlebihan
dapat diberikan preparat anti cholinergic seperti extrabelladona 10 mg
2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan
warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.
69. Abortus A
• Definisi: Kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
• Faktor Predisposisi
– Faktor dari janin: kelainan genetik (kromosom)
– Faktor dari ibu: infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes
mellitus, malnutrisi, penggunaan obatobatan, merokok, konsumsi alkohol,
faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,inkompetensia
serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in partu, umumnya
pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
– Faktor dari ayah: Kelainan sperma
DIAGNOSIS PERDARAHAN SERVIKS BESAR UTERUS GEJALA LAIN
Abortus imminens Sedikit-sedang Tertutup lunak Sesuai usia Tes kehamilan +
kehamilan Nyeri perut
Uterus lunak
Abortus insipiens Sedang-banyak Terbuka lunak Sesuai atau lebih Nyeri perut hebat
kecil Uterus lunak
Abortus inkomplit Sedikit-banyak Terbuka lunak Lebih kecil dari Nyeri perut kuat
usia kehamilan Jaringan +
Uterus lunak
Abortus komplit Sedikit-tidak ada Tertutup atau Lebih kecil dari Sedikit atau tanpa
terbuka lunak usia kehamilan nyeri perut
Jaringan keluar ±
Uterus kenyal
• Etiologi
– Endometrium di fundus belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis
pada chorion leave yang persisten -Manuaba (1998)-
• Belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara,
primigravida tua, bekas SC, bekas
operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri -Mansjoer (2001)-
Plasenta Previa
Klasifikasi Berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir (Chalik, 2002):
Tatalaksana
• Perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda- tanda awal syok pada ibu, lakukan persalinan
segera bergantung pembukaan serviks:
– Lengkap ekstraksi vakum
– Belum ada/ lengkap SC
– Kenyal, tebal, dan tertutup SC
• Jika perdarahan ringan/ sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan bergantung pada denyut
jantung janin (DJJ):
• DJJ normal, lakukan seksio sesarea
• DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan persalinan pervaginam
• DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
– pecahkan ketuban dengan kokher:
– Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
• DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan pervaginam segera, atau
SC bila tidak memungkinkan
B
73. Hiperemesis Gravidarum
Definisi
•Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
•Mulai setelah minggu ke-6 dan baik dengan sendirinya sekitar minggu
ke-12
Etiologi
•Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi atau faktor psikologik
Predisposisi
•Primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
• Tatalaksana Medikamentosa
– Berikan 10 mg doksilamin + 10 mg piridoksin hingga 4 tablet per hari
(2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan 1 tablet saat siang)
– Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali sehari
ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria
dapat diberikan bila doksilamin tidak berhasil
– Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg per oral
tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM
tiap 4-6 jam bila masih belum teratasi dan tidak terjadi dehidrasi.
Tatalaksana dehidrasi pada
Hiperemesis Gravidarum
• Atasi dehidrasi dan ketosis
Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit
yang memadai seperti: KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
• Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
• Berikan suport psikologis
• Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
• Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang
dikehendaki pasien
• Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan
dengan porsi wajar
http://emedicine.medscape.com/article/254751-
overview
74. HPP D
Etiologi (4T dan I) • Palpasi uterus
• Tone (tonus) – atonia – Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi
fundus uterus.
uteri • Memeriksa plasenta dan ketuban:
• Trauma – trauma – lengkap atau tidak.
traktus genital • Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk
• Tissue (jaringan)- mencari :
– Sisa plasenta dan ketuban.
retensi plasenta
– Robekan rahim.
• Thrombin – – Plasenta suksenturiata.
koagulopati • Inspekulo :
• Inversio Uteri – untuk melihat robekan pada serviks, vagina
dan varises yang pecah.
• Pemeriksaan laboratorium :
– periksa darah, hemoglobin, clot
observation test (COT), dan lain-lain.
PERDARAHAN POST-PARTUM
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda yang Diagnosis
yang Selalu Ada Kadang-Kadang Ada kemungkinan
•Uterus tidak berkontraksi dan lembek •Syok Atonia uteri
•Tidak ada penonjolan uterus supra simfisis
•Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan dini)
•Perdarahan segera setelah bayi lahir •Pucat Robekan jalan lahir
•Darah segar •Lemah
• Uterus kontraksi baik •Menggigil
•Plasenta lengkap •Presyok
•Teraba diskontinuitas portio atau dinding vagina
•Plasenta belum lahir setelah 30 menit •Tali pusat putus akibat traksi berlebihan Retensio plasenta
•Perdarahan segera •Inversio uteri akibat tarikan
•Uterus kontraksi baik •Perdarahan lanjutan
•Sub-involusi uterus •Anemia Sisa fragmen
•Nyeri tekan perut bawah •Demam (bila terinfeksi) plasenta /
•Perdarahan post partum lanjut Endometritis
(terinfeksi)
•Tidak terdapat penonjolan suprasimfisis ataupun pada •Neurogenik syok Inversio Uteri
perut bawah •Pucat dan limbung
•Uterus tidak teraba saat palpasi
•Lumen vagina terisi massa kenyal dengan penampakan
plasenta bagian fetal dan tali pusat (bila belum lepas)
Tatalaksana
2 komponen utama:
1. Tatalaksana
perdarahan
obstetrik dan
kemungkinan syok
hipovolemik
2. Identifikasi dan
tatalaksana
penyebab utama
75. Kala Persalinan B
PERSALINAN dipengaruhi 3 FAKTOR “P” • PEMBAGIAN FASE / KALA
UTAMA PERSALINAN
1. Power Kala 1
His (kontraksi ritmis otot polos Pematangan dan pembukaan
uterus), kekuatan mengejan ibu, serviks sampai lengkap (kala
keadaan kardiovaskular respirasi pembukaan)
metabolik ibu. Kala 2
2. Passage Pengeluaran bayi (kala
Keadaan jalan lahir pengeluaran)
3. Passanger Kala 3
Keadaan janin (letak, presentasi, Pengeluaran plasenta (kala uri)
ukuran/berat janin, ada/tidak Kala 4
kelainan anatomik mayor) Masa 1 jam setelah partus,
(++ faktor2 “P” lainnya : terutama untuk observasi
psychology, physician, position)
Kala Persalinan
Sifat his pada berbagai fase persalinan
Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai
3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-
otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio)
dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
Kala Persalinan
Kala I
• Fase laten :
pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam).
• Fase aktif :
pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
76. Fisiologi Kehamilan
Tanda Awal Kehamilan Pemeriksaan Penunjang
• Serivks dan vagina kebiruan • HCG terdeteksi pada test
(Chadwick's sign) pack (kualitatif) atau Plano
• Perlunakan serviks Test (kuantitatif)
(Goodell'ssign)
• Perlunakan uterus (Ladin's sign USG
dan Hegar's sign) • Adanya kantong janin
• Puting berwarna lebih gelap
• Massa di pelvis atau abdomen
• Rasa tegang pada putting dan
payudara
• Mual terutama pagi hari
• Sering berkemih
77. KANKER SERVIKS C
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal • HPV (faktor utama) 50% oleh
HPV 16 & 18
pre kanker (displasia) kanker
• Multipartner
• Insidens : usia 40-60 tahun
• Merokok
• Riwayat penyakit menular
seksual
• Berhubungan seks pertama
pada usia muda
• Kontrasepsi oral
• Multiparitas
• Status ekonomi sosial rendah
• Riwayat Keluarga
Kanker Serviks
Tanda dan Gejala Diagnosis
• IVA
• Perdarahan pervaginam • Sitologi servikal (Pap Test)
• Perdarahan menstruasi • Kolposkopi
lebih lama dan lebih • Biopsi serviks
banyak dari biasanya
• Perdarahan post
menopause atau
keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama
berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks,
mudah berdarah
• Diagnosis
– Kadar Hb < 11 gram/dL (trimester I dan III) atau < 10,5
gram/dL (pada trimester II)
• Faktor predisposisi
– Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
– Kelainan gastrointestinal
– Penyakit kronis
– Adanya riwayat keluarga
Sumber: Buku pelayanan kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan dasar dan Rujukan
Tatalaksana Anemia
• Tatalaksana umum anemia
– Lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel
darah merah.
– Bila fasilitas tidak tersedia berikan tablet 60 mg besi elemental dan
250 µg asam folat, 3 kali sehari evaluasi 90 hari.
Obstetri Patologi
Fistula Vaginorektal
• Etiologi: trauma t.u saat partus, IBD (Crohn
Disease), luka operasi, infeksi, keganasan
• PF:
– Keluar flatus atau feses dari vagina, vaginitis,
sistitis, vagina berbau
• Terapi: operasi
Bangser M. Obstetric fistula and stigma. Lancet. Feb 11 2006;367(9509):535-
6. [Medline].
Browning A, Menber B. Women with obstetric fistula in Ethiopia: a 6-month follow
up after surgical treatment. BJOG. Nov 2008;115(12):1564-9. [Medline].
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN FORENSIK
81. Cara pengambilan sampel
Cara sampling Random Keterangan
Simple Random Sampling pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu
Cluster Sampling disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik ini digunakan
apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya
Snowball Sampling Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain
dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak
Quota Sampling anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu
(kuota) dengan ciri-ciri tertentu
Convenience sampling mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun
menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi
tertentu
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
82. Desain Penelitian
• Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain
penelitian epidemiologi, yaitu studi
deskriptif dan studi analitik.
• Desain study ini digunakan untuk
mempermudah dalam penelitian yang terkait
dengan berbagai faktor penyebab, akibat,
serta hubungan antar berbagai faktor.
Studi Deskriptif
Cross Sectional
Digunakan untuk membedakan dua kelompok. Unit pengamatan merupakan
individual dan populasinya merupakan populasi yang umum serta samplenya
random. Pengukuran variable independent (exposure) dan variable dependent
(outcome) dilakukan secara bersamaan sehingga sulit untuk mengetahui hubungan
antara exposure dan outcome.
Case Report
Merupakan study pada satu kasus yang sama atau kasus baru yang menggambarkan
suatu riwayat penyakit dan pengalaman klinis dari masing-masing kasus. Unit
pengamatan atau analisisnya individual. Desain study ini digunakan untuk melihat
distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diteliti, memperoleh
informasi tentang kelompok resiko tinggi dan membuat hipotesis baru.
Case Series
Studi ini merupakan studi lanjutan dari case report. case report hanya terdiri dari
satu kasus saja, tetapi case series terdiri lebih dari satu kasus dan kurang dari
sepuluh kasus. Studi ini juga terkait pada sindrom atau penyakit baru. Unit
pengamatannya juga individual.
Studi Kolerasi
Disebut juga studi ekologi. Merupakan studi observasional dengan unit analisis/
pengamatannya agregat. Populasi merupakan beberapa kumpulan dari unit
pengamatan.
Studi Analitik
Case Control
Digunakan untuk meneliti faktor risiko/determinan dari suatu penyakit yang 'outcome'
jarang terjadi. penelitian dimulai dari pengukuran status keterpaparan pada subjek-
subjek yang diteliti kemudian dikelompokan. Bersifat retrospektif yang berarti melihat
pengamatan dengan cara mundur. terdiri dari dua kelompok yaitu sakit dan tidak sakit.
D --> E (macam-macam).
Kohort
Penelitian bersifat observasional tanpa intervensi. Penelitian dilakukan pada subjek-
subjek yang masih bebas dari outcome (Disease) tapi berisiko untuk dapat
mengalaminya. Pada studi ini dapat terlihat jelas hubungan antar exposure dengan
outcome. Biasanya studi ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok terpapar
dan tidak terpapar. Studi ini dapat bersifat prospektif, retrospektif ataupun historical
prospektif. Sample yang dipilih merupakan sample yang tidak random sehingga hanya
beberapa sample yang terkait dengan penelitian saja.
Intervensi
Biasanya dilakukan secara randomisasi. Peneliti melakukan intervensi terhadap
status "exposure" pada subjek-subjek yang diteliti. Pada studi ini dilakukan
pengecekan ulang dalam kurun waktu tertentu. Jenis intervensi ini ada dua yaitu
intervensi secara klinik atau individual dan intervensi secara komunitas misalnya pada
komunitas pemabuk, perokok dan sebagainya.
83. Uji Hipotesis
• Dalam pemilihan uji hipotesis bivariat, dapat diperhatikan 7 langkah
berikut:\
1. Skala pengukuran variabel: (kategorik/ numerik)
2. Jenis hipotesis: (komparatif atau korelatif)
– Komparatif: menggunakan kata “hubungan” atau “perbandingan”
– Korelatif: menggunakan kata “korelasi”
3. Masalah skala pengukuran
– Hipotesis komparatif
• Skala kategorik: variabel kategorik x kategorik
• Skala numerik: variabel kategorik x numerik
– Hipotesis korelatif
• Skala kategorik: salah satu variabel kategorik
• Skala numerik: variabel numerik x numerik
4. Pasangan: berpasangan atau tidak
5. Jumlah kelompok: 2 atau >2
6. Syarat uji parametrik dan non-parametrik
7. Prinsip tabel BxK atau PxK
Dua kelompok data dikatakan berpasangan karena:
1. Pengukuran berulang (pre dan post intervensi)
2. Matching (dicarikan pasangan dengan karakteristik yang
sama)
3. Cross over (uji silang obat A dan B)
Uji non-parametrik
1. masalah skala pengukuran: kategorik
2. Atau numerik yang tidak memenuhi syarat uji parametrik
• Apakah terdapat hubungan antara pemberian obat A
dengan kadar lipid (g/dl)?
1. Variabel yang dihubungkan: obat A dan plasebo
(kategorik) dengan kadar lipid (numerik)
2. Jenis hipotesis: komparatif (kata “membandingkan”
mengacu pada hipotesis komparatif
3. Skala variabel: numeric
4. Berpasangan/tidak berpasangan: tidak berpasangan
5. Jumlah kelompok: dua kelompok (obat A vs plasebo)
6. Parametrik test: distribusi normal
7. Tabel BxK: 2 x 2
84. Sistem Rujukan
• Sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik vertical dalam arti dari satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antara strata sarana pelayanan
kesehatan yang sama.
Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
• Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan medik (missal: operasi) dan
lain lain.
• Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
• Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih kompeten atau
melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medik
spesialis di puskesmas.
Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
• Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai
dan bahan makanan.
• Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah
hokum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena
bencana alam.
• Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat
(antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha
kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas
kesehatan kabupaten / kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.
85. Five Stars Doctor
1. Care Provider. 4. Community Leader.
Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter Dalam kehidupan bermasyarakat dan
hendaknya: bernegara, seorang dokter hendaknya:
• Memperlakukan pasien secara holistik
• memandang Individu sebagai bagian integral dari • Dapat menempatkan dirinya sehingga
keluarga dan komunitas. mendapatkan kepercayaan masyarakat.
• Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, • Mampu menemukan kebutuhan kesehatan
berkelanjutan dan manusiawi. bersama individu serta masyarakat.
• Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya. • Mampu melaksanakan program sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
2. Decision Maker.
Seorang dokter diharapkan memiliki: 5. Manajer.
• Kemampuan memilih teknologi Dalam hal manajerial, seorang dokter
• Penerapan teknologi penunjang secara etik. hendaknya:
• Cost Effectiveness • Mampu bekerja sama secara harmonis
dengan individu dan organisasi di luar dan
3. Communicator. di dalam lingkup pelayanan kesehatan,
Seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hendaknya:
pasien dan komunitas.
• Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.
• Mampu memanfaatkan data-data
• Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang
kesehatan secara tepat dan berhasil guna.
efektif.
• Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk
dapat tetap sehat.
86. Istilah Epidemiologi
EPIDEMI
• Kenaikkan kejadian suatu penyakit yang
berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens
yang di perkirakan.
• Jenis epidemic yang di kenal:
– Common sources(exposure) epidemics,karena adanya
satu sumber penularan.
– Propagated(progressive)epidemic,karena adanya
banyak sumber penularan akibat person to person
transmission.
PANDEMI
• Pandemi adalah Penyakit yang berjangkit
menjalar ke beberapa Negara atau seluruh
benua. Contohnya :H1N1 2009 (Flu Babi)
ENDEMIK
• Endemik adalah penyakit menular yang terus menerus terjadi
di suatu tempat atau prevalensi suatu penyakit yang biasanya
terdapat di suatu tempat.
• Penyakit yang umum terjadi pada laju yang konstan namun
cukup tinggi pada suatu populasi disebut sebagai endemik,
contoh penyakit endemik adalah DBD.
SPORADIK
• Kejadian ini relative berlangsung singkat
umumnya berlangsung di beberapa tempat
dan pada waktu pengamatan masing-masing
kejadian tidak saling berhubungan, misalnya
dalam proses penyebarannya.
87. Family Type
1. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat
asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga Besar ( extended family ), keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman,
sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau
kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda ( single family ), keluarga yang terjadi karena
perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit ( composite family), keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
6. Keluarga kohabitasis ( Cohabitation ), dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat
laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
7. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global
dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga
yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman
menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu
ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga
inses semakin hari semakin besar. Halini dapat kita cermati melalui
pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
8. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga
tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi.
Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di
sebuah asrama
88. Tanatologi
Thanatologi adalah topik dalam ilmu kedokteran forensik yang mempelajari
hal mati serta perubahan yang terjadi pada tubuh setelah seseorang mati
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Indonesia.
Lebam Mayat (Livor Mortis):
• Eristrosit menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan
venula, membentuk bercak berwarna merah ungu (lividae) pada bagian terbawah
tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras.
• Muncul pada 20-30 menit post mortem, lengkap dan menetap setelah 8 – 12 jam
Pembusukan :
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri
(Clostridium welchii), terbentuk gas alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan
lemak
• Baru tampak 24 jam post mortem berupa warna kehijauan di perut kanan bawah
(caecum)
• Pembusukan sempurna setelah 36 – 48 jam post mortem
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
89. Kaidah Dasar Moral
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
• Selain menghormati martabat manusia, (nonmaleficence)
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih dari diikuti.
sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
Menghormati martabat manusia (respect ekonomi, pandangan politik, agama dan
for person) / Autonomy faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus diperlakukan kewarganegaraan, status perkawinan,
serta perbedaan jender tidak boleh dan
sebagai manusia yang memiliki otonomi tidak dapat mengubah sikap dokter
(hak untuk menentukan nasib diri sendiri), terhadap pasiennya.
• Setiap manusia yang otonominya berkurang • Tidak ada pertimbangan lain selain
atau hilang perlu mendapatkan kesehatan pasien yang menjadi perhatian
perlindungan. utama dokter.
• Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
90. Euthanasia
Euthanasia terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan dari cara pelaksanaannya,
euthanasia dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh dokter
atau tenaga kesehatan untuk mencabut atau mengakhiri hidup sang pasien,
misalnya dengan memberikan obat-obat yang mematikan melalui suntikan, maupun
tablet. Pada euthanasia aktif ini, pasien secara langsung meninggal setelah diberikan
suntikan mati. Euthanasia aktif hanya diperbolehkan di Belanda, Belgia, dan
Luxemburg.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif dilakukan pada kondisi dimana seorang pasien secara tegas
menolak untuk menerima perawatan medis. Pada kondisi ini, sang pasien sudah
mengetahui bahwa penolakannya tersebut akan memperpendek atau mengakhiri
hidupnya. Dengan penolakan tersebut, ia membuat sebuah “codicil”, yaitu
pernyataan yang tertulis. Pada dasarnya eutanasia pasif adalah euthanasia yang
dilakukan atas permintaan sang pasien itu sendiri. Euthanasia pasif ini dapat
dilakukan melalui beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan bantuan
oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam bernapas, menolak untuk
melakukan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien,
dan sebagainya. Tindakan yang dilakukan tidak membuat pasien langsung mati
setelah diberhentikan asupan medisnya, tetapi secara perlahan-lahan.
Berdasarkan dari status pemberian izin, euthanasia dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Euthanasia secara tidak sukarela
Pelaksanaan euthanasia secara tidak sukarela ini
didasarkan pada keputusan dari seseorang yang tidak
berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu
keputusan, misalnya wali dari si pasien. Namun di sisi lain,
kondisi pasien sendiri tidak memungkinkan untuk
memberikan ijin, misalnya pasien mengalami koma atau
tidak sadar. Pada umumnya, pengambilan keputusan untuk
melakukan euthanasia didasarkan pada ketidaktegaan
seseorang melihat sang pasien kesakitan.
2. Euthanasia secara sukarela
Euthanasia secara sukarela merupakan euthanasia yang
dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri dalam keadaan
sadar.
91. Identifikasi Forensik
• Identifikasif orensik merupakan usaha untuk mengetahui
identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan
forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
• Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama
pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk,
hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru
hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta
potongan tubuh manusia atau kerangka.
• Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai
kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau
diragukan orangtua nya.
• Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positif.
Dasar hukum dan undang-undang bidang kesehatan yang mengaturidentifikasi jenazah adalah :
A .Berkaitan dengan kewajiban dokter dalam membantu peradilan diatur dalam KUHAP pasal 133:
1. Dalam hal penyidik untuk membantu kepentingan peradilan menanganiseorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang di duga karenaperistiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokterdan atau ahli
lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegasuntuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirimkan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari identifikasi dari mayatyang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan
kraniofasial.
1. Penentuan umur dari gigi.
2. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark ).
3. Penentuan ras dari gigi.
4. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
5. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
92. Kerjasama Dokter dan Perusahaan Farmasi Ditinjau Dari
Kode Etik Kedokteran.
• Di dalam kode etik kedokteran Indonesia (KodekI) yang dikeluarkan oleh Majelis
KodeEtik Kedokteran tahun 2001, pada poin Kewajiban umum pasal 3 dinyatakan
bahwa dalammelakukan pekerjaannya seorang Dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yangmemengaruhi kebebasan dan kemandirian profesi.
• Selanjutnya dalam penjelasan pasal 3 dirincikan bahwa perbuatan berikut
dipandang bertentangan dengan etik:
1. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan
keterampilankedokteran dalam segala bentuk.
2. Menerima imbalan selain dari pada yang layak, sesuai dengan jasanya,kecuali
dengan keikhlasan dan pengetahuan dan atau kehendak pasien.
3. Membuat ikatan atau menerima imbalan dari perusahaan
farmasi/obat, perusahaan alat kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat
memengaruhi pekerjaan dokter.
4. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikanobat,
alat atau bahan lain guna kepentingan dan keuntungan pribadi dokter.
• Petunjuk diagnostik:
– Otorea rekuren/kronik
– Penurunan pendengaran
– Perforasi membran timpani
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, & throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Media
Otitis media efusi
– Obstruksi tuba Eustachius tekanan
negatif transudasi
– Penurunan pendengaran, tidak nyeri
jika tidak terinfeksi atau perubahan
tekanan yang cepat
– Jika masih ada udara perubahan
posisi kepala menimbulkan sensasi
lembab dengan suara gelembung
– Bisa ada tinnitus, desiran/gemuruh
nada rendah, atau tinitus pulsatil dari
suara arteri.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, & throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Media
Otitis Media with Effusion
• Chronic serous otitis media/glue ear/mucous OM
– If a serous effusion continues for weeks the
mucous glands of the middle ear & eustachian
tube tend to proliferate & secrete more actively
the fluid can progressively thicken “glue”
(gelatinous mucus).
– Findings:
• As fluid increases & thickens, with loss of any air
content, the drum may look darker, thick, or dull.
• The serous and mucous ear effusions are usually
sterile & do not cause the diffuse thick redness .
• Audiometry will document conductive hearing
loss.
– Th: myringotomy & inserting ventilation pipe
(Grommet)
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007. 3) Menner, a pocket guide to ear. 2003.
Otitis Media