Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari Sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data
raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel nya. Dengan kata lain,
resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili
oleh setiap pixel pada citra.
Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel,
semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas
batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi,
suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya
ukuran file, semakin tinggi resolusi grid nya semakin besar pula ukuran filenya dan
sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara menampilkan dan menyajikan data raster dari peta yang telah
disiapkan
Pelaksanaan Praktikum
START
Buka ArcGis
Add Data
Didapatkan hasil
Dibuat kesimpulan
Selesai
Hasil dan Pembahasan
Gambar 1. Kontur
Gambar 4. Aspect
Gambar 5. Kontur area
Pada praktikum kali ini, praktikan membahas tentang analisis data raster.
Model data vektor ini akan menampilkan dan menyimpan data spasial menggunakan
struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Data raster ini sangat bagus
untuk mempresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual misalnya jenis
tanah, kelembaban tanah ataupun vegetasi namun sayangnya hasil dari data raster
yang praktikan buat filenya lumayan besar ketimbang data vektor.
Dalam pembuatan peta kontur praktikan terlebih dahulu memotong DEM
SRTM dengan shapefile administrasi merangin. Data DEM ini memiliki elevasi dari
suatu daerah dan pada kontur ini dibutuhkan. Setelah mendapat hasil potongan maka
dikonversikan menjadi UTM untuk analisis selanjutnya. Interval kontur yang
praktikan pakai adalah 50, 100, 150, 200, 250 supaya dapat melihat perbedaan dari
masing-masing kontur. Dan hasilnya ternyata semakin kecil nilai dari interval kontur
maka semakin banyak interval yang terbuat begitu pula sebaliknya.
Dilanjut dengan slope atau lereng, kali ini untuk mudah diinterpretasikan
dilakukan klasifikasi ulang dengan nilai yang telah ditentukan. Peta lereng ini agar
dapat mudah dibedakan bisa dilakukan perubahan warna sesuai yang diinginkan.
Untuk menghitung masing-masing dari kelas lerengnya, dilakukan dulu konversi dari
raster ke polygon/vektor.
Berikutnya untuk kasus aspect, di sini untuk mencari arah dari kemiringan
lereng. Untuk kasus aspect, tidak ada masalah bagi praktikan. Berikutnya dilakukan
hillshade untuk memprediks pencahayaan sebuah permukaan. Untuk lebih enak
dilihat praktikan, ketransparanan ataupun warnanya dapat diganti. Dan dapat melihat
atau praktikan analisis secara visual dari lereng, kontur maupun, aspect dari table of
content.
Berikutnya dilakukan analisis 3D, untuk mempresentasikan permukaan bumi
menjadi bentuk tiga dimensi. Dan pada analisis ini praktikan membutuhkan data
kontur. Untuk memulainya perlu dipotong data DEM provinsi jambi dengan
shapefile batas area studi. Setelah praktikan mengikuti prosedur, maka didapatkan
peta 3d. Yang menjadi kendala dari praktikan adalah untuk rendering dari peta ini
yang lumayan cukup lama karena laptop praktikan belum high-end.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa data raster memiliki
beberapa metode yaitu pembuatan kontur, aspect, slope, hillshade, serta pembuat
peta 3D
Saran
Daftar Pustaka