Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3)
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak”
Pada awal perkembangannya rumah sakit merupakan lembaga yang berfungsi
sosial, tapi saat ini dengan adanya rumah sakit swasta sehingga menjadikan rumah sakit
saat ini lebih mengacu sebagai suatu industri yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan dengan melakukan pengelolaan yang berdasar pada manajemen sebagaimana
halnya badan usaha. Seiring berjalannya waktu mengikuti perkembangan rumah sakit
sampai saat ini, telah terjadi persaingan antara sesama rumah sakit baik rumah sakit milik
pemerintah maupun rumah sakit milik swasta, semua berlomba-lomba untuk menarik
konsumen atau pasien agar calon pasien menggunakan jasa yang disediakan pihak rumah
sakit.
Saat ini rumah sakit harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
medis untuk menunjang kemudahan dalam mendeteksi berbagai kemungkinan penyakit
yang ada pada pasien. Hal ini juga akan mempermudah dalam hal pelayanannya. Jenis
jasa pelayanan yang di sediakan oleh institusi penyedia jasa layanan kesehatan harus
bersifat menyeluruh yang meliputi: pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Institusi penyedia layanan kesehatan
juga dibedakan berdasarkan tingkat pelayanan yang tersedia yaitu pelayanan strata 1
yang menyediakan jasa layanan kesehatan dasar, pelayanan strata 2 yang menyediakan
pelayanan kesehatan spesialis terbatas, dan pelayanan strata 3 yang menyediakan
pelayanan spesialis lengkap (Muninjaya, 2011)
Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian integral dari
pelayanankesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, piritual yang komprehensif ditujukan kepada individu
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemampuan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pecegahan penyakit, penyembuhan,
pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan sesuai dengan wewenang tanggung jawab dan etika profesi keperawatan.
B. Tujuan Pedoman
1.Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Mitra Medika di setiap lini melalui peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan dan kebidanan.
2. Tujuan Kusus
2.1 Sebagai pedoman pelayanan bagi perawat atau bidan dalam melaksanakan
tugas , wewenang dan tanggung jawab secra jelas.
2.2 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain secara efektif dan efesien.
2.3 Menurukan resiko infeksi dirumah sakit
2.4 Memantau dan mengevaluasi pelaksanann pelayanan keperawatan dirumah
sakit Mitra Medika Bondowoso.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Ruang lingkup pelayananan instalasi gawat darurat
Pasien dengan kasus True Emergency. Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan
gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency. Yaitu pasien dengan :
2.1 Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
2.2 Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
2.3 Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat.
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage.
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit
serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas.
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer.
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder.
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi yang akan
berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat.
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.
10. Kecelakaan ( Accident ).
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a.Tempat kejadian :
1. Kecelakaan lalu lintas.
2. Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
3. Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
4. Kecelakaan di sekolah.
5. Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian:
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena
efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
-Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
-Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain
11. Cidera.
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana. Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pancreas.

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan


hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.

Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakitKegagalan ( kerusakan )


System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit ) dan lain-lain

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)


dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

a. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.


b. Kecepatan meminta pertolongan.
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.
d. Ditempat kejadian.
e. Dalam perjalanan ke rumah sakit.
f. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
E. Landasan Hukum :
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII /
1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia pada ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :

Nomor Jama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan


Bersertifikat
1. Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum
ACLS/ATLS
Bersertifikat
2. Dokter IGD Dokter Umum
ACLS/ATLS
Bersertifikat
3. Ka Ru IGD D III Keperawatan
BLS/PPGD

4. Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan Bersertifikat BLS

B. Distribusi Ketenagaan
 Pada pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk dinas pagi : yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standart minimal
bersertifikat BLS
Kategori :
- 1 Orang Karu
- 1 orang Perawat Pelaksana
2. Untuk dines sore : yang bertugas sejumlah 2 (Dua) orang dengan standart
minimal bersertifikat BlS
Kategori :
- 1 Orang Penanggung jawab Shift
- 1 Orang perawat pelaksana
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standart
minimal bersertifikat BLS
Kategori :
- 1 Orang penanggung jawab shift
- 1 Orang perawat pelaksana
 Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jaga perawat IGD
- Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan dipertanggung jawabkan
oleh Kepala Ruang (karu) IGD
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana IGD setiap satu bulan
- Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas / Permohonan cuti,
permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada ( apabila
tenaga ukup dan beirimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui). Untuk permohonan cuti tenaga mengisi form terlebih
dahulu, disetujui Karu, Atasan langsung dan Manajer SDM & Pendidikan
(Karu/Kabid/Kainst)
- Setiap tugas jaga / Shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat minimal D III Keperawatan dan masa kerja Minimal 1 tahun,
Serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
- Jadwal dinas tergabagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
- Apabila ada tenaga perawat jaga karna sewaktu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat pelaksana harus
memberi tahu Karu IGD minimal 2 jam sebelum dinas. Sebelum memberi tahu
Karu IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapat perawat
pengganti, maka Karu IGD akan mencariakn tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur, apabila perawat pengganti tidak didapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.

