Anda di halaman 1dari 6

Kesesuaian antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum pada Evaluasi

Respons Pengobatan Tuberkulosis Paru setelah Enam Bulan Pengobatan

Ristaniah D. Soetikno,1 Derry2


Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran-
1

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung, 2Bagian Radiologi Rumah Sakit Dustira

Abstrak
Evaluasi pengobatan penderita tuberkulosis paru meliputi evaluasi klinis, bakteriologis, dan radiologis. Evaluasi
bakteriologis bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi sputum yang merupakan indikator keberhasilan
pengobatan. Foto toraks merupakan pemeriksaan yang mudah, cepat dengan biaya yang relatif murah, tetapi
belum dijadikan indikator keberhasilan pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian antara
gambaran foto toraks dan sputum mikroskopis pada evaluasi respons pengobatan penderita tuberkulosis paru
setelah enam bulan pengobatan. Penelitian dilakukan pada 246 orang penderita baru dengan diagnosis tuberkulosis
paru yang telah mendapat pengobatan tuberkulosis selama enam bulan. Data diambil dari penelitian Proverty
Related Infection Oriented Research (PRIOR) di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung yang
berlangsung dari September 2000 sampai dengan Desember 2005. Pembacaan hasil foto toraks dilakukan oleh dua
orang ahli radiologi. Subjek penelitian berusia 15−67 tahun. Hasil pembacaan kedua ahli radiologi menunjukkan
kesesuaian antara penilaian foto toraks dan hasil mikroskopis sputum. Nilai kesesuaian hasil pembacaan oleh
ahli radiologi I adalah 0,420 (fair) dan ahli radiologi II adalah 0,446 (fair). Simpulan, terdapat kesesuaian antara
penilaian foto toraks dan hasil mikroskopis sputum pada evaluasi respons penderita tuberkulosis paru setelah enam
bulan pengobatan. Foto toraks dapat dijadikan alternatif evaluasi respons tuberkulosis paru setelah enam bulan
pengobatan. [MKB. 2011;43(3):140–5].

Kata kunci: Foto toraks, sputum mikroskopis, tuberkulosis paru

Compatibility between Chest Radiograph and Microscopic Sputum


Examination at Response Evaluation of Lungs Tuberculosis after Six
Months of Therapy

Abstract
Evaluation of pulmonary tuberculosis treatment include clinical, bacteriological, and radiological evaluation.
Bacteriological evaluation aims to detect sputum conversion as an indicator of treatment success. Chest radiograph
is simple, quick and relatively low cost, but it has not been used as an indicator of treatment success. This study
aims was to compare the compatibility between chest radiograph and microscopic sputum in patients with lung
tuberculosis after sixth months of treatment. The study was conducted on 246 new lung tuberculosis patients that
had received treatment for six months. Data was taken from Proverty Related Infection Oriented Research (PRIOR)
at Medical Faculty of Padjadjaran University in Bandung that was held from September 2000 to December 2005.
Assessment of chest radiographs was performed by two expert radiologists. Age of the subjects were 15−67 years
old. The study showed that chest radiograph assessment was compatible with sputum microscopy result. The
suitability value between them was 0.420 (fair) by the first radiologist and 0.446 (fair) by the second radiologists.
In conclusion, there is compatibility between assessment chest radiograph and microscopic sputum examination
at the responses evaluation of the lung tuberculosis patients after six months of therapy. Chest radiograph can be
an alternative for response evaluation of lung tuberculosis after six months of therapy. [MKB. 2011;43(3):140–5].

Key words: Lungs tuberculosis, microscopic sputum, thorax photo

Korespondesi: Dr. Ristaniah D. Soetikno, dr., Sp.Rad., M.Kes, Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran-Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin, jalan Pasteur 38 Bandung, telepon (022) 2034915, e-mail: ristasoetikno@gmail.com

140 MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011


Ristaniah D. Soetikno: Kesesuaian Antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum

Pendahuluan keberhasilan pengobatan.2,11-15 Singla dkk.13


mengadakan penelitian tentang konversi sputum
Tuberkulosis saat ini masih merupakan masalah dan menunjukkan konversi sputum terjadi lebih
kesehatan masyarakat di banyak negara dari 80% pada bulan kedua pengobatan. Evaluasi
terutama di negara berkembang.1,2 World Health radiologis kurang berperan terhadap evaluasi
Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar pengobatan, karena perubahan gambaran foto
1,9 miliar manusia atau sepertiga penduduk toraks terjadi lebih lambat dibandingkan dengan
dunia ini telah terinfeksi kuman tuberkulosis. perubahan bakteriologis dan bahkan dalam
Pada dekade ini terjadi 2,9 juta kematian akibat tiga bulan pengobatan dapat terjadi perburukan
tuberkulosis serta infeksi HIV dan sebagian besar gambaran radiologis. Perubahan gambaran
terjadi di negara berkembang.2,3 radiologis memerlukan waktu antara enam bulan
Berdasarkan pada Pedoman Penatalaksanaan sampai dua tahun.
Tuberkulosis Paru, maka diagnosis tuberkulosis Pada akhir bulan pengobatan diharapkan
paru ditegakkan berdasarkan gejala/pemeriksaan penderita sudah dapat dinyatakan sembuh secara
klinis, radiologis, dan laboratorium.3 Sesuai klinis, bakteriologis, dan radiologis. Penderita
rekomendasi WHO, maka diagnosis tuberkulosis tuberkulosis yang telah dinyatakan sembuh
paru berdasarkan pemeriksaan sputum secara tetap dievaluasi minimal dua tahun setelah
mikroskopis, oleh karena hal ini merupakan sembuh untuk mengetahui adanya kekambuhan.
pemeriksaan yang efisien, mudah, murah, dan Pemeriksaan untuk evaluasi penderita yang telah
cukup cepat (dua hari).3-7 Mikroskopis sputum ini sembuh adalah pemeriksaan mikroskopis sputum
bersifat spesifik dan cukup sensitif. Pemeriksaan dan pemeriksaan radiologis.4-14
sputum juga bertujuan untuk menilai kemajuan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengobatan dan menentukan tingkat penularan. kesesuaian gambaran antara foto toraks dan
American Tuberculosis Association menyatakan mikroskopis sputum pada evaluasi respons
bahwa diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah pengobatan tuberkulosis paru setelah enam bulan
dengan menemukan kuman Mycobacterium pengobatan dan apakah pemeriksaan foto toraks
tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru dapat dipakai sebagai alternatif evaluasi respons
secara biakan.6,7 pengobatan penderita tuberkulosis paru setelah
Dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis enam bulan pengobatan.
paru, gambaran radiologis tidak selalu khas dan
sangat bervariasi, tetapi foto toraks merupakan
pemeriksaan penunjang pertama yang membantu Metode
untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru,
memonitor respons pengobatan, dan membantu Subjek penelitian yang dipilih adalah semua
dalam menghambat penyebaran infeksi.3 Selain penderita dengan diagnosis tuberkulosis paru
itu, foto toraks merupakan cara yang praktis, cepat, berdasarkan pemeriksaan mikroskopis sputum
dan mudah untuk menemukan lesi tuberkulosis. dan gambaran radiologis yang telah mendapat
Foto toraks juga dapat memberikan gambaran pengobatan tuberkulosis selama enam bulan.
radiologis tuberkulosis paru pada tuberkulosis Subjek berusia ≥15 tahun dan baru pertama
paru basil tahan asam (BTA) positif ataupun BTA mendapat pengobatan tuberkulosis. Penelitian
negatif, sehingga foto toraks dapat menyokong dilakukan di Poliklinik Subbagian Pulmonologi
klinisi dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
paru.4,6,7 Dr. Hasan Sadikin Bandung, Pemberantasan
Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam Penyakit Tuberkulosis Indonesia (PPTI) DKI
dua tahapan, yaitu tahap intensif dengan lama Jakarta, dan Balai Pemberantasan Penyakit Paru-
pengobatan dua bulan dan tahap lanjutan Paru (BP4) Bandung. Penelitian dilakukan dari
dengan lama pengobatan selama 6 bulan.2,7-11 September 2000 sampai dengan Desember 2005.
Evaluasi pengobatan pada penderita tuberkulosis Subjek yang memiliki penyakit penyerta seperti
paru meliputi evaluasi klinis, bakteriologis, diabetes melitus, gagal ginjal, artritis rematoid,
radiologis, efek samping obat, penanganan efek dan lupus eritematosus sistemik, tidak disertakan
samping obat, serta keteraturan berobat. Evaluasi dalam penelitian. Data diambil dari penelitian
klinis dilakukan setiap dua minggu pada satu Proverty Related Infection Oriented Research
bulan pertama pengobatan, selanjutnya setiap (PRIOR) Fakultas Kedokteran Universitas
satu bulan. Evaluasi bakteriologik merupakan Padjadjaran Bandung.
pemeriksaan yang penting dalam menilai respons Rancangan penelitian ini adalah observational
pengobatan dan bertujuan untuk mendeteksi secara cross sectional. Pada penelitian ini
ada tidaknya konversi sputum. Adanya konversi dilakukan evaluasi sputum dan foto toraks setelah
sputum bulan keenam merupakan indikator enam bulan pengobatan. Penderita dengan

MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011 141


Ristaniah D. Soetikno: Kesesuaian Antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum

diagnosis tuberkulosis paru mikroskopis sputum tidak melebihi luas satu paru. Bila ditemukan
positif yang telah memenuhi kriteria inklusi dan kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau
tidak memenuhi kriteria eksklusi dikelompokkan terdapat konsolidasi yang homogen, luasnya
sebagai eligible participant hingga mencapai tidak melebihi luas satu lobus paru atau sepertiga
ukuran sampel yang ditentukan. Ukuran sampel volume satu paru. Positif 3 atau far advanced
sebesar 246 subjek ditentukan berdasarkan lesion yang berarti luas bercak lebih dari luas
akurasi yang dikehendaki 0,80 dan bond of error bercak pada positif 2 atau bila ada kavitas yang
(precision) 0,05. Pemilihan subjek penelitian berdiameter lebih dari 4 cm.
dilakukan secara consecutive admissions (urutan Data yang terkumpul disusun dalam tabel dan
datang penderita). selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan
Data pemeriksaan sputum dikelompokkan parameter coefficient of agreement Kappa (Ќ)
menjadi 4 kategori berdasarkan modifikasi skala dengan nilai Ќ≥0,75 berarti excellent, nilai Ќ
International Union Against Tuberculosis and antara 0,40 dan 0,75 adalah fair, dan nilai Ќ<0,40
Lung Disease (IUATLD). Negatif yang berarti adalah poor.
tidak ditemukan basil tahan asam (BTA) dalam Pada penelitian ini nilai Kappa yang pakai
100 lapang pandang. Positif 1 yang berarti untuk kesesuaian antara mikroskopis sputum dan
ditemukan 1–99 BTA/100 lapang pandang. Positif foto toraks adalah nilai Kappa ≥0,40–< 0,75 (fair),
2 yang berarti ditemukan 1–10 BTA/1 lapang artinya peneliti akan menyarankan foto toraks
pandang (minimal dibaca 50 lapang pandang). sebagai alternatif pemeriksaan pada evaluasi
Positif 3 yang berarti ditemukan >10 BTA/1 lapang setelah enam bulan terapi penderita tuberkulosis
pandang (minimal dibaca 20 lapang pandang). paru apabila hasil nilai Kappa adalah fair.
Hasil pembacaan foto toraks juga
dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan
American Tuberculosis Association. Negatif Hasil
yang berarti tidak ditemukan kelainan pada
foto toraks atau adanya gambaran tuberkulosis
paru tenang yang ditandai dengan gambaran Pada penelitian ini dari ukuran sampel sebanyak
fibrosis, kalsifikasi, dan atau penebalan pleura. 246 orang, jumlah kasus terbanyak didapatkan
Positif 1 atau minimal lesion yang berarti bercak pada kelompok usia 20–29 tahun, yakni 115
dapat mengenai satu atau kedua paru, tetapi orang (46,8%), sedangkan jumlah kasus paling
luas bercak tidak melebihi daerah yang dibatasi sedikit didapatkan pada kelompok usia di atas 60
oleh garis tengah, apeks, dan iga kedua depan tahun (1,2%). Dari 246 subjek penelitian yang
atau di atas second chondrosternal junction dan masuk kriteria inklusi, didapat usia rerata adalah
vertebra torakal keempat atau kelima. Tidak 30,36 tahun.
ditemukan adanya kavitas. Positif 2 atau Data hasil pemeriksaan mikroskopis sputum
moderately advanced lesion yang berarti bercak dan foto toraks yang diperoleh dapat dilihat pada
dapat mengenai satu atau kedua paru, tetapi Tabel 2, sedangkan analisis data dapat dilihat

Tabel 1 Distribusi Subjek Penelitian Menurut Kelompok Usia


Kelompok Usia (tahun) Jumlah (n = 246) %
<19 23 9,3
20─29 115 46,8
30─39 65 26,4
40─49 27 11,0
50─59 13 5,3
>60 3 1,2
Total 246 100,0
Rerata (tahun) 30,36
Median (tahun) 27,50
Simpang baku (tahun) 10,20
Minimum (tahun) 15
Maksimum (tahun) 67

142 MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011


Ristaniah D. Soetikno: Kesesuaian Antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum

Tabel 2 Pembacaan Foto Toraks oleh Ahli Radiologi I dan Ahli Radiologi II berdasarkan
Pemeriksaan Mikroskopis Sputum
Foto Toraks
Sputum Negatif Positif 1 Positif 2 Positif 3 Total
I II I II I II I II I II
Negatif 221 226 15 9 3 4 0 0 239 239
Positif 1 0 1 3 2 0 0 0 0 3 3
Positif 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2
Positif 3 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
Total 221 227 18 11 5 6 2 2 246 246
I : Ahli Radiologi I
II : Ahli Radiologi II

pada Tabel 3. menyatakan bahwa usia terbanyak penderita


Nilai Kappa hasil pembacaan oleh ahli tuberkulosis adalah 15–49 tahun. Laporan yang
radiologi I secara keseluruhan adalah fair. Untuk sama juga didapatkan di daerah Jawa Barat pada
foto toraks dan sputum yang hasil pemeriksaannya tahun 2003, distribusi kasus tuberkulosis paru
menunjukkan telah negatif, nilai Kappa adalah berdasarkan kelompok usia terbanyak pada usia
poor, sedangkan untuk nilai Kappa dari hasil 15–54 tahun, sedangkan data dari Rumah Sakit
pembacaan yang menunjukkan positif 1, positif Dr. Hasan Sadikin Bandung penderita yang
2, dan positif 3 adalah excellent (Tabel 3). dirawat pada tahun 1995/1996 terbanyak pada
Nilai Kappa hasil pembacaan oleh ahli usia 15–24 tahun.
radiologi II secara keseluruhan adalah fair. Untuk Distribusi penderita berdasarkan jenis
foto toraks dan mikroskopis sputum yang hasil kelamin pada penelitian ini terbanyak pada
pemeriksaannya menunjukkan telah negatif, perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
nilai Kappa adalah poor, sedangkan untuk nilai Keadaan ini berbeda dari laporan WHO tahun
Kappa dari hasil pembacaan yang menunjukkan 2002, hasil penelitian Rao dan Sadiq12 tahun
positif 1 adalah fair. Untuk nilai Kappa dari hasil 2000, laporan dari provinsi Jawa Barat dan data
pembacaan yang menunjukkan positif 2 dan dari Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
positif 3 adalah excellent (Tabel 3). tahun 1995/1996, yang semuanya mendapatkan
penderita laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Laporan WHO
Pembahasan menyatakan tidak ada perbedaan kemungkinan
timbulnya kasus tuberkulosis paru antara laki-laki
Pada penelitian ini subjek penelitian berusia dan perempuan, diperkirakan jumlah penderita
15–67 tahun dengan jumlah kasus terbanyak laki-laki sama banyak dengan perempuan.
didapatkan pada kelompok usia 20─29 tahun, hal Dengan demikian, jumlah kasus yang selama
ini sesuai dengan laporan WHO tahun 2002 yang ini dilaporkan bahwa perempuan lebih sedikit

Tabel 3 Kesesuaian Pemeriksaan Mikroskopis Sputum dan Foto Toraks yang Dibaca oleh Ahli
Radiologi I dan Ahli Radiologi II
Ќi Se (ќ) Z P Keterangan
Kategori
I II I II I II I II I II
Keseluruhan 0,42 0,45 0,11 0,12 11,16 11,11 0,00 0,00 Fair Fair
Negatif 0,26 0,30 0,03 0,04 7,98 7,84 0,00 0,00 Poor Poor
Positif 1 1,00 0,65 0,16 0,12 6,20 5,24 0,00 0,00 Excellent Fair
Positif 2 1,00 1,00 0,20 0,11 5,03 8,98 0,00 0,00 Excellent Excellent
Positif 3 1,00 1,00 0,06 0,06 15,68 15,68 0,00 0,00 Excellent Excellent
I : Ahli Radiologi I
II : Ahli Radiologi II

MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011 143


Ristaniah D. Soetikno: Kesesuaian Antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum

kasusnya disebabkan kemungkinan karena kurang oleh subjektivitas pada saat pembacaan.
terdiagnosis. Beberapa alasan perempuan tidak Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
terdiagnosis sebagaimana mestinya, di antaranya mengetahui pada bulan ke berapa perubahan foto
yaitu perempuan merasa tidak ada waktu karena toraks tersebut terjadi dan faktor-faktor apa saja
kesibukannya mengurus keluarga, masalah biaya yang mempengaruhi ketidaksesuaian ini.
dan transportasi, tingkat pendidikan yang relatif Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat
masih rendah, dan faktor sosiobudaya yang kesesuaian antara penilaian foto toraks dan
menghambat perempuan untuk kontak dengan hasil mikroskopis sputum pada evaluasi respons
petugas kesehatan laki-laki.3,4 Pada penelitian pengobatan penderita tuberkulosis paru setelah
ini jumlah penderita perempuan lebih banyak, enam bulan pengobatan.
ini kemungkinan disebabkan beberapa alasan di
atas tidak menjadi masalah lagi seperti masalah
transportasi dan tingkat pendidikan perempuan Daftar Pustaka
yang semakin tinggi saat ini.
Pada penelitian ini nilai Kappa hasil 1. Frieden RT, Sterling TR, Munsiff SS, Watt CJ,
pembacaan kedua ahli radiologi menunjukkan Dye C. Tuberculosis. Lancet. 2003;362:887–
kesesuaian antara hasil pemeriksaan mikroskopis 99.
sputum dan penilaian foto toraks. Nilai Kappa 2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman nasional
secara keseluruhan adalah fair yang artinya foto penanggulangan tuberkulosis. Jakarta:
toraks dapat dijadikan alternatif pemeriksaan Depkes RI; 2005.
pada evaluasi respons pengobatan penderita 3. Mfinanga GS, Ngadaya E, Mtandu R,
tuberkulosis paru setelah enam bulan pengobatan. Mutayoba B, Basra D, Kimaro G, dkk.
Nilai Kappa secara klasifikasi (negatif, positif 1, The quality of sputum smear microscopy
positif 2, dan positif 3) dari ahli radiologi I dan diagnosis of pulmonary tuberculosis in Dar es
ahli radiologi II hasilnya bervariasi. Nilai Kappa Salaam, Tanzania. Tanzania Health Research
dari kedua ahli radiologi untuk hasil negatif Bull. 2007;9(3):164–8.
adalah poor, artinya pada hasil sputum yang telah 4. Ben-Salma W, Ben-Kahla I, Marzouk M,
negatif (239 orang) ada foto toraks yang hasilnya Farjeni A, Ghezal S, Ben-Said M, dkk. Rapid
masih menunjukkan positif (ahli radiologi I detection of Mycobacterium tuberculosis in
sebanyak 18 orang dan ahli radiologi II sebanyak sputum by patho-TB kit in comparison with
13 orang). Hal ini menunjukkan perubahan pada direct microscopy and culture. Diagnostic
foto toraks tidak secepat perubahan mikroskopis Microbiol Infect Dis. 2009;65(3):232–5.
sputum dan keadaan ini sesuai dengan pendapat 5. Anti Tuberculosis Drug Resistant in the
yang menyatakan perubahan foto toraks terjadi World, Report no. 2: prevalence and trend.
lebih lambat dibandingkan dengan perubahan The WHO/IUATLD Global Project on Anti
bakteriologis dan perubahan gambaran radiologis Tuberculosis Resistant Surveillance. Geneva:
memerlukan waktu antara 6 bulan sampai 2 CDC-WHO; 2000.
tahun.14 Nilai Kappa untuk hasil positif 1 sampai 6. Krunner A, Hoffner SE, Sillastu H, Danilovits
positif 3 menunjukkan hasil fair dan excellent N, Levina K, Svenson SB, dkk. Spread of
pada kedua ahli radiologi, artinya hasil positif drug resistant pulmonary tuberculosis in
pada mikroskopis sputum ditunjukkan juga Estonia. J Clin Microbiol. 2001;39:3339–45.
pada foto toraks yang menunjukkan hasil positif 7. Srikanth P, Kamesh S, Daley P. Bleach
(aktif). Dengan demikian, kekeliruan dapat saja optimization of sputum smear microscopy
terjadi saat menilai foto toraks pada mikroskopis for pulmonary tuberculosis. Indian J Tuberc.
sputum negatif dan kekeliruan tidak terjadi saat 2009;56(4):178–84.
menilai foto toraks pada mikroskopis sputum 8. Arslan S, Ozdemir L, Demirel Y, Akkurt
positif. I. The validity of the diagnostic methods
Kesesuaian antara hasil pembacaan foto in predicting pulmonary tuberculosis. J
toraks ahli radiologi I dan ahli radiologi II, nilai Microbiol Research. 2010;4(8):613–7.
Kappa secara keseluruhan adalah fair, artinya 9. Aditama TY. Tuberkulosis: diagnosis, terapi,
tidak ada perbedaan antara kedua ahli radiologi dan masalahnya. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan
secara keseluruhan dalam menilai foto toraks. Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 2002.
Nilai Kappa secara klasifikasi hanya pada positif 10. Anh DD, Borgdoff MW, Lan NTN, Gorkim
1 (minimal) yang kesesuaiannya poor, sedangkan TV, Kremer K. Beijing genotype emerging in
pada klasifikasi lainnya (tidak aktif, moderate, dan Vietnam. Emerg Infect Dis. 2000;6:302–5.
advance) hasilnya fair dan excellent, ini artinya 11. Drobniewski F, Balabanova Y, Nikolayevsky
ada perbedaan pembacaan pada hasil positif satu V, Ruddy M, Kuznetzov S, Zakharova S,
(minimal) dan hasil ini kemungkinan dipengaruhi dkk. Drug-resistant tuberculosis, clinical

144 MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011


Ristaniah D. Soetikno: Kesesuaian Antara Foto Toraks dan Mikroskopis Sputum

virulence, and the dominance of the national tuberculosis control programme.


Beijing strain family in Russia. JAMA. Chest Dis Sci. 2005;47:19–23.
2005;293(22):2726–31. 14. Deun A, Salim AH, Cooreman E. Optimal
12. Rao NA, Sadiq MA. Recent trend in the tuberculosis case detection by direct sputum
radiological presentation of pulmonary smear microscopy: how much better is more?.
tuberculosis in Pakistani adults. JPMA. Int J Tuberc Lung Dis. 2002;6(3):222–30.
2002;52:501. 15. Fitzgerald M, Hotaling JE, O’Donnell D,
13. Singla R, Singla N, Sarin R, Arora VK. Parsons LM, Salfinger M, Somoskovi A.
Influence of pre-treatment bacillary load on Lessons from a proficiency testing event for
treatment outcome of pulmonary tuberculosis acid-fast microscopy. Chest. 2001;120:250–
patient receiving DOTS under revised 7.

MKB, Volume 43 No. 3, Tahun 2011 145

Anda mungkin juga menyukai