Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motaritas Pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara yang
berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disesbabkan hal
berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan , biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan
lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil bersalin. Dari data di atas di perlukan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat perubahan prilaku dan pradigma sakit menuju
pradigma sehatdan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan merata serta kesehatan
lingkungan dan peningkatan umur harapan hidup.
Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik mungkin bagi ibu-ibu yang baru
melahirkan(post partum), bayi dan keluarga khususnya, serta masyarakat umumnya, asuhan
masa nifas merupakan salah satu bidang pelayanan kesehatan seperti dokter, bidan dan
perawat atau ibu itu sendiri.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam perioda ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjai dalam 24 jam pertama ( buku acuan nasional,
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006)
Asuhan nifas sejak dulu kala telah dilakukan dengan cara yang sederhana dan tradisional.
Namun, dengan bertmbah majunya ilmu kedokteran dan kebidanan, sudah seseharusnya
asuhan ibu nifas dilakukan dengan cara-cara yang lebih maju. Hal ini menuntut bidan dan
perawat sebagai tenaga profesional maupun memberikan pelayanan perat kebidanan kepada
setiap ibu yang menghadapi masa nifas secara prfesional.

Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan pisiologi maupun pisikologis, yaitu : perubahan
fisik, ivolusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan
system tubuh lainnya dan perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru
melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun
psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membtu ibu sebagai orang tua
baru dan memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah
hatiyang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai menjalani
kehidupan sebagai keluarga baru.
Meskipun persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini ditunjang dengan kemajuan yang
pesat dalam bidang kesehatan, adanya antibiotika berspektrum luas, teknik pertolongan
persalinan yang lebih sempurna serta tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih, namun
tidak menutup kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu seperti infeksi pada masa ifas,
partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, serta terhadap bayi yaitu IVFD, asfeksia,
prematuritas. Bila komplikasi yang terjadi pada bayi tidak ditanggulangi secara dini dapat
meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Bedasarkan hal tersebut diatas, untuk menekan angka kematian pada ibu akibat komplikasi
dari persalian dengan riwayat ketuban pecah dini diperlukan adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kususnya bagi tenaga keperawatan untuk membeikan asuhan
pada ibu post partum dengan riwayat ketuban pecahdini yang komprehensif, sehingga ibu
dapat kembali pada keadaan semuala sesuai waktunya tanpa komplikasi. Bertitik tolak dari
hal tersebut di atas penulisan tertarik mengatakan kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini
(KPD), dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kasus. Kasus yang terjadi khususnya pada pasien ketuban pecah dini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan studi kasus ini dikelompokan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Agar dapat gambaran secara jelas dan lengkap tentang asuhan keperawatan ketuban pecah
dini dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan laporan ini dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien ketuban pecah dini (KPD)


b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien katuban pecah dini (KPD)
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien katuban pecah dini (KPD)
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien ketuban pecah dini
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan studi kasus ini adalah metode deskripsif,
tipe studi kasus yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
Subyek yang diselidiki antara lain terdiri dari suatu unit dengan menggambarkan pelaksanaan
asuhan keperawatan dan membandingkan dengan teori. Adapun teknik pengumpulan data
dan dan penyusunan laporan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Suatu teknik pengumpulan data, dimana penulisan melakukan wawancara terhadap ibu,
keluarga, perawat dan bidan yang merawat ibu tersebut untukmndapatkan data subjyektif.
2. Observasi
Tehnik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan langsung terhadap ibu
guna mendapatkan data yang bersifat obyektif
3. Pemeriksaan Fisik
Teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan pemeriksaan secara infeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi dan mendapatkan data fisik ibu.
4. Dokumentasi
Yaitu mempelajari catatan medik ibu untuk melengkapi data seperti hasil laboratorium
sebagai data penunjang

5. Studi Kepustakaan
Yaitu mencari dan membaca sumber buku yang sesuai dengan topik makalah kemudian
menggunakannya dalam penulisan studi kasus ini.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan kasus ini secara garis besar dibagi dalam lima bab yaitu : Bab I
Pendahuluaan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II Teoritis menguraikan tentang konsep dasar ketuban pecah dini
meliputi pengertian patofisiologis, gejala dan tanda, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan. Konsep dasar asuhan keperawatan meliputi pengkajian , perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, Bab III tinjauan kasus mencakup pengkajian, perencanaan
,pelaksanaan, dan evaluasi, Bab VI Pembahasan, menguraikan antara kensenjangan antara
tinjauan tiori dengan tujuan kasus, evaluasi .Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan
saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini

a. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah
ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan,
dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi
seperti:
a. Untuk proteksi janin.
b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
f. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.

b. Etiologi ketuban pecah dini


Meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan
masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke
atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan
persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi
selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu c.
Patofisiologi Ada factor penyebab seperti hipermotilitas rahim, selaput ketuban yang terlallu
tipis, infeksi dan factor predisposisi, multipara, malposisi, servik, inkompeten, gemeli,
hidramnion, adanya factor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut disebut
periode laten atau large periode (lp). Makin muda umur hehamilan makin memanjang lpnya.
Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu pada premi 10 jam dan pada
multi 10 jam. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap janin yaitu walaupun ibu belum
menunjukkan gejala gejala infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra
uterin lebih dulu terjadi ( amnionitis). Sebelum gejala dirasakan pengaruh terhadap ibu yaitu
karena jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi terlalu sering dipriksa
dalam. Selain itu juga dapat dijumpai peritonitis dan sptikemia, ibu merasa lelah karena
berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama maka terjadi peningkatan suhu tubuh
lebih dari 37,50 C, nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi yang akan meningkatkan
angka kematian ibu. d. Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi. e. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini 1. Selaput ketuban tidak kuat
sebagai akibat kurangya jaringan ikat dan vaskularisasi bila terjadi pembukaan servik maka
selaput ketuban sangat melemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. 2.
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta. Amnion, fibroblast, jaringan rektikuler, korion, dan
trofotblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin – 1(IL-I) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas IL-I dan prostaglandin, menghasilkan kolagenese jaringan sehingga
terjadi depolimrisasi kolagen pada selaput korin / amnion menyebabkan selaput ketuban tipis.
f. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal. 1. Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah
Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah
Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. 2. Hipoksia dan asfiksia Dengan
pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat 3. Syndrom deformitas janin. Ketuban
Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal. g.
Pemeriksaan Diagnostik 1. Memeriksa adanya cairan yang kluar dari vagina berisi
mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo, atau bila infeksi berbau 2. Inspekulo : lihat dan
perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servik dan apakah ada bagian yang
sudah pecah 3. Test ferning : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi merah
( asama ) berarti air kemih ( urine ). Darah dari infeksi vagina dapat menghasilkan test positif
palsu. 4. Pemeriksaan leukosit darah >15.000/ Ul bila terjadi infeksi.
5. USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang

h. Penatalaksanaan
1. Pasien dirawat di rumah sakit
2. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
3. Dengan pemikiran janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga
kematangan paru dapat terjadi
4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu
berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan atau menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan bayi.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini


a. Pengkajian
Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Nursalam, 2008).
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada
periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air
ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering.

