Anda di halaman 1dari 16

BAB III

REALISASI KEGIATAN MAHASISWA KKN

A. Kegiatan Mandiri
A. Salis Nur Farida
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pembuatan Media Tanam Hidrogel
Media Tanam Hidrogel merupakan salah satu alternatif media tanam pengganti
tanah. Penggunaan hidrogel sebagai media tanam ini memiliki beberapa keuntungan
yaitu tidak perlu banyak disiram, tidak perlu sinar matahari, perawatan mudah dan tidak
kotor. Tanaman yang menggunakan media tanam hidrogel tak perlu disiram sesering
mungkin, karena bahan gel yang ada dalam media tanam tersebut sudah mengandung
air yang dibutuhkan tanaman. Butir-butir hidrogel memiliki beberapa jenis warna yang
menarik, namun jenis media tanam ini bisa dikatakan bebas dari bahan pewarna karena
warna tersebut dihasilkan dari bahan organik. Penempatan gel pada botol yang
transparan akan memberikan kesan bersih dan terawat. Berbeda dengan media tanah
apabila media hidrogel jatuh ke lantai maka tidak akan mengotori lingkungan dengan
menyisakan noda. Kegiatan pembuatan media tanam hidrogel ini kita ajarkan pada
anak-anak di rumah belajar. Anak-anak ini dimulai dari jenjang belum sekolah
(Seharusnya PAUD) hingga kelas 6 SD.
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Tujuan dari pelatihan ini adalah anak-anak mengetahui media tanam alternatif
pengganti tanah. Dengan warna gel yang warna-warni diharapkan dapat menarik minat
anak-anak sehingga dengan ini anak-anak diajarkan merawat lingkungan dengan
menanam tanaman.

3. Hasil Yang Ingin Dicapai dan Tindak Lanjut


Seperti yang diharapkan, anak-anak di rumah belajar terlihat antusias pada
waktu pelatihan. Mereka merasa senang pada saat praktek pembuatan media tanam
hidrogel. Tindak lanjutnya, kami akan menjelaskan pada anak-anak bahwa media tanam
hidrogel ini dapat digunakan untuk menaman tanaman hias sehingga dapat menjadi
hiasan meja di rumah. Sehingga dengan ini anak-anak dapat membawa keterampilan
yang sudah diajarkan ke rumah dan membuat tanaman hias dengan hidrogel untuk
hiasan rumah mereka masing-masing.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukungnya yaitu para siswa antusias dengan pembelajaran kami di
rumah belajar, yaitu dengan belajar sambil bermain bersama. Selain itu orang tua anak
juga senang dengan adanya rumah belajar sehingga membantu belajar anak-anak yang
belum sekolah. Faktor penghambatnya antara lain ada beberapa anak yang susah diatur.
Selain itu akses ke kota yang jauh sehingga tidak adanya penjual hidrogel di desa
sehingga akan menghambat keberlanjutan apabila anak ingin membuat media tanam
hidrogel di rumah.
B. Prilla Shinta Dewanty
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pengolahan Air Kelapa Menjadi Nata De Coco
Nata de Coco merupakan jenis makanan berserat yang dihasilkan Acetobacter
xylinum dalam media cair bergula sebagi susbtratnya. Nata de Coco merupakan
makanan sehat kaya serat yang banyak dikonsumsi sebagai makalanan pencuci mulut
atau desert. Sesuai dengan namanya Nata de Coco dibuat dengan bahan dasar air
kelapa. Air kelapa merupakan hasil samping pengolahan kelapa yang belum banyak
dimanfaatkan dan banyak dibuang sebagai limbah.
Pelatihan pengolahan air kelapa merupakan kegiatan yang ditujukan untuk para
ibu rumah tangga di Desa Sidoasri. Program ini dilaksanakan satu kali pertemuan
dengan memberikan sosialisasi serta praktek langsung pembuatan Nata de Coco dari air
kelapa. Dalam kegiatan ini kami berperan sebagai pemberi ide, tentor atau pelatih
pengolahan air kelapa, dan penumbuh semangat para peserta pelatihan untuk mengolah
air kelapa menjadi produk makanan yang layak konsumsi dan umur simpan yang lebih
lama serta layak jual dengan cara pengolahan yang lebih baik. Kreativitas yang muncul
melahirkan produk olahan dari air kelapa yang berhasil dibuat saat pelatihan. Dan
produk yang dibuat tersebut diharapkan dapat menjadi produk oleh-oleh khas Desa
Sidoasri.
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Maksud diadakannya program pelatihan pengolahan air kelapa menjadi Nata de
Coco adalah untuk memanfaatkan potensi sumber daya pangan lokal yang melimpah
serta memberdayakan potensi para ibu rumah tangga dengan kreativitas yang tiada
batas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membekali para ibu dengan kreativitas
dalam pengolahan air kelapa menjadi produk pangan sehingga diharapkan dapat
memunculkan semangat berwirausaha. Diharapkan, setelah kegiatan pelatihan
pengolahan air kelapa menjadi Nata de Coco dan sosialisasi kewirausahaan usai, para
ibu dapat terus mengembangkan dan mengeksplorasi kreativitas sehingga dapat
dimunculkan produk-produk lain sehingga muncul para wirausahawan baru dengan
mengangkat produk pangan lokal khas Desa Sidoasri.

3. Hasil Yang Ingin Dicapai dan Tindak Lanjut


Hasil yang telah dicapai dari kegiatan pelatihan pengolahan air kelapa menjadi
nata de coco adalah bertambahnya kreativitas dan semangat para ibu rumah tangga
untuk mengolah air kelapa menjadi produk makanan dengan nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Antusiasme ini terlihat saat pelatihan dan pada sosialisasi kewirausahaan.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor yang menjadi pendukung program pelatihan pengolahan Air Kelapa
adalah semangat dan kemauan para ibu serta dukungan dari Pemerintah Desa Sidoasri
dan Ketua PKK Desa Sidoasri untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakkan
para ibu untuk “keluar” dari rumah dan berpikir out of the box bahwa seorang ibu pun
bisa berperan untuk menambah penghasilan keluarga dengan kodratnya seorang ibu
yaitu memasak. Sedangkan, yang menjadi faktor penghambat adalah penyesuaian
jadwal pelatihan dengan kegiatan para ibu serta keterbatasan alat untuk pelatihan
pengolahan.

C. C.
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pengolahan Biji Kopi Menjadi Bubuk Kopi dan Peracikan Bubuk Kopi Untuk
Menjadi Minuman
Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan secara tradisional
dengan alat-alat sederhana. Hasilnya pun biasanya hanya dikonsumsi sendiri atau dijual
bila ada pesanan. Pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu cara basah (wet process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara basah
memerlukan proses yang cukup memakan waktu dan tenaga, antara lain dengan
melakukan proses fermentasi biji, sehingga hanya dilakukan di perkebunan besar.
Sedangkan cara kering untuk perkebunan dan untuk rakyat, umumnya dilakukan oleh
petani karena prosesnya yang lebih sederhana dari pada proses basah.
Pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi dan peracikan bubuk kopi untuk
menjadi minuman merupakan kegiatan yang ditujukan untuk kelompok tani di Desa
Sidoasri. Program ini dilaksanakan dalam dua kali tahapan yang pertama pembuatan biji
kopi menjadi kopi bubuk dan yang kedua pembuatan racikan minuman dari kopi bubuk.
Setelah pelaksanaan pembuatan kopi bubuk dan pembuatan racikan minuman kopi
bubuk dilakukan satu kali pertemuan untuk memaparkan hasil terbaik yang didapatkan.
Dalam kegiatan ini kami berperan sebagai pemberi ide, tentor atau pelatih pengolahan
biji kopi , dan penumbuh semangat para peserta pelatihan untuk mengolah biji kopi
menjadi kopi bubuk dan meracik kopi bubuk menjadi produk minuman yang memiliki
cita rasa yang nikmat dan khas serta memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dan produk
yang dibuat tersebut diharapkan dapat menjadi produk oleh-oleh khas Desa Sidoasri.

2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai


Maksud diadakannya program pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi dan
peracikan bubuk kopi untuk menjadi minuman adalah untuk memanfaatkan potensi
sumber daya alam yang melimpah serta dapat meningkatkan nilai jual dari hasil
perkebunan kopi sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan dari kelompok tani
yang ada di Desa Sidoasri. Program pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi
dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan kualitas kopi bubuk yang dihasilkan dari
pengolahan kering (kopi bubuk lokal) dengan kopi bubuk yang dihasilkan dari
pengolahan basah. Selain itu, pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk diharapkan
dapat meningkatkan nilai jual dari hasil kebun yang berupa kopi glondong. Sedangkan
untuk peracikan bubuk kopi untuk menjadi minuman dilaksanakan untuk mengetahui
racikan kopi yang pas dan memiliki cita rasa yang khas dari daerah Sidoasri.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan metode pengolahan kopi dan
racikan minuman kopi yang terbaik kepada para kelompok tani serta dapat menunjang
kegiatan berwirausaha. Diharapkan, setelah kegiatan pengolahan biji kopi menjadi
bubuk kopi dan peracikan bubuk kopi untuk menjadi minuman usai, kelompok tani
dapat terus mengembangkan usaha kopi bubuk sehingga muncul para wirausahawan
baru dengan mengangkat produk perkebunan kopi yang khas dari Desa Sidoasri.
3. Hasil Yang Ingin Dicapai dan Tindak Lanjut
Dari pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk dan pembuatan racikan bubuk
kopi menjadi minuman, didapatkan racikan kopi yang terbaik dari segi cita rasa
sehingga kelompok tani dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan nilai jual dari
hasil perkebunan kopi yang terdapat di Desa Sidoasri.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat


Faktor pendukung dari program pembuatan minuman kopi ini adalah kemauan
dari kelompok tani dan dukungan dari pemerintah Desa Sidoasri untuk memunculkan
produk unggulan khas dan memiliki cita rasa asli dari Desa Sidoasri. Faktor
penghambat dari program pembuatan minuman kopi ini adalah keterbatasan alat untuk
penelitian dan penyesuaian pemikiran dengan kemauan kelompok tani di Desa Sidoasri.
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Identifikasi Potensi Desa
Identifikasi potensi desa adalah kegiatan mencari potensi fisik (yang meliputi
tanah, air, iklim dan cuaca, flora dan fauna) dan potensi non fisik (yang meliputi
masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial desa, dan aparatur desa). Kegiatan ini
dilakukan agar desa dapat lebih berkembang, sehingga potensi yang ada dapat
dimanfaatkan dengan baik dan selanjutnya desa akan memiliki fungsi, bagi desa sendiri
dan kabupaten.
Identifikasi dilakukan untuk memilah-milah kekurangan dan kelebihan yang ada
di desa sehingga dapat ditemukan beberapa kendala dan potensi desa yang nantinya dapat
diperbaiki, dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sidoasri. Langkah –
langkah yang dilakukan dalam kegiatan identifikasi potensi desa dengan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber informasi formal maupun informal yang dikumpulkan
menjadi laporan dalam bentuk booklet yang berisi profil singkat desa yang didalamnya
terdapat potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Sidoasri.
Beberapa potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat desa antara lain di
sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Luas dan suburnya lahan
pertanian maupun perkebunan, serta letaknya yang dekat dengan Samudera Indonesia
merupakan sumber daya alam yang dijadikan potensi dan pengembangannya yang
bermanfaat di desa pesisir pantai ini.

2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai


Maksud dari kegiatan identifikasi potensi desa adalah mengetahui dan
mengelompokkan potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan masyarakat Desa
Sidoasri untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pengelompokkan ini terdiri dari
beberapa subsektor antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, dan pariwisata.
Tujuan dari kegiatan identifikasi potensi desa untuk menjadikan arahan dan
dorongan dari peluang-peluang yang seharusnya bisa dikembangkan bagi perkembangan
Desa Sidoasri untuk lebih maju dan sejahtera sesuai dengan masing-masing subsektor.
Sasaran dari kegiatan identifikasi potensi desa adalah pengelompokan potensi-
potensi dan beberapa permasalahan yang ada di desa. Potensi yang dimiliki antara lain
dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dikembangkan menjadi lebih
baik lagi agar masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan Desa Sidoasri.

3. Hasil yang dicapai dan Tindak Lanjut


Hasil yang dicapai dalam identifikasi potensi desa antara lain mengetahui potensi-
potensi alam yang dapat dikembangkan oleh masyarakat sehingga memiliki nilai tambah
yang lebih untuk mensejahterakan kegiatan. Langkah – langkah yang dilakukan dalam
kegiatan identifikasi potensi desa dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
informasi formal maupun informal yang dikumpulkan menjadi laporan dalam bentuk
booklet yang berisi profil singkat desa yang didalamnya terdapat potensi yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sidoasri.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat


Faktor pendukung dalam kegiatan identifikasi potensi desa antara lain:
- interaksi masyarakat yang ramah dan sangat membantu dalam pengumpulan
informasi-informasi yang mendukung.

Faktor penghambat dalam kegiatan identifikasi potensi desa ini antara lain karena
- luas desa sidoasri yang sangat luas dan memiliki jalanan yang susah dilewati
- alat transportasi yang kurang mendukung untuk melakukan pemetaan

 Sarah Stefani
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Rumah Belajar
Rumah belajar adalah suatu tempat di mana anak-anak usia 5-10 tahun atau anak
kelas. TK sampai dengan kelas 6 SD dikumpulkan untuk mendapatkan bimbingan
belajar. Rumah belajar hadir dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif.
Anak diajak untuk belajar namun disertai dengan bermain. Dengan menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Di dalam rumah belajar
anak akan di bimbing sesuai dengan pengelompokan usianya atau kelasnya.
Bimbingan ini hadiri dengan latar belakang sebagai berikut :
1. Adanya keterlambatan kemampuan membaca anak, karena pada umumnya (sesuai
dengan tahapan perkembangan bahasa anak) di usia 6-7 tahun atau kelas 1 sd anak
sudah bisa membaca atau merangkai susunan kata
2. Anak-anak banyak mengalami kesulitan di mata pelajaran matematika
3. Anak-anak belum mengenal bahasa inggris. (Bahasa Inggris dikenalkan di kelas 3
sd dan belum ada guru khusus pelajaran bahasa Inggris)
Secara umum masih belum ada pembatasan waktu belajar dan bermain yang jelas pada
anak-anak.

2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai


Rumah belajar ini hadir dengan maksud untuk memberikan wadah bermain dan
belajar bagi anak-anak yang ada di sidoasri mulai dari kelas TK hingga SD, yang bisa
menunjang pendidikan formalnya. Tujuan dari diadakannya rumah belajar ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan membaca anak, mengenalkan bahasa inggris kepada
anak, mengajarkan anak matematika, meningkatkan motivasi belajar dan membaca
pada anak, mengajarkan kreativas pada anak, dan meningkatkan hubungan interaksi
sosial ada anak karena rumah belajar ini tidak hanya ditujukan pada salah satu sd saja
tapi seluruh sd yang ada di sidoasri. Diharapkan melalui rumah belajar ini anak-anak
dapat mengenal bahasa inggris dasar, kemampuan membacanya meningkat, dan dapat
berinteraksi dengan orang lain di luar sekolah.
3. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Hasil yang di capai adalah anak mengetahui kalimat perintah dalam bahasa
inggris, bermain perkusi, menari kontemporer, menanam menggunakan hidrogel,
membaca bagi anak kelas 1-3 SD.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor Pendukung kegiatan ini antusiasme anak-anak untuk datang ke rumah
belajar rata-rata 30 anak tiap kehadiran, tenaga pendidik mencukupi, materi
mencukupi, tempat pelaksanaan disediakan. Faktor penghambat terlalu banyak
golongan kelas, anak kelas besar sering menjadi pericuh suasana kelas.

D. Kegiatan Mandiri
 A
5. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pemberian Mata Pelajaran Tambahan Matematika dan Bahasa Inggris
Media Pemberian Mata Pelajaran Tambahan Matematika dan Bahasa Inggris ini
merupakan salah satu alternatif kami Berikan pada anak-anak SD kelas 4, karena kami
mendapat informasi dari pihak sekolah yang kami masuki yaitu SDN 04, SDN 05 dan
SDN 08. Banyak siswa dan siswi yang masih kesulitan pelajaran Matematika dan
Bahasa Inggris yang membuat mereka menjadi bingung, sehingga kami berinisiatif
untuk memberikan kegiatan tambahan pelajaran ke anak-anak SD tersebut.
6. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Tujuan diberikannya Mata Pelajaran Tambahan Matematika dan Bahasa Inggris
ini adalah agar anak di SDN 04, SDN 05 dan SDN 08 bisa mengerti tentang materi
materi yang disampaikan oleh guru guru mereka. Dengan adanya kelas tambahan
Matematika dan Bahasa Inggris ini diharapkan anak anak di SD SDN 04, SDN 05 dan
SDN 08 tersebut dapat. Mengetahui pola belajar yang lebih efektif, efisien dan menarik,
sehingga mereka mampu belajar dengan baik dan tidak lagi kebingungan untuk belajar
dirumah

7. Hasil Yang Ingin Dicapai dan Tindak Lanjut


Hasil yang ingin di capai dari program ini adalah siswa lebih mampu untuk
belajar sesuai dengan materi yang seharusnya mereka dapatkan karena materi yang
selama ini di ajarkan oleh guru guru di masing masing SD yang kami beri program
tersebut. Tindak lanjut dari program ini kami mengajari kepada para siswa bagaimana
metode dan pola belajar yang lebih efektif, efisien dan menarik. Hal ini dimaksudkan
untuk kedepannya setelah selesainya kelas tambahan para siswa dapat menerapkan
sendiri metode belajar yang lebih tepat guna dan efektif di rumah masing masing.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor-faktor yang mendukung terselenggaranya program ini adalah dukungan
dari sekolah untuk diadakan sebuah kelas tambahan yang mampu mendukung kegiatan
belajar mengajar di kelas. Selain itu juga bantuan perizinan dari kepala desa dan kepala
sekolah untuk mengadakan program kelas tambahan ini. Faktor penghambat dari
kegiatan ini antara lain adalah sulitnya mencari waktu yang cocok antara tentor kelas
tambahan dengan siswa. Terkadang siswa yang sudah lelah dengan pelajaran di sekolah
tidak mau mengikuti kelas tambahan karena sudah merasa malas dan lelah. Faktor
penghambat lainnya adalah kemauan untuk belajar dari siswa sendiri yang masih
tergolong rendah, sehingga terkadang mereka hanya menganggap kelas tambahan
sebagai arena bermain.
 Fakultas Kedokteran
5. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pengadaan dan pelaksanaan posyandu lansia
Lansia saat ini sangat rawan terserang penyakit. Apalagi lansia yang tinggal di
desa dan kurang memperhatikan asupan makanan. Mereka sering terserang penyakit
mulai dari yang ringan sampai penyakit jantung. Oleh sebab itu, kami dari tim KKN
Tematik Kemitraan UNS bekerja sama dengan puskesmas Sitiarjo dan puskesmas
pembantu Sido Asri melakukan pembentukan posyandu lansia yang meliputi kegiatan
yang akan diadakan rutin yaitu pengukuran tekanan darah,status mental,dan gula darah
serta asam urat apabila ditemukan indikasi.Tujuannya untuk menyadarkan para lansia
disini tentang pentingnya menjaga asupan makanan yang dikonsumsi, penyakit
yang rawan di derita lansia, cara pencegahannya, serta pola hidup yang benar.
6. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Maksud diadakannya program pengadaan dan pelakanaan posyandu lansia ini
adalah untuk menyediakan wadah bagi lansia untuk dapat berkumpul dan melakukan
screening kesehatan setiap bulannya serta untuk melakukan pengecekan gula darah,
asam urat, dan tekanan darah pada lansia. Sasaran dari kegiatan ini adalah ibu PKK
sebagai calon kader dan lansia sebagai peserta dalam posyandu lansia
7. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Adapun hasil yang telah dicapai dari kegiatan pengadaan dan pelaksanaan
posyandu lansia ini adalah terbentuknya kader posyandu lansia yang selanjutnya akan
meneruskan pelaksanaan posyandu lansia di setiap bulannya. Selain itu posyandu
lansia sudah berjalan untuk yang pertama kalinya sehingga kualitas kader yang dilatih
cukup memadai dan terpercaya.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor yang menjadi pendukung berjalannya pengadaan dan pelaksanaan
posyandu lansia ini adalah kepedulian dari masyarakat yang cukup tinggi terhadap
kesehatan lansia. Sedangkan, yang menjadi faktor penghambat adalah rumah yang
menjadi tempat pelaksanaan posyandu lansia kurang memadai ketika dihadapkan
dengan peminat posyandu lansia yang cukup besar, sehingga terjadi penumpukan
peserta dan antrian yang cukup panjang.

1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Pelaksanaan survey Hidup Bersih dan Sehat

Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah


mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana
ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-
35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 adalah keadaan
dimana individu- individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia
telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka :

1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain


2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai


Tujuan dari pelaksanaan survey perilaku hidup bersih dan sehat ini adalah untuk
menyadarkan mayarakat Desa Sidoasri bahwa kebersihan lingkungan itu adalah
penting dan juga menjadi sebuah bentuk preventif agar tidak terjadi wabah penyakit.
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh warga Desa Sidoasri
3. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Terkumpulnya data dusun Tambakasri Wetan dan konseling kesehatan yang
diadakan pada tiap rumah. Data tersebut selanjutnya diserahkan kepada pihak
puskesmas dan menjdi acuan untuk melakukan program kesehatan selanjutnya. Pada
dusun Tambakasri Kulon, konseling dilakukan langsung pada 1 tempat, ketika
masyarakat sedang berkumpul.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dalam kegiatan ini yaitu kerja sama yang baik dari mahasiswa
KKN dengan pemerintah desa yang ditandai dengan adanya surat rekomendasi dari
pemerintah untuk melakukan survey ke dalam rumah warga. Faktor penghambat yaitu
minimlah jumlah mahasiswa KKN sehingga survey Dusun Tambaksri Kulon
dilanjutkan oleh kader dari PKK.

 Hafid Tamimi
1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan
(International Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo,
Mesir, pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah
disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan
dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya
pemenuhan hak -hak reproduksi.
1. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut yakni memberikan pengetahuan
mengenai alat reproduksi wanita dan pria, pengetahuan mengenai bagaimana cara
menjaga kebersihan alat reproduksi, dn memberikan pengetahuan mengenai penyakit
menular seksual. Sasaran kegiatan ini adalah remaja dan pemuda desa Sidoasri
2. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah remaja dan pemuda Desa Sidoasri
menjadi paham terhadap kesehatan reproduksi.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung kegiatan ini adalah mudahnya remaja dan pemuda Sidoasri
untuk berkumpul dan antusias mereka yang cukup tinggi sehingga mempermudah
mahasiswa dalam penyampaian materi. Hambatan yang paling kami rasakan yaitu saat
pelaksanaan yang teerpecah-pecah dalam kelompok-kelompok yang berbeda sehingga
frekuensi pengadaan kegiatan cukup banyak dan menguras cukup banyak waktu dan
tenaga.

1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Penyuluhan Kegawatdaruratan anak

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya.
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa.
Kegawatdaruratan banyak sekali macamnya, seperti kejang demam, diare, lua
bakar,mimisan. Hal tersebut membutuhkan pertolongan pertama, terutama dari ibu
yang umumnya ada didekat anak. Diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan
angka kesehatan anak.
Pertolongan pertama yang dilakukan haruslah merupakan pertolongan yang
tepat, agar anak tidak jatuh kedalam kondisi yang lebih parah, atau mengakibatkan
kondisi kedaruratan yang lebih buruk.
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengatasi
kegawatdaruratan paa anak, memberikan pengetahuan mengenai cara penanganan
yang tepat, dan menurunkan angka komplikasi akibat kedaruratan. Sasaran kegiatan
ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak usia balita yang mengikuti posyandu anak.
3. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Ibu-ibu yang hadir mendapatkan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada
anaknya dan diberikan sebuah poster kecil yang ditempelkan didalam tiap-tiap
rumahnya sehingga ketika terjadi kejadian darurat dapat melihat langsung poster kecil
yang ada untuk penanganannya.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dari kegiatan ini adalah kerjasama yang baik dengan pihak
puskesmas sehingga dengan mudah diterima dalam posyandu anak yang ada di Desa
Sidoasri. Namun karena terbagi menjadi 5 posyandu, faktor penghambat yang terjadi
adalah frekuensi kegiatan yang cukup banyak, yang cukup menguras waktu dan tenaga
bagi penyuluh, dalam hal ini mahasiswa KKN.

1. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Penyuluhan Sikat Gigi dan Cuci Tangan

Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau


disingkat dalam MDGs), hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189
negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang telah dijalankan mulai September
2000, memiliki beberapa poin sasaran salah satunya yaitu tercapainya kesejahteraan
rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015 (Bappenas, 2004). Pencapaian
kesejahteraan rakyat didukung oleh kesehatan masyarakat salah satunya meliputi
kesehatan anak-anak.
Selain mencuci tangan, menggosok gigi adalah tindakan yang perlu diajarkan
kepada anak-anak sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik dan sehat.
Menggosok gigi merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk menjaga
kebersihan gigi dan gusi dari plak dan sisa makanan. Menyikat gigi harus dilakukan
dengan baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-benar dapat dihilangkan
dari permukaan gigi.
.
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan pada anak
mengenai cara hidup bersih dan sehat, meberikan pengetahuan mengenai cara sikat
gigi dan cuci tangan yang benar. Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa-siswi SD N
Tambakasti 4,5 dan 8.
3. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut
Hasil yang telah dicapai dari kegiatan ini adalah tersuluhnya ratusan anak
berusia SD, yang mana diharapkan menjadi langkah awal perubahan perilaku hidup
bersih dan sehat, melalui cuci tangan dan sikat gigi yang benar.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung kegiatan ini adalah kerjasama yang baik dengan pihak
sekolah. Faktor penghambat adalah jumlah siswa yang begitu besar dan juga tingkah
laku anak-anak yang cukup sulit diatur sehingga penyuluh membutuhkan ekstra tenaga
untuk dapat mengajari siswa hingga bisa melakukan cuci tangan dan sikat gigi yang
benar.
E. Kegiatan Mandiri
 A
9. Bidang Kegiatan yang Dipilih
Perancangan Peraturan Desa

Seiring dengan kemajuan Negara, otonomi daerah telah diterapkan pada banyak
daerah otonom agar daerah dapat berkembang tepat sasaran sesuai potensi daerah masing-
masing. Desa diberikan kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus
masyarakatnya serta mengelola sumber daya setempat. Dalam hal ini maka sejumlah
peraturan desa perlu dibuat untuk mengefektifkan implementasi kewenangan tersebut. Desa
Sidoasri yang notabene baru saja berdiri delapan tahun lalu ternyata belum mampu
menghasilkan peraturan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa ini. Sehingga pengelolaan
pemerintahan desa dan kehidupan sosial desa ini belum efektif secara struktural maupun
secara teknis pelaksanaan. Standar kesejahteraan di desa inipun tidak jelas. Belum ada
batasan-batasan yang tegas mengenai larangan-larangan serta kewajiban-kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh warga desa. Di desa ini banyak sekali pelanggaran-pelanggaran
yang dianggap wajar, seperti misalnya kehamilan di luar nikah, banyak motor yang tidak
memiliki nomor kendaraan apalagi pajak kendaraan yang jelas, perhatian terhadap
kesehatan yang sangat minim, hingga pendidikan yang masih belum menjadi perhatian
utama bagi warga desa setempat. Banyak sekali kami temukan anak usia sekolah yang
belum lancar membaca dan menulis. Di beberapa sekolah dasar anak-anak tidak akrab
dengan Bahasa Inggris standar sekolah dasar. Bahkan kami juga menemukan anak yang
sama sekali tidak berkeinginan untuk sekolah dan tidak menjadi perhatian utama bagi
orangtua. Padahal saat ini globalisasi telah menuntut kita untuk berperan sebagai
masyarakat internasional, di mana persaingan semakin ketat dan kualitas diri semakin
dipertanyakan. Untuk itu, kami berniat membantu desa ini untuk membentuk rancangan
peraturan desa yang sesuai dengan kebutuhan namun tidak bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi.

10. Maksud, Tujuan, dan Sasaran yang Ingin Dicapai


Tujuan dari perancangan peraturan desa ini adalah membuat peraturan desa yang sesuai
dengan ketentuan umum lampiran 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Sasaran dalam kegiatan ini adalah
kesejahteraan masyarakat desa Sidoasri. Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan
Kepala Desa Sidoasri, seluruh peserta KKN Sidoasri Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret membentuk peraturan yang mengarahkan masyarakat kepada kemajuan
yang signifikan.
11. Hasil Yang Ingin Dicapai dan Tindak Lanjut
Desa Sidoasri mampu membuat peraturan desa yang ideal bagi kebutuhan masyarakat
desa namun tidak menyimpang dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Sehingga dengan adanya peraturan desa ini diharapkan dapat mengarahkan masyarakat
kepada kemajuan yang signifikan.
12. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukungnya yaitu seluruh anggota Badan Permusyawaratan Desa
antusias dengan perancangan peraturan desa yang kami buat, yaitu dengan selalu
meninjau sejauh mana rancangan yang sudah terselesaikan dan memberi masukan-
masukan yang positif. Tidak jarang juga dengan menambahkan materi-materi muatan
yang diinginkan. Pada saat hari musyawarah desa pun seluruh anggota Badan
Permusyawaratan Desa datang tepat waktu dan mengikuti seluruh rangkaian
musyawarah dengan tertib.
Faktor penghambatnya adalah kepala desa Sidoasri kurang mempercayakan
pekerjaan ini kepada kami. Padahal, yang memberikan kami tugas ini adalah beliau
sendiri, pada saat pertengahan pembuatan rancangan peraturan desa, beliau mengkritisi
pekerjaan kami yang menurut beliau tidak sesuai dengan keadaan desa, yang kemudian
kami tindak lanjuti dengan mengganti rancangan sesuai yang beliau inginkan. Di
samping itu, sangat sulit menyesuaikan peraturan desa dengan peraturan perundang-
undangan lain yang lebih tinggi. Apalagi, dengan memperhatikan permintaan Kepala
Desa Sidoasri yang seringkali tidak dapat dimengerti. Pada saat rapat pun kembali
beliau mengganti banyak bagian peraturan desa yang telah kami buat, beberapa
diantaranya menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kami
selaku mahasiswa hukum yang mengerti bidang ini merasa keadaan ini tidak sesuai
dengan hati nurani kami.

Anda mungkin juga menyukai