Anda di halaman 1dari 15

I.

IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Gunung salak 2, Kecapi, Harjamukti
Tanggal Pemeriksaan :

II. ANAMNESA
Keluhan utama : Pusing berputar putar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu hari sebelum ke puskesmas pasien merasa pusing berputar pada saat bangun tidur.
Pada saat selesai sholat, pasien merasa pusing berputar semakin berat. Pasien mengatakan
pusing berputar-putar bila mengalami perubahan posisi saat bangkit dari sujud saat
sholat. Selain itu juga muncul saat pasien berubah posisi dari tidur ke duduk atau
sebaliknya. Keluhan tersebut sering muncul secara tiba-tiba. Terutama saat perubahan
posisi tubuh, dari tidur ke duduk atau posisi miring ke kanan ke posisi miring ke kiri,
begitu pula sebaliknya. Gejala berkurang dengan tidur. Mual (+), Muntah (-), gangguan
pendengaran (-), gangguan penglihatan (-). Makan dan minum sebelumnya tidak ada
masalah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Dulu pernah sakit seperti ini, sudah pernah berobat, keluhan berkurang.
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat trauma kepala (-)
 Riwayat gangguan pada telinga (-)
 Riwayat gangguan pada penglihatan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit serupa
Riwayat Pengobatan :
Pernah dicoba untuk minum obat warung namun tidak membaik.
Riwayat Pribadi
Pasien tinggal di rumah dengan suami dan kedua anaknya. Biaya pengobatan ditanggung
pemerintah. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesan umum : Sedang
Kesadaran : Comppasien Mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur
Pernapasan : 20 x/menit, teratur tipe torakoabdominal
Temperature : 36,6 oC
Status General :
Kepala dan Leher :
1. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
2. THT : struktur normal, tidak nampak tanda radang
3. Mulut : Bibir sianpasienis (-), mukpasiena mulut normal, gigi geligi dalam batas
normal.
4. Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar tiroid tidak membesar.
Thorax :
 Inspeksi : Retraksi intercosta (-), pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus taktil sama antara kiri dan kanan
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Batas jantung tidak dievaluasi.
 Auskultasi
Pulmo : Vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
 Inspeksi : Massa (-), distensi (-), scar operasi (+)
 Auskultasi : BU (+) N
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di regio epigastrium dan hipokondrium sinistra,
massa (-), hepar dan lien tidak teraba
 Nyeri ketok CVA -/-

Status Neurologis
Saraf Kranial

Nervus III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducens)

a. Gerakan bola mata : Dalam batas normal

b. Nistagmus :+

c. Ptosis : Tidak ada

d. Pupil : Isokor. OD : 2,5mm OS : 2,5 mm

e. Refleks Pupil

Langsung :+/+

Tidak Langsung : + / +

Pemeriksaan Khusus

Halpicke manuver: Nistagmus +/+

IV. DIAGNOSIS KERJA


Benign Paroksisimal Positional Vertigo

V. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Kadar GDP
VI. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
A. Promotif
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang ia derita umum terjadi pada
individu seusianya
 Menjelaskan bahwa perberatan penyakit dan komplikasi dapat dicegah dengan
memperhatikan pola makan rendah garam dan melakukan latihan ringan setiap
harinya.
 Menjelaskan pentingnya konsumsi obat penurun tekanan darah secara teratur, dan
pasien harus kontrol sebelum obat habis. Memomtivasi keluarga untuk lebih
memperhatikan dan mengutamakan untuk mengantar pasien kontrol ketika
waktunya sudah tiba.
B. Preventif
Menganjurkan pasien untuk menjaga pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi, misalnya seperti :
 Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam maksimal 5
g sehari.
 Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
 Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
 Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
 Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi

C. Kuratif
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat
kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis
lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm
Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang
harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-
pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.

 Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada:
 orang kulit hitam
 lanjut usia
 kegemukan
 penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
 Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem
saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan
memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang
paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:
 penderita usia muda
 penderita yang pernah mengalami serangan jantung
 penderita dengan denyut jantung yang cepat
 angina pektoris (nyeri dada)
 sakit kepala migren.
 Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan
kepada:
 orang kulit putih
 usia muda
 penderita gagal jantung
 penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
 pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
 Angiotensin-II-bloker
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor.
 Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada:
 orang kulit hitam
 lanjut usia
 penderita angina pektoris (nyeri dada)
 denyut jantung yang cepat
 sakit kepala migren.
.

D. Rehabilitatif

Modifikasi Rekomendasi Rerata penurunan TDS


Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal (BMI : 5 – 20 mmHg/10kg
18,5 – 24,9 kg/m2)
Dietary Approches to Diet kaya buah, sayuran, produk 8 - 14 mmHg
Stop Hypertension rendah lemak dengan jumlah
(DASH) lemak total dan lemak jenuh yang
rendah
Pembatasan intake Kurangi hingga < 100 mmol per 2 - 8 mmHg
natrium hari (2.0 g natrium atau 6 5 g
natrium klorida atau 1 sendook
the garam per hari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang 4 - 9 mmHg
teratur (mis : jalan cepat) 30
menit seharu, hampir setiap hari
dalam seminggu.
Pembatasan konsumsi Laki-laki : dibatasi hingga < 2 2 – 4 mmHg
alcohol kali per hari.
Wanita dan orang yang lebih
kurus : dibatasi hingga < 1 kali
per hari.

VII. PROGNOSIS
 Ad Vitam : ad bonam
 Ad Sanationam : ad bonam
 Ad Fungtionam : ad bonam

VIII. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN


 Faktor resiko internal
Faktor biologi pada pasien ini adalah terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga
yakni ayah pasien, bahkan ayah pasien meninggal karena penyakit jantung yang
biasanya diakibatkan karena komplikasi dari hipertensi. Selain itu, terdapat faktor
yang lain yaitu usia pasien 64 tahun.
 Faktor psikososial keluarga
Pengetahuan dan kesadaran anggota keluarga lainnya akan hal pencegahan
hipertensi dan komplikasinya juga sangat kurang
 Faktor klinik
Pada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas Larangan, tersedia tensimeter untuk
mengukur tekanan darah, terdapat 1 orang programmer dan beberapa kader yang
mengurusi masalah PTM. Selain itu, terdapat media untuk penyuluhan tentang
penyakit-penyakit tidak menular.
 Faktor personal
Faktor perilaku merupakan faktor yang dominan dalam proses terjadinya hipertensi.
Pada pasien ini, Setelah dilakukan anamnesis dan kunjungan rumah, diketahui
bahwa pengetahuan pasien mengenai resiko hipertensi serta hal-hal yang
memperberat penyakit sangatlah kurang. Sehingga hal ini berdampak pada tidak
terkontrolnya tekanan darah pasien. Pasien tidak mengetahui betapa pentingnya
mengonsumsi obat secara teratur dan rutin kontrol agar target tekanan darah dapat
tercapai. Pasien hanya meminum obat sebanyak yang ia dapatkan dan tidak kembali
kontrol jika tidak ada keluhan lainnya.. Pasien juga kurang mengetahui asupan diet
yang harus diatur untuk penderita hipertensi. Pasien hanya mengetahui ia harus
mengurangi penggunaan garam, dan ia memang tidak memiliki kebiasaan
menambahkan garam setiap kali makan.

IX. DIAGNOSTIK HOLISTIK

Terdapat riwayat
hipertensi dikeluarga

Usia pasien 64 tahun Tersedia media untuk


penyuluhan
X. RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN
A. Faktor personal
 Melakukan konseling terhadap pasien mengenai penyakit hipertensi yang ia derita,
mulai dari apa itu hipertensi, bagaimana bisa terjadi hipertensi, apa saja
penyebabnya, bagaimana terapi hipertensi baik itu dengan obat-obatan ataupun
dengan pola diet untuk pasien hipertensi, kemudian mengenai penyakit komplikasi
apa saja yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi.
 Melakukan konseling terhadap pasien mengenai pentingnya minum obat hipertensi
secara rutin, dan apa efeknya apabila pasien tidak patuh memminum obat tersebut.
 Memberikan terapi obat-obatan anti hipertensi
B. Faktor psikososial keluarga
 Melakukan konseling pada keluarga mengenai penyakit hipertensi yang di derita
pasien, agar keluarga selalu bisa mensupport pasien untuk rutin minum obat dan
kontrol secara teratur demi tekanan daran pasien agar selalu terkontrol.
C. Faktor resiko internal
 Tidak ada rencana intervensi apapun
D. Faktor klinik
 Mengedukasi pasien agar secara teratur kontrol ke puskesmas
XI. TINDAK LANJUT DAN HASIL INTERVENSI
Kunjungan Rumah & Evaluasi Hasil lntervensi

 P
a
da tanggal 27 maret 2018 saat dilakukan home visit kondisi pasien sudah membaik,
tidak ada lagi keluhan yang sebelumnya dirasakan sebelum ke puskesmas. Tekanan
darah pasien pun lebih stabil sekarang yaitu di angka 130/80 mmHg. Pasien pun
mengucapkan terimakasih kepada dokter di puskesmas yang sudah mengobatinya.
Kesan umum : Sedang
Kesadaran : Comppasien Mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur
Pernapasan : 16 x/menit, teratur tipe torakoabdominal
Temperature : 36,7 oC
Status General :
Kepala dan Leher :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : struktur normal, tidak nampak tanda radang
Mulut : Bibir sianpasienis (-), mukpasiena mulut normal, gigi geligi dalam batas
normal.
Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar tiroid tidak membesar.
Thorax :
 Inspeksi : Retraksi intercosta (-), pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus taktil sama antara kiri dan
kanan
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Batas jantung tidak dievaluasi.
 Auskultasi
Pulmo : Vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Massa (-), distensi (-), scar operasi (+)
Auskultasi : BU (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di regio epigastrium dan hipokondrium sinistra,
massa (-), hepar dan lien tidak teraba
Nyeri ketok CVA -/-

Anggota Gerak:
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat - - - -
Edema - - - -
Pucat - - - -
Pembengkakan - - - -
Sendi
Tremor halus - - - -
Kekuatan 5 5 5 5
motorik
Sensorik N N N N

 Pasien juga sedikitnya sudah lebih tahu mengenai penyakit hipertensi yang ia derita,
mulai dari apa itu hipertensi, bagaimana bisa terjadi hipertensi, apa saja penyebabnya,
bagaimana terapi hipertensi baik itu dengan obat-obatan ataupun dengan pola diet
untuk pasien hipertensi, kemudian mengenai penyakit komplikasi apa saja yang bisa
ditimbulkan oleh hipertensi. Dibandingkan sebelum pasien berobat, dimana pada saat
itu pasien tidak banyak tahu mengenai hal tersebut sehingga kesadaran untuk menjaga
tekanan darah agar tetap stabilpun menjadi kurang.
 Telah tumbuhnya kesadaran pasien untuk tetap rutin setiap hari minum obat anti
hipertensi walaupun pasien sedang dalam keadaan tidak ada keluhan, dan juga pasien
menjadi sadar bahwa pentingnya untuk kontrol ke puskesmas secara rutin tiap bulan.
 Pasien telah sadar mengenai pentingnya untuk kontrol secara teratur ke puskesmas
 Keluargapun menjadi lebih dalam hal mensuport pasien untuk semangat minum obat
tiap hari, dan juga menjadi lebih care terhadap kondisi pasien.
XII. KESIMPULAN PENATALAKSANAAN PASIEN DALAM BINAAN
Intervensi yang telah dilakukan pada pasien ini berdampak positif secara
langsung membuat pasien dan keluarga menjadi lebih peduli lagi terhadap penyakit
yang pasien derita, sehingga dapat mengurangi angka kejadian penyakit komplikasi
yang disebabkan oleh hipertensi yang pasien derita.
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna SG. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakata. FKUI.


Katzung, betram. 1997. Farmakologi dasar dan klinik.Edisi VI. Jakarta. EGC.
Laureen, Sheerwood. 2011. Fisiologi Manusia. EGC. Jakarta
Price SA, Wilson LM. 2006. Fisiologi Sistem Kardiovaskular, Dalam: Patofisiologi
Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jakarta. EGC.
Robbins, S.L, Kumar, V, Cotran, RS. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta.
EGC.
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5.
Publishing Interna. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai