Oleh :
I Wayan Gorda
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1LatarBelakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Histiocytoma ............................................................................................. 3
2.2Etiologi ..................................................................................................... 3
2.3 TandaKlinis …………………………………………………………… . 5
2.4 Diagnosis ………………………………………………………………. 5
2.5 Prognosis ………………………………………………………………. 5
2.6 Treatment ……………………………………………………………… 6
BAB III MATERI DAN METODE
3.1Materi ........................................................................................................ 7
3.1.1Hewan .................................................................................................... 7
3.1.2 Alat - alat ............................................................................................... 7
3.1.3 Bahan - bahan ........................................................................................ 7
3.2Metode ....................................................................................................... 7
3.2.1 Pre Operasi ............................................................................................ 7
3.2.2 FaseOperasi ........................................................................................... 9
3.2.3 Post Operasi........................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1HasilPembahasan................................................................................................ 10
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................................. 12
5.2 Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
metastatik, sulit diambil, sering menyebabkan nekrosis pada jaringan sekitarnya, bila
diangkat cenderung tumbuh lagi, pertubuhannya cepat dan menyebabkan kematian.
Salah satu tumor jinak yang dapat menyerang hewan anjing adalah
Histiocytoma. Menurut Moulton, 1978, menyatakan bahwa Histiocytoma adalah
pertumbuhan abnormal yang jinak (Benigna) pada anjing. Penanganan tumor
Histiocytoma ini dapat dilakukan dengan pengangkatan masa tumor melalui
pembedahan. Operasi pengangkatan ini mungkin diperlukan jika tumor tidak sembuh
atau berkembang menjadi besar sehingga dapat mengganggu pertumbuhan jaringan
sekitarnya serta menggangu metabolisme dan fungsi umum organ yang terinisiasi oleh
tumor tersebut.
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui penanganan
dan pencegahan Histiocytoma pada anjing jantan.
1.2 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini yaitu untuk meningkatkan dan menambah
keterampilan dalam melakukan penanganan pembedahan pada kasus Histiocytoma.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Histiocytoma
Histiocytoma merupakan tumor jinak pada semua jenis anjing. Tumor ini tidak
memiliki kecenderungan berdasarkan kelamin (Moulton, 1978). Histiocytoma paling
sering diamati pada anjing muda (Woods, et al, 2004). Sekitar 50% kejadian
Histiocytoma ini khas mempengaruhi anjing muda dibawah umur 2 tahun (Moulton,
1978). Ras anjing yang mungkin lebih beresiko terhadap tumor ini diantaranya
Bulldogs, Skotlandia Terriers, Boxer, Boston Terriers dan Dachshund serta jarang
terjadi pada kambing dan sapi (Wikipedia, 2010). Keturunan anjing yang berasal dari
perkawinan se-ras memiliki resiko yang tinggi terhadap perkembangan Histiocytoma
dibandingkan keturunan anjing yang berasal dari perkawinan silang (Taylor et. al,
1969). Histiocytoma paling sering ditemukan di daerah kepala, leher, telinga dan di
bagian tubuh lainnya (Wikipedia, 2010). Taylor et. al, (1969), menyatakan bahwa dari
150 ekor anjing yang telah diobservasi, 3 ekor diantaranya mengalami Histiocytoma
pada bagian luar genital yaitu pada kulit peputium. Histiocytoma umumnya diamati oleh
praktisi sebagai soliter, berwarna merah, berbentuk kubah, muncul dengan cepat dan
terdapat ulser (Woodds, et. al, 2004).
Histiocytoma umumnya memiliki sejarah pertumbuhan yang cepat dan biasanya
tumor ini berkembang antara 1-4 minggu (Moulton, 1978). Potensi metastatik dari
tumor ini belum diteliti secara langsung, namun laporan dari metastatik tumor ini jarang
tejadi dan kematian akibat tumor ini belum pernah dilaporkan (Woods, et. al, 2004). Hal
ini dapat berlaku umum bahwa tumor ini tidak mudah bemetastatis dan harus
dipertimbangkan jinak. Penyakit yang serupa pada manusia yaitu penyakit Hashimoto-
Pritzker (Wikipedia, 2010).
2.2 Etiologi
Histiocytoma ini tergolong sebagai tumor jinak (benigna) yang belum diketahui
secara pasti faktor penyebabnya. Menurut Dharma dan Putra, (1997), menyatakan
bahwa peyebab tumor terdiri dari faktor intrinsik yaitu keturunan, umur, pigmen, sex,
3
dll. serta faktor ekstrinsik yang berasal dari bahan kimia (1,2,5,6-dibenzanthracence, 3-
methyleholantherence, dll), hormon, iritasi kronis, sinar ultraviolet, iradiasi, parasit,
virus, dll. Selain itu, kegagalan proses apoptosis pada sel dapat memicu terjadinya
pertumbuhan sel yang abnormal dikarenakan oleh kecepatan pembelahan sel lebih
tinggi dari pada kecepatan kematian sel sehingga akan terbentuk tumor. Wikipedia,
(2010), menyatakan bahwa bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis
(misalnya karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh
virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas yang akhirnya menjadi
tumor.
Histiocytoma merupakan petumbuhan abnormal dari histiosit (histiositosis),
sebuah sel yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan merupakan sel
jaringan yang mengalami diferensiasi serta berasal dari dalam sumsum tulang
(Wikipedia, 2010). Histiosit adalah turunan sel monosit dan merupakan makrofag
matang yang berada pada jaringan ikat (Woods, et. Al, 2004). Monosit (ditemukan
dalam darah) dan makrofag (ditemukan pada jaingan) bertanggung jawab untuk
fagositosis bahan asing dalam tubuh. Sel histiosit pada jaringan kulit dikenal juga
sebagai sel langerhans. Sel langerhans adalah sel dendritik yang berasal dari sel monosit
dan ditemukan pada kulit serta berfungsi sebagai internalisasi antigen (partikel asing)
yang kemudian menyajikan antigen asing tersebut kepada sel T (Wikipedia, 2010).
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa Histiocytoma berasal dari populasi khusus
yang berlebihan yang disebut sel langerhans (Woods, et. al, 2004).
4
2.3 Tanda klinis
Tanda klinis yang dapat diamati adalah keluarnya darah segar atau bersifat
serous, pembengkakan, bentuk alat genital yang tidak normal dan muncul bau yang
tidak sedap bila telah terjadi infeksi sekunder (Boscos, et. al, 2004).
2.4 Diagnosis
Diagnosa Histiocytoma ini dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan tanda
klinis. Pemeriksaan histopatologik juga sangat diperlukan untuk peneguhan diagnosa
(Boscos, et al., 2004). Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi maka dapat
diketahui gambaran dari sel tumor ini. Menurut Moulton, (1978), ciri dari Histiocytoma
ini terdiri dari lembaran sel yang seragam dengan bentuk sel bundar sampai oval dan
nukleusnya besar. Pola kromatin yang bergranular halus dan inti yang mencolok dengan
sitoplasma berlimpah, berwarna basofilik terang dan tidak memiliki vakuola atau ganula
(Woods, et al. 2004).
2.5 Prognosis
Prognosis untuk hewan dengan Histiocytoma sangat baik (fausta). Moulton,
(1978) menyatakan bahwa tumor ini tidak bermetastatis dan kemungkinan utama dari
tumor ini akan menghilang secara spontan. Beberapa hewan tidak memerlukan
pengobatan karena Histiocytoma ini akan menghilang dengan sendirinya, sementara
pada beberapa hewan lainnya memerlukan pembedahan untuk mengangkat tumor
tesebut (Anonim, 2010). Operasi pengangkatan mungkin diperlukan jika tumor tidak
sembuh atau menjadi besar (Wikipedia, 2010). Menurut Woods, et. al, (2004),
kebanyakan Histiocytoma akan mengalami regresi spontan. Regresi tumor ini
berhubungan dengan adanya infiltrasi limfosit- T. Pemulihan secara spontan adalah
5
umum pada tumor ini, dan ini dimediasi oleh infiltrasi sel CD8 yang menginduksi sel –
T serta diikuti dengan pelepasan sitokin (seperti interferon-gamma) oleh sel-T helper
tipe 1 dan kemudian penyembuhan kembali oleh sel – sel efektor antitumor (Wikipedia,
2010).
2.6 Treatmen
Menurut Sudisma, dkk. (2006), tumor dimanapun letaknya pada tubuh,
penanganannya dengan melakukan eksisi (pengangkatan) secara total. Eksisi pada
pembedahan awal biasanya adalah kuratif, namun eksisi pada pembedahan kedua
mungkin diperlukan untuk kesempatan penyembuhan yang total (Woods, et. al, 2004).
Walaupun tingkat kesembuhannya kecil tindakan pembedahan yang dilakukan adalah
dengan melakukan insisi pada seluruh bagian yang tumbuh kemudian dipisahkan
dengan jaringan normal untuk ditutup kembali dengan pola jahitan sederhana terputus
menggunakan benang nonabsorbable (Mayer, 1959). Pada Histiocytoma, kemungkinan
infeksi ulcerasi pada permukaan neoplasma yang menjadi indikasi utama untuk
intervensi bedah (Woods, et. al, 2004). Operasi pengangkatan mungkin diperlukan jika
tumor tidak sembuh atau berkembang menjadi besar.
Histiocytoma juga dapat diobati dengan suntikan kortikosteroid, tetapi ini tidak
selalu berhasil (Wikipedia, 2010). Menurut Wendy, (2004), topical terapi dengan
menggunakan produk yang mengandung DMSO dan derivat kortikosteroid adalah
pertolongan dalam mengontrol gejala akibat iritasi. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal maka terapi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan tumor diantaranya
melalui kemoterapi. Kemoterapi dapat memberikan hasil yang lebih menjanjikan
dengan tingkat kesembuhan mencapai 100%.
Kemoterapi yang dapat digunakan dalam penanggulangan penyakit tumor
diantaranya dengan vincristine yang diberikan setiap minggu dengan dosis 0,025 mg/kg
bb secara IV. Cyclophosphamide (5 mg/kg bb, secara oral, selama 10 hari dan bisa
dikombinasikan dengan pemberian prednisolone, 3 mg/kg bb, selama 5 hari);
vinblastine (0,1 mg/kg bb, IV selama 4-6 minggu), methotrexate (0,1 mg/kg bb, secara
oral, setiap lain hari) atau kombinasi ketiga jenis obat ini ( Martin et al, 2005).
6
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Hewan
Hewan terserang adalah anjing lokal jantan berwarna coklat putih dengan berat
badan 15 kg dan berumur 2 tahun. Tanda klinis yang ditemukan adalah keluarnya darah
dari penis dan adanya lesi neoplastik pada kasus ini yang ditemukan berlokasi pada
bagian caudal penis. Setelah diinspeksi, palpasi dan preputiumnya dibuka terlihat
adanya masa abnormal pada bagian pangkal ( cauda ) dari penis.
3.1.2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam pembedahan ini : scalpel, mata pisau, pinset
cirurgis, pinset anatomi, arteri clamp, jarum dengan ujung bulat dan segitiga, gunting
bedah, gunting tumpul, gunting ujung benkok, cateter, I.V.Cat.
3.1.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, alkohol 70%,
RL(Lactat Ringer), antiseptik Iodine (Betadine®), benang cromic cat gut 2/0, gloves dan
spuite 3 ml. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu Atropin Sulfat dan
Xylazine, serta anastesi umum yaitu Ketamine, antibiotik yang digunakan adalah
Ampicillin secara intramuskuler dan Ciprofloxacin diberikan secara per-oral, Asam
Mefenamat yang diberikan peroral, Epinefrin untuk mengurangi perdarahan lokal pada
daerah penis yang diinsisi dan vitamin K yang diberikan secara intamuskular. Adapun
dosis yang diberikan telah disertakan dalam lampiran.
3.2 Metode
3.2.1 Pre Operasi
Sebelum melakukan tindakan operasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan
operasi. Adapun persiapan yang dilakukan adalah persiapan alat, bahan, obat, persiapan
ruangan operasi, persiapan hewan kasus dan persiapan operator.
7
a. Persiapan Alat, Bahan, dan Obat
Semua alat harus disterilkan dengan menggunakan autoclave atau dengan
alkohol 70%. Adapun tujuan dilakukan sterilisasi adalah untuk menghindari
kontaminasi dari alat (infeksi nosokomial) pada luka operasi yang dapat menghambat
kesembuhan luka (Sudisma dkk., 2006).
8
3.2.2 Fase Operasi
a. Setelah tahapan preoperasi selesai, hewan kemudian dibaringkan diatas
meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.
b. Selanjutnya tindakan yang dilakukan adalah menginsisi kulit pada bagian
cranial preputium agar preputium dapat ditarik hingga ke bagian caudal
penis sehingga bagian caudal penis yang berisi massa tumor dapat
terlihat dan mudah untuk dieksisi.
c. Setelah itu masa tumor yang berada di bagian cauda dari penis diangkat.
d. Adanya perdarahan pada saat proses pengangkatan massa tumor, dicegah
dengan pemberian epinefrin pada pembuluh darah di daerah yang diinsisi
dengan cara diteteskan hingga tidak timbul perdarahan lagi.
e. Selanjutnya daerah yang diinsisi diberikan antibiotik ampicilin dengan
cara disemprotkan sebelum dilakukan penjahitan pada daerah yang
diinsisi.
f. Kemudian pada daerah cauda penis yaitu pada mukosa penis bekas insisi
masa tumor dijahit dengan pola sederhana terputus menggunakan benang
chromic cat gut 2/0 dan pada bagian cranial preputium yang terinsisi
dijahit dengan pola menerus sederhana dengan menggunakan benang
cromic cat gut 2/0.
g. Bekas jahitan (luka operasi) pada cranial preputium diberi BetadinTM
kemudian ditutup dengan hypavix .
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Setiabudy, 2005). Antibiotika ini berspektrum luas terhadap bakteri gram negatif dan
gram positif. Selain itu, hewan juga diberikan obat asam mefenamat untuk penanganan
pasca operasi. Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik dan anti-inflamasi
(Wilmana, 2005).
11
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Dari anamnesa, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan laboratorium maka anjing
tersebut didiagnosa menderita Histiocytoma.
2. Histiocytoma merupakan tumor jinak yang potensi metastasisnya dan
penularannya belum dapat diketahui secara pasti, jarang menyebabkan
kematian, seta dapat sembuh/menghilang secara spontan.
3. Tindakan pengangkatan massa tumor dilakukan untuk menghindari resiko
terjadinya perluasan jaringan sekitarnya menjadi tumor.
5.2 Saran
a. Untuk mencegah timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
selain dengan mengkandangkan hewan peliharaan dapat juga dengan
memperhatikan kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan (perbaikan nutrisi)
, status kesehatan hewan.
b. Perlu diperhatikan penanganan post operasi sehingga tidak menyebabkan
kematian.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, D.M.N., dan A.A.G., Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV Bali
Media. Denpasar.
Mariana, Yanti dan Setiabudy, R. 2005. Farmakologi dan Terapi. Hal : 595. Edisi ke-4.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru.
Jakarta.
Martins., F. Ferriera de Souza and C. Gobello. 2005. The Canine Tansmissible Veneral
Tumor. Etiology, Pathology Diagnosis And Treatment. International Veterinary
Information Service, Ithaca NY (www.ivis.com)
Mayer Karl, B.S., Larcoix,.., and H.P. Hopskin, 1959. Canine surgery 4th ED. California
Veterinary Publication, Santa Barbara.
Moulton, Jack.E. 1978. Tumor in Diagnostic Animal. Page : 24-26. Edition, Revised.
University of California Press. Barkeley. Los Angeles. London.
Taylor, Dee O.N., Dorn, C. Richard and Luis, Osman H. 1969. Cancer Research :
Morphologic and Biologic Characteristic of the Canine Cutaneus Histiocytoma.
http : /cancerres.aajournals.org/content/29/10/83. [akses januari 2001].
13
Wikipedia. 2010. Histiocytoma (dog). http://en.m.wikipedia.org/wiki/Histiocytoma a
(dog). html. [akses Oktober 2010].
Wilmana, P. Feddy. 2005. Farmakologi dan Terapi. Hal : 217. Edisi ke-4. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru. Jakarta.
Woods, Josh R., D.V.M., Latimer, Kenneth S., D.V.M., Ph.D., Bain, Perry J. D.V.M.,
Ph.D. Canine Cutaneus Histiocytoma.
http;//www.vet.uga.edu/VVP/clerk/woods/index.php. [akses Oktober 2010].
14
Lampiran Perhitungan Dosis
Atropin sulfat
Sediaan : 0,25 mg/ml
Dosis anjuran : 0,02 – 0,04 mg/kg bb
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan: Berat badan x Dosis = 15 kg x 0,02 – 0,04 mg/kg= 1,2 – 2,4 ml
Sediaan 0,25 mg/ml
Xylazine
Sediaan : 20 mg/ml
Dosis anjuran : 1 – 3 mg/kg bb
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan : Berat badan x Dosis = 15 kg x 1–3 mg/kg = 0,75 – 2,25 ml
Sediaan 20 mg/ml
Ketamin
Sediaan : 100 mg/ml
Dosis anjuran : 10 – 15 mg/kg bb
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan : Berat badan x Dosis = 15 kg x 10 – 15 mg/kg = 1,5 – 2,25 ml
Sediaan 100 mg/ml
Ampicilin
Sediaan : 100 mg/ml
Dosis anjuran : 5-10 mg/kg bb
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan : Berat badan x Dosis = 15 kg x 5-10 mg/kg = 0,75 – 1,5 ml
Sediaan 100 mg/ml
Mefenamic Acid:
Dosis anjuran : 20-30 mg/kg bb
Sediaan : 500 mg/ml
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan : 15 kg x 20-30 mg/kg
: 300 – 450 mg
Jumlah yang diberikan: 500mg ( 2 kali sehari ½ tablet)
Cipofloxacine:
Dosis anjuran : 5-15 mg/kg bb
Sediaan : 250 mg/ml
Berat badan : 15 kg
Jumlah Dosis diberikan : 15 kg x 5-15 mg/kg
: 75 – 125 mg
Jumlah yang diberikan: 250mg ( 2 kali sehari ½ tablet ).
15
16