3. Riwayat menstruasi
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid,
hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak,
atau tidak direstui dengan orang tua ?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani
nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau
kambuh berulang – ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti
panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital
atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga.
8. Data biologis
a. Bernapas
Tanyakan kesulitan dalam bernapas terutama setelah pembedahan.
b. Makan dan Minum
Tanyakan bagaimana kebisaan makan dan minum pasien apakah telah mengandung zat gizi.
c. Eliminasi
Tanyakan kebiasaan dan kesulitan atau masalah dalam BAB dan BAK.
d. Istirahat dan Tidur
Perlu ditanyakan bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat menganggu istirahat dan
tidur pasien.
e. Gerak dan Aktifitas
Observasi hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah aktifitas.
f. Kebersihan Diri
Observasi kebersihan diri terutama payudara dan vulva.
g. Berpakaian
Tanyakan kebiasaan mengganti pakaian .
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Tanyakan apakah pasienselama hamil dan pasca pembedahan mengalami peninggkatan suhu
tubuh dan penurunan suhu tubuh.
i. Seksualitas
Tanyakan pola seksualitas dan frekuensi sebelum,saat dan setelah hamil serta keluhan saat
melakukan hubungan seksual.
9. Data Psikologis
a. Rasa nyaman
Tanyakan ketidak nyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
b. Rasa aman
Kaji hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien.
10. Data Sosial
a. Sosial
Tanyakan tentang interaksi atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain.
b. Konsep Diri
1. Identitas Diri
Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa sudah menjadi seorang ibu.
2. Harga Diri
Tanyakan pada pasien apakah merasa minder atau senang dengan kehadiran anaknya.
3. Ideal Diri
Tanyakan pada pasien apakah ada cita-cita untuk merawat anaknya.
4. Gambaran Diri
Tanyakan pendapat tentang dirinya.
5. Peran Diri
Tanyakan pada pasien sadarkah pada perannya sekarang setelah memiliki anak.
c. Bermain dan Berekreasi
Tanyakan pada kebiasaan pengisian waktu luang.
d. Prestasi
Kaji hal-hal yang membanggakan dari pasien yang ada hubungan dengan kondisinya.
e. Belajar
Kaji tingkat pengetahuan pasien dengan sectio caesarea meliputi perawatan lika,perawatan
payudara,kebersihan vulva atau cara cebok yang benar,nutrisi KB,seksual serta hal-hal yang
perlu ditanyakan tentang perawatan bayi yang ,merawat tali pusat dan cara meneteki yang
benar.

11. Data Spritual


Kaji kepercayaan pasien terhadap tuhan.
12. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh dan keadaan kulit
b. Gejala Kardinal
Observasi vital sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi
c. Ukuran ukuran lain
Kaji berat badan sebelum, saat hamil, saat pengkajian dan tinggi badan.
d. Keadaan fisik
1. Kepala
Observasi kulit kepala, kebersihan, adanya nyeri tekan
2. Muka
Pucat, koloasma gravidarum, adanya nyeri tekan, adanya odema
3. Mata
Observasi pergerakan bola mata, adanya nyeri tekan, konjungtiva pucat atau tidak
4. Hidung
Observasi kesimetrisan, adanya sekret, adanya nyeri tekan, pernafasan cuping hidung
5. Telinga
Observasi kesimetrisan, adanya nyeri tekan, kebersihan, pendengaran
6. Mulut
Observasi membran mukosa, lidah, stomatis, adanya pembesaran tonsil, kebiruan dan karies.
7. Leher
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
8. Torak
Observasi pergerakan otot dada saat bernafas, retraksi otot dada, adanya wheezing, rhonci
dan bunyi jantung
9. Payudara
Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, keadaaan puting susu, hiperpigmentasi aerola mamae,
lecet/luka, pembengkakan buah dada, pengeluaran (kolostrum, asi, nanah)
10. Abdomen
Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi, distensi kandung kemih,
bising usus, terdapat strie
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan, cianocis dan odema
12. Genetalia dan anus
Kebersihan, pengeluaran rochea (jumlah, warna, bau, konsistensi) haemoroid
13. Data penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti data laboratorium.

b. Diagnosa keperawatan ketuban pecah dini


1. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit,
penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang
Penyakit

4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS
5.Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
(Dangoes:2000

C. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional
1
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit,
penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan :
- infeksi tidak terjadi pada ibu
kriteria hasil
- pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi – - Tinjau ulang
kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
- – Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah
putih, atau bau/warna rabas vagina).
- – Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah – - Kondisi
dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau
penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya
waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
- Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum
intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
- Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim

Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit

Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS

Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik


Tujuan :
- rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- klien tampak tenang
- klien tampak nyaman

Tujuan :
- klien pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya
kriteria hasil :
- klien tidak resah lagi dengan peyakit nya
- menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis

Tujuan :
- kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah
- klien menunjukkan pola tidur yang adekuat
Tujuan:
- aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Kriteria hasil:
- pasien bisa beraktivitas seperti biasa. – - monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi
dan suhu
- – ajrakan klien teknik relaksasi
- atur posisi klien
- – berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung

-
- tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
- – dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal
- – berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya
- – jelaskan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan
jawaban yang terbuka dan jujur

- Lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur


- – motivasi klien agar mengalihkan perhatian
- – monitor kebutuhan tidur
- ciptakan suasana nyaman

- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal


mungkin.
- Beri posisi nyaman.
- Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan.
-Jelaskan pentingnya mobilisasi diri. – - nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni
pernafasan dan nadi
- untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
- – untuk memberikan kenyamanan pada klien
- agar klien dapat beristirahat
- – memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan
- – agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan
- – agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya
- menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima
realitas dan mulai menerima apa yang terjadi

- agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu
- – dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri
sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur
- – untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum
- – suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa
tidur
- – agar kebutuhan sehari – hari – klien dapat terpenuhi seperti biasa nya
- agar klien merasa nyaman dan tenang
- kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi dengan
menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan
- proses penyembuhan

D. Implementasi
Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga
dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam
pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai
manusia yang unik

E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai
dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang
akan dilanjutkan

WOC KPD

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 agustus 2010
a. Identitas klien Pasien Penanggung jawab
Nama : Ny.I Tn.H
Umur : 20 tahun 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Laki – laki
Status : Sudah menikah Sudah menikah
Agama : Hindu Hindu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta
Pendidikan : SMA SMA
Alamat : Tilatang kamang Tilatang kamang
No.MR : 249226
Ruang Rawat : ruang Melati RSUD Tabanan
Tgl masuk : 14 agustus 2010
b. Alasan masuk
Klien masuk IGD pada hari sabtu pukul 00.30 WITA, dengan keluhan keluar cairan ketuban
dari pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam, klien mengatakan
cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau,frekuensi ganti duk
klien sebanyak 5x sehari, klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari –
ari,nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6,klien mengatakan susah
tidur karena nyeri yang dirasakan,frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari,klien mengatakan
nafsu makan berkurang sejak beberapa hari yg lalu ,klien mengatakan berat badan nya
menurun,BB sehat 68 Kg BB sakit 64 Kg,klien sudah 2 hari tidak ada Buang air besar, klien
mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya saat ini, klien
tampak meringis dan sering memegang perut nya, porsi makan yang dihabiskan klien hanya
½ porsi,klien mengatakan selama dirumah sakit klien hanya beraktifitas di tempat tidur,
aktifitas klien di rumah sakit hanya di tempat tidur, DJJ bayi 135 x/i, HB 10,4 gr %, therapi
yang diberikan ceftriaxon 2 x 1 gr dan dexametason 2 x 1 amp

2. Riwayat Kesehatan dahulu


Klien sebelum nya tidak pernah mengalami penyakit yang di derita nya sekarang, klien juga
tidak ada penyakit jantung, DM, hipertensi

3. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan

4. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : teratur ( 1x/ bulan )
Lama haid : 5 – 8 hari
Ganti Duk : 2 – 3x / hari
Keluhan pd saat haid : nyeri pd saat haid

5. Riwayat Kehamilan
HPHT : 18 Desember 2009
TP : 25 September 2010
Kehamilan : G1 P0 A0 H0 ( Gravid 1, partus belum ada, abortus
tidak ada, hidup belum ada )
d. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos Metis
2. BB / TB : 64 kg / 159 cm
3. Tanda – Tanda vitaL
TD : 110 / 80 mmhg P : 24x /menit
N : 88x / menit S : 36,2 º C
4. Head To Toe
a. Rambut : berwarna coklat, lurus, bersih, tidak berbau, tidak terdapat lesi
b. Mata : sklera tidak ihterik, konjungtiva anemis,pupil sama besar ka
/ ki, palpebra tidak ada oedema, fungsi penglihatan baik,

tidak menggunakan alat bantu penglihatan,bereaksi terhadap


cahaya
c. Telinga : simetris ka / ki , tidak terdapat serumen,tidak menggunakan
alat bantu fungsi pendengaran baik
d. Hidung : bernafas tidak menggunakan cuping hidung,tidak terdapat
serumen ,fungsi penciuman baik
e. Mulut dan Gigi : mukosa bibir lembab, keadaaan gigi dan gusi tidak
ada peradangan dan pendarahan, ada karies gigi, lidah
bersih, keadaan mulut tidak berbau
f. leher : tidak terjadi pembengkakan tyroid
g. Paru – Paru : warna kulit putih, pengembangan dada simetris ka / ki,
tidak ada lesi / memar , bernafas tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 24x / I, tidak ada
teraba massa, idak teraba pembengkakan, getaran dinding
dada terasa simetris ka/ki, bunyi paru – paru resonan,suara
nafas terdengar vesikuler
h. Jantung : warna kulit dada putih,tidak ada lesi atau luka lecet, ictus
cordis tidak terlihat, terasa ictus cordis teraba pada ICS5
midclavikula dan batas jantung teraba,frekuensi jantung
88x/menit, bunyi jantung redup, tidak terdapat bunyi
tambahan
i.Payudara : puting susu menonjong, aerola menghitam, mamae tidak
terlalu tegang
j.Abdomen : perut terlihat membuncit, kulit bersih, tidak ada luka lesi,
fundus 3 jari di bawah px, letak bayi Puka, persentas
kepala, timpany, bising usus ( + ), DJJ : 135x / I,
e. Ekstremitas : Atas : kulit berwana putih, terdapat luka bekas suntikan,
tidak ada oedema
Bawah : tidak ada kelainan, tidak terdapat memar / luka
lecet, tidak ada oedema
f. Genitalia : vagina keluar cairan berwarna jernih tapi tidak berbau, tidak terdapat varises dan
tidak ada oedema
g. Integumen : turgor kulit baik, kulit lembab tidak kering

2. Analisa Data
No Data Etiology Problem
1 DS :
- klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam
- klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau
DO :
- cairan ketuban yang keluar dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau
- frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari
- Therapi yg diberikan ceftriaxn 2 x 1 gr dan dexametason 2 x 1 amp Ketuban Pecah Dini
Resiko Infeksi
2 DS :
- klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari – ari
- klien mengatakan selama dirumah sakit klien beraktifitas ditempat tidur
DO :
- klien tampak meringis dan memegangi perut nya
- nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6
- aktifitas klien dirumah sakit ditempat tidur Ketegangan otot rahim Gangguan rasa nyaman :
nyeri
3

5 DS :
- klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita nya
- klien mengatakan tidak mengetahui ttg penyakit yang di alami nya
DO :
- klien tampak cemas
- klien sering bertanya tentang penyakit nya
DS :
- klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
- klien mengatakan frekuensi tidur hanya 7 jam dalam sehari
DO :
- frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari
- klien tampak lemah

DS :
- klien mengatakan kurang nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu
- klien mengatakan berat badan nya menurun
DO :
- porsi makanan yang dihabiskan klien ½ porsi
- BB sehat 68 Kg, BB sakit 64 Kg
- HB klien 10,4 gr % Kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD

Peningkatan HIS

Intake yang tidak adekuat Ansietas

Gangguan pola istirahat : tidur

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
2. Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim
3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD
4. Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

4. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1` Resiko Infeksi b /d Ketuban pecah dini
DS :
- klien mengatakan keluar cairan dari pervaginaan
- klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau
DO :
- cairan yang keluar berwarna jernih dan tidak berbau
- frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari
Tujuan ;
- infeksi tidak terjadi
kriteria hasil :
- tidak ada keluar lagi cairan dari pervaginaan
- DJJ janin normal
- Leukosit klien kembali normal
- Suhu 36 – 37 °
- – bina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutik
- – pantau keadaan umum klien
- – berikan lingkungan yang nyaman untuk klien
- berikan obat sesuai order dokter – - untuk memudahkan perawat melakukan tindakan
- – untuk melihat perkembangan kesehatan klien
- – agar istirahat klien terpenuhi
- proses penyembuhan klien
2 Gangguan rasa nyaman : nyeri b / d ketegangan otot rahim
DS :
- klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang ke ari –ari
DO :
- klien tampak meringis
- klien tampak memegangi perut nya
- nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6 Tujuan :
- nyeri ( – )
Kriteria hasil :
- klien tampak tenang / rileks
- klien mengatakan rasa nyeri pada perut klien berkurang
- TTV kembali normal
TD : 120 / 80 mmhg
N : 60 – 120 x/i
P :24 x /i
S :36 -37 ° – monitor TTV klien
- kaji skala nyeri ( 1 – 10 )
- ajarkan klien teknik relaksasi
- atur posisi klien
- berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung – untuk mengetahui perkembangan
umum klien
- untuk mengetahui derajat nyeri klien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
- – untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien
- – untuk memberikan kenyaman klien
- – untuk mengurangi tingkat stres klien, dan klien bisa beristirahat
3

5 Ansietas b / d kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD


DS :
- klien mengatakan cemas terhadap
- penyakit nya
- klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya
DO :
- klien tampak cemas
- klien sering bertanya tentang penyakit nya kepada perawat
Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS
DS :
- klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
- klien mengatakan frekuensi tidur hanya 7 jam dalam sehari
DO :
- frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari
- klien tampak lemah

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak ade kuat
DS :
- klien mengatakan kurang nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu
- klien mengatakan berat badan nya menurun
DO :
- porsi makanan yang dihabiskan klien ½ porsi
BB sehat 68 Kg, BB sakit 64 Kg Tujuan :
- ansietas ( – )
Kriteria hasil :
- klien sudah mengerti tentang penyakit dan perawatan KPD
- klien tidak cemas lagi

Tujuan :
- istirahat dan tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- menunjukkan pola tidur yang adekuat

Tujuan :
- kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- tidak menunjukkan tanda –tanda mal nutrisi
- BB dalam batas normal
- menunjukkan pemasukan yang adekuat – tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
- dorong klien untuk istirahat total
- – berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya

- kaji kebiasaan pola tidur patien


- berikan lingkungan yang nyaman seperti keadaan ruangan dan penerangan ruangan
- batasi pengunjung

- timbang BB klien
- kaji tanda – tanda mal nutrisi
- auskultasi bising usus, catat ada nya nyeri abdomen, mua muntah
- motivasi klien untuk menghabiskan makanan
- berikan makanan yang hangat dan bervariasi – memberikan pengetahuan dasar dimana klien
dapat membuat pilihan
- – untuk mempercepat proses penyembuhan
- – agar klien mengerti tentang bahaya nya penyakit yang di derita nyan
- kebiasaan pola tidur klien dapat mempengaruhi kualitas tidur klien
- – agar klien merasa nyaman
- agar klien bisa beristirahat

-untuk mnegetahui peningkatan atau penurunan berat badan klien


- – untuk mengetahui indikator kekurangan nutrisi
- gangguan nutrisi dapat menyebabkan perubahan frekuensi bising usus
- – agar nutrisi klien terpenuhi
- menambah selera makan klien

5. Implementasi dan Evaluasi


No Hari / tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi
1

Senin
16 agustus 2010 I

II 08.00 WITA

08.45 WITA

09.30 WITA

11.00 WITA

11.25 WITA
11.30 WITA

13.00 WITA

13.45 WITA

14.00 WITA – membina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutik


- memantau keadaan umum klien, seperti kesadaran klien ,cairan yg keluar dari pervaginaan
klien, TD,N,S,P klien
R/p : cairan yg keluar dari pervaginaan masih ada, kesadaran baik,
- memberikan obat injeksi
Ceftriaxon 1 gr dan dexametason 1 amp ( IV )
R/p : ceftriaxon dan dexametasn sudah diberikan
- memberikan lingkungan yang nyaman seperti kenyamanan ruangan dan membatasi
pengunjung
R/p : klien dapat beristirahat

- memonitor TD,N,P,S klien


- mengkaji skala nyeri ( 1 – 10 )
R/p : skala nyeri klien 6
- mengajarkan klien teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam sebanyak 3 x
- R/p : klien dapat melakukan teknik relaksasi yg di ajarkan ,nyeri sedikit berkurang
- mengatur posisi klien dengan miring kiri saban 2 jam
R/p : klien dapat melakukan miring kekanan dank e kiri saban 2 jam
- memberikan lingkungan yang nyaman dg batasi pengunjung
R/p : klien merasa tenang dan dapat beristirahat S : klien mengatakan masih ada keluar cairan
dari pervaginaan tapi tidak begitu banyak
O : warna cairan jernih dan tidak berbau
A : masalah belum teratasi
P : intervensi 2 – 4 dilanjutkan

S : klien mengatakan pinggang sampai ke ari – ari masih terasa nyeri


O : klien tampak memegangi pinggang dan meringis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi 1 – 5 dilanjutkan
2 Selasa / 17 agustus 2010 08.00 WITA

Intervensi dihentikan
Klien pulang dengan kemauan sendiri
Pd tgl 16 agustus 2010 pukul 17.30 WITA

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada
ibu bersalin pada tanggal 16 agustus 2010 di Ruang Melati RSUD Tabanan
1. Data Subjektif
Pengkajian data subjektif dapat dilaksanakan dengan cara wawancara ibu secara langsung
untuk mendapatkan data seperti identitas ibu dan suami, riwayat menstruasi, riwayat obstetri,
riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan klien dan keluarga, dan pola kehidupan sehari
– hari. Data subjektif ini sudah kesesuaian dengan teori persalinan.
2. Data Objektif
Pengkajian obyektif dapat dilaksanakan dengan cara pemeriksaan fisik secara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang. Semua
keadaan ibu sudah di periksa dan hasilnya normal.
3. Assesment
Dari data subjektif dan data objektif sudah dapat mendukung diagnosa Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan KPD.
4. Planning
Planning yang telah dilakukan di Ruang Melati RSUD Tabanan sudah sesuai dengan teori

B. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dilakukan untuk menentukan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan asuhan keperawatan dalam menangani masalah
pasien.Dimana evaluasi dilaksanakan perhari untuk mengetahui perkembangan pasien dan
untuk menilai keefektifan pemberi asuhan keperawatan,Dari lima masalah keperawatan yang
muncul,dua masalah tidak terjadi resiko infeksi karena selama pelaksanaan tidakditemukan
tanda-tanda yang mengarah pada infeksi yaitu kalor,dolor,tumor,rubor dan fungsiolaesa dan
tiga masalah lainnya tidak teratasi.Evaluasi kelima masalah keperawatan tersebut
dilaksanakan pada hari yang sama yaitu pada tanggal 16 Agustus 2010.Evaluasi sudah
dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran saran sebagai
berikut :

A. Simpulan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara
lain :
1. Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Apabila gagal, maka dilakukan seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
2. Bila ada tanda – tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi
3. Terminasi kehamilan, jika :
1) Skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian di induksi. Jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesaria 2) Skor pelvik > 5 induksi persalinan, kemudian
partus pervaginam

B. Saran
1. Kepada Pihak Rumah Sakit
Kepada pihak rumah sakit agar tetap mempertahankan kualitas pelayanan dan tetap
memberikan pelayanan yang optimal.
2. Kepada Pasien
Sebaiknya para ibu hamil lebih menjaga kehamilannya, terutama lebih menjaga setiap
aktifitas yang dilakukan dan diharapkan selalu memperhatikan nasihat maupun saran dari
tenaga kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan melahirkan bayi yang sempurna
(Kasdu, 2003 : iii). Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang terdapat dalam
pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu : setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
adekuat (Koesno, 2004 : 3 ). Namun, tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan
memerlukan penanganan dengan ekstraksi vakum.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Saifuddin, 2002 :
494). Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin yang
memiliki indikasi untuk menjalani pelahiran pervaginam dengan bantuan alat (Hartanto, 2005
: 536). Indikasi dan syarat dari tindakan ini antara lain : pada palpasi abdomen kepala tidak
teraba (0/5) atau teraba (1/5) sedangkan pembukaan sudah lengkap, keterlambatan pada kala
II yaitu lebih dari 60 menit pada primigravida dan 30 menit pada multigravida, dan Ibu yang
menderita kelainan atau penyakit yang melarangnya untuk mengeran (mengedan), misalnya
pada penyakit jantung, hipertensi, asma, atau tuberkulosis berat (Depkes RI, 1995 : 6).
Angka kejadian pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum di RSU Dr. Soedono Madiun
tahun 1998 sebanyak 522 (22%) diantara 2362 persalinan dan angka kejadian bedah caesar
sebanyak 419 (17%) (Kalbefarma). Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Jendral Ahmad Yani Kota Metro didapatkan data pada tahun 2006 terdapat 7,99%
(37) kasus persalinan dengan ekstraksi vakum dari 463 persalinan normal (Medical Record,
2006). Ini berarti tindakan ekstraksi vakum masih sering dilakukan.
Penanganan persalinan dengan ekstraksi vakum mempunyai dampak terhadap ibu dan bayi.
Pada ibu dapat terjadi robekan pada serviks uteri, robekan pada dinding vagina dan perenium.
Ini dapat terjadi apabila pada pembukaan belum lengkap dilakukan ekstraksi. Sedangkan
pada bayi dapat terjadi perdarahan dalam otak dan kaput suksedaneum artifisialis yang akan
hilang sendiri setelah 24-48 jam. Untuk mengatasi hal itu maka tindakan ekstraksi vakum
sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang terampil dan berpengalaman (Depkes RI, 1995 : 10).
Apabila tindakan ini dianggap tidak aman atau ekstraksi ini gagal dapat dilakukan seksio
sesaria (Hartanto, 2005 : 551).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum di Rumah Sakit Umum
Daerah Jendral Ahmad Yani Metro pada Tahun 2006”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di
RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2006 ?”.

C. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Jenis penelitian : deskriptif.
2. Subyek penelitian : ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUD Jendral
Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006.
3. Obyek penelitian : karakteristik ibu-ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUD Jendral
Ahmad Yani Kota Metro yang meliputi: riwayat penyakit ibu, usia, paritas, dan lama
persalinan kala II.
4. Lokasi penelitian : ruang kebidanan di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota
Metro tahun 2006.
5. Waktu penelitian : bulan Mei tahun 2007.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin
dengan ekstraksi vakum di Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro pada
tahun 2006.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum
berdasarkan riwayat penyakit ibu di Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota
Metro tahun 2006.
b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum
berdasarkan usia ibu di Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun
2006.
c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum
berdasarkan paritas ibu di Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun
2006.
d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum
berdasarkan lamanya persalinan pada kala II di Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad
Yani Kota Metro tahun 2006.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang ekstraksi
vakum dan karakteristik ekstraksi vakum dan karakteristiknya baik bagi ibu maupun bagi
Prodi Kebidanan Metro.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan Antenatal Care (ANC)
khususya deteksi dini kehamilan dengan resiko tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan dengan ekstraksi vakum bagi RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro dan Dinas
Kesehatan Kota Metro pada khususnya serta tenaga kesehatan pada umumnya.
3. Mengembangkan pengetahuan penulis tentang ekstraksi vakum dan metode penelitian
diskriptif tentang karakteristik resiko terjadinya persalinan dengan ekstraksi vakum.
4. Bagi peneliti lainnya, sebagai pertimbangan dan masukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang ekstraksi vakum dengan jenis penelitian lain dan penambahan variabel
penelitian yang lebih lengkap, dan metode penelitian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai