APPENDIKSITIS
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltzer, 2001).
1
2
1.4 Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
4
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
1.6 Komplikasi
Komplikasi appendiksitis akut ialah keadaan yang terjadi akibat perforasi,
seperti peritonitis generalisata, abses dan pembentukan fistula, dan
konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah, pleloflebitis supuratif
(radang dan trombosis, vena porta), abses hepar dan septikemia. Radang
dapat menjadi kronis, atau obstruksi pada leher apendiks yaitu menyebabkan
retensi mukus dan kemudian menimbulkan mukokel. Ini sering tidak
menimbulkan masalah klinis, tetapi walaupun jarang dapat terjadi rupture dan
sel epitel yang mensekresi mucus dapat menyebar ke kavum peritoneum.
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Non-medis
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah dialami dalam
hal appendiktomi tidak ada tata laksana keperawatan khusus yang
diberikan pada pasien apendisitis. Adapun tindakan non medis yang
diberikan adalah persiapan pasien untuk apendiktomi diantaranya
perawat memastikan kepada dokter bahwa tes darah, cek urin,
rontgen, dan puasa sudah dilaksanakan, serta managemen nyeri.
6
1.7.2 Medis
1.7.2.1 Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada
penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah
berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit,
serta pemberian antibiotik sistemik
1.7.2.2 Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis
maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang
appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage
(mengeluarkan nanah).
7
1.8 Pathway
Obstruksi/penyumbatan lumen
A B C D
Distensi Abdomen
Perubahan nutrisi
Mual/muntah anoreksia kurang dari
kebutuhan
Risiko
kekurangan
volume cairan
9
Diagnosa 2
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2.2.4 Definisi
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi.
2.2.5 Batasan karakteristik
Apnea.
Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu.
Gelisah.
Hipotensi.
Kejang.
Koma.
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ages farmaseutikal.
Aktivitas berlebihan.
Dehidrasi.
Iskemia.
Pakaian yang tidak sesuai.
Trauma.
Penyakit.
12
Diagnosa 3
Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
2.2.7 Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang
dapat menganggu kesehatan.
2.2.8 Faktor risiko
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan.
Malnutrisi.
Obesitas.
Penyakit kronis.
Prosedur invasif.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut Setelah 1. Kaji 1. Untuk
berhubungan dilakukan asuhan tingkat mengetahui
dengan keperawatan, nyeri, sejauh mana
cidera diharapkan nyeri lokasi dan tingkat nyeri
biologs klien berkurang karasteristk dan
(distensi dengan kriteria nyeri. merupakan
jaringan hasil: 2. Jelaskan indiaktor
intestinal a) Klien mampu pada pasien secara dini
oleh mengontrol tentang untuk dapat
inflamasi) nyeri (tahu penyebab memberikan
penyebab nyeri tindakan
nyeri, mampu 3. Ajarkan selanjutnya
menggunaka tehnik 2. Informasi
n tehnik untuk yang tepat
nonfarmako- pernafasan dapat
logi untuk diafragma menurunkan
mengurangi lambat / tingkat
nyeri, napas kecemasan
mencari dalam pasien dan
bantuan) 4. Berikan menambah
b) Melaporkan aktivitas pengetahuan
bahwa nyeri hiburan pasien tentang
berkurang (ngobrol nyeri.
dengan dengan 3. Napas dalam
menggunaka anggota dapat
n manajemen keluarga) menghirup O2
nyeri 5. Observasi secara
c) Tanda vital tanda-tanda adequate
dalam vital sehingga otot-
rentang 6. Kolaborasi otot menjadi
normal : dengan tim relaksasi
TD (systole medis sehingga
13
Diagnosa 2
6. Obat antipiretik
bekerja sebagai
pengatur
kembali pusat
pengatur panas.
Diagnosa 3
Depkes RI, (2000), Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi
Pembangunan kesehatan, Jakarta.
Kusuma,H & Amin H. N. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda Nic Noc
dalam berbagai kasus. Jogjakarta : Mediaction
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunnner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol. 2.
Jakarta : EGC
(……..………..………..) (…………….………..)