I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit tentang pentingnya inisiasi
menyusui dini, keluarga pasien mengerti tentang pentingnya inisiasi menyusui dini pada
bayi dan dapat mengetahui cara melakukan inisiasi menyusui dini pada bayi.
IX. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
1. Evaluasi struktur :
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : Leaflet, LCD, Proyektor, Laptop
d. Peserta hadir di tempat penyuluhan
e. Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan di ruang IRNA
G di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu, Bangkalan.
2. Evaluasi proses :
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu
yang direncanakan
b. Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dengan benar
d. Suasan pelaksanaan penyuluhan
berjalan dengan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan
tempat penyuluhan
f. Jumlah hadir dalam pelaksanaan
penyuluhan 100%.
3. Evaluasi hasil :
Orang tua klien dapat menjelaskan :
a. Pengertian IMD (Inisiasi
Menyusui Dini)
b. Keuntungan IMD (Inisiasi
Menyusui Dini)
c. Manfaat ASI
d. Waktu/penyimpanan ASI
e. Tips mencairkan ASI
f. Tahap-tahap dari IMD (Inisiasi
Menyusui Dini)
g. Tata laksana IMD (Inisiasi
Menyusui Dini)
h. Penghambat IMD (Inisiasi
Menyusui Dini)
X. Pengorganisasian
Pembawa acara : Fifin Yuliana
Pemateri : Silvy Arista
Fasilitator : Yudhistira Wahyu Alamsyah
Observer : M. Zainal Alim
XI. Setting tempat
1 2 4
5
6 6 6 6 6
3
6 6 6 6 6
Keterangan :
1 = Pembawa Acara 4 = Observer
5 = LCD 2 = Pemateri
6 = Peserta 3 = fasilitator
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
4. ASI perah tahan hingga 6 bulan pada freezer dengan suhu 18 derajat celcius
dibawah titik beku 0 derajat celsius.
Hanya saja perlu diingat, proses pembekuan ASI perah kemungkinan
menghilangkan beberapa zat yang penting untuk menghalau infeksi pada bayi.
Semakin lama penyimpanan ASI perah, baik didinginkan maupun dibekukan, akan
menghilangkan kandungan vitamin C pada ASI. Meski demikian, ASI perah yang
sudah dibekukan itu, nilai gizinya masih jauh lebih baik dibandingkan susu formula.
E. Tips Mencairkan ASI Perah
ASI perah beku yang dicairkan kemungkinan akan mengalami perubahan
pada warna, bau, dan konsistensinya dibandingkan ASI segar. Sebagian bayi ada
yang menolak ASI perah beku, jika demikian ada baiknya memperpendek masa
simpan ASI.
1. Untuk mencairkan ASI perah yang dibekukan, dapat menggunakan
penghangat ASI elektrik yang bisa digunakan di rumah atau di mobil. Jika
tidak tersedia, maka Anda dapat menempatkan botol penyimpan ASI perah ke
dalam panci atau mangkuk berisi air hangat. Diamkan beberapa saat. Ingat,
jangan menaruh panci atau baskom tersebut di atas kompor yang menyala.
2. ASI perah yang dibekukan, sebaiknya tidak langsung dikeluarkan dalam suhu
ruang. Beberapa penelitian mengungkap perubahan suhu yang cepat dapat
memengaruhi kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI yang bermanfaat
bagi bayi.
3. ASI perah beku dari freezer dapat diletakkan terlebih dahulu di ruang
pendingin pada kulkas, kemudian hangatkan sebagaimana cara di atas. Yang
juga penting diketahui adalah jangan membekukan ulang ASI perah yang
sudah dicairkan.
4. Jika ASI perah dibutuhkan segera, maka Anda dapat menempatkannya di
bawah air mengalir dengan suhu biasa. Lalu lanjutkan mengairi dengan air
hangat. Jika belum cukup hangat, tempatkan botol di dalam mangkuk berisi
air hangat. Untuk memeriksa apakah suhu ASI sudah sesuai untuk bayi,
teteskan ke pergelangan tangan. Jika suhu sudah sesuai, bisa langsung
diberikan pada bayi.
