PENDAHULUAN
1.3.Sasaran
Sasaran yang ingin di capai dalam kegiatan praktek kerja industri ini
adalah melaksana kan semua kegiatan pada proses kegiatan pembesaran ikan
kerapu lumpur di mulai dengan pemilihan lokasi persiapan keramba, pengadan
benih, pemberian pakan, pemanenan hasil produksi
1
1.4.Manfaat
1 agar taruna taruni dapat menerap kan dan mengembangkan serta menumbuh
kan kerja sama dengan intasi pengusaha prikanan dan masyarakat lainnya
2 dapat mengetahui teknik2 pelaksanaan kegiatan yang telah di laksana kan
Selama di tambak
3 dapat menjadi dasar kegiatan serupa masa yg akan datang
4 menanam kan rasa percaya diri atau bertanggung jawab atas perbuatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tempat hidupnya. Biasanya ikan ini berdiam diri di celah-celah batu menanti
mangsa. Makanan utamanya adalah ikan-ikan kecil lainnya. Warna dasar tubuh
kerapu adalah cokelat muda, yang sesuai dengan lingkungan hidupnya. Bulatan-
bulatan merah atau coklat terdapat pada kepala bagian atas, tubuh dan sirip. Pada
kerapu besar jalur dan bulatan itu menghilang. Penyebaran ikan ini sangat luas,
mulai dari Laut Merah dan Afrika Selatan hingga Indonesia, Philipina, Jepang,
Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari,
Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat ikan kerapu sebagai organisme
yang pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang sedangkan
pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan (Anidiastuti,
2004).
adalah Ikan kerapu lumpur. Adapun ciri-ciri kerapu lumpur secara morfologi
yaitu bentuk tubuh agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam,
maxillary lebar di luar mata, gigi-gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris,
terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian
3
dorsal dan posterior. Habitat ikan kerapu lumpur adalah pantai yang banyak
ditumbuhi algae jenis Ulva reticulata dan Gracilaha spp. dan setelah dewasa hidup
di perairan yang lebih dalam dengan dasar yang terdiri atas pasir berlumpur
(Purba, 1990).
Selain itu, Ikan kerapu lumpur memiliki badan yang berwarna dasar sawo
matang dan pada bagian bawah agak keputihan. Terdapat garis menyerupai pita
yang berwarna gelap, yang melintang pada badannya dalam jumlah sekitar 4-6
buah (Gambar 1). Adapun klasifikasi ikan kerapu lumpur adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
4
2.2 Habitat dan Penyebarannya
spesies dan diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup
di Indonesia yang memiliki jumlah populasi kerapu cukup banyak adalah Pulau
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikatornya
adalah perairan karang, Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas
Mulyadi, 1989 ).
kedalaman 0,5 - 3,0 m. Habitat yang paling disenangi adalah perairan pantai di
berlangsung pada siang dan sore hari. Habitat benih ikan kerapu lumpur adalah
pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulate dan Gracillaria sp. Setelah
dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar pasir berlumpur.
Parameter biologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur
antara 24 - 32 0C, salinitas antara 30 - 33 ppt, oksigen terlarut lebih besar dari 3,5
ppm dan pH antara7,8 - 8,0 (Chua and Teng, 1978 dalam Antoro, dkk, 1998).
5
2.3 Kebiasaan Makan
Ikan kerapu termasuk ikan karnivora yang buas dan rakus, hidup
Pada stadia larva sampai juvenil, makanannya adalah zooplankton dari jenis
Rotifer, Acaria, naupli Artemia, Copepode dan jenis lainnya, sedangkan dari
stadia juvenil sampai fingerling adalah ikan jambret, ikan rebon, ikan-ikan kecil
dan jenis Crustacea lainnya. Selanjutnya ikan-ikan muda dan dewasa, jenis
makanan yang disukai adalah ikan, ikan dan cumi-cumi yang berukuran 10-25%
matahari terbit dan menjelang matahari terbenam. Di alam kerapu mencari makan
sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang
kerapu dalam keadaan lapar. Biasanya kerapu berdiam di dasar dan tidak akan
memiliki pertumbuhan yang cepat. Hal ini disebabkan oleh aktifitas dan kebiasaan
dalam tingkat pemilihan jenis makanan. Panjang usus relative ikan kerapu sebagai
ikan karnivor berkisar 0,26 - 1,54 meter, selain itu usus ikan kerapu yang diamati
6
memiliki lipatan-lip;atan yang dapat menambah luas permukaan usus ikan dan
pengembangan klep spiral lipatan usus. Nybakken dalam Antoro dkk, (1998)
bergerak di dalam kolam air. Selain itu mereka juga mempunyai sifat buruk, yakni
kanibalisme yang muncul pada larva kerapu macan akibat pasokan makanan yang
tidak mencukupi.
Pakan Ikan kerapu merupakan ikan laut yang buas (karnivora) dan sifat
kanibalisme akan muncul bila kekurangan pakan. Oleh sebab itu pakan yang
diberikan harus cukup baik kuantitas maupun kualitasnya. Pemilihan jenis dan
ukuran pakan yang tepat akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan. Pakan
yang digunakan dapat berupa pakan alami/pakan segar atau pakan buatan. Ikan
rucah merupakan pakan segar yang biasa digunakan untuk ikan kerapu yang
diusahakan agar dalam keadaan segar. Pakan ikan segar harus dicacah hingga
ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan (Gambar 2b). Apabila telah busuk
atau rusak jangan dipakai karena dapat mengakibatkan kematian ikan, pakan di
berikan dengan sistem addlibitum yaitu dimana memberi makan secara sedikit –
7
a b
Pakan ikan kerapu bisa menggunakan pelet dan pakan rucah. Ikan rucah
digunakan sebagai pakan agar tidak kesulitan dalam mendapatkan pakan secara
yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya
ikan rucah. Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah yang
memiliki nutrisi cukup bagi ikan, seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim
theaminase yang dapat merusak theamine (Vit. B1). Jika pemberian pakan secara
terus menerus hanya memakai jenis ikan tersebut maka kerapu akan menderita
1. Tumbuhan air
8
Lumut dapat mengganggu sirkulasi air di keramba jaring apung, sehingga
akan menghalangi arus air yang masuk yang berakibat berkurangnya suplai
(compressor).
2. Ikan liar
dalam keramba. Semakin banyak ikan liar di sekitar keramba maka ikan budidaya
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian
alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit
yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses
hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air),
kondisi inang (ikan), dan adanya patogen. Dengan demikian timbulnya serangan
penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan ikan,
dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada
ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan
penyakit diantaranya :
9
1. Gejala Eksternal
menjadi luka terbuka berisi nanah, darah dan jaringan yang rusak di tengah luka
mungkin tidak tampak, hemorhagi pada dasar sirip dan sirip dorsal geripis, mata
2. Gejala Internal
Pada jaringan otot tubuh, usus bagian belakang lengket dan bersatu,
3. Histopatologi
dengan jelas dan mudah. Beberapa gejala yang dapat terlihat dengan jelas seperti
kelainan tingkah laku pada kondisi ikan berenang terlihat sangat lemah dengan
permukaan dan akan tetap berada di permukaan), nafsu makan berkurang dan
daya tahan tubuh melemah, kelainan bentuk mata, sisik dan warna tubuh, mata
menonjol, sisik badan sebagian lepas, warna tubuh menjadi lebih gelap, kelainan
pada insang dan sirip ekor. Tutup insang membuka terus-menerus secara cepat,
10
sirip ekor tidak normal serta kelainan pada kulit, ada luka-luka pada kulit dan
luas. Permasalahan yang timbul pada budidaya ikan kerapu lumpur di keramba
jaring apung adalah terjadinya penyakit. Salah satu penyakit yang ditemukan pada
ikan kerapu lumpur adalah penyakit infeksi bakteri dengan gejala klinis adanya
borok pada bagian tubuh, dan sirip yang busuk (Johnny dkk., 2002).
yang disebut sebagai toksin yang merupakan produk ekstraseluler yang berkaitan
yang dihasilkan oleh bakteri dapat bersifat eksotoksin jika diekskresikan ke luar
sel, atau endotoksin jika racun tersebut tetap disimpan dalam sel bakteri dan tidak
Menurut Handajani dan Samsundari (2005) jenis penyakit ikan laut dan
organisme yang sering terjadi disebabkan oleh bakteri adalah sebagai berikut:
1. Penyakit sirip borok organisme penyebabnya Myxobacter sp. dan Vibrio sp.
Positif.
11
3. Penyakit Streptococciasis organisme penyebabnya Cocci.
Kendala terbesar yang selalu dihadapi pada kegiatan budidaya ikan kerapu
adalah terjadinya serangan bakteri patogen terutama pada stadia larva. Serangan
bakteri patogen ini menimbulkan penurunan kualitas dan tingkat produksi pada
usaha pembenihan ikan kerapu, bahkan kematian dan kegagalan panen dapat
hanya sekitar 40% dari seluruh areal keramba di Indonesia yang masih beroperasi
miliar rupiah telah hilang pertahunnya dari seluruh areal keramba di Indonesia.
yang sering ditemukan dalam pembenihan atau budidaya ikan. Menurut Shickney
(2000) penyakit bakterial pada ikan kerapu lumpur adalah Vibrio sp., Aeromonas
pada ikan kerapu macan disebabkan oleh adanya infeksi bakteri Vibrio sp. dan
dapat bersifat patogen ataupun hanya penyebab sekunder (Bessie, 1988 diacu oleh
disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi (Saeed, 1995) atau Pseudomonas sp.
2.8.1. Pengeringan
12
(H2S) dan senyawa-seyawa beracun lainnya yang mungkin terbentuk selama tanah
dasar terendam air. Tambak yang dikelolah secara intensif biasanya banyak
tertimbun lumpur hitam yang berasal dari sisa pakan dan feses organisme
budidaya. Lumpur ini harus diangkat agar tidak menjadi media perkembangan
2.8.2 Pengapuran
menaikan pH. Beberapa jenis kapur yang bisa digunakan yaitu batu kapur
2.8.3 Pemupukan
seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan fitoplankton yang terkait
dengan produksi oksigen dan pakan alami.Pupuk yang digunakan dengan yang
digunakan untuk usaha pertanian berbeda. Secara garis besar pupuk yang
digunakan dalam usaha budidaya pertanian berbagi atas pupuk organik dan
anorganik. Pupuk organic seperti hijauan, pupuk kandang, dan sisa rumah tangga.
Pupuk anorganik seperti urea, TSG, KCI, dan NPK (Djarijah, 1995).
13
Benih kerapu di alam susah didapat (Akbar, 2002), akan tetapi benih
kerapu yang diproduksi dari hatchery dapat memenuhi kebutuhan untuk budidaya
ikan di Indonesia. Sepanjang induk kerapu dapat bertelur setiap bulan maka benih
Penebaran Benih
besar dan jenis ikan yang sama. Peebaran benih sebaiknya dilakukan pad pagi
hari, karena pada sore hari ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu
yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam (Sutarmat
dkk., 2004).
air merupakan media hidup bagi kehidupan organisme akuakultur. Usaha untuk
secara fisik maupun kimia. Tetapi biaya yang dibutuhkan cukup besar dan
14
Kualitas air tambak sangat erat hubungannya dengan kondisi kesehatan
ikan. Kualitas air yang baik mampu mendukung pertumbuhan secara optimal.
Sumber air yang di gunakan berasal dari air laut yang berkadar garam antara 15-
25%. Bisa juga diambil dari sungai yang sudah mendekati muara dengan sifat
pemeliharaan. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi
terlihat kotor, pada waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan
Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau antara lain :
2.9.1 Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, waktu harian, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman badan air (Effendi, 2006). Suhu dalam budidaya ikan berpengaruh
sistem imunitas, daya larut senyawa kimia, serta kalarutan oksigen dan
karbondioksida.
15
Apabila suhu mengalami penurunan akan menyebabkan kelarutan oksigen
ikan dapat mengalami kematian. Sedangkan bila suhu meningkat, maka suhu
terekspose oleh penyakit dan dapat menimbulkan kematian. Kisaran suhu standar
2.9.2 Salinitas
menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua
bahan organik telah dioksidasi. Kisaran salinitas perairan laut antara 30 – 40 ppm.
mengakibatkan respon stres dari akut hingga kronis pada ikan budidaya (Noga
2000).
semakin menurun, hal ini menyebabkan ikan menjadi stress dam mudah terkena
16
2.9.3 Kecerahan
menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruahan, dan
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH,
semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida
tinggi dapat menyebabkan ikan stres. Sebagian besar biota akuatik sensitif
17
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembenihan
Kegiatan pembenihan yang dilakukan di Tambak Kerapu permai. Yaitu
dilakukan pada bak pembenihan yang terbuat dari bak fiber atau beton. Sebelum
dilakukan pembenihan atau pemijahan terlebih dahulu dilakukan seleksi induk,
karena hasil dari benih yang dihasilkan tergantung dari kualitas induknya. Setelah
dilakukan seleksi induk, baru dilakukan pemeliharaan induk. Bak pemeliharaan
induk kerapu berukuran; tinggi 140 cm,
panjang 5 m, kedalaman 2 m, dan volume air 10 ton. Bak berbentuk bulat
bertujuan untuk mengurangi titik mati. Nafsu makan induk ikan kerapu baik dan
bersifat responsive.Ukuran induk betina 2 kg dan jantan 3,5 kg. Kerapu bebek
berukuran 400 gr seharga Rp.350.000/ kg. Pakan berupa ikan rucah dan diberikan
sampai kenyang sebanyak 2-3% (1 x sehari). Penyakit yang menyerang yaitu
VNN dan monogenia, dan vibrio. Penanganan penyakit dilakukan dengan
perendaman dalam air tawar dan vitamin acrivlafin (1 x seminggu). Pergantian air
300 % setiap hari.
Pemijahan dilakukan pada waktu bulan gelap, karena kebiasaan memijah
ikan kerapu di alam yaitu pada malam hari saat bulan gelap. Menurut Sigit (1993),
Bahwa terjadinya pemijahan pada ikan kerapu yaitu ikan betina yang telah dewasa
bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan
betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air.
Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00.
sehingga dalam budidaya pun harus diperlakukan seperti itu, untuk kenyamanan
serta keberhasilan dalam kegiatan pemijahan. Perbandingan induk yang
digunakan dalam pemijahan ini adalah 3 berbanding 1 (1` jantan , dan 3 betina).
Karena dilihat dari berat bobot induk jantan maupun betina tersebut, sangat
berpengaruh terhadap bobot gonad induk itu sendiri, dimana gonad pada induk
betina sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pemijahan, seperti yang
diketahui bahwa ikan kerapu bersifat hemaprodid protogini yaitu perubahan dari
betina menjadi jantan.
19
4.2 Pemeliharaan Larva
Pada kegiatan pemeliharaan larva terlebih dahulu disiapkan wadah
pemeliharaannya yaitu berupa bak fiber atau bak beton dengan seperangakat airasi
untuk kebutuhan suplai oksigen, dan yang paling penting yaitu kecukupan pakan
alami untuk larva, berupa artemia dan rotifer. Ukuran bak pemeliharaan; volume
air 15 ton, luas bak 3,5 x 5 m, kedalaman 1,5 m dan suhu 270 C. Masalah yang
dihadapi yakni keterbatasan pakan alami (Nanoclotophisis) dan sifat
kanibalismenya yang (ukuran 1 cm). Dalam penanganan larva ikan kerapu,
dilakukan greeding, yaitu untuk memisahkan larva berdasarkan ukurannya. Padat
tebar larva sebanyak 150.000 ekor.
Sebelum larva di tebar pada bak pemeliharaan larva terlebih dahulu
dibersihkan yaitu dengan cara disikat dengan sabun rinso setelah itu dibilas
dengan kaporit. Setelah dibilas dengan kaporit kemudian didiamkan selama 24
jam, kemudian dibilas kembali dengan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) lalu bak
dikeringkan selama 1-2 hari (Anonim, 2012).
Pakan yang diberikan pada larva ikan kerapu berupa artemia dan rotifer
karena pakan lami tersebut sesuai dengan bukaan mulutnya. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Slamet (1993) bahwa Larva kerapu yang baru menetas mempunyai
cadangan makanan berupa kuning telur. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai
terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus
Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. kemudian setelah larva mencapai umur
maksimal 2 minggu baru ditebar ke bak pendederan.
4.3 Pendederan
Kegiatan pendederan yang dilakukan pada Tambak Kerapu permai yaitu
setelah masa penetasa telur hingga pemeliharaan larva sampai maksimal 2 minggu
pada bak pemeliharaan larva. Setelah itu baru dilakukan penebaran pada bak
pendederan, berupa bak beton dengan ukuran 4 x 3 m, dengan kedalaman 160 cm.
` Pada masa pemeliharaan dikolm pendederan ini diberikan pakan berupa
NRD 1, pemeliharaan dilakukan selama 2 sampai 4 bulan, dan pemberian pakan
20
pada umur 3 sampai 4 bulan dapat diberikan pakan buatan berupa pellet yang
ukurannya lebih kecil atau sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. Setelah
mencapai umur 4 bulan dengan ukuran rata-rata yaitu 10 sampai 12 cm, baru
dilakukan penebaran pada keramba jaring apung (KJA).
Menurut Anonim (2013), bahwa jangka waktu penebaran benih kerapu
dari masa pendederan sampai ke pembesaran yaitu 2 sampai 4 bulan, namun jika
pertumbuhan benihan saat pendederan pertumbuannya cepat, maka dalam janga
umur tiga bulanpun, bisa dilakukan penebaran di Keramba jaring Apung (KJA),
trgantung dari ukuran benih, biasanya ukuran benih yang siap tebar pada wada
pembesaran yaitu (KJA) sekitar 10 sampai 12 cm.
4.4 Pembesaran
Pembesaran kerapu di Tambak Kerapu permai, untuk saat ini sudah mulai
moderen, dengan adanya rumah apung atau rumah jaga yang berbentuk minimalis,
moderen, begitu juga dengan bahan –bahan rakit, dan keramba jaring apung yang
bahannya full terbuat dari strupum, dan plastik fiber.
Dengan adanya wadah yang sangat moderen ini dapat mempermudah
jalannya pemeliharaan ikan kerapu di keramba jaring apung. Luas keramba per
petak untuk pemeliharaan kerapu yaitu 3x3 m, dengan kedalaman 3 meter, dengan
penebaran awal 300 -350 ekor, dengan ukuran 10 -12 cm, kemudian selama
pemeliharaan dilakukan pergantian jaring 1 kali dalam 2 minggu untuk
membersihkan hama yang menempel pada jaring, seperti jenis kerang – kerangan,
dan lumut, hama – hama tersebut jika dibiarkan bisa membuat nafsu makan ikan
berkurang, karena sedikitnya pasukan arus yang melewati jaring, akibat tertutupi
oleh lumut, dan kerang-kerangan yang menempel pada jaring.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dengan jenis pakan berupa pelet,
dan ikan rucah, pada saat pemberian kedua pakan tersebut, terlebih dahulu
diberikan pakan pelet, karena jika terlebih dahulu diberikan ikan rucah, maka
nafsu ikan kerapu untuk makan pelet itu sudah hilang. Kemudian untuk
menembah vitamin pada pakan, diberikan campuran berupa vitamin c , yang
langsung dicampur dengan pelet, dan untuk merekatkan pelet tersebut dengan
vitamin, diberikan campuran berupa telur mentah, dengan takaran 2 telur untuk 1
21
kilo gram pakan, kemudian untuk 1 kilo gram pakan dicampur dengan 1 sendok
makan.
4.5 Penanganan Penyakit
Dalam kegiatan budidaya di Tambak Kerapu permai, tidak lepas dari
masalah hama dan penyakit, yaitu Salah satu masalah yang diahadapi dalam
pembesaran ikan kerapu adalah serangan penyakit. Penyakit yang menyerang
kerapu dalam KJA adalah kutu dan VNN.
Menurut Mayunar (1991), Kutu ini berbentuk pipih, berukuran 2–3 mm,
menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada bagian kulit dan sirip.
Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian, karena parasit ini
menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga
ikan mudah terkena infeksi sekunder yaitu jamur dan bakteri. Untuk penangannya
cukup dengan cara perendaman dalam air tawar, kemudian dilanjutkan dengan
perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam.
Sedangkan hama yang sering menyerang Keramba yaitu jenis kerang –
kerangan dan lumut yang menempel pada jarring keramba, dan jika terlalu
banyak, akan menyebabkan tersumbatnya lubang jaring, dan aliran arus akan
terhambat, sehingga pergantian air dalam keramba akan rendah, dan hal tersebut
akan menyebabkan kurangnya nafsu makan pada ikan budidaya. Dan cara
mengatasinya yaitu dengan membersihkan jaring, seperti yang dilakukan oleh
Tambak Kerapu permai. Melakukan pergantian jaring 1 kali dalam 2 minggu.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan di atas
adalah sebagai berikut :
Perbandingan induk yang digunakan dalam pembenihan di BBL sekotong adalah
1. 1 : 3 (tiga betina, dan 1 jantan), dikarenakan ikan kerapu bersifat hemafrodid
protogini, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan
gonad.
2. Masa keritis larva yaitu umur 3 hari (D3) – (D7) karena kuning telur mulai
terserap habis, sehingga perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera
Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml.
3. Peda kegiatan pendedran, masa pemeliharaan larva sampai waktu siap tebar
pada wadah pembesaran (KJA) yaitu 2 sampai 4 bulan dengan ukuran 10
sampi 12 cm.
4. Pada Kegiatan pembesaran , Arus dan keadaan gelombang yang cukup besar
sangat mempengaruhi nafsu makan ikan yang di pelihara pada Keramba
Jaring Apung (KJA).
5.2 Saran
1. Melengkapai sarana yang ada seperti alat – alat pengukur kualitas air.
2. Perawatan sarana dan prasarana perlu dilakukan secara rutin yang digunakan
pada pendederan ikan kerapu lumpur
3. Menambah pekerja ahli dalam pendederan ikan kerapu bebek agar perawatan
ikan dapat maxsimal.
4. Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan pendederan ikan kerapu
bebek, dan perlu diadakan pelatihan mengenai teknologi pendederan yang
berkembang pada saat
23
DAFTAR PUSTAKA
Deptan, 1990. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton
pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988
Tarwiyah, 2001. Pertumbuhan ikan kerapu yang cukup cepat, kuat dan cocok
untuk budidaya intensif maupun tradisional serta mempunyai kekhasan
dalam pasca panen serta penyajian dalam konsumsi.
Akbar, 2002. Biasanya kerapu berdiam di dasar dan tidak akan menyergap pakan
yang diberikan jika mereka sudah kenyang.
Kisto. 1991. Penyakit yang sering menyerang pertumbuhan ikan kerapu lumpur
Subiyanto, 2007. Pada periode yang sama, produksi ikan hasil budidaya
meningkat dari sekitar 30 ribu ton menjadi 60 ribu ton atau naik rata-
rata 35% per tahun (Subiyanto, 2007)
.
Menurut Sigit (1993), Bahwa terjadinya pemijahan pada ikan kerapu yaitu ikan
betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan.
24
LAMPIRAN
25