X MIA 1
Upaya-Upaya Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia
yaitu peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan dan
kesejahteraan rakyat. Sementara, pada 31 Mei 1945 kembali diadakan sidang, dan ada usulan
dari Supomo mengenai rancangan dasar negara yang terdiri atas persatuan, kekeluargaan,
mufakat dan demokrasi, musyawarah dan keadilan sosial. Pada sidang berikutnya pada 1 Juni
1945 giliran Ir. Soekarno yang mengajukan lima rancangan dasar negara, dan memberi
nama Pancasila yang berisi kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan
perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang maha
esa.
Kemudian persidangan itu ditunda dan akan dimulai kembali rencananya pada Juli 1945.
Tetapi pada 22 Juni 1945 sembilan orang anggota yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Muhamad Yamin, Ahmad Subardjo, A. A. Maramis, Abdulkahar Muzakar, K.H. Wachid
Hasyim, K.H. Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso membentuk panitia kecil yang
menghasilkan dokumen yang berisi asa dan tujuan negara Indonesia Merdeka. Dokumen
tersebut kemudian di kenal dengan nama Piagam Djakarta, yang isinya adalah sebagai
berikut.
hal ini dilakukan karena mempertimbangkan pen duduk Indonesia yang saat itu pun sudah
menunjukkan keragaman dari segi agamanya. Adapun isi Piagam Djakarta selengkapnya
adalah seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
Persidangan BPUPKI digelar kembali pada 10–16 Juli 1945. Di dalam persidangan kali ini
yang dibicarakan ialah rencana pembuatan Undang-Undang Dasar dan rencana lainnya yang
berkaitan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada 11 Juli 1945 diadakan salah
satu rapat, dan dibentuklah panitia perancang Undang-Undang Dasar yang terdiri atas 20
orang anggota BPUPKI. Kedua puluh orang tersebut yaitu:
No. Nama No. Nama No. Nama
dr. Sukirman
4. K.H. Agus Salim 11. Mr. Susanto Tirtoprojo 18.
Wirjosandjojo
K.P.R.T. Wongso
6. Mr. Soepomo 13. 20. Miyano
Negoro
Selama sidang kedua BPUPKI ini, mereka berhasil membuat Rancangan Undang-
Undang Dasar untuk Indonesia merdeka. Posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin
terpojok, dan siap mengalami kekalahan. Pada saat itu Jepang memberikan izin kepada
Indonesia untuk membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai
pengganti BPUPKI, pada 7 Agustus 1945, dan pada 9 Agustus tiga orang tokoh
bangsa Indonesai dipanggil oleh Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauci ke
Saigon sekarang namanya menjadi Ho Chi Min City (Vietnam) untuk menerima informasi
tentang kemerdekaan Indonesia. Untuk pelaksanaannya dibentuklah PPKI, serta sebagai
wilayah kekuasaan Indonesia ialah semua wilayah bekas Jajahan Belanda. Adapun ketiga
tokoh yang dipanggil tersebut ialah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman
Widyodiningrat. Jumlah anggota PPKI itu lebih kecil dibandingkan dengan anggota BPUPKI
yaitu hanya 21 orang dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya, serta Drs. Moh. Hatta sebagai
wakilnya. Tetapi tanpa seizin Jepang keanggotaan PPKI ditambah 6 orang menjadi 27 orang.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora
kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung
dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945,
mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka
membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta,
ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya
adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka
kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan
tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para
pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta,
mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang
kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10
malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang
gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para
tokoh Indonesia.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para
penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir
B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17
Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain
Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul
10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.
Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul
dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan
Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu
ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas
tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah
Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya.
Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera
pusaka tersebut masih disimpan di Istana Merdeka.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan
tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang
pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada
mereka.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.