2. Pengaturan Jaga Dokter IGD


- Pengaturan jadwal jaga dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi
Gawat Darurat
- Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan
- Apabila dokter jaga IGD karna sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
di tetapkan maka dokter yang bersangkutan harus menginfokan ke Ka Instalasi
Gawat Darurat sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib mencari
dokter jaga pengganti

3. Pengaturan Jaga Dokter Konsulan


- Jadwal jaga dokter konsulen tidak tersusun karena keterbatasan SDm Dokter
Spesialis, bila ada pasien yang membutuhkan konsul dokter spesialis, maka
dikonsulkan per telfon / via Whatsup oleh dokter jaga IGD

BAB 3
STANDART FASILITAS
A. Denah Ruang IGD
B. Standart Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana.
IGD RS Mitra Medika Bondowoso berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri
dari ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan
non bedah . Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan
bedah terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 (
dua ) tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat. Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk
kasus kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator.

Alat – alat untuk ruang resusitasi :


1. Mesin suction ( 1 set ),
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set ),
3. Laringoskope dewasa ( 1 set ),
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ).
5. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah ).
6. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang (
1 buah ).
7. Gunting besar (1 buah ).
8. Defribrilator ( 1 buah ).
9. Monitor EKG ( 1 buah ).
10. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi (1 buah).
11. Ambu bag ( 1 buah ).
12. Stetoskop ( 1 buah ).
13. Tensi meter ( 1 buah ).
14. Thermometer ( 1 buah ).
15. Tiang Infus ( 1 buah ).
Alat – alat untuk ruang tindakan bedah.
1. Bidai
2. Verban segala ukuran :
– 4 x 5 em ( 5 buah ),
– 4 x10 em ( 5 buah ).
3. Hecting set
4. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
– Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah ),
– Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah ),
– Jarum ( 1 set ).
5. Lampu sorot ( 1 buah ).
6. Kassa ( 1 tromel ).
7. Cirkumsisi set ( 1 set ).
8. Ganti verban set ( 3 set ).
9. Stomach tube / NGT :
– Nomer 12
– Nomer 16
– Nomer 18
10. Spuit sesuai kebutuhan :
– 5 cc ( 5 buah ),
– 3 cc ( 5 buah ).
11. Infus set ( 1 buah ).
12. Dower Catheter segala ukuran : – Nomer 16 - Nomer 18
13. Emergency lamp ( 1 buah ).
14. Stetoskop ( 1 buah )
15. Tensimeter ( 1 buah )
16. Thermometer ( 1 buah )
17. Elastis verban sesuai kebutuhan :- 6 inchi- 4 inchi - 3 inchi
18. Tiang infus ( 1 buah )
Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1. Stomach tube / NGT : – Nomer 16 - Nomer 18 ,- Nomer 12.
2. Urine bag
3. Otoscope ( 1 buah )
4. Nebulizer ( 1 buah )
5. Mesin EKG ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 buah )
7. IV catheter semua nomer ( 1 set )
8. Spuit sesuai kebutuhan :
– 1 cc ( 5 buah ),
– 3 cc ( 5 buah ),
– 5 cc ( 5 buah ),
– 10 cc ( 5 buah ),
– 20 cc ( 3 buah ),
– 50 cc ( 3 buah ),
9. Tensimeter ( 1 buah ).
10. Stetoskop ( 1 buah ).
11. Thermometer ( 1 buah ).
12. Tiang infus ( 1 buah ).
Alat – alat dalam trolly emergency :
Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RS).
Alat – alat kesehatan.
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ).
2. Laringoscope dewasa.
3. Face mask ( 1 buah )
4. Urine bag non steril ( 5 buah ).
5. Spuit semua ukuran.
6. Infus set ( 1 set).
7. Slang oksigen sesuai kebutuhan
8. Stomach tube / NGT :
– Nomer 16
– Nomer 18
– Nomer 12
12. IV catheter sesuai kebutuhan :
– Nomer 18
– Nomer 20
– Nomer 22
13. Suction catheter segala ukuran :
– Nomer 10
– Nomer 12
14. Neck collar

Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien saat ini RS memiliki 2 ( dua ) unit
ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


1. Perlengkapan Ambulance
2. Ac
3. Sirine
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel
Alat & Obat untuk Ambulance.
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Stretcher ( 1 buah )
3. Bengkok
4. Tas Emergency yang berisi :
 Obat – obat untuk life saving (Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
 Senter ( 2 buah )
 Stetoskop ( 3 buah )
 Tensimeter ( 1 buah )
 Gunting verban ( 2 buah )
 Tongue Spatel ( 1 buah )
 Infus set ( 1 buah )
 IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
 Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah ).

OBAT LIVE SAVING


1. Injeksi

No
Nama Obat Injeksi Jumlah Satuan Jenis obat
Asam traneksamat 2 ampul Anti fibrinolitic
Ca glukonas 2 ampul Vitamin (elektrolit)
Dexamethason 2 Ampul
D40 4 Flacon
Atropin 2 Ampul Anti spasmodics
Aminopylin Flacon Antiasmatic dan
2 COPD
preparations
Meylon 2 Flacon
Raivas 1 Ampul
Valisanbe 2 Ampul
10 Furosemid 4 Ampul
11 Lidocain 1 Ampul
12 Ephineprin 4 Ampul Asnastetic lokal &
general
13 Cetadop 2 Ampul
14 Dobutamin 1 Ampul

2. Cairan Infus

No Nama Obat Jumlah Satuan Jenis obat


Dextran 1 Kolf
Asering 4 Kolf
Dextrose 5% 1 Kolf
Range laktat 3 Kolf
Nacl 0,9% 500ml 2 Kolf
D5 ½ Ns 1 Kolf
7. D5 ¼ Ns 2 Kolf
8. Tridex 27 B 2 Kolf

3. Obat oral

No. Nama Obat Jumlah Satuan Jenis obat


1. Aspilet Tablet Anti coagulans,
2
anti trombotics
Isosorbite dinitrate 2 Tablet Cardiac drugs
Clopidrogel (CPG) 4 tablet

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Tata laksana pendaftaran pasien
1. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
 Perawat IGD
 Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
 Status Medis
3. Tata Lakana Pendaftaran Pasien IGD
 Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien /
keluarga pasien di bagian admission
 Bila keluarga tidak ada, petugas IGD bekerja sama dengan securiti
untuk mencari identitas pasien
 Sebagai bukti pasien sudah mendaftar, di bagian administrasi akan
memberikan status untuk di isi oleh dokter jaga IGD yang bertugas
 Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di IGD, Sementara keluarga/ penanggung jawab
melakukan pendaftaran di bagian admission
B. Tata Laksana Sistem Komunikasi IGD
 Petugas Penanggung Jawab
- Dokter / Perawat IGD
 Perangkat Kerja
- Pesawat Telpon
- Hand Phone
 Tata Laksana Sistem Komunikasi IGD
o Antara IGD dan unit lain dalam RS. Mitra Medika adalah dengan
nomer exteneton masing masing unit
o Antara IGD dengan dokter konsulen / Rumah Sakit lain /yang terkait
dengan pelayanan di luar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
teleponatau handphone
o Antara IGD dengan petugas Ambulance menggunakan pesawat atau
handphone
o Dari luar RS. Mitra Medika dapat langsung melalui operator / nomor
telepon IGD
C. Tata Laksana Pelayanan Triase
 Petugas Penanggung Jawab
- Dokter / Perawat IGD
 Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status Medis
D. Tata Laksana Triase IGD
1. Pasien / Keluarga pasien mendaftar kebagian admission
2. Pasien masuk ke ruang IGD , dilakukan triase oleh dokter jaga IGD
3. Prioritas pertama (1, Tertinggi,Emergency) Yaitu mengancam jiwa / mengancam
fungsi vital, pasien di tempatkan di Bed P1
4. Prioritas kedua (II, Medium, Urgent) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital pasien di tempatkan di Bed P2
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, None Emergency) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera pasien di tempatkan di Bed P3
6. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap

E. Tata laksana pengisian Informed Consent


 Petugas penanggung jawab
- Dokter jaga IGD
 Perangkat Kerja
- Formulir persetujuan tindakan

F. Tata laksana Informed Consent


1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat
2. Pasien menyetujui, Informed consent di isi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat
3. Setelah di isi dimasukkan dalam status medic pasien

G. Tata Laksana Transportasi Pasien


 Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
- Supir Ambulan
 Perangkat Kerja
- Ambulan
 Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
- Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS. Mitra Medika sebagai
transportasi, maka perawat IGD menghubungi supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
- Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien

H. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


 Petugas Penangung Jawab
- Perawat IGD
- Dokter Jaga IGD
 Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensi Meter
 Tata Laksana Pelayanan false Emergency
1. Pasien / Keluarga mendaftarkan di bagian admission
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
5. Bila perlu dirawat / Observasi pasien dianjurkan kebagian admission
6. Bila tidak perlu di rawat pasien diberikan resep dan bias langsung pulang setelah
mengurus admission
7. Pasien dianjurkan untuk control kembali sesuai dengan saran dokter

I. Tata laksana Pelayanan Visum Et Repertum


 Petugas Penanggung Jawab
- Dokter Jaga IGD
 Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et repertum IGD
 Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
- Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
- Surat permintaan visum Et Repertum diserahkan kebagian humas & Legal RS.
- Setelah Visum Et Repertum diselesaikan oleh dokter jaga IGD maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian

J. Tata Laksana Death On Arrival (DOA) IGD


 Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
 Bila dokter sudah menyatukan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
 Dokter jaga IGD membuat surat keterangan kematian
 Jenazah dipindahkan / diserahkan terimakan di ruang jenazah

K. Tata Laksana Sistem Rujukan


 Petugas Penanggung Jawab
- Dokter IGD
- Perawat IGD
 Perangkat Kerja
- Ambulan
- Formulir Rujukan
 Tata Laksana Sistem Rujukan IGD
- Dokter jaga IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
- Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit mengenai
keadaan umum pasien
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, Perawat IGD membawa pasien
dengan menggunakan ambulan RS. Mitra Medika.
BAB V
LOGISTIK
A. PERENCANAAN
Menentukan macam, mutu, dan jumlah alat yang dibutuhkan dalam pelayanan gawat
darurat
1. Peralatan kesehatan
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa, menangani, monitor, dan
mengevakuasi (proses rujukan) serta alat medis pendukung untuk
penanggulangan penderita gawat darurata. Trauma (bedah) dan Non
Trauma(jantung, interna, kebidanan, anak dan neonatus, neurologi dan
psikiatri).
2. Obat-obatan emergency
a. Kegawat daruratan Jantung
b. Kegawat daruratan interna
c. Kegawat daruratan kebidanan
d Kegawatdaruratan anak dan neonatuse.
e. Kegawatdaruratan neurologi dan psikiatri

B. PENGADAAN
Pengadaan peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan
1. Ada buku pedoman pelayanan gawat darurat Depkes
2.Ada peralatan, obat, bahan medis habis pakai sesuai dengan buku pedoman
(kecuali pneumatik trousers, pacemaker, CVP tidak menjadi persyaratan)
3. Ada obat emergency yang selalu siapAda daftar obat-obat yang mudah diidentifikasi dan
letak obat mudah diambil.

C. PENYIMPANAN
Peralatan disimpan dalam dua tempat :
1. Tempat penyimpanan utama atau cadangan dimana persediaan disimpan tetapi tidak
digunakan
2. Tempat penggunaan setelah digunakan untuk menyimpanan peralatan, diperlukan
ketrampilan yang pertama catatan penerimaan barang baru dan pengeluaran barang
dan kedua membuat neraca buku-stok (persediaan) atau buku besar

D. DISTRIBUSI
Peralatan dapat dikeluarkan untuk digunakan bila diperlukan. Terdapat tiga
proseduradministrasi yang berkaitan dengan pengeluaran peralatan, antara lain:
1. Catatan di buku besar (menuliskan pengeluaran barang tersebut dalam buku
besar persediaan)
2. Surat/kupon pengeluaran barang harus ditandatangani
3. Catatan inventaris dari bagian yang menerima dan menggunakan peralatan

E. PENGHAPUSAN
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat
2. Ada protap pemeliharaan, pemeriksaaan, dan perbaikan alat secara berkala
3. Ada jadual pemeriksaan dan pemeliharaan alat
4. Ada bukti pelaksanaan dan pemeliharaan
5. Ada bukti kalibrasi alat
6. Ada prosedur penggantian kerusakan alat dan kadaluarsa obat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
Keselamatan Kerja
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang
dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara – negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup
tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan
yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan
angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%.
Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan
gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
 Tindakan yang beresiko terpajan
 Cuci tangan yang kurang benar.
 Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
 Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
 Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
 Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
 Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu IGD dilaksanakan melalui diadakannya :
1. Rapat bulanan IGD dengan membahas kendala kendala yang ada, berjalannya
tidaknya alur IGD dalam pelayanan IGD
2. Sidak oleh Karu IGD dengan memantau berjalan tidaknya penanngung jawab alkes
IGD, waktu sidak : tidak ditentukan, minimal 1 bulan sekali

BAB IX Penutup

Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna,
masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu, masukan dan saran untuk perbaikan
peningkatan buku pedoman ini merupakan sesuatu yang sangat berharga, Semoga buku
ini bermanfaat dan dapat menjadi pegangan bagi kita semua khususnya petugas IGD
RSMM.

Anda mungkin juga menyukai