5. Meski tampaknya mudah, hindari menghangatkan atau mencairkan ASI perah
menggunakan microwave. Alat ini kemungkinan dapat menciptakan bintik-
bintik pada botol ASI perah yang kemungkinan berbahaya bagi bayi. Sekali
lagi, perubahan susu yang terlalu cepat pada ASI perah bisa menghilangkan
kandungan antibodi yang dibutuhkan oleh bayi Anda.
ASI merupakan asupan nutrisi yang terbaik bagi bayi. Penyimpanan ASI
perah dan management ASI membantu ibu menyusui yang beraktivitas diluar
rumah untuk mencukupi kebutuhan bayi. Kemungkinan ibu bekerja perlu mengetahui
manajemen ASI perah lebih lanjut. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter atau
spesialis anak untuk informasi lebih lanjut.
F. Tahap-tahap Inisiasi Menyusu Dini
a. Dalam 30 menit pertama : Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga
(Rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka
lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan.
Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi
dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap
kemampuan menyusui dan mendidik bayinya.
b. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau bayi
mencium dan menjilat tangan , bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
oleh payudara ibu. Bau raa ini yang akan membimbing bayi untuk
menentukan payudara dan puting susu ibun
c. Mengeluarkan air liyur saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
mulai mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai beergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, ia menjilat-jilat ibu, menghentak-
hentakka kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kekiri ibu, serta
meenyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan
tangannya yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik.
G. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
b. Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi saatpersalinan.
Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan
atau hypnobirthing.
c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok.
d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
e. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum
satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu
gunakan topi bayi.
f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit
atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya
diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama
sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya
sampai berhasil menyusu pertama.
h. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar.
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin
K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
j. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam
ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar)
dihindarkan.
H. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
a. Bayi kedinginan-tidak benar
Berdasarkan hasil pnelitian Dr.Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu
dada ibu yang melahirkan menjadi 1° C lebih panas daripada suhu dada ibu
yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan,
suhu dada ibu akan turun 1° C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan
meningkat 2° C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan
merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat
tidur yang canggih dan mahal.
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak
benar.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit seta saat bayi menyusu dini
membantu menenangkan ibu.
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi
dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat
untuk manjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar
perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai
payudara dan menyusu dini.
e. Ibu harus dijahit-tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit
adalah bagian bawah tubuh ibu.
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus
segera diberikan setelah lahir-tidak benar.
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy
Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda
setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur-tidak
benar.
Menunda memandikan pada bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
h. Bayi kurang siaga-tidak benar
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah
itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang
diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan
bantuan lebih untuk Bonding.
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)-tidak benar.
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan
dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi-tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum
melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. (Roesli Utami,
2008:28-30).
I. Cara menyusui yang benar
a. Pastikan ibu dan bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman. Posisi kepala
bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya, hal ini dimaksudkan agar bayi
lebih mudah menelan. Ibu dapat menyangga dengan tangan ataupun
mengganjal dengan bantal. Kemudian, tempatkan hidung bayi sejajar dengan
puting. Hal ini akan mendorong bayi membuka mulutnya.
b. Ketika bayi mulai membuka mulutnya dan ingin menyusu, maka dekatkan
bayi ke payudara ibu. Tunggu hingga mulutnya terbuka dengan lebar dengan
posisi lidah ke arah bawah. Jika bayi belum melakukannya, ibu dapat
membantu bayi dengan dengan menyentuh lembut bagian atas bibir bayi.
c. Posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu perlekatan asimetris. Pada
perlekatan ini, mulut bayi tidak hanya menempel pada puting payudara,
namun pada area bawah puting payudara dan selebar mungkin. Perlekatan ini
merupakan salah satu syarat penting dalam cara menyusui dengan benar.
d. Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu tidak merasakan nyeri
saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi. Ibu dapat
mendengarkan saat bayi menelan ASI.
e. Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke
arah gusi dan puting. Kemudian, coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik.
Setelah perlekatan sudah benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan
baik.
f. Bayi menyusu sekitar 5 hingga 40 menit, tergantung kebutuhannya.
Umumnya dibutuhkan beberapa waktu untuk adaptasi ibu dan bayi agar
proses menyusui berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta :
JNPKKR-JHPIEGO.
http://beautybeautygirls.blogspot.co.id/2015/06/makalah-imd.html diakses tanggal 14
November 2017 jam 20.00 WIB
Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta : Diva Press